Anda di halaman 1dari 15

1.

Derajat
Derajat luka bakar dibedakan menjadi 3 tingkatan berdasarkan kedalaman luka
merusak lapisan kulit, yaitu:6,11,12
a. Luka Bakar Derajat I (Superficial burn)
Luka bakar derajat I hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh. dalam 5-7
hari. Luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas
setempat dan tidak ada bulla. Contoh luka bakar derajat I seperti akibat tersengat matahari.
Luka dapat sembuh tanpa bekas. Karena tidak berbahaya, luka bakar derajat I tidak
memerlukan pemberian cairan intravena.

Gambar 2.1 Luka bakar derajat I6


b. Luka Bakar Derajat II (Partial thickness burn)
Luka bakar derajat II kedalaman luka mencapai lapisan dermis. Tetapi masih ada
elemen epitel vital yang menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi. Elemen epitel tersebut
terdiri dari sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan pangkal rambut. Luka
dapat sembuh sendiri dalam 2-3 minggu. Gejala yang timbul adalah kemerahan /
campuran, epidermis rusak, nyeri, sensitif terhadap udara, bengkak, permukaan basah
dan berair serta terdapat gelembung atau bulla berisi cairan eksudat yang keluar dari
pembuluh darah karena permeabilitas dindingnya meninggi. Luka bakar derajat II sering
diakibatkan oleh cairan panas dan ledakan. Luka bakar derajat II dibedakan menjadi 2:
1. Derajat IIA (Superficial partial thickness burn)
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari dermis. Penyembuhan
terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk sikatriks6.

1
2. Derajat IIB (Deep partial thickness burn)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan epitel
sehat tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi.
Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu > 1 bulan.

Gambar 2.2 Luka bakar derajat II6


c.Luka Bakar Derajat III (Full thickness burn)11
Luka bakar derajat III kerusakannya meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin
subkutis atau organ yang lebih dalam. Tidak ada lagi elemen epitel hidup yang tersisa yang
memungkinkan penyembuhan dari dasar luka, biasanya diikuti dengan terbentuknya eskar.
Eskar merupakan jaringan nekrosis akibat denaturasi protein jaringan kulit. Kulit
tampak pucat abu-abu gelap atau hitam, dengan permukaan lebih rendah dari jaringan
sekeliling yang masih sehat, tidak ada bulla dan tidak terasa nyeri.

Gambar 2.3 Luka bakar derajat III6

2. Klasifikasi
Luka bakar dibedakan menjadi 3, yaitu luka bakar ringan, sedang dan berat.6
a) Kriteria luka bakar ringan:
- Luka bakar derajat II < 15%.
2
- Luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak.
- Luka bakar derajat III< 2%.

b) Kriteria luka bakar sedang:


- Luka bakar derajat II 10-25% pada orang dewasa.
- Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak.
- Luka bakar derajat III <10%.

c) Kriteria luka bakar berat:

- Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa.


- Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak.
- Luka bakar derajat III 10% atau lebih.
- Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki, dan genital
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

3. Luas Luka Bakar


Penentuan luas luka bakar pada kulit adalah penting pada kasus-kasus dimana kematian
terjadi lambat oleh karena luas dan derajat luka bakar sangat penting pengaruhnya terhadap
prognosis dan manajemen pengobatannya. Untuk perhitungan luas luka bakar secara
tradisional dihitung dengan menggunakan `Rule of Nines` dari Wallace. Dikatakan bahwa
luka bakar yang terjadi dapat diindikasikan sebagai presentasi dari total permukaan yang
terlibat oleh karena luka termal. Bila permukaan tubuh dihitung sebagai 100%, maka kepala
adalah 9%, tiap – tiap ekstremitas bagian atas adalah 9%, dada bagian depan adalah 18%,
bagian belakang adalah 18%, tiap-tiap ekstremitas bagian bawah adalah 18% dan leher
1%.13
Rumus tersebut tidak dapat digunakan pada anak dan bayi karena relatif luas
permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh
karena itu, digunakan `Rule of ten` untuk bayi dan `Rule of 10-15-20` dari Lund and
Browder untuk anak. Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus tersebut adalah luas
telapak tangan dianggap seluas 1%.13

3
Derajat dan luas luka bakar tergantung pada banyak faktor seperti jarak korban
dengan api, lamanya pajanan, bahkan pakaian yang digunakan korban pada waktu
terjadinya kebakaran. Komposisi pakaian dapat menentukan derajat keparahan dan
luasnya luka bakar. Kain katun murni akan mentransmisi lebih banyak energi panas ke
kulit dibandingkan dengan bahan katun polyester. Bahan katun terbakar lebih cepat dan
dapat menghasilkan luka bakar yang besar dan dalam. Bila bahan yang dipakai
kandungan poliesternya lebih banyak akan menyebabkan luka bakar yang relatif ringan
atau kurang berat. Bahan rajutan akan menghasilkan daerah luka bakar yang relatif lebih
kecil bila dibandingkan dengan bahan pintalan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bila
bahan yang dipakai bertambah berat maka daerah yang terbakar akan berkurang. Selain
itu derajat luka bakar akan berkurang bila pakaian yang dipakai korban ketat dan
mengelilingi tubuh.13

Gambar 2.4 Diagram zona luka bakar pada luka bakar derajat dua

4
Gambar 2.5 (a) dan (b) Perhitungan Luas Luka Bakar

Tabel 2.1 Rule of Ninesuntuk Penatalaksanaan Luka Bakar Pada Permukaan


Tubuh.
Struktur Anatomi Area Permukaan

Kepala 9%
Badan Depan 18%
Punggung 18%
Tiap Kaki 18%
Tiap Lengan 9%
Genitalia/perineum 1%

4. Penanganan
Penanganan awal (primary survey)6,11
Penanganan awal (primary survey) pada pasien luka bakar, sebagai berikut:
a. Airway; membebaskan jalan napas, menilai adanya trauma inhalasi, danmelakukan
intubasi bila terdapat indikasi. Indikasi pemasangan intubasi pada luka bakar, yaitu
trauma inhalasi, stridor, luka bakar yang melingkari leher sehingga mengakibatkan
pembengkakan jaringan sekitar jalan napas.

5
b. Breathing;memberikan O2, mengenali dan mengatasi keracunan CO
c. Circulation;memantau tekanan darah dan nadi, memasang kateter urin,memeriksa
sirkulasi perifer (Capillary Refill Time / CRT), dan memasang infus.
d. Disability; menilai GCS.
e. Environment ; memadamkan sumber panas lalu merendam atau menyiramluka
bakar dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya 15 menit, melepaskan
pakaian, memeriksa luas luka bakar, memeriksa adanya trauma penyerta lain, dan
menjaga agar pasien tetap hangat.
f. Fluid ; melakukan resusitasi cairan sesuai dengan luas luka bakar.

Pemberian Cairan Intravena14


Sebelum infus diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus ditentukan secara teliti.
Kemudian, jumlah cairan infus yang akan diberikan dihitung. Ada beberapa cara untuk
menghitung kebutuhan cairan ini.
a. Cara Evans
1) Luas luka dalam % x BB dalam kg menjadi mL NaCl per 24 jam
2) Luas luka dalam % x BB dalam kg menjadi mL plasma per 24 jam. Keduanya
merupakan pengganti cairan yang diberikan akibat edema. Plasma diperlukan untuk
mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis
sehingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali ciran yang telah
keluar.
3) Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2.000 cc glukosa
5% per 24 jam.

Separuh jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Penderita
mula-mula dipuasakan karena peristaltis usus terhambat pada keadaan prasyok, dan
mulai diberikan minum segera setelah fungsi usus normal kembali. Kalau diuresis pada
hari ketiga memuaskan dan penderita dapat minum tanpa kesulitan, infuse dapat
dikurangi bahkan dihentikan.

6
b. Rumus Baxter
Cara lain yang dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus Baxter, yaitu
luas luka x BB dalam kg x 4 mL larutan Ringer. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan
dalam 8 jam pertama sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan
kristaloid yaitu larutan Ringer Laktat. Hari kedua diberikan setengah cairan pertama.
Contoh: seorang dewasa dengan berat badan 50 kg dan luka bakar seluas 20%
permukaan kulit akan diberikan 50 x 20 mL = 1000 mL larutan NaCl 0,9% dan juga
1000 mL plasma sebagai cairan tambahan, disertai 2000 cc larutan glukosa 5% sebagai
kebutuhan dasar. Jumlah cairan pada 8 jam pertama sama dengan jumlah cairan untuk 16
jam berikut, masing-masing 2000 mL; 24 jam berikutnya = 2000 mL.
Menurut rumus Baxter, cairan diberikan dalam 2 hari, yaitu 20 x 50 mL x 4 = 4000
mL pada hari pertama, 2000 mL pada hari kedua. Pemberian cairan dapat ditambah (jika
perlu), misalnya bila penderita dalam keadaan syok, atau jika diuresis kurang. Untuk itu,
pemantauan yang ketat sangat penting, karena fluktuasi perubahan keadaan sangat cepat
terutama pada fase awal luka bakar.
Intinya, status hidrasi penderita luka bakar luas harus dipantau terusmenerus.
Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari dieresis normal yaitu sekurang-
kurangnya 1000-1500mL/24 jam atau 1 mL/kgBB/jam pada pasien anak. Yang penting
juga adalah pengamatan apakah sirkulasi normal atau tidak.
Besarnya kehilangan cairan pada luka bakar luas disertai resusitasi yang tidak
betul dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Hiponatremia sebagai gejala
keracunan air dapat menyebabkan udem otak dengan tanda kejang-kejang. Kekurangan
ion K akibat banyaknya kerusakan sel dapat diketahui dari EKG yang menunjukkan
depresi segmen ST atau gelombang U. ketidakseimbangan elektrolit ini juga harus
dikoreksi namun bukan menjadi prioritas utama dalam resusitasi cairan emergensi
manajemen primer pasien trauma. Selain itu, ada pula beberapa formula yang biasa
digunakan untuk resusitasi cairan pada centre luka bakar.

7
Electrolyte Colloid D5W
Colloid formulas
2000m
Evans Normal saline 1,0mL/kg/% burn
L
1.0mL/kg/% burn

2000
m
Brooke Lactated Ringer 0,5 mL/kg L
solution 1.5mL/
kg/% burn

Slater Lactated Ringer Fresh frozen plasma


2 L/24 h 75 mL/kg/24 h

Crystalloid formulas
Parkland Lactated Ringer 4 mL/kg/% burn

Modified Brooke Lactated Ringer 2 mL/kg/% burn

Monitoring Resusitasi15
Monitoring resusitasi dilakukan melalui urine output. Volume urin normal pada
orang dewasa adalah 0.5 ml/kgBB/jam (atau 30 – 50 ml/jam). Sedangkan pada anak
(<40 kg) sebesar 1 ml/kgBB/jam. Kecepatan infus cairan harus ditingkatkan atau
menurun berdasarkan keluaran urin. Output yang diharapkan harus didasarkan pada berat
badan ideal, bukan berat sebelum trauma luka bakar aktual (yaitu pasien dengan berat
badan 200 kg tidak memerlukan output urin 100 ml per jam). Kecepatan infus cairan
harus ditingkatkan atau dikurangi sepertiga jika output urin turun di bawah atau melebihi
batas tersebut lebih dari sepertiga selama dua jam berturut-turut. a. Manajemen oligouria
Oliguria berkaitan dengan peningkatan resistensi vaskular sistemik dan penurunan curah
jantung, paling sering merupakan hasil pemberian cairan yang tidak adekuat. Dalam
situasi seperti itu, diuretik dikontraindikasikan, dan laju infus cairan resusitasi harus

8
ditingkatkan untuk meningkatkan output urin. Setelah diuretik telah diberikan, keluaran
kencing tidak lagi menjadi alat yang akurat untuk memantau resusitasi cairan.

Indikasi rawat inap11


Indikasi rawat inap pada pasien luka adalah sebagai berikut:
1) Penderita syok atau terancam syok
2) Anak: luas luka > 10%
3) Dewasa: luas luka > 15%
4) Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat
5) Wajah, mata
6) Tangan atau kaki
7) Perineum
8) Terancam oedem laring
9) Terhirup asap atau udara hangat

Penanganan lanjut (secondary survey)


Secondary survey pada pasien luka bakar, sebagai berikut:6.11
• Pemantauan terhadap tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, frekuensi nadi dan
frekuensi pernapasan.
• Pemeriksaan penunjang untuk pasien luka bakar berat, yaitu pemeriksaan darah,
seperti hemoglobin, hematokrit dan analisis kadar elektrolit darah serta pemeriksaan
radiologi.
• Pemasangan pipa lambung (NGT) untuk mengosongkan lambung saat ileus
paralitik.
• Pemasangan kateter buli-buli untuk memantau diuresis
• Pemasangan kateter pengukur tekanan vena untuk memantau sirkulasi darah.
• Obat analgesik diberikan apabila pasien mengalami kesakitan.
• Perawatan luka dapat dilakukan dengan mengoleskan antiseptik dan membiarkan
terbuka pada perawatan terbuka atau mengkompres luka dengan antiseptik dan
menutupnya dengan kasa steril yang telah dibubuhi antiseptik untuk perawatan

9
tertutup. Perawatan tertutup bertujuan untuk menutup luka dari kemungkinan
kontaminasi, tetapi masih cukup longgar untuk berlangsungnya penguapan.
• Obat topikal yang dipakai dapat berbentuk larutan, salep, atau krim. Antiseptik yang
dipakai adalah betadine atau nitras-argenti 0,5%. Kompres nitras-argenti yang selalu
dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk semua kuman, namun obat
ini mengendap sebagai garam sulfide atau klorida yang memberi warna hitam. Obat
lain yang banyak digunakan adalah silver sulfadiazin, dalam bentuk krim 1%. Krim
ini sangat berguna karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya serap yang cukup,
efektif terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi, dan aman. Krim ini
dioleskan tanpa pembalut, dan dapat dibersihkan dan diganti setiap hari.
• Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk sediaan kasa (tulle).
• Anti tetanus untuk pencegahan tetanus berupa ATS dan/atau toksoid.

Tindakan Operatif
Operasi adalah komponen kunci pada tatalaksana multidisiplin pasien luka bakar.20
Jaringan yang terkena luka bakar akan mengeluarkan respons inflamasi antara perbatasan
eskar dan jaringan sehat. Proliferasi bakteri pada eskar akan memanggil leukosit
polimorfonuklear yang mengeluarkan enzim proteolitik dan mediator inflamasi dalam
jumlah besar. Hal ini menyebabkan eskar terpisah, dan menghasilkan jaringan
granulasi.20 Pada luka bakar luas, respons inflamasi menjadi sistemik. Mediator seperti
prostanioid, tromboksan, histamin, sitokin, dan tumor necrosis factor, diproduksi dan
dikeluarkan dari luka bakar. Makin luas luka bakar, makin banyak jumlah mediator
tersebut. Respons hipermetabolik dengan katabolisme protein yang meningkat, energy
expenditure meningkat, penurunan berat badan, penyembuhan luka yang buruk, dan
depresi imunologi akan terus berlangsung sampai produksi mediator mereda.20
Debridement diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan kulitmati
dengan cara eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin setelah keadaan
pasien stabil karena eksisi tangensial juga menimbulkan perdarahan. Biasanya eksisi dini
dilakukan pada hari ketiga sampai ketujuh, dan pasti boleh dilakukan pada hari
kesepuluh. Eksisi tangensial sebaiknya tidak dilakukan lebih dari 10% luas permukaan
tubuh karena dapat terjadi perdarahan yang cukup banyak.

10
Eksisi dini dan skin graft dapat menurunkan komplikasi infeksi, menurunkan lama
rawat, meningkatkan angka kehidupan pada pasien luka bakar, dan menurunkan risiko
parut hipertrofik; didukung oleh resusitasi, asupan nutrisi, perawatan saat kritis yang
tepat, dan pengobatan infeksi. Jika dibandingkan dengan eksisi tertunda (> 5 hari), eksisi
dini (< 5 hari) dapat menurunkan mortalitas, menurunkan lama rawat, dan mengurangi
komplikasi metabolik.18,20
Luka bakar yang diterapi dengan eksisi dini dan skin graft dibandingkan dengan
terapi konservatif, menurunkan mortalitas signifikan pada pasien usia 17 – 30 tahun
dengan luas luka bakar lebih dari 30% tanpa trauma inhalasi. Sebaliknya, pada pasien
anak dengan luka bakar yang mirip, angka mortalitas meningkat dengan meningkatnya
ukuran luka bakar, seiring dengan adanya trauma inhalasi. Rerata lama rawat pasien anak
dan dewasa adalah kurang dari 1 hari/% TBSA. 21 Meta-analisis menunjukkan bahwa
eksisi dini dapat mengurangi mortalitas (pada pasien tanpa trauma inhalasi) dan lama
rawat, tetapi lebih banyak kehilangan darah.21
Pada pasien dewasa dengan luas luka bakar dalam lebih dari 70% TBSA, eksisi
tangensial dan alloskin untuk penutupan sementara, efektif menutup luka dan menjaga
jaringan subkutan yang sehat. Operasi harus dilakukan pada keadaan relatif stabil. Saat
tepat untuk eksisi tangensial pertama adalah hari ke-3 sampai 5 setelah kejadian, dan area
yang dieksisi direstriksi maksimal 35 – 40% TBSA.21 Eksisi eskar pada hari pertama
setelah kejadian dapat menurunkan sitokin proinflamasi secara signifikan pada tikus
dengan luka bakar 30% TBSA. Makin cepat eksisi dilakukan, jumlah sitokin
proinflamasi lebih rendah dan proses inflamasi setelah luka bakar menjadi lebih baik.22
Eksisi dini dan skin graft pasien luka bakar berat pada kaki, karena penggunaan
sandal pada musim dingin di Uzbekistan 4-5 hari setelah kejadian, bermanfaat
mengembalikan fungsi kaki, deformitas sendi dan kontraktur lebih sedikit, lama rawat
lebih singkat, serta lebih hemat dibandingkan terapi konservatif.22 Eksisi dini dan skin
graft disertai fisioterapi akan mengembalikan fungsi lebih cepat, yaitu gerakan aktif tiap
jari secara total, kekuatan genggaman tangan dan kegiatan sehari-hari, serta lama rawat
dan lebih cepat kembali ke normal. 23 Manfaat eksisi dini juga pada pasien usia tua. Eksisi
dini dapat dilakukan pada pasien usia tua secara aman, menurunkan lama rawat dan
angka sepsis. Tatalaksana operatif juga efektif mengurangi durasi nyeri. Eksisi pada luka

11
bakar adalah lifesaving, dapat meningkatkan hasil kosmetik dan fungsi, dan lebih cepat
mengembalikan pasien ke lingkungan normal.20

5. Nutrisi
Kebutuhan nutrisi pada pasien luka bakar antara lain:
a. Minuman diberikan pada pasien luka bakar:
Segera setelah peristalsis menjadi normal. Sebanyak 25 ml/kgBB/hari sampai diuresis
minimal mencapai 30 ml/jam atau 1 ml/kgBB/jam.
b. Makanan diberikan oral pada pasien luka bakar: Segera setelah dapat minum tanpa
kesulitan. Sedapat mungkin 2500-3000 kalori/hari Sedapat mungkin mengandung 100-150 g
protein/ hari
c. Tambahan, dapat diberikan:
Vitamin A, B, dan D
Vitamin C 500 mg
Fe sulfat 500 mg
Antasida diberikan untuk pencegahan tukak stress (tukak Curling).

6. Rujukan
Kriteria merujuk pasien luka bakar yang perlu dirujuk ke pusat luka bakar menurut
American Burn Association, sebagai berikut: Kriteria merujuk pasien luka bakar yang
perlu dirujuk ke pusat luka bakar menurut American Burn Association, sebagai berikut:
a. Luka bakar derajat II dan III >10% luas permukaan tubuh pada pasien berumur <10
tahun atau >50 tahun.
b. Luka bakar derajat II dan III >20% di luar usia tersebut diatas.
c. Luka bakar derajat II dan III yang mengenai wajah, mata, telinga, tangan, kaki,
genitalia, atau perineum atau yang mengenai kulit sendi-sendi utama.
d. Luka bakar derajat III >5% luas permukaan tubuh pada semua umur.
e. Luka bakar listrik, termasuk tersambar petir (kerusakan jaringan bawah kulit hebat
dan menyebabkan gagal ginjal akut serta komplikasi lain). f. Luka bakar kimia
g. Trauma inhalasi

12
h. Luka bakar pada pasien yang karena penyakit yang sedang dideritanya dapat
mempersulit penanganan, memperpanjang pemulihan, atau dapat mengakibatkan
kematian.
i. Luka bakar dengan cedera penyerta yang menambah resiko morbiditas dan
mortalitas, ditangani dahulu di UGD sampai stabil, baru dirujuk ke pusat luka bakar.
j. Anak-anak dengan luka bakar yang dirawat di rumah sakit tanpa petugas dan
peralatan yang memadai, dirujuk ke pusat luka bakar.
k. Pasien luka bakar yang memerlukan penanganan khusus seperti masalah sosial,
emosional atau yang rehabilitasinya lama, termasuk adanya tindakan kekerasan pada
anak atau anak yang ditelantarkan.

7. Komplikasi
Komplikasi luka bakar dapat bermacam-macam sesuai dengan fase yang sedang
berlangsung. Pada fase akut, komplikasi yang sering terjadi adalah syok dan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Pada fase subakut dapat terjadi Systemic
Inflammatory Response Syndrome (SIRS), Multi-system Organ Dysfunction Syndrome
(MODS) dan Sepsis. SIRS adalah suatu bentuk responklinik yang bersifat sistemik
terhadap berbagai stimulus klinik berat akibat infeksi ataupun non-infeksi seperti luka
bakar. Respon ini merupakan dampak dari pelepasan mediator-mediator inflamasi
(proinflamasi) yang mulanya bersifat fisiologik dalam proses penyembuhan luka, namun
secara berlebihan dan mengakibatkan kerusakan pada organorgan sistemik,
menyebabkan disfungsi (MODS). Kriteria sepsis pada luka bakar menurut American
Burn Association antara lain17:
1. Suhu > 37oC atau < 36,5oC
2. Takikardi yang progresif
a. Dewasa > 110 x/menit
b. Anak > 2 SD sesuai nilai normal pada tiap umur
3. Takipneu yang progresif
a. Dewasa > 25 x/menit tanpa ventilasi mekanik
b. Anak > 2 SD sesuai nilai normal pada tiap umur
4. Trombositopenia

13
a. Dewasa < 100.000/mm3
b. Anak < 2 SD sesuai nilai normal pada tiap umur
5. Hiperglikemia (sebelumnya tidak ada DM)
a. KGD yang tidak diobati (> 200 mg/dL)
b. Insulin resisten, contoh:
i. > 7 unit insulin /jam/IV (dewasa)
ii. Resistensi insulin yang bermakna (> 25% peningkatan kebutuhan insulin
dalam 24 jam)
6. Ketidakmampuan untuk meneruskan nutrisi enteral > 24 jam
a. Distensi abdomen
b. Intoleransi nutrisi enteral (sisa > 150 mL/hari pada anak atau 2 kali waktu makan
pada dewasa)
c. Diare yang tidak terkontrol (> 2500 mL/hari pada dewasa atau > 400 mL/hari pada
anak)
7. Sebagai tambahan, sepsis membutuhkan dokumentasi infeksi:
a. Kultur positif infeksi
b. Sumber jaringan yang patologik diidentifikasi
c. Respon secara klinik terhadap antimikroba
Pada fase lanjutan, komplikasi yang dapat terjadi adalah parut hipertrofik dan
kontraktur. Hipertrofi jaringan parut merupakan komplikasi yang sulit dicegah, dan
terbentuk akibat beberapa faktor sebagai berikut; kedalaman luka bakar, sifat kulit, usia
pasien, lamanya waktu penutupan kulit. Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu
menyertai luka bakar dan menimbulkan gangguan fungsi pergerakan.

8. Prognosis
Prognosis luka bakar akan lebih buruk bila terjadi pada area luka yang lebih besar,
usia penderita yang lebih tua, dan pada wanita. Adanya trauma inhalasi atau trauma
signifikan lain seperti fraktur tulang panjang dan komorbiditas berat (penyakit jantung,
diabetes, gangguan psikiatri dan keinginan untuk bunuh diri) juga mempengaruhi
prognosis. Prognosis pasien luka bakar ditentukan oleh:
• Derajat luka bakar (dalam)

14
• Luas permukaan
• Daerah
• Usia
• Keadaan kesehatan
Berdasarkan skor Abbreviated Burn Severity Index (ABSI) prediksi luka bakar
dihitung dengan memperhatikan luas luka bakar, usia, jenis kelamin dan ada tidaknya
trauma inhalasi.
Tabel 2. Prediksi Angka Harapan Hidup

Tabel 3. Skor ABSI (Abbreviated Burn Severity Index)13

15

Anda mungkin juga menyukai