Anda di halaman 1dari 12

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

MEDICAL SURGICAL NURSING 3


Analisa Sintesa Tindakan Keperawatan (AST)
Tindakan Ambulasi Dini

Nama Pasien (Initial) : Tn. D Nama Praktikan : Monika Selfi Epriani AST
Usia : 35 Tahun Vinsensia Welin Kornilon
No. Rekam Medis : xxx-xxx-xx NIM : 01501180206
Diagnosa Medis : Post ORIF Femur Sinistra, Bone Graft 01501180009

Nama Ruang Rawat : A03

Pembimbing

: Ns. Masrida Adolina, S.Kep.

Tanggal Masuk
: 01/06/2020
Tanggal Tindakan : 02/06/2020
No Kriteria Bobot/Nilai
Mahasiswa
1. Diagnosa Keperawatan (PE): 10

Hamabatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot d.d fraktur femur sinistra (NANDA-I 2018)

2. Data Subjekif: 10

- Klien mengatakan sebelum sakit tidak pernah berolah raga secara khusus, aktivitas sebelum sakit klien bekerja sebagai
tukang bangunan.
- Klien mengatakan setelah sakit hanya di rumah saja.
- Klien mengatakan setelah operasi semua kegiatan hanya ditempat tidur saja karna kaki masih belum bisa menumpu.
- Klien mengatakan berjalan menggunakan 2 tongkat dan dibantu keluarga
- Klien mengatakan skor nyeri setelah operasi 5/4 di lokasi operasi, terasa perih dan linu, seperti tertusuk benda tajam,
hilang timbul.
3. Data Objektif: 10

Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi - Gaya jalan : Belum bisa berjalan, kaki kiri pasien belum bisa menumpu (post op ORIF hari ke-2)
- Pembengkakan/masa/nodul : bengkak diarea kaki kiri
- Kesimetrisan sendi : sendi ekstremitas atas simetris, ada kontraktur di genu sinistra
- Penggunaan alat bantu : kursi roda dan kruk
- Disabilitas anggota tubuh : internal fiksasi (plate dan screw) di femur sinistra, terpasang drain hemovac
on vacum di femur sinistra produksi 50cc/8 jam
Palpasi - Kulit tampak kering, akral hangat dan tampak kemerahan
- Kaki kiri teraba bengkak dan hangat, pasien merasa nyeri saat soft palpation di area patelar dan femur
- Keterbatasan rentang gerak : Rentang gerak ektremitas maksimal di kedua tangan dan kaki kanan, kaki
kiri tidak dapat dicek karena baru post tindakan belum bisa digerakkan, pasien mengatakan kaki kiri
terasa kaku dan nyeri bila digerakkan skor 5/4.
- Uji kekuatan otot :
5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 1 1 1 1
Perkusi -
Auskultasi -

Observasi :
TTV: TD = 130/80 mmHg, S = 36,2 0C, HR = 80x/menit, RR = 20x/menit
Hasil Pemeriksaan Diagnostik
- Rontgen femur Sinistra (29/05/2020) : Fraktur komplit femur sinistra.
- Hasil Rontgen post operasi (01/06/2020) : Fracture femur Post ORIF femur sinistra terpasang internal fiksasi (plate dan
screw)
Hasil LAB :
- Hemoglobin = 11,40
- RBC = 3,86
Terapi :
- Latihan dengan fisioterapi 1x tiap hari selama 30 menit
Jenis Obat Rute Frekuensi Dosis
Ketorolac IV TDS 30 mg
Ceftriaxone IV BD 1 gr
Panadol PO TDS 500 mg
RL+ Tramadol 100mg IV drip Per 12 Jam 500cc
4. Langkah-langkah Tindakan Keperawatan yang dilakukan (menurut teori): 10

Melakukan tindakan ambulasi menurut Ernoviana (2019) :


1. Menjelaskan langkah tindakan dan tujuan tindakan ambulasi dini kepada pasien
2. Persiapan alat (Sarung tangan, ikat pinggang pengaman, alat bantu jalan seperti kruk, tongkat atau walker, meteran, alas
kaki sesuai indikasi)
3. Minta pasien untuk miring kiri dan kanan ditempat tidur dengan berpegangan pada pagar tempat tidur
4. Pasien dapat duduk dengan sandaran tempat tidur dinaikkan dan posisi tempat tidur diturunkan. Klien dapat duduk
dengan kaki digantung disamping tempat tidur, tangan pada posisi Tripod
5. Klien berdiri di samping tempat tidur untuk mengecek kemampuan menahan berat tubuh, keseimbangan dan stabilitas
pada kedua kaki. Klien boleh berjalan disamping tempat tidur.
6. Klien dapat berjalan perlahan sambil mengkaji kemampuan, keseimbangannya dan durasi yang mampu
7. Hitung nadi dan perhatikan respon klien
8. Membantu klien untuk berjalan secara perlahan-lahan
9. Klien diawasi saat menggunakan alat bantu
10. Memonitor respon klien dan dokumentasi

5. Dasar Pemikiran: 15
Open reduction and internal fixation (ORIF) merupakan salah satu jenis pembedahan yang biasanya dilakukan untuk
kondisi fraktur yang tidak stabil dengan melakukan pemasangan plate, skrup ataupun kombinasi keduanya. Meskipun
pasien yang mengalami fraktur biasanya segera mendapatkan penanganan tetapi pada beberapa kasus post fraktur,
pasien sering mengalami keterlambatan pergerakan karena adanya kelemahan otot, nyeri dan keterbatasan rentang
gerak (Purwanti, 2013).

Fraktur dapat menyebabkan periosteum, serta pembuluh darah didalam korteks, sumsum tulang dan jaringan tulang
disekitarnya akan mengalami disrupsi. Hematoma akan terbentuk diantara kedua ujung patahan tulang serta dibawah
periosteum, kemudian jaringan granulasi akan menggantikan hematoma.
Kerusakan jaringan tulang dapat memicu respon inflamasi intensif yang mengakibatkan sel-sel disekitar jaringan
lunak dan rongga sum-sum tulang menginvasi daerah fraktur kemudian aliran darah ke seluruh tulang akan
mengalami peningkatan. Sel-sel osteoblast didalam periosteum, endosteum, dan sum-sum tulang akan memproduksi
osteoid (tulang kalus). Osteosid akan mengeras disepanjang permukaan luar korpus dan pada kedua ujung patahan
tulang. Sel-sel osteoklast mereabsorbsi material dari tulang yang terbentuk sebelumnya dan sel-sel osteoblast
membangun kembali tulang tersebut. Kemudian osteoblast mengadakan transformasi menjadi osteosid (sel-sel tulang
yang matur). (Kowalak Wels & Mayer, 2014)
Pasien post operasi fraktur selalu mengalami permasalahan keterbatasan gerak yang disebabkan oleh pemasangan
fiksasi interna yang mengakibatkan nyeri sehingga pasien malas menggerakan ekstremitasnya yang berdampak pada
kelemahan otot dan vascular yang akibatnya adalah memperparah munculnya hambatan mobilisasi (Arman, 2013)
Salah satu rehabilitasi yang dilakukan setelah pembedahan post operasi adalah dilakukannya ambulasi dini. Ambulasi
dini adalah tindakan keperawatan yang mempunyai dampak yang signifikan dalam perawatan dan mencegah
komplikasi pasca operasi (Smeltzer, 2010, hlm. 472).
Ambulasi dini mempunyai beberapa keuntungan, keuntungan dari pergerakan dan latihan termasuk meningkatkan
kekuatan otot, menurunnya stress oksidatif dan inflamasi, perubahan mood yang positif, berkurangnya kelelahan dan
meningkatnya kemampuan untuk melanjutkan aktivitas pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Vollman, 2010).
6. Analisa Tindakan Keperawatan: 15

Prinsip tindakan ambulasi yaitu aman dan sesuai dengan kekuatan tubuh pasien. Untuk post operasi fraktur femur ambulasi
dini dilakukan pada hari pertama, dimulai dari sendi – sendi bagian distal, yaitu fleksi dan ekstensi jari – jari kaki, inversi
dan eversi kaki, serta fleksi dan ekstensi pergelangan kaki. Pada hari kedua dilakukan rotasi pangkal paha, abduksi dan
adduksi pangkal paha. Pada hari ketiga fleksi dan ekstensi lutut dan latihan menjuntaikan kaki pada salah satu sisi tempat
tidur. Selain terapi ROM, perawat perlu memberikan motivasi kepada pasien untuk terus berlatih (Hidayat, 2012).

Tindakan ambulasi dini adalah kegiatan yang dilakukan segera pada pasien post operasi dimulai dari bangun dan duduk
sampai pasien turun dari tempat tidur dan sampai pasien berjalan dengan bantuan alat sesui dengan kondisi pasien. Hal ini
bertujuan untuk melatih kembali fleksibilitas tulang secara bertahap.
Ambulasi dini merupakan komponen penting dalam perawatan paska operasi karena jika klien membatasi pergerakannya di
tempat tidur dan sama sekali tidak melakukan ambulasi klien akan semakin sulit untuk mulai berjalan. Dengan klien berani
bergerak diharapkan klien mau untuk melakukan aktivitas dasar dan tidak membatasi pergerakannya di tempat tidur.
(Kozier et al., 2012, hlm.262).

Ambulasi dini dapat meningkatkan mobilisasi klien dan mengurangi dampak imobilitas akibat fraktur. Mobilisasi adalah ide
pokok dalam keperawatan ortopedik, dengan dilakukan mobilisasi, diharapkan klien dapat mempertahankan kemandirian
(Knelae & Peter, 2011, hlm. 41).
7. Bahaya yang dapat terjadi? (Komponen Bahaya dan Pencegahan) 10

Bahaya:
1. Dapat terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem
muskuloskeletal.
2. Dapat terjadinya kecelakaan pada sistem muskuloskeletal. Seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri, maka
akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur muskuloskeletal, misalnya kelainan pada tulang vertebra.
3. Dapat terjadi hipotensi orthostatic.
4. Dapat tergelincir.

Pencegahan:
1. Berikan gerakan pemanasan kepada pasien seperti ROM
2. Lakukan secara perlahan dan bertahap agar tidak memaksa kerja musculoskeletal dan mengubah struktur
muskuloskeletal
3. Memperhatikan gejala-gejala pusing dan sulit bernafas pada pasien. Meminta pasien duduk di sisi tempat tidur untuk
beberapa menit sebelum berdiri biasanya sesuai dengan hipotensi orthostatik yang benar
4. Jaga punggung , leher , pelvis dan kaki lurus.
8. Hasil yang didapat: 10

S:
- Pasien mengatakan ADL masih dibantu sebagian oleh keluarga
- Pasien mengatakan masih sulit menopang tubuh walaupun dengan bantuan kruk
- Klien mengatakan nyeri sudah berkurang 4/2 terasa linu, seperti tertusuk benda tajam, hilang timbul.

O:
- TTV: TD = 120/80 mmHg, S = 36,0 0C, HR = 78x/menit, RR = 17x/menit
- Kaki kiri teraba bengkak dan hangat, pasien merasa nyeri ringan saat soft palpation di area patelar dan femur
- Kulit tampak kering, akral hangat dan tampak kemerahan
A:
Masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik belum teratasi
P:
Intervensi dilananjutkan

9. Evaluasi Diri: 5
Kelebihan :
Membuat analisa sintesa tindakan merupakan pengalaman yang baik bagi kami karena dengan membuat AST ini, tindakan
yang sudah kami lakukan kepada pasien dapat terdokumentasi dengan jelas dan dapat membantu kami untuk memperbaiki
kekurangan dalam tindakan selanjutnya. Dengan adanya kasus yang sudah diberikan juga membantu kami untuk
mendapatkan banyak jurnal dan artikel yang dapat memperluas wawasan tentang tindakan keperawatan.
Kekurangan :
Dengan pembelajaran online yang meminta kami untuk mengerjakan AST berdasarkan kasus yang sudah diberikan, kami
menjadi kurang banyak pengalaman dalam melakukan tindakan secara langsung kepada pasien, karena tindakan yang
seharusnya dapat kami temukan sendiri saat melakukan pengkajian, tapi kami hanya berpedoman pada kasus tanpa melihat
secara langsung kondisi pasien, dan respon pasien. Hal ini juga membuat kemampuan berpikir kritis kami kurang karena
tidak melakukan pengkajian secara langsung.
Perbaikan :
Belajar lebih fokus saat mengerjakan tugas yang diberikan, lebih banyak meluangkan waktu untuk membaca jurnal-jurnal dan
artikel-artikel untuk memperluas wawasan kami dan juga untuk meningkatkan pola berpikir kritis kami. Tidak mengerjakan
tugas dengan tergesa-gesa dan tidak teliti.

10. Daftar Pustaka (APA style): 5

Ernoviana. (2019). SOP Melaksanakan Ambulasi Dini. Solok : PPID


DeLaune, S & Ladner,P. (2011). Fundamentals of Nursing : Standards and Practice (4th.ed.). NewYork: Delmar
Cengage Learning
Smeltzer, S., Bare, B., Hinkle, J., & Cheever, K. (2010). Brunner & Suddart's Textbook of Medical-Surgical Nursing
(12th ed., Vol. I). Philadelphia, Baltimore, New York, London, Buenos Aires, Hongkong, Sydney, Tokyo: Wolters
Kluwer Health : Lippincott Williams & Wilkins.
Sutisna, E.N & Rayasari Fitriyan. (2018). Pengaruh Latihan Terstruktur Terhadap Kemampuan Ambulasi Dini Pada
Pasien Pasca ORIF Ekstremitas Bawah. Jakarta : Universitas Muhammadiyah
Mahali, A.Q. (2018). ASKEP Post Operasi Fraktur Femur Dengan Masalah Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik.
Jember : Universitas Negeri Jember
Hernawilly & Fatonah, Siti. (2012). Faktor Yang Berkontribusi Pada Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasien Fraktur
Ekstremitas Bawah. Jurnal Keperawatan. Vol 8 No 2 Hal : 12524-12924
Ayu Wulansari, M.N., Ismonah & Shobirun. (2015). Pengaruh Ambulasi Dini Terhadap Peningkatan Pemenuhan Activity
of Daily Living (ADL) Pada Pasien Post Operasi Fraktur Ekstremitas. Semarang : Poltekkes Kemenkes
Total 100

Anda mungkin juga menyukai