i
PENERAPAN FAMILIAR AUDITORY SENSORY TRAINING
PADA TINGKAT KESADARAN PASIEN STROKE DI RUANG
ICU RUMAH SAKIT PANDANARANG BOYOLALI
ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners dengan
Judul:
Yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Ners pada Program
Studi Profesi Ners Universitas ‘Aisyiyah Surakarta, sejauh yang saya ketahui
bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan
atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar ners di lingkungan Universitas
‘Aisyiyah Surakarta maupun di Perguruan Tinggi atau Instansi manapun. Apabila
ternyata di kemudian hari penulisan karya ilmiah akhir ners ini merupakan hasil
plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia
mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan
aturan tata tertib Universitas ‘Aisyiyah Surakarta.
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
NIM : 202214053
Dengan ini menyetujui dan memberikan Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-
Exclusive Royalty-Free Right) kepada Universitas ‘Aisyiyah Surakarta atas karya
ilmiah saya beserta perangkat yang ada didalamnya demi pengembangan ilmu
pengetahuan. Universitas ‘Aisyiyah Surakarta berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama masih mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Dibuat di : Surakarta
Yang menyatakan,
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING
v
PENGESAHAN PENGUJI
Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Ners pada Program Studi
Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Surakarta.
Laporan Tugas Akhir ini telah diujikan pada sidang ujian Karya Ilmiah Akhir
Ners pada tanggal 22 Juli 2023 dan dinyatakan memenuhi syarat/sah sebagai
Karya Ilmiah Akhir Ners pada Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Surakarta
Surakarta, 22 Juli 2023
Mengesahkan Penguji
a. Panggah Widodo, S.Kep., Ns., M., Kep ( )
NIP. 198112112007011005
vi
PRAKATA
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Atas Rahmat dan Ridhonya penulis
berhasil menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Akhir Ners ini dengan judul
“Penerapan Familiar Auditory Sensory Training Pada Tingkat Kesadaran Pasien
Stroke Di Ruang ICU Rumah Sakit Pandanarang Boyolali”. Penulis menyadari
penyusunan Karya Tulis Ilmiah Akhir Ners ini tidak dapat terselesaikan tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis mengucapkan
terimakasih atas kontribusi nyata yang diberikan kepada :
1. Ibu Riyani Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Rektor Universitas
‘Aisyiyah Surakarta
2. Ibu Norman Wijaya Gati, M.Kep., Ns., Sp.Kep.J selaku Ketu Program
Studi Profesi Ners
3. Ibu Eska Dwi Prajayanti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Koodinator Program
Profesi Ners
4. Ibu Hermawati, S.Pd., S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing Akademik
praktik stase Karya Ilmiah Akhir Ners
5. Bapak Panggah Widodo, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing Klinik
sekaligus Penguji stase Karya Ilmiah Akhir Ners
6. Kedua Orang Tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan
moril dan finansial dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini
7. Teman-teman seperjuangan Profesi Ners angkatan XIII dan khususnya
sahabat-sahabat luar kampus yang sangat membantu dan memberikan
support penulis sampai saat ini.
Penulis menyadari masih ada kelemahan dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir
Ners ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Semoga Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.
vii
PENERAPAN FAMILIAR AUDITORY SENSORY TRAINING
PADANTINGKAT KESADARAN PASIEN STROKE DI RUANG ICU
RUMAH SAKIT PANDANARANG BOYOLALI
Iffah Nur Fadzillah, Panggah Widodo, Hermawati
Iffah.Nurfa@gmail.com
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Surakarta
ABSTRAK
Latar belakang: Penyakit stroke dapat menyebabkan pasien mengalami kondisi
penurunan kesadaran. Pasien stroke yang mengalami penurunan kesadaran
memerlukan terapi non farmakologi sebagai terapi tambahan penunjang proses
penyembuhan yakni stimulasi sensori auditori. Salah satu intervensi stimulasi
sensori auditori yaitu berupa Familiar Auditory Sensory Training (FAST).
Tujuan : Untuk mengetahui penerapan familiar auditory sensory training pada
tingkat kesadaran pasien stroke di ruang ICU Rumah Sakit Pandanarang Boyolali.
Metode: Penerapan dilakukan dengan metode deskriptif studi kasus kepada 2
pasien stroke yang mengalami penurunan kesadaran di ICU. Instrumen : Lembar
observasi Glasgow Coma Scale (GCS). Hasil: Berdasarkan hasil penerapan yang
sudah dilakukan, terdapat perkembangan tingkat kesadaran pada pasien stroke
dengan penurunan kesadaran di ICU sesudah dilakukan penerapan familiar
auditory sensory training. Kesimpulan : Familiar Auditory Sensory Training
dapat dijadikan sebagai salah satu teknik non-farmakologis untuk meningkatkan
tingkat kesadaran pada pasien stroke yang mengalami penurunan kesadaran.
viii
APPLICATION OF FAMILIAR AUDITORY SENSORY TRAINING AT
THE LEVEL OF CONSCIOUSNESS OF STROKE PATIENTS IN THE
ICU ROOM OF PANDANARANG HOSPITAL, BOYOLALI
ABSTRACT
Background: Stroke can cause patients to experience a state of decreased
consciousness. Stroke patients who experience decreased consciousness require
non-pharmacological therapy as additional therapy to support the healing process,
namely auditory sensory stimulation. One of the auditory sensory stimulation
interventions is in the form of Familiar Auditory Sensory Training (FAST)..
Objective: To determine the application of familiar auditory sensory training on
the level of consciousness of stroke patients in the ICU room of Pandanarang
Boyolali Hospital. Methods: The application was carried out using a case study
descriptive method to 2 stroke patients who experienced decreased consciousness
in the ICU. Instrument: Glasgow Coma Scale (GCS) observation sheet. Results:
Based on the results of the implementation that has been carried out, there is an
increase in the level of consciousness in stroke patients with decreased
consciousness in the ICU after implementing familiar auditory sensory training.
Conclusion: Familiar Auditory Sensory Training can be used as a non-
pharmacological technique to increase the level of consciousness in stroke
patients who experience decreased consciousness.
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR.....................................................................................................i
SAMPUL DALAM................................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH AKHIR NERS....................iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...............................................iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................v
PENGESAHAN PENGUJI..................................................................................vi
PRAKATA............................................................................................................vii
ABSTRAK...........................................................................................................viii
ABSTRACT...........................................................................................................ix
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................3
1. Tujuan Umum............................................................................................3
2. Tujuan Khusus...........................................................................................3
D. Manfaat............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................5
A. Anatomi Fisiologis Sistem Syaraf..................................................................5
B. Konsep Stroke...............................................................................................10
1. Pengertian................................................................................................10
2. Klasifikasi................................................................................................11
3. Etiologi....................................................................................................11
4. Faktor Risiko...........................................................................................12
5. Pathway...................................................................................................17
6. Tanda dan Gejala.....................................................................................18
7. Komplikasi...............................................................................................19
x
8. Penatalaksanaan.......................................................................................20
C. Tingkat Kesadaran.......................................................................................21
1. Pengertian................................................................................................21
2. Etiologi....................................................................................................22
3. Pemeriksaan Neurologis..........................................................................23
D. Konsep Familiar Auditory Sensory Training (FAST).................................27
1. Pengertian................................................................................................27
2. Tujuan Familiar Auditory Sensory Training (FAST)..............................28
3. Tahapan Prosedur Familiar Auditory Sensory Training (FAST)............28
E. Konsep Asuhan Keperawatan.....................................................................31
1. Pengkajian...............................................................................................31
2. Keluhan Utama........................................................................................31
3. Primary Survey........................................................................................32
4. Pemeriksaan Sistem Tubuh.....................................................................33
5. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................35
6. Diagnosa Keperawatan............................................................................37
7. Intervensi Keperawatan...........................................................................38
BAB III METODE PENERAPAN DAN GAMBARAN KASUS....................42
A. Rancangan Penerapan..................................................................................42
B. Subyek Penerapan........................................................................................42
C. Gambaran Kasus..........................................................................................43
D. Definisi Operasional......................................................................................49
E. Tempat dan Waktu Penerapan....................................................................49
F. Pengumpulan Data........................................................................................49
G. Cara Pengolahan Data..................................................................................50
H. Etika Penerapan............................................................................................57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................53
A. Hasil Penerapan............................................................................................53
1. Gambaran Lokasi Penerapan...................................................................53
2. Hasil Penerapan.......................................................................................53
B. Pembahasan...................................................................................................56
xi
1. Tingkat Kesadaran Sebelum Diberikan Intervensi Familiar Auditory
Sensory Training Pada Pasien Stroke Di Ruang ICU Rumah Sakit
Pandanarang Boyolali................................................................................56
2. Tingkat Kesadaran Sesudah Diberikan Intervensi Familiar Auditory
Sensory Training Pada Pasien Stroke Di Ruang ICU Rumah Sakit
Pandanarang Boyolali................................................................................57
3. Perkembangan Tingkat Kesadaran Pasien Stroke Sebelum dan Sesudah
Diberikan Familiar Auditory Sensory Training Di Ruang ICU Rumah
Sakit Pandanarang Boyolali.......................................................................53
4. Perbandingan Hasil Akhir Antara 2 Responden........................................59
C. Keterbatasan Penerapan..............................................................................61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................63
A. Kesimpulan....................................................................................................63
B. Saran..............................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................65
LAMPIRAN..........................................................................................................70
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR SINGKATAN
AF : Atrial Fibrilasi
ALS : Amyotrophic lateral sclerosis
Ct Scan : Computed Tomography Scan
GCS : Glasgow Coma Scale
Hb : Hemoglobin
ICH : Intracerebral Hematom
ICU : Intensive Care Unit
MRI : Magnetic Resonance Imaging
TIA : Transient Ischemic Attack
TIK : Tekanan Intra Kranial
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit stroke dapat menyebabkan pasien mengalami kondisi
penurunan kesadaran (Aripratiwi, C.dkk. 2020). Pada kasus tersebut,
terdapat dua kemungkinan yaitu pasca stroke dengan kecacatan hingga
berujung kematian. Sekitar 70% kejadian penyakit stroke dan 87%
disabilitas dan kematian karena stroke terjadi di negara berpendapatan
rendah dan menengah (KEMENKES, 2018). Menurut Data World Stroke
Organization bahwa setiap tahunnya ada 13,7 kasus baru stroke dan
sekitar 5,5 juta kematian akibat penyakit stroke (KEMENKES, 2019).
Di Amerika Serikat, stroke menjadi penyakit nomor lima yang
menyebabkan kematian, setelah penyakit jantung, kanker, dan penyakit
pernafasan kronis (Alifudin & Ediati, 2019). Menurut Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2018, prevalensi stroke (permil)
berdasarkan diagnosis pada penduduk umur lebih dari 15 tahun, pada
tahun 2018 Indonesia 10,9‰. Dengan spesifikasi laki-laki 11,0‰,
perempuan 10,9‰ (Riskesdas, 2018). Prevalensi stroke di Jawa Tengah
pada tahun 2018 berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥15
Tahun sebesar 11,80% (Riskesdas, 2018). Berdasarkan data Profil
Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2018 diketahui bahwa Boyolali memiliki
prevalensi stroke hemoragik sebesar 454 per 4000 penduduk sedangkan
untuk stroke non hemoragik sebesar 2.819 dari 10.000 penduduk.
Sementara di Surakarta, prevalensi kasus stroke terbanyak terdapat di
Puskesmas Serabelan sejumlah 342 kasus (Dinas Kesehatan Surakarta,
2019). Berdasarkan data yang didapatkan dari rekam medis Rumah Sakit
Pandanarang Boyolali prevalensi stroke di ICU Rumah Sakit Pandanarang
Boyolali pada 1 bulan terakhir yaitu pada bulan Juni sejumlah 7 kasus.
Menurut National Stroke Association sekitar 15% dari seluruh
stroke terjadi pada usia muda dan remaja. Diperkirakan 10% stoke pada
1
usia muda terjadi dibawah usia 50 tahun. Pada dekade yang lalu
didapatkan 44%
2
3
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan tingkat kesadaran pasien stroke sebelum
diberikan familiar auditory sensory training di ruang ICU Rumah
Sakit Pandanarang Boyolali
b. Mendeskripsikan tingkat kesadaran pasien stroke sesudah diberikan
familiar auditory sensory training di ruang ICU Rumah Sakit
Pandanarang Boyolali
c. Mendeskripsikan perkembangan tingkat kesadaran pasien stroke
sebelum dan sesudah diberikan familiar auditory sensory training
di ruang ICU Rumah Sakit Pandanarang Boyolali
d. Mendeskripsikan perbandingan hasil akhir antara 2 responden.
D. Manfaat Penerapan
1. Manfaat Praktis
Memberikan manfaat pengetahuan untuk masyarakat mengenai
familiar auditory sensory training untuk pasien stroke yang mengalami
penurunan kesadaran.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi mahasiswa keperawatan
Familiar auditory sensory training dapat dijadikan sebagai sumber
informasi dan referensi bagi mahasiswa keperawatan dalam
mempelajari asuhan keperawatan pada pasien stroke yang
mengalami penurunan kesadaran.
b. Bagi perawat
Sebagai tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelayanan asuhan
keperawatan gawat darurat dan kritis dapat menerapkan familiar
auditory sensory training sebagai terapi nonfarmakologi pada
pasien stroke yang mengalami penurunan kesadaran.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
7
rangsang penglihatan dari nervus optikus dan mengasosiasikan
rangsang ini dengan informasi saraf lain dan memori.
8
9
6. Nervus abdusen
Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya sebagai
saraf penggoyang sisi mata.
7. Nervus fasialis
Sifatnya majemuk (sensori dan motorik) serabut-serabut
motorisnya mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir ronga
mulut. Di dalam saraf ini terdapat serabut-serabut saraf otonom
(parasimpatis) untuk wajah dan kulit kepala fungsinya sebagai
mimik wajah untuk menghantarkan rasa pengecap.
8. Nervus Vestibulokoklearis
Sifatnya sensori, mensarafi alat pendengar, membawa
rangsangan dari pendengaran dan dari telinga ke otak.
Fungsinya sebagai saraf pendengar.
9. Nervus glosofaringeus
Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi faring,
tonsil dan lidah, saraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa
ke otak.
10. Nervus vagus
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris) mengandung saraf-
saraf motorik, sensorik dan para simpatis faring, laring, paru-
paru, esofagus, gaster intestinum minor, kelenjar-kelenjar
pencernaan dalam abdomen. Fungsinya sebagai saraf perasa.
11. Nervus asesorius
Saraf ini mensarafi muskulus sternokleidomastoid dan
muskulus trapezium, fungsinya sebagai saraf tambahan.
12. Nervus hipoglosus
Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai saraf
lidah. Saraf ini terdapat di dalam sumsum penyambung (Jeri,
2022).
13
1. Epilepsi
Epilepsi merupakan suatu penyakit neurologi yang ditemukan pada
semua umur yang ditandai dengan gejala khas berupa kejang berulang
yang diakibatkan oleh lepasnya muatan listrik pada neuron otak secara
berlebihan dan paroksismal (Rahmat, 2021).
2. Meningitis
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piamater dan arakhnoid serta dapat juga mengenai jaringan otak dan
medula spinalis bagian superfisial (Maisuri, 2021).
3. Bell’s palsy
Bell’s palsy adalah kelumpuhan saraf fasialis perifer akibat proses
non-supuratif, non-neoplasmatik, non-degeneratif dan akibat edema di
bagian saraf fasialis foramen stilomastoideus atau sedikit proksimal
dari foramen tersebut, yang mulainya akut dan dapat sembuh sendiri
tanpa pengobatan (Yuliani, 2022).
4. Parkinson
Penyakit parkinson adalah salah satu penyakit neurodegeneratif yang
menyebabkan penderitanya mengalami gangguan fungsi otak dan
menurunnya kontrol otak yang ditandai dengan tremor, rigiditas,
bradikinesia, dan kehilangan refleks postural yang menyerang
individu diatas 65 tahun (Rifky, 2020).
5. Hidrosefalus
Kondisi dimana cairan seberospinal (CSF) mengalami penumpukan
yang mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan
memberikan tekanan pada jaringan normal di sekitarnya (Permana,
2018).
14
6. Poliomielitis
Poliomyelitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan yaitu virus
polio type 1, 2, dan 3 (Indrayani, 2021).
7. Alzheimer
Sindrom neurodegeneratif yang timbul karena adanya kelainan yang
bersifat kronis progresif disertai dengan gangguan fungsi luhur
multipel seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa dan mengambil
keputusan (Basri, 2020)
8. Stroke
Stroke merupakan gangguan syaraf terjadi karena gangguan aliran
darah otak sehingga pembuluh darah di otak rusak berlangsung selama
24 jam atau lebih (Kusyani, dkk. 2022).
9. Amyotrophic lateral sclerosis (ALS)
Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) adalah penyakit neurodegeneratif
yang menyerang neuron motorik. Amyotrophy menunjukkan adanya
atrofi serat otot, yang diinervasi oleh anterior horn cell yang
mengalami degenerasi, menyebabkan kelemahan otot dan fasikulasi
(Pramaswari, 2017).
10. Migrain
Penyakit yang ditandai dengan nyeri kepala primer, bersifat berulang
manifestasi serangan selama 4-72 jam dengan karakteristiknya nyeri
kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah
berat dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan nausea dan
ataufotofobia dan fonofobia (Elviana, 2020).
B. Konsep Stroke
1. Pengertian
Stroke didefinisikan sebagai sebuah sindrom yang memiliki
karakteristik tanda dan gejala neurologis klinis fokal dan/atau global
yang berkembang dengan cepat, adanya gangguan fungsi srebral,
dengan gejala yang berlangsung lebih dari 24 jam atau menimbulkan
15
2) Usia
Adanya penambahan usia/umur pada seseorang akan terjadi
kurangnya fleksibilitas dan lebih terasa kaku pada jaringan
tubuh, termasuk dengan pembuluh darah. Pada umunya, pada
orang yang telah berumur tua lebih rentan terhadap stroke
dibandingkan dengan yang lebih muda (Kusyani, dkk. 2022).
3) Jenis kelamin
Umumnya stroke cenderung lebih sering menyerang laki-laki
dibandingkan wanita. Namun wanita memiliki prognosis yang
lebih buruk dibandingkan laki-laki jika terkena stroke. Data
dari Framingham Heart Study menunjukkan bahwa
dibandingkan dengan pria kulit putih, wanita kulit putih
berusia 45 hingga 84 tahun memiliki risiko stroke yang lebih
rendah daripada pria, tetapi hubungan ini terbalik pada wanita
yang berusia lebih dari 85 tahun, yang risikonya lebih tinggi
daripada pria. Prevalensi stroke meningkat saat wanita
mencapai transisi menopause.
Studi menunjukkan bahwa wanita dilindungi oleh estrogen
endogen. Namun, umumnya stroke yang terjadi pada wanita di
atas usia 70 tahun, yang cenderung terisolasi secara sosial,
hidup sendiri, memiliki kendala fiskal, dan tingkat penyakit
penyerta yang lebih tinggi. Jenis kelamin merupakan faktor
resiko terkena stroke (Maharisky, 2021). Laki-laki memiliki
resiko lebih tinggi terkena stroke daripada perempuan. Hal ini
terjadi karena dilihat dari kebiasaan merokok, risiko terhadap
hipertensi, hiperurisemia, hopertrigliserida lebih tinggi pada
laki-laki. (Agustanti, dkk. 2022).
4) Riwayat Stroke
Riwayat keluarga telah digunakan untuk mewakili
kecenderungan genetik, dan hubungannya terkait dengan risiko
22
Turbulensi
Pembuluh darah menjadi pecah
Thrombus cerebral Mengikuti aliran darah
Eritrosit bergumpal
Emboli Stroke hemoragik Kompresi
Stroke non hemoragik jaringan otak Endotil rusak
Arteri vertebro Kerusakan neurocerebrospinal N.VII Kerusakan neurologis, defisit N.I Arteri cerebri media
(Fasialis), N.IX (Glossofaringeus) Penurunan fungsi N.X (Vagus), Arteri carotis
basilaris (Olfaktorius), N. II (Optikus), N.IX (Glossofaringeus)
N.XII (Hipoglosus) N.IV (Troklearis) interna
Disfungsi N. II Disfungsi N.XI
Disfungsi N.XI (Assesoris) (Optikus)
Kontrol otot fasial / oral N. XII (Hipoglossus)
Proses menelan tidak efektif
menjadi lemah
Perubahan ketajaman sensori, penghidu, Penurunan fungsi motorik
Penurunan fungsi motorik pe aliran darah ke
pengelihatan dan pengecap
retina
Kehilangan fungsi tonus Refluks
Kelemahan pada otot fasial / oral Kegagalan
satu/ keempat Ketidakmampuan Disfagia Kemampuan retina menggerakkan
anggota gerak Ketidakmampuan menghidu,melihat, mengecap untuk menangkap anggota tubuh
berbicara, menyebut obyek/bayangan P
Anoreksia
Gangguan kata-kata Defisit perawatan diri
Gangguan persepsi
mobilitas fisik Kebutaan
sensori Defisit Nutrisi
Gangguan
komunikasi verbal
b. Non hemoragik
Gejala neurologis dan tanda dari stroke non hemoragik umumnya
muncul secara tiba-tiba, yang paling khas adalah serangan
hemiparesis yang tiba-tiba pada. Gejala dan tanda bervariasi
tergantung dari lokasi oklusi. Stroke jenis ini lebih sering terjadi
pada orang tua dan biasanya terjadi tanpa adanya peringatan pada
lebih 80% kasus. Tanda peringatan yang penting adalah jika
terjadinya Transient Ischemic Attack (TIA) pada pasien.
26
b. Pemberian oksigenasi
c. Mengendalikan tekanan darah klien dalam batas normal
d. Memperbaiki aritmia jantung
e. Perawatan kandung kemih
f. Memberikan kenyamanan pada klien dengan pemberian posisi
yang tepat dan lakukan perubahan posisi tiap 2 jam
g. Lakukan latihan gerak aktif maupun pasif
h. Kurangi asupan kolesterol dan lemak jenuh
i. Kontrol diabetes dan berat badan.
j. Koreksi adanya adanya kelainan gas darah
k. Perhatikan pemenuhan nutrisi (kalori) dan keseimbangan cairan
elektrolit.
l. Posisikan kepala dengan ditinggikan 30°
m. Terapi familiar auditory sensory training (FAST) (Aripratiwi,
C.dkk. 2020)
C. Tingkat Kesadaran
1. Pengertian
Tingkat kesadaran merupakan keadaan kesadaran seseorang terjaga
dan waspada, dimana sebagian besar manusia berfungsi saat tidur atau
salah satu tahap tidur normal yang dikenali dari mana orang tersebut
dapat segera dibangunkan (O’Callaghan, 2016). Keadaan seseorang
yang terjaga dan waspada disebut juga dengan tingkat kesadaran
dimana tingkat kesadaran menggambarkan seseorang dapat melakukan
aktivitas, komunikasi, dan mengidientifikasi lingkungan sekitar
(Dwiyanto, et al., 2022).
Tingkat kesadaran seseorang dapat menurun sehingga
mengakibatkan kewaspadaannya juga mengalami penurunan.
Penurunan tingkat kesadaran dapat mengakibatkan terjadinya hal yang
dapat mengancam jiwa yang berujung pada kematian. Tingkat
kesadaran juga dapat menjadi tanda kegawatdaruratan neurologis akut
29
Adapun tabel Glasgown Coma Scale (GCS) yang dipakai sampai saat
ini yaitu :
Tabel 2.1 Glasgown Coma Scale (GCS)
Kategori Rangsangan
Respon Pasien Skor
Respon yang Sesuai
Perawat Membuka mata spontan 4
mendekati
pasien
Memberi Membuka mata terhadap panggilan nama atau perintah 3
perintah
Mata
verbal
Nyeri Mata tidak membuka terhadap rangsangan perinta 2
verbal, tetapi membuka bila diberi rangsangan nyeri
Mata tidak membuka terhadap rangsangan apapun 1
Tidak dapat diperiksa (Not testale) NT
Orientasi baik, fasih, identifikasi diri, tempat, tahun, 5
dan bulan dengan benar
Bingung, lancar tetapi mengalami disorientasi pada 4
satu atau lebih kalimat
Pertanyaan
Penggunaan kata-kata yang tidak sesuai atau tidak 3
Verbal verbal dengan
teratur, tidak dapat mempertahankan kecakapan bicara
pasien
Suara tidak teratur 2
Tidak ada suara, bahkan dengan rangsangan nyeri yang 1
kuat
Tidak dapat diperiksa (Not tesTabel) NT
36
c. Sesi FAST
1) Sesi pertama selama 1 menit, menceritakan mengenai awal
dari pasien mengalami penurunan kesadaran termasuk waktu
dan tempat pasien mengalami serangan stroke.
2) Sesi dua ( 4 menit) menceritakan kenangan indah bersama
dengan pasien
3) Sesi ketiga (5 menit), keluarga diminta berbicara hal apa yang
akan dilakukan ketika pasien sadar dan mendorong pemulihan
pasien mereka diminta berbicara dengan kata-kata yang
menjanjikan
4) Waktu
FAST dilakukan tiga kali sehari selama 10 menit dengan jarak 2
jam dalam jangka waktu tiga hari berturut-turut (Pape T.L.B.dkk,
2012).
5) Alat dan Bahan
1) Recorder atau HP
2) Earphone
3) Lembar observasi GCS
6) Fase Kerja
Berikut fase kerja pemberian Familiar Auditory Sensory Training
(FAST) (Mohammadi, M.K., dkk. 2019 dan Aripratiwi, C. dkk.
2020):
1) 5 menit sebelum diberikan FAST, dilakukan pengecekan
tingkat kesadaran menggunakan lembar observasi Glasgown
Coma Scale (GCS).
2) Kemudian dilanjutkan dengan pemberian FAST tahap
pertama yang berdurasi 10 menit.
3) Lalu berikan jeda selama 2 jam sebelum dilanjutkan ke tahap
kedua.
39
4) Lakukan hal yang sama sampai pada tahap yang terakhir yaitu
tahap ketiga FAST.
5) Lakukan pengecekan tingkat kesadaran, jarak 5 menit sesudah
diberikan FAST menggunakan lembar observasi Glasgown
Coma Scale (GCS).
3. Primary survey
Primary survey meliputi (Alfikasari, 2020):
a. Airway
Periksa jalan nafas dari sumbatan benda asing (padat, cair) setelah
dilakukan pembedahan akibat pemberian anestesi. Patency jalan
nafas, dengan meletakan tangan di atas mulut atau hidung.
Auscultasi paru, keadekuatan expansi paru, kesimetrisan.
b. Breathing
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama
jantung, sehingga terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman,
frekuensi maupun iramanya. Napas berbunyi, stridor, ronkhi,
wheezing (kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi
peningkatan produksi sputum pada jalan napas
(Asyifaurrohman,2017). Perubahan pernafasan (rata-rata, pola,
dan kedalaman). RR < 10 X / menit depresi narcotic, respirasi
cepat, dangkal. gangguan kardiovaskuler atau rata-rata
metabolisme yang meningkat. Pergerakan dinding dada,
penggunaan otot bantu pernafasan diafragma, retraksi sternal efek
anestesi yang berlebihan, obstruksi.
c. Circulation
Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah
bervariasi. Tekanan pada pusat vasomotor akan meningkatkan
transmisi rangsangan parasimpatik ke jantung yang akan
mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda
peningkatan tekanan intrakranial. Perubahan frekuensi jantung
(bradikardia, takikardia yang diselingi dengan bradikardia,
disritmia). Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban,
turgor kulit, balutan
42
d. Disability
Berfokus pada status neurologi kaji tingkat kesadaran pasien,
tanda-tanda respon mata, respon motorik dan tanda-tanda vital.
Inspeksi respon terhadap rangsang, masalah bicara, kesulitan
menelan, kelemahan atau paralisis ekstremitas, perubahan visual
dan gelisah
e. Exposure
Adanya suatu trauma dapat mempengaruhi exposure, reaksi kulit,
adanya tusukan dan tanda-tanda lain yang harus diperhatikan.
Dalam penilaian exposure dapat diperhatikan diantaranya apakah
terjadi hipotermia, deformitas, hematoma, laserasi, contusion,
abrasi, edema dan nyeri.
4. Pemeriksaan Sistem Tubuh
Pemeriksaan system tubuh meliputi (Alfikasari, 2020):
a. Brain
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis bergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area
yang perfusinya tidak adekuat dan aliran darah kolateral
(sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat
membaik sepenuhnya.
1) Tingkat Kesadaran : Pada keadaan lanjut, tingkat kesadaran
klien ICH biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan
semikomatosa.
2) Pemeriksaan Saraf Kranial
a) Saraf I : biasanya tidak terdapat kelainan pada fungsi
penciuman
b) Saraf II : disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras
sensorik primer diantara mata dan korteks visual.
Gangguan hubungan visual spasial (mendapatkan
hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial) sering
terlihat pada klien dengan hemiplagia kiri. Klien
43
7. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Waktu Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional TTD
Keperawatan
1. Selasa, 04 Risiko Perfusi Setelah diberikan asuhan keperawatan Observasi Iffah
Terapi Familiar Auditory
Juli Serebral Tidak 3x24 jam masalah Resiko perfusi serebral - Monitor tingkat kesadaran
Sensory Training (FAST)
2023/09.00 Efektif tidak efektif teratasi dengan kriteria hasil : - Monitor ingatan terakhir
merupakan terapi non
Terapeutik
farmakologi yang bertujuan
Perfusi serebral (L.02014; 86) - Berikan terapi familiar auditory sensory
untuk meningkatkan angka
- Tingkat kesadaran meningkat training
Glasgow Coma Scale (GCS)
dengan skala 5 Edukasi
(Wibowo, D.dkk. 2022)
- Tekanan intracranial menurun - Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
dengan skala 5 - Informasikan hasil pemantauan
- Sakit kepala menurun dengan (I.06197; 245)
skala 5
- Gelisah menurun dengan skala 5
- Kesadaran membaik dengan
skala 5
2. Selasa, 04 Gangguan rasa Setelah diberikan asuhan keperawatan Observasi Iffah
Juli nyaman 3x24 jam masalah gangguan rasa nyaman - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
2023/09.00 teratasi dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
Status kenyamanan (L.08064; 110) Terapeutik
- Keluhan tidak nyaman menurun - Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
dengan skala 5 mengurangi rasa nyeri
- Gelisah menurun dengan skala 5 - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Kesejahteraan fisik meningkat Edukasi
dengan skala 5 - Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Kesejahteraan psikologis - Ajarkan Teknik nonfarmakologi untuk
meningkat dengan skala 5 mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
49
(I.08238; 201)
50
5. Selasa, 04 Defisit perawatan diri Setelah diberikan asuhan keperawatan Observasi Iffah
Juli 3x24 jam masalah deficit perawatan diri - Monitor tingkat kemandirian
2023/09.00 teratasi dengan kriteria hasil - Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan
Terapeutik
Perawatan diri (L.11103; 81) - Sediakan lingkungan yang terapeutik
- Kemampuan mandi meningkat - Dampingi dalam melakukan perawatan diri
dengan skala 5 sampai mandiri
- Verbalisasi keinginan melakukan Edukasi
perawatan diri meningkat dengan - Anjurkan melakukan perawatan diri secara
skala 5 konsisten sesuai kemampuan
- Kemampuan makan meningkat (I.11348; 36)
dengan skala 5
6. Selasa, 04 Defisit nutrisi Setelah diberikan asuhan keperawatan Observasi Iffah
Juli 3x24 jam masalah defisit nutrisi teratasi - Identifikasi status nutrisi
2023/09.00 dengan kriteria hasil : - Identifikasi hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
Status nutrisi (L.03030; 121) - Lakukan oral hygiene sebelum makan
- Berat badan membaik dengan - Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
skala 5 protein
- Indeks masa tubuh (IMT) Edukasi
membaik dengan skala 5 - Ajarkan diet yang di programkan
- Bising usus membaik dengan Kolaborasi
skala 5 - Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
- Membran mukosa membaik makan
dengan skala 5 - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan
(I.03119; 200)
52
A. Rancangan Penerapan
Metode yang digunakan dalam penerapan ini adalah deskriptif studi kasus,
yaitu menggambarkan bagaimana penerapan Familiar Auditory Sensory
Training (FAST) pada tingkat kesadaran pasien stroke di ICU. Penerapan
Familiar Auditory Sensory Training (FAST) pada tingkat kesadaran pasien
stroke di ICU hanya untuk mendeskripsikan tingkat kesadaran sebelum
dan setelah diberikan Familiar Auditory Sensory Training (FAST).
B. Subyek Penerapan
Subjek dalam penerapan ini adalah pasien stroke yang mengalami
penurunan kesadaran di ICU Rumah Sakit Pandanarang Boyolali dengan
kriteria sebagai berikut :
2. Kriteria inklusi
a. Bersedia menjadi responden
b. Usia pasien 35-75 tahun
c. Nilai GCS pasien 3-14
d. Pendamping pasien minimal usia 18 tahun
e. Merupakan keluarga inti pasien.
3. Kriteria eksklusi
a. Keluarnya darah dan pus dari telinga dan hidung
b. Dilakukan tindakan pembedahan (kraniotomi) dan
ventriculoperitoneal shunt
c. Pasien mengalami infeksi nosocomial
d. Pasien mengalami gangguan pendengaran
e. Terpasangnya ventilator & penggunaan obat opiad pada pasien.
53
C. Gambaran Kasus
Tabel 3.2 Gambaran Kasus
No Responden 1 Responden 2
1. Identitas Identitas
Nama : Ny.S Nama : Ny. W
Usia : 70 Tahun/ 18 Mei 1953 Usia : 67 Tahun/ 01 Juli 1956
Jenis kelamin : Perempuan Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Boyolali Alamat : Boyolali
No Registrasi : 23674xxx No Registrasi : 19602xxx
Diagnosa Medis : Infark cerebri Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragik
Keluhan utama : Penurunan kesadaran Keluhan utama : Penurunan kesadaran
2. Primary Survey Primary Survey
Airway Bicara : Vokalisasi tidak jelas Airway Bicara : Disorientasi tempat dan waktu
Suara nafas : vesikuler Suara nafas : vesikuler
Artifisial airway : tidak terpasang OPA/ETT Artifisial airway : tidak terpasang OPA/ETT
54
Data obyektif :
Data obyektif : Respiratory rate : 18x/menit
- Respirasi rate : 18x/menit
- Pasien tampak mengunakan NRM 8 lpm Nadi : teraba
Circulation Irama : reguler
Nadi : teraba Denyut : kuat
Irama : Irreguler Akral : hangat
Denyut : Kuat Warna kulit : pucat
Akral : Hangat CRT : <1 detik
Circulation Warna kulit : Pucat
Edema : Tidak ada Data subyektif :
CRT : < 1 detik Tidak terkaji (pasien mengalami disorientasi)
Data obyektif :
Data subyektif : - Nadi : 84x/menit
Tidak terkaji (pasien mengalami penurunan kesadaran) - Tekanan darah : 153/70 mmHg
Data obyektif : - SPO2 :100%
- Nadi : 92x/menit - EKG : Sinus rhytm
- Tekanan darah : 120/56 mmHg
- Spo2 : 100% Respon :A V√ P U
- EKG : Sinus rhytm Kesadaran : Delirium
Disability Pupil : Isokor
Respon : A V P√ U GCS : E3V4M3
Kesadaran : Sopor
Pupil : Isokor Data subyektif :
GCS : E2 V2 M2 Tidak terkaji (pasien mengalami disorientasi)
Data obyektif :
Data subyektif : - Pasien membuka mata saat dipangil namanya
Disability Tidak terkaji (pasien mengalami penurunan kesadaran) - Respon verbal pasien disorientasi pada kalimat tertentu
Data obyektif : - Respon motoric pasien tangannya mengepal saat diberi
- Pasien membuka saat diberi rangsang nyeri rangsang nyeri
- Pasien hanya mengerang sesekali - GDS 280 mg/dl
- Respon motoric pasien tungkai kaki ekstensi,
telapak kaki fleksi Hipotermia : Tidak
55
- GDS 149 mg/dl Deformitas : Tidak ada
Hematoma : Ada
Hipotermia : Tidak Exposure Penetrasi : Tidak ada
Deformitas : Tidak ada Laserasi : Tidak ada
Hematoma : Tidak ada Contusio : Tidak ada
Laserasi : Tidak ada Abrasi : Tidak ada
Exposure
Contusio : Tidak ada Suhu : 36,8oC
Abrasi : Tidak ada
Suhu : 37oC
Data subyektif :
Data subyektif : Tidak terkaji (pasien mengalami disorientasi)
Tidak terkaji (pasien mengalami penurunan kesadaran) Data obyektif :
Data obyektif : - Terdapat hematoma di lutut kanan bagian dalam
- Terdapat luka decubitus di pinggul grade 1, - Luas hematoma kurang lebih 5 cm
luas kurang lebih 3 cm
3. Pemeriksaan Sistem Tubuh Pemeriksaan Sistem Tubuh
Brain Inspeksi Brain Inspeksi
- Kesadaran sopor - Keadaan delirium
- Tidak terdapat lesi - Tidak terdapat lesi
- Normosefali - Normosefali
Palpasi Palpasi
Tidak terdapat luka tekan Tidak ada luka tekan
Inspeksi Inspeksi
Blood Blood
Iktus kordis di ICS (intercostal space) VI garis aksila Iktus kordis di ICS VII garis aksila anterior sinistra
anterior sinistra
Palpasi
Palpasi Iktus kordis di ICS VII garis aksila anterior sinistra
Iktus kordis teraba di ICS (intercostal space) VI garis aksila
anterior sinistra. Perkusi
Redup
Perkusi
Redup Auskultasi
56
Bunyi jantung lup dub, tidak ada suara tambahan
Auskultasi
Bunyi jantung bunyi I–II regular
Inspeksi Inspeksi
Breath Tidak terdapat retraksi dinding dada Breath Tidak terdapat retraksi dinding dada
Palpasi Palpasi
Tidak terdapat benjolan ataupun fraktur pada dinding dada Tidak terdapat benjolan atau fraktur pada dinding dada
Perkusi Perkusi
Sonor Sonor
Auskultasi Auskultasi
Vesikuler Vesikuler
Inspeksi Inspeksi
- Tidak tampak lesi - Tidak tampak lesi
Bowel - Terpasang NGT Bowel - Tidak terpasang NGT
Auskultasi Auskultasi
Bising usus 10x/menit Bising usus 10x/menit
Perkusi Perkusi
Timpani Timpani
Palpasi Palpasi
Tidak ada benjolan, edema Tidak ada abenjolan, edema
57
- Ektremitas kanan atas terpasang infus clinimix serta plasmonate 40 cc/jam melalui infus pump
40cc/jam melalui infus pump - Ekstremitas kiri atas terpasang infus clinoleic 40 cc/jam
- Ektremitas kanan bawah terpasang RL dan melalui infus pump
plasmanate 40 cc/jam melalui infus pump
- Terpasang urine kateter - Terpasang urine kateter 450 cc/8 jam
- Urine tampak kuning keruh, jumlah urine 500/8 - Urine berwarna kuning cerah
jam
Bladder Bladder
4. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Hemoglobin : 7,3 g/dl Laboratorium Hemoglobin :11,9 g/dl
07 Juli 2023 Leukosit : 7940 /µL 06 Juli 2023 Leukosit : 9500 /µL
Trombosit : 263 103/ µL Trombosit : 181 103/ µL
APTT : 40,8 detik APTT : 27,6 detik
PTT : 13,3 detik PTT : 14,8 detik
Natrium : 134 mmol/L Natrium : 139 mmol/L
Ureum : 54 mg/dl Kalium : 3,9 mmol/L
Kreatinin : 1,4 mg/dl Ureum : 78 mg/dl
Albumin : 2,5 g/dl Kreatinin : 6,6 mg/dl
SGOT : 40 U/L
SGPT : 70 U/L
Albumin : 2,7 g/dl
Foto thorax Kardiomegali Foto thorax Kardiomegali
28 Juni 2023 05 Juli 2023
CT Scan - Infark cerebri di lobus frontalis kiri, corona radiata
30 juni 2023 kiri, nucleus lentiformis kiri
- Multiple lacunar infark di crus posterior
5. Terapi Terapi
Enteral Enteral
Rebamipid 3x1 Obat maag yang biasa digunakan untuk Metformin 1 x 500 mg Obat antidiabetes generik yang dapat mengontrol
mengobati tukak lambung dan gastritis. dan menurunkan kadar gula darah pada
Misoprostol 2 x 1 mg Untuk mengatasi tukak lambung atau ulkus penderita diabetes tipe 2.
duodenum Adalat oros 1 x 30 mg Obat yang di gunakan untuk mengobati
58
untuk mengobati defisiensi asam folat dan hipertensi dan angina.
Asam folat 1 x 1 mg beberapa jenis anemia (kekurangan sel Asam folat 1 x 1 mg untuk mengobati defisiensi asam folat dan
darah merah) beberapa jenis anemia (kekurangan sel darah
Untuk mengalirkan oksigen kecepatan merah)
rendah pada pasien yang bisa bernapas Nasal kanul 4 lpm
spontan.
NRM 8 lpm
Parenteral Parenteral
Vitamin K 1 gr/8 j Untuk menghilangkan efek pengencer Novorapid 3 x 4 ui Pengobatan pada diabetes melitus
darah tertentu seperti warfarin Citicolin 500 mg/12 j Untuk mengatasi gangguan kesadaran
Citicolin 500 mg/6 j Untuk mengatasi gangguan kesadaran Paracetamol 1 gr/8 jam Untuk meredakan demam dan nyeri ringan
Omeprazole 40 mg/12 j Untuk mengatasi asam lambung berlebih hingga sedang
Levofloxacin 750 mg/24 j Untuk mengatasi infeksi karena bakteri Omeprazole 40 mg/12 j Untuk mengatasi asam lambung berlebih
seperti infeksi pada kulit, infeksi saluran Cliniix 40 cc/jam Membantu mengobati gula darah rendah, ginjal,
kencing, saluran pencernaan, infeksi pada dehidrasi, penyembuhan luka, dan gigi sensitive
mata Clinoleic 40 cc/jam Sebagai sumber kalori atau asam lemak esensial
Untuk terapi syok karena luka bakar, pada pasien yang tidak dapat makan,
Plasmanate 40cc/jam
kecelakaan, kondisi nyeri berlebihan pada kontraindikasi, atau tidak mencukupi
bagian perut dan kasus lain yang Untuk terapi syok karena luka bakar,
Plasmonate 40 cc/jam
disebabkan karena kehilangan cairan kecelakaan, kondisi nyeri berlebihan pada
plasma darah, terapi syok karena bagian perut dan kasus lain yang disebabkan
pendarahan dan syok karena transfusi karena kehilangan cairan plasma darah, terapi
darah syok karena pendarahan dan syok karena
Ringer Lactat 40 cc/jam Untuk menggantikan cairan tubuh yang transfusi darah
hilang
Clinoleic 40 cc/jam Sebagai sumber kalori atau asam lemak
esensial pada pasien yang tidak dapat
makan, kontraindikasi, atau tidak
mencukupi
Clinimix 40 cc/jam Membantu mengobati gula darah rendah,
59
ginjal, dehidrasi, penyembuhan luka, dan
gigi sensitif
60
61
D. Definisi Operasional
Tabel 3.3 Definisi Operasional
6. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan menuntun peneliti tidak melakukan diskriminasi saat
memilih responden dalam melakukan proses penerapan.
7. Tidak merugikan (Non maleficience)
Peneliti memiliki kewajiban untuk menghindari, mencegah, dan
meminimalkan bahaya bagi responden. Responden di usahakan bebas
dari rasa bahaya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penerapan
1. Gambaran Lokasi Penerapan
Penerapan karya ilmiah ini dilakukan di Rumah Sakit Umum
Daerah Pandan Arang Boyolali yang terletak di Jalan Kantil nomor 14
Boyolali, Kelurahan Banaran, Kecamatan Boyolali, Kabupaten
Boyolali. RSUD Pandan Arang memiliki beberapa ruangan perawatan
baik itu intensif maupun non intensif. Salah satu ruangan intensif
RSUD Pandanarang Boyolali yaitu Ruang ICU. Ruang ICU
merupakan unit perawatan khusus untuk pasien dengan penyakit
serius dan butuh pemantauan ketat. Ruang ICU terdiri dari 10 bed
pasien dan 2 ruang isolasi. Tenaga kesehatan perawat yang bertugas di
Ruang ICU berjumlah 8 orang.
2. Hasil Penerapan
a. Hasil Pengukuran Tingkat Kesadaran Sebelum Diberikan
Familiar Auditory Sensory Training
Tabel 4.1 Tingkat Kesadaran Sebelum Diberikan Familiar Auditory
Sensory Training
67
kesadaran sopor sedangkan Ny.W dengan nilai 10 tingkat
kesadaran delirium.
68
69
B. Pembahasan
1. Tingkat Kesadaran Sebelum Diberikan Intervensi Familiar
Auditory Sensory Training Pada Pasien Stroke Di Ruang ICU
Rumah Sakit Pandanarang Boyolali
Pada hari pertama, tingkat kesadaran responden Ny.S dan Ny.W
sebelum dilakukan penerapan Familiar Auditory Sensory Training
memiliki perbedaan, pada responden Ny.S memiliki nilai Glasgow
Coma Scale (GCS) 6 yang berarti tingkat kesadaran sopor dan
responden Ny.W memiliki nilai Glasgow Coma Scale (GCS) 10 yang
berarti delirium.
Penurunan kesadaran yang dialami oleh kedua pasien bisa
dikarenakan oleh penyakit penyerta atau kondisi klinis masing-masing
pasien. Penyakit penyerta tersebut selain hipertensi dan diabetes
melitus, yaitu ensefalopati uremikum pada penderita gagal ginjal
kronik seperti halnya dalam penelitian (Sirait, F.R.H. & Sari, M.I.
2017) yang menjelaskan bahwa ensefalopati uremikum merupakan
suatu kondisi disfungsi otak pada penderita gagal ginjal kronis
maupun akut yang menyebabkan terjadi perubahan kesadaran,
perubahan tingkah laku, dan kejang yang disebabkan oleh kelainan
pada otak maupun diluar otak.
Pada kondisi kedua responden, sama-sama mengalami anemia
sejalan dengan penelitian Natasya, N., dkk (2022) bahwa anemia
terjadi karena adanya perdarahan hebat saat kehilangan darah, tubuh
akan menarik cairan pada jaringan diluar pembuluh darah untuk
mempertahankan pembuluh darah tetap terisi. Akibatnya darah akan
menjadi encer serta persentase sel darah merah menurun, koma
hepatic atau sering disebut sindrom neuropsikiatrik yang ditandai
dengan perubahan kesadaran.
73
A. Kesimpulan
Berdasarkan penerapan dan pembahasan yang telah dilakukan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebelum diberikan penerapan Familiar Auditory Sensory Training
(FAST), tingkat kesadaran pada pasien stroke dengan penurunan
kesadaran yang diukur menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)
menunjukkan nilai 6 (sopor) pada responden 1 (Ny.S), dan nilai 10
(delirium) pada responden 2 (Ny.W).
2. Sesudah diberikan penerapan Familiar Auditory Sensory Training
(FAST) selama 3 hari berturut-turut, tingkat kesadaran pada pasien
stroke yang mengalami penurunan kesadaran diukur menggunakan
Glasgow Coma Scale (GCS) menunjukkan nilai 7 (somnolen) pada
responden 1 (Ny.S) dan nilai 11 (delirium) pada responden 2 (Ny.W).
3. Perkembangan tingkat kesadaran sebelum dan sesudah diberikan
Familiar Auditory Sensory Training (FAST). Sebelum diberikan
Familiar Auditory Sensory Training (FAST), tingkat kesadaran Ny. S
dengan skor 6 yang berarti sonor menjadi 7 yang berarti somnolen.
Sedangkan, tingkat kesadaran Ny.W dengan skor 10 menjadi 11 yang
berarti delirium.
4. Perbandingan tingkat kesadaran sebelum dan sesudah diberikan
Familiar Auditory Sensory Training (FAST) pada Ny.S dan Ny.W
dengan selisih 0.
B. Saran
1. Bagi Institusi
Diharapkan dapat menambah referensi pada bidang keperawatan
gawat darurat dan kritis. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan
referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai penerapan
Familiar
79
80
DAFTAR PUSTAKA
Hendriyanti, A., H.K, A. N., & M., I. K. (2016). Pengaruh Terapi Hipnomurotal
Terhadap Perubahan Glasgow Coma Scale Pada Pasoen Stroke Di Icu
Rsud Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. 17, 1–12.
https://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI/article/view/26917
Jeri. 2022. Asuhan Keperawatan Pada Ny. H Dengan Stroke Non Hemoragik Di
Ruang Icu Rsud Curup Tahun 2022
http://repository.poltekkesbengkulu.ac.id/id/eprint/2551 . Diakses Juli, 07
2023
82
Johnson, W., Onuma, O., Owolabi, M., & Sachdev, S. (2016). Stroke: A Global
Response is Needed. In Bulletin of the World Health Organization, 94(9),
634A – 635A.https://doi.org/10.2471/BLT.16.181636
Kurniawati, R., R.A., W., & N., Y. (2017). Pengaruh Stimulasi Sensori Terhadap
Nilai Glasgow Coma Scale Pada Pasien Stroke Di ICU RSUD
Karanganyar. Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kusuma Husada Surakarta
Mohammadi M.K., Mohammad Reza Y., Aida M.E., Zahra A.R., Mostafa S.,
Moluk P. 2019. The effects of familiar voices on the level of
consciousness among comatose patients: a single-blind randomized controlled
trial. Journal of Pharmaceutical Research International 27(2): 1-8, 2019;
Article no.JPRI.48788 ISSN: 2456-9119
83
Pape T.L.B., Joshua M.R., Brett H., Vijaya P., sAnn G., Todd P., Kathleen F.,
Catherine B., Shane M.N., Amy A. H., Bessie W., Xue W. (2012).
Preliminary framework for familiar auditory sensory training (FAST)
provided during coma recovery. JRRD, Volume 49, Number 7, 2012.
https://doi.org.10.1682/jrrd.2011.08.0154
https://stikespanakkukang.ac.id/assets/uploads/alumni/97c0a5a0769029f5c
8ec54a73f5d34da.pdf
Schnakers C, Magee WL, Harris B.(2016). Stimulasi sensorik dan program terapi
musik untuk mengobati gangguan kesadaran. Psiko Depan. 2016;7:297.
https://doi.org.10.3389/fpsyg.2016.00297
Sirait, F.R.H. & Sari, M.I. (2017) Ensefalopati Uremikum pada Gagal Ginjal
Kronis. Jurnal Medula Unila.http://repository.lppm.unila.ac.id/5039/1.pdf.
Diakses Juli, 13 2023
Tavangar, H., Kalantary, M. S., Salimi, T., & Jarahzadeh., M. (2015). Effect of
family members ’ voice on level of consciousness of comatose patients
admitted to the intensive care unit : a single blind randomized controlled
trial. 88.215.130(1). https://doi.org.10.4103/2277-9175.157806
LAMPIRAN
Pasien 1
88
89
Pasien 2
90
91
Pasien 1
94
95
96
97
98
99
Pasien 2
100
101
102
103
104
105