Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada Kesempatan ini penulis akan membahas sedikit panjangnya tentang
Sakaratul Maut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah maka timbul suatu permasalahan bagi penulis
tentang bagai mana rasa sakit pada saat sakaratul maut terjadi.

C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan kita membahas tentang sakartul maut ini adalah, bahwa Setiap
orang yang teledor di dunia ini, baik dengan kekufuran maupun perbuatan maksiat
lainnya akan dilanda gulungan penyesalan, dan akan meminta dikembalikan ke dunia
meski sejenak saja, untuk menjadi orang yang insan muslim yang sholeh. Namun
kesempatan untuk itu sudah hilang, tidak mungkin disusul lagi. Jadi, persiapan harus
dilakukan sejak dini dengan tetap memohon agar kita semua diwafatkan dalam keadaan
memegang agama Allah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sakaratul Maut
"Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat-malaikat mencabut nyawa orang-
orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata,
"Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar." (niscaya kamu akan merasa sangat
ngeri) (QS. Al-Anfal {8} : 50).
"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim
(berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan
tangannya (sambil berkata), "Keluarkanlah nyawamu !" Pada hari ini kamu dibalas
dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap
Allah (perkataan) yang tidak benar dan kerena kamu selalu menyombongkan diri
terhadap ayat-ayat-Nya". (Qs. Al- An'am : 93).
Cara Malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang
bersangkutan, bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada Allah, maka
Malaikat Izrail mencabut nyawa secara kasar. Sebaliknya, bila terhadap orang yang
soleh, cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian
peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap teramat menyakitkan.
"Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya dipukul pedang".
(H.R. Ibnu Abu Dunya).
Di dalam kisah Nabi Idris a.s, beliau adalah seorang ahli ibadah, kuat
mengerjakan sholat sampai puluhan raka'at dalam sehari semalam dan selalu berzikir di
dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan amal Nabi Idris a.s yang sedemikian banyak,
setiap malam naik ke langit. Hal itulah yang sangat menarik perhatian Malaikat Maut,
Izrail. Maka bermohonlah ia kepada Allah Swt agar di perkenankan mengunjungi Nabi
Idris a.s. di dunia. Allah Swt, mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka turunlah
ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki tampan, dan bertamu kerumah
Nabi Idris.
"Assalamu'alaikum, yaa Nabi Allah". Salam Malaikat Izrail,
"Wa'alaikum salam wa rahmatulloh". Jawab Nabi Idris a.s.
Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya itu
adalah Malaikat Izrail. Seperti tamu yang lain, Nabi Idris a.s. melayani Malaikat Izrail,
dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris a.s. mengajaknya makan bersama, namun
di tolak oleh Malaikat Izrail. Selesai berbuka puasa, seperti biasanya, Nabi Idris a.s
mengkhususkan waktunya "menghadap". Allah sampai keesokan harinya. Semua itu
tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir
dalam melakukan kesibukan sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja.
Pada suatu hari yang cerah, Nabi Idris a.s mengajak jalan-jalan "tamunya" Itu ke
sebuah perkebunan di mana pohon-pohonnya sedang berbuah, ranum dan menggiurkan.
"Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini untuk kita". pinta Malaikat Izrail
(menguji Nabi Idris a.s). "Subhanallah, (Maha Suci Allah)" kata Nabi Idris a.s. "Kenapa
?" Malaikat Izrail pura-pura terkejut.
"Buah-buahan ini bukan milik kita". Ungkap Nabi Idris a.s. Kemudian Beliau
berkata: "Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda menginginkan
makanan yang haram". Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris a.s perhatikan wajah
tamunya yang tidak merasa bersalah. Diam-diam beliau penasaran tentang tamu yang
belum dikenalnya itu. Siapakah gerangan ?pikir Nabi Idris a.s.
"Siapakah engkau sebenarnya ?" tanya Nabi Idris a.s. 
"Aku Malaikat Izrail". Jawab Malaikat Izrail. Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak
percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya. "Apakah kedatanganmu untuk
mencabut nyawaku ?" selidik Nabi Idris a.s serius.  "Tidak" Senyum Malaikat Izrail
penuh hormat.  "Atas izin Allah, aku sekedar berziarah kepadamu". Jawab Malaikat
Izrail. Nabi Idris manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam.
"Aku punya keinginan kepadamu". Tutur Nabi Idris a.s "Apa itu ?katakanlah !". Jawab
Malaikat Izrail. "Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang. Lalu
mintalah kepada Allah SWT untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa
takutku kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku". Pinta Nabi Idris a.s. "Tanpa
seizin Allah, aku tak dapat melakukannya", tolak Malaikat Izrail.
Pada saat itu pula Allah SWT memerintahkan Malaikat Izrail agar mengabulkan
permintaan Nabi Idris a.s. Dengan izin Allah Malaikat Izrail segera mencabut nyawa
Nabi Idris a.s. sesudah itu beliau wafat. Malaikat Izrail menangis, memohonlah ia
kepada Allah SWT agar menghidupkan Nabi Idris a.s. kembali. Allah mengabulkan
permohonannya. Setelah dikabulkan Allah Nabi Idris a.s. hidup kembali.
"Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku ?" Tanya Malaikat Izrail.  "Seribu kali
lebih sakit dari binatang hidup dikuliti". Jawab Nabi Idris a.s. 
"Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu". Kata Malaikat Izrail.

B. Sakaratul Maut, Detik-Detik Yang Menegangkan Lagi Menyakitkan


Kematian akan menghadang setiap manusia. Proses tercabutnya nyawa manusia
akan diawali dengan detik-detik menegangkan lagi menyakitkan. Peristiwa ini dikenal
sebagai sakaratul maut. 
Ibnu Abi Ad-Dunya rahimahullah meriwayatkan dari Syaddad bin Aus
Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Kematian adalah kengerian yang paling dahsyat di
dunia dan akhirat bagi orang yang beriman. Kematian lebih menyakitkan dari goresan
gergaji, sayatan gunting, panasnya air mendidih di bejana. Seandainya ada mayat yang
dibangkitkan dan menceritakan kepada penduduk dunia tentang sakitnya kematian,
niscaya penghuni dunia tidak akan nyaman dengan hidupnya dan tidak nyenyak dalam
tidurnya" 
Di antara dalil yang menegaskan terjadinya proses sakaratul maut yang
mengiringi perpisahan jasad dengan ruhnya, firman Allah: 
         

“dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu
lari daripadanya” [Qaaf: 19]
Maksud sakaratul maut adalah kedahsyatan, tekanan, dan himpitan kekuatan
kematian yang mengalahkan manusia dan menguasai akal sehatnya. Makna bil haq
(perkara yang benar) adalah perkara akhirat, sehingga manusia sadar, yakin dan
mengetahuinya. Ada yang berpendapat al haq adalah hakikat keimanan sehingga
maknanya menjadi telah tiba sakaratul maut dengan kematian. Juga ayat :
             
       
"Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai
kerongkongan. Dan dikatakan (kepadanya): "Siapakah yang dapat menyembuhkan".
Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan. Dan bertaut betis (kiri)
dengan betis (kanan). Dan kepada Rabbmulah pada hari itu kamu dihalau". [Al
Qiyamah: 26-30]
Syaikh Sa'di menjelaskan: "Allah mengingatkan para hamba-Nya dengan keadan
orang yang akan tercabut nyawanya, bahwa ketika ruh sampai pada taraqi yaitu tulang-
tulang yang meliputi ujung leher (kerongkongan), maka pada saat itulah penderitaan
mulai berat, (ia) mencari segala sarana yang dianggap menyebabkan kesembuhan atau
kenyamanan. Karena itu Allah berfiman: "Dan dikatakan (kepadanya): "Siapakah yang
akan menyembuhkan?" artinya siapa yang akan meruqyahnya dari kata ruqyah.
Pasalnya, mereka telah kehilangan segala terapi umum yang mereka pikirkan, sehingga
mereka bergantung sekali pada terapi ilahi. Namun qadha dan qadar jika datang dan
tiba, maka tidak dapat ditolak. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulahwaktu
perpisahan dengan dunia. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), maksudnya
kesengsaraan jadi satu dan berkumpul. Urusan menjadi berbahaya, penderitaan semakin
sulit, nyawa diharapkan keluar dari badan yang telah ia huni dan masih bersamanya.
Maka dihalau menuju Allah Ta'ala untuk dibalasi amalannya, dan
mengakui perbuatannya. Peringatan yang Allah sebutkan ini akan dapat mendorong
hati-hati untuk bergegas menuju keselamatannya, dan menahannya dari perkara yang
menjadi kebinasaannya. Tetapi, orang yang menantang, orang yang tidak mendapat
manfaat dari ayat-ayat, senantiasa berbuat sesat dan kekufuran dan penentangan".
Sedangkan beberapa hadits Nabi yang menguatkan fenomena sakaratul maut: 
Imam Bukhari meriwayatkan dari 'Aisyah Radhiyallahu 'anhuma, ia bercerita
(menjelang ajal menjemput Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam) 

ُ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َكانَ بَ ْينَ يَ َد ْي ِه َر ْك َوةٌ َأوْ ع ُْلبَةٌ فِيهَا َما ٌء فَ َج َع َل يُ ْد ِخ ُل يَ َد ْي ِه فِي ْال َما ِء فَيَ ْم َس ُح بِ ِه َما َوجْ هَه‬ َ ِ ‫ِإ َّن َرسُو َل هَّللا‬
‫وت‬ss‫كرات الم‬ss‫ب يَ َدهُ فَ َج َع َل يَقُو ُل فِي أخرجه البخاري ك الرقاق باب س‬ َ ‫ص‬ َ َ‫ت ثُ َّم ن‬ٍ ‫ت َس َك َرا‬ ِ ْ‫َويَقُو ُل اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ ِإ َّن لِ ْل َمو‬
‫ت‬ْ َ‫ال‬ssssssssss‫ض َو َم‬ َ ِ‫ق اَأْل ْعلَى َحتَّى قُب‬ssssssssss‫ي‬
ِ ِ‫ ال َّرف‬.‫ه‬ssssssssss‫بي ووفات‬ssssssssss‫رض الن‬ssssssssss‫اب م‬ssssssssss‫ازي ب‬ssssssssss‫و في المغ‬

"Bahwa di hadapan Rasulullah ada satu bejana kecil dari kulit yang berisi air. Beliau
memasukkan tangan ke dalamnya dan membasuh muka dengannya seraya berkata:
"Laa Ilaaha Illa Allah. Sesungguhnya kematian memiliki sakaratul maut". Dan beliau
menegakkan tangannya dan berkata: "Menuju Rafiqil A'la". Sampai akhirnya nyawa
beliau tercabut dan tangannya melemas"
Dari Anas Radhiyallahu anhu, berkata:
‫اري‬ss‫ه البخ‬ss‫اَل م َوا أخرج‬s ‫الس‬ ْ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َج َع َل يَتَ َغ َّشاهُ فَقَال‬
َّ ‫ت فَا ِط َمةُ َعلَ ْيهَا‬ ٍ َ‫ع َْن َأن‬
َ ‫س قَا َل لَ َّما ثَقُ َل النَّبِ ُّي‬
ِ ssss‫ْس َعلَى َأبِي‬
‫د‬sَ ssssْ‫رْ بٌ بَع‬ssssَ‫ك ك‬ َ َ‫اهُ فَق‬ssssَ‫ب َأب‬
َ ‫ا لَي‬ssssَ‫ال لَه‬ssss َ ْ‫وْ ِم َر‬ssssَ‫الي‬.‫ه‬ssss‫بي ووفات‬ssss‫رض الن‬ssss‫اب م‬ssss‫ازي ب‬ssss‫في المغ‬ 

"Tatkala kondisi Nabi makin memburuk, Fathimah berkata: "Alangkah berat


penderitaanmu ayahku". Beliau menjawab: "Tidak ada penderitaan atas ayahmu setelah
hari ini…[al hadits]" 
Dalam riwayat Tirmidzi dengan, 'Aisyah menceritakan: 
‫لَّ َم‬s‫ ِه َو َس‬s‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬s‫ص‬
َ ِ ‫ول هَّللا‬ ُ ‫ َد الَّ ِذي َرَأي‬s‫ت بَ ْع‬
ِ ْ‫و‬ss‫ َّد ِة َم‬s‫ْت ِم ْن ِش‬
ِ s‫ت َر ُس‬ ٍ ْ‫ت َما َأ ْغبِطُ َأ َحدًا بِهَوْ ِن َمو‬
ْ َ‫ع َْن عَاِئ َشةَ قَال‬
‫اني‬sssss‫ححه األلب‬sssss‫وت وص‬sssss‫د الم‬sssss‫ديد عن‬sssss‫اء في التش‬sssss‫ا ج‬sssss‫اب م‬sssss‫ائز ب‬sssss‫ذي ك الجن‬sssss‫ه الترم‬sssss‫أخرج‬ 

"Aku tidak iri kepada siapapun atas kemudahan kematian(nya), sesudah aku melihat
kepedihan kematian pada Rasulullah". Dan penderitaan yang terjadi selama pencabutan
nyawa akan dialami setiap makhluk. Dalil penguatnya, keumuman firman Allah:
"Setiap jiwa akan merasakan mati". (Ali 'Imran: 185).
Dan sabda Nabi: "Sesungguhnya kematian ada kepedihannya". Namun tingkat
kepedihan setiap orang berbeda-beda. 
C. Kabar Gembira Untuk Orang-Orang Yang Beriman
Orang yang beriman, ruhnya akan lepas dengan mudah dan ringan. Malaikat yang
mendatangi orang yang beriman untuk mengambil nyawanya dengan kesan yang baik
lagi menggembirakan. Dalilnya, hadits Al Bara` bin 'Azib Radhiyallahu 'anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata tentang proses kematian seorang
mukmin: "Seorang hamba mukmin, jika telah berpisah dengan dunia, menyongsong
akhirat, maka malaikat akan mendatanginya dari langit, dengan wajah yang putih. Rona
muka mereka layaknya sinar matahari. Mereka membawa kafan dari syurga, serta
hanuth (wewangian) dari syurga. Mereka duduk di sampingnya sejauh mata
memandang. Berikutnya, malaikat maut hadir dan duduk di dekat kepalanya sembari
berkata: "Wahai jiwa yang baik –dalam riwayat- jiwa yang tenang keluarlah menuju
ampunan Allah dan keridhaannya". Ruhnya keluar bagaikan aliran cucuran air dari
mulut kantong kulit. Setelah keluar ruhnya, maka setiap malaikat maut mengambilnya.
Jika telah diambil, para malaikat lainnya tidak membiarkannya di tangannya (malaikat
maut) sejenak saja, untuk mereka ambil dan diletakkan di kafan dan hanuth tadi. Dari
jenazah, semerbak aroma misk terwangi yang ada di bumi.."[al hadits].
Malaikat memberi kabar gembira kepada insan mukmin dengan ampunan dengan
ridla Allah untuknya. Secara tegas dalam kitab-Nya, Allah menyatakan bahwa para
malaikat menghampiri orang-orang yang beriman, dengan mengatakan janganlah takut
dan sedih serta membawa berita gembira tentang syurga. Allah berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang berkata: "Rabb kami adalah Allah kemudian mereka
beristiqomah, maka para malaikat turun kepada mereka (sembari berkata):" Janganlah
kamu bersedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) syurga yang telah
dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu di dunia dan akhirat di
dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di
dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Rabb Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang". [Fushshilat: 30]
Ibnu Katsir mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang yang ikhlas dalam
amalannya untuk Allah semata dan mengamalkan ketaatan-Nya berdasarkan syariat
Allah niscaya para malaikat akan menghampiri mereka tatkala kematian menyongsong
mereka dengan berkata "janganlah kalian takut atas amalan yang kalian persembahkan
untuk akhirat dan jangan bersedih atas perkara dunia yang akan kalian tinggalkan, baik
itu anak, istri, harta atau agama sebab kami akan mewakili kalian dalam perkara itu.
Mereka (para malaikat) memberi kabar gembira berupa sirnanya kejelekan dan
turunnya kebaikan". 
Kemudian Ibnu Katsir menukil perkataan Zaid bin Aslam: "Kabar gembira akan
terjadi pada saat kematian, di alam kubur, dan pada hari Kebangkitan". Dan
mengomentarinya dengan: "Tafsiran ini menghimpun seluruh tafsiran, sebuah tafsiran
yang bagus sekali dan memang demikian kenyataannya". Firman-Nya: "Kamilah
pelindung-pelindungmu di dunia dan akhirat maksudnya para malaikat berkata kepada
orang-orang beriman ketika akan tercabut nyawanya, kami adalah kawan-kawan kalian
di dunia, dengan meluruskan, memberi kemudahan dan menjaga kalian atas perintah
Allah, demikian juga kami bersama kalian di akhirat, dengan menenangkan
keterasinganmu di alam kubur, di tiupan sangkakala dan kami akan mengamankan
kalian pada hari Kebangkitan, Penghimpunan, kami akan membalasi kalian dengan
shirathal mustaqim dan mengantarkan kalian menuju kenikmatan syurga". Dalam ayat
lain, Allah mengabarkan kondisi kematian orang mukmin dalam keadaan baik dengan
firman-Nya:

َ‫ون‬ssssssssssُ‫ا ُكنتُ ْم تَ ْع َمل‬ssssssssss‫وا ْال َجنَّةَ بِ َم‬ssssssssssُ‫الَ ٌم َعلَ ْي ُك ُم ا ْد ُخل‬ssssssssss‫ َس‬  َ‫ون‬ssssssssssُ‫طيِّبِينَ يَقُول‬
َ ُ‫ ة‬ssssssssss‫الَّ ِذينَ تَت ََوفَّاهُ ُم ْال َمالَِئ َك‬

"(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan
mengatakan (kepada mereka): "Salamun 'alaikum (keselamatan sejahtera bagimu)",
masuklah ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". [An Nahl:
32]. Syaikh Asy Syinqithi mengatakan: "Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa
orang yang bertakwa, yang melaksanakan perintah Rabb mereka dan menjauhi
larangan-Nya akan diwafatkan para malaikat yaitu dengan mencabut nyawa-nyawa
mereka dalam keadaan thayyibin (baik), yakni bersih dari syirik dan maksiat, (ini)
menurut tafsiran yang paling shahih, (juga) memberi kabar gembira berupa syurga dan
menyambangi mereka mereka dengan salam…
D. Dahsyatnya Sakaratul Maut
“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa
berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada
kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi
diri kalian sendiri”. (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan). Datangnya Kematian
Menurut Al Qur’an : Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia
walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian. Katakanlah:
“Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan
mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat
demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa
yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)
Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang
kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter
terbaik yang ada di muka bumi ini.  Di mana saja kamu berada, kematian akan
mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan
jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”,
dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari
sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka
mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami
pembicaraan sedikit pun?(QS An-Nisa 4:7)
Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.  Katakanlah:
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian
itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang
mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan”. (QS al-Jumu’ah, 62)
Kematian datang secara tiba-tiba. Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya
sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang
menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang
pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan
tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34)
Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat. Dan
Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu
kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-
Munafiqun, 63:11)
E. Sakaratul Maut dan Khusnul Khatimah
Orang yang meregang nyawa, di ambang pintu kematian mengalami rasa sakit
yang bukan alang kepalang. Saat-saat kritis itulah yang disebut dengan sekarat atau
sakratul maut. Kematian yang wajar dan normal dapat dikenali dengan beberapa tanda.
Di antara tanda-tanda datangnya kematian itu adalah:
1. Orang yang mau meninggal akan melihat malaikat maut. Jika dia termasuk calon
orang yang berbahagia maka dia akan melihat malaikat maut dalam rupa yang
bagus, dan melihat malaikat rahmat berwajah putih. Mereka membawa kafan dan
tikar dari sorga. Mereka duduk dari padanya sejauh mata memandang. Kemudian
datanglah malaikat maut seraya duduk di sisi kepalanya dan berkata: “Keluarlah
menuju ampunan Allah dan keridhaan-Nya!” Adapun jika dia termasuk calon orang
yang celaka, maka dia akan melihat malaikat maut dalam rupa yang lain, serta
melihat malaikat adzab menghitam wajahnya. Mereka membawa kafan dan tikar
dari api neraka. Kemudian datanglah malaikat maut seraya duduk di sisi kepalanya
dan memberinya kabar gembira dengan kemurkaan Allah atasnya, dan dia melihat
tempat duduknya di neraka. Berkatalah malaikat maut: “Keluarlah wahai jiwa yang
keji, dan bergembiralah dengan kemurkaan dan kemarahan Allah!”
2. Dengan keadaan yang demikian, saat orang yang mau meninggal melihat malaikat
maut, diapun lemas, tidak bisa berkutik, mual, merasakan pedihnya sekarat, dan
kesusahan, tidak mampu berkata-kata. Dia mendengar tapi tidak mampu menjawab,
melihat tapi tidak mampu menerangkannya, hatipun kacau, detak jantung sudah
tidak beraturan, kadang dia tersadar, kadang dia pingsan karena pedihnya sakaratul
maut. Ya Allah, tolonglah kami atas sakaratul maut.

Tanda-tanda yang menunjukkan seseorang itu telah meninggal:


1. Terbelalaknya mata, berdasarkan hadits Ummu Salamah, dia berkata :
“Rasulullah masuk kepada Abu Salamah, sementara matanya telah terbelalak
kemudian Nabi memejamkannya seraya bersabda: ”Sesungguhnya jika roh itu
dicabut, mata akan mengikutinya….” (HR. Muslim dan Ahmad)
2. Condongnya hidung kearah kanan atau kiri
3. Kendur (terbuka)nya rahang bawah, karena kendurnya seluruh anggota
tubuh     secara umum.
4. Diam dan berhentinya detak jantung.
5. Mendinginnya seluruh tubuh secara umum.
6. Merapatnya betis kanan dengan betis kiri, dan sebaliknya berdasarkan firman
Allah : “Dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan).” (QS. Al-Qiyamah: 29)

Apa yang harus kita lakukan setelah kita yakin akan kematiannya?
1. Memejamkan kedua matanya
2. Menutupkan mulutnya
3. Melemaskan tulang-tulang persendian seketika, satu jam setelah kematiannya,
untuk memudahkan pemindahan, pemandian dan pengkafanannya.
4. Meletakkan pemberat yang sesuai di atas perutnya agar tidak menggelembung
jika tidak disegerakan prosesi pemandiannya.
5. Menutup seluruh lubang tubuh hingga diselenggarakan perawatannya.
6. Mempercepat penyelenggaraan jenazah, berdasarkan sabda Nabi
“Bersegeralah kalian (menyelenggarakan) jenazah, jika dia shalih, maka
sebuah kebaikan telah kalian ajukan, jika selain itu maka sebuah keburukan
yang kalian letakkan dari leher-leher kalian.” (HR. Bukhari)
7. Bersegera membayarkan hutangnya, berdasarkan hadits Abu Hurairah dari
Nabi beliau bersabda:”Jiwa seorang mukmin tergadaikan oleh hutangnya
hingga dilunasi.” (HR. Turmudzi)

Khusnul khatimah dan tanda-tandanya:


1. Hadits pertama dari Mu’adz, dia berkata, Rasulullah bersabda: “Barangsiapa
akhir ucapannya di dunia ini adalah Laa Ilaha Ilallah, dia masuk sorga.” (HR.
Abu Dawud, dan al-Hakim)
2. Hadits kedua dari Buraidah ibn Hushaib dia berkata, aku mendengar
Rasulullah bersabda: “Kematian seorang mukmin (ditandai dengan) keringat
di dahi.” (HR. Ahmad, Nasa’i, Turmudzi dan lainnya)
3. Hadits ketiga dari Abdullah ibn ‘Amr, dia berkata, Rasulullah bersabda:
“Tidak ada seorang muslimpun yang meninggal pada hari jum’at atau malam
jum’at melainkan dia akan dibebaskan dari siksa kubur.” (HR. Turmudzi)
4. Dan di antara tanda khusnul khatimah adalah mati di saat menjalankan
keta’atan kepada Allah dan rasul-Nya, seperti meninggal dalam keadaan
shalat, atau puasa, atau haji, umrah atau dalam keadaan berjihad di jalan Allah
atau dalam dakwah kepada Allah. Dan barangsiapa dikehendaki baik oleh
Allah, Dia akan memberinya taufik untuk beramal shalih kemudian mencabut
nyawanya.
5. Pujian baik oleh sekumpulan kaum muslimin atasnya, berdasarkan hadits
Anas, dia berkata, (Para sahabat) pernah melewati sebuah jenazah, kemudian
mereka memuji kebaikan atasnya. Maka Nabi bersabda: “Wajib.” Kemudian
mereka melewati sebuah jenazah yang lain, lalu mereka mengutarakan
keburukannya. Maka Nabi bersabda: “Wajib.” Maka Umar berkata: “Apa
yang wajib?” Beliau bersabda: “Yang ini kalian menyebut baik atasnya, maka
wajib baginya sorga, sementara yang itu kalian menyebut buruk atasnya maka
wajib baginya neraka, kalian adalah saksi Allah di bumi-Nya.” (HR. Bukhari
Muslim)
6. Tanda-tanda yang bisa dilihat dari si mayit setelah kematiannya:
a. Senyuman di wajah
b. Terangkatnyajari telunjuk, yang menunjukkan syahadat tauhid
c. Bersinar, dan bercahayanya wajah karena kegembiraan menerima kabar
gembira yang didengarnya dari malaikat maut.
Adapun tanda su’ul khatimah banyak dan bermacam-macam, di antaranya:
1. Mati di atas kesyirikan, atau meninggalkan shalat dengan meremehkan
perintah-perintah Allah dan rasul-Nya, begitupula mereka yang mati saat
mendengarkan nyanyian (musik), suara seruling, sinema, atau film komedi,
dan mereka yang mati di atas perbuatan-perbuatan keji secara umum,
begitupula yang mati dengan khamr (miras) dan narkoba.
2. Di antara tanda yang tampak pada mayat setelah kematiannya adalah;
murung, gelap dan menghitamnya wajah, karena kengerian yang dirasakan
saat mendengar berita buruk tentang murka Allah dari malaikat maut.
Kadang-kadang warna hitam ini menyelimuti seluruh tubuh –wal ‘iyadzu
billah-.
Saya nasihatkan kepada orang-orang yang sembrono dalam menunaikan ibadah
shalat —terutama yang meninggalkannya— agar segera bertaubat kepada Allah, dan
segera menjaga shalat tersebut hingga mendapatkan kekhusyu’an di dalamnya.
Dikarenakan shalat adalah tiang agama Islam, dan sesungguhnya (pembatas) antara
seseorang dengan kekufuran adalah meninggalkan shalat sebagaimana suri tauladan dan
Nabi kita Muhammad telah mengajarkan: “Perjanjian antara kita dan mereka (orang-
orang munafik) adalah shalat, maka barangsiapa meninggalkannya, dia telah kufur.”
(HR. Ahmad dan Malik).
Shalat adalah sebenar-benar perisai bagi pelakunya, dialah pencegah dari
perbuatan keji dan munkar, Allah berfirman : “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45)
Maka di manakah anda —mudah-mudahan Allah menjaga anda- dari perisai ini?!
Di manakah anda dari sungai yang akan menghapus dosa-dosa anda sebanyak lima kali
dalam sehari semalam ini? Bertaubatlah saudaraku sekarang juga, sebelum hilangnya
kesempatan! Dan sebelum datangnya malaikat maut secara tiba-tiba. Dikarenakan
panen dari sesuatu yang telah engkau tanam di dunia dimulai saat malaikat maut
memerintahkan ruh untuk keluar darimu. Maka bercocok tanamlah kebaikan, engkau
akan senang dengan hasilnya!
Adapun orang yang berpaling dari kebaikan ini, dan dia meninggalkan shalat,
maka tanda-tanda su’ul khatimahnya adalah hitam yang menyelimuti seluruh tubuhnya
saat jenazahnya dimandikan. Kita berlindung kepada Allah dari kehinaan.

F. Dahsyatnya Rasa Sakit Saat Sakaratul Maut


Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sifat rahmah-Nya yang sempurna, senantiasa
memberikan berbagai peringatan dan pelajaran, agar hamba-hamba-Nya yang berbuat
kemaksiatan dan kezaliman bersegera untuk meninggalkannya dan kembali ke jalan
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sementara hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang beriman akan bertambah sempurna keimanannya dengan peringatan dan pelajaran
tersebut.  Namun, berbagai peringatan dan pelajaran baik berupa ayat-ayat kauniyah
maupun syar’iyah tadi tidak akan bermanfaat kecuali bagi orang-orang yang beriman. 
     
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu
bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (Adz-Dzariyat: 55)
Di antara sekian banyak peringatan dan pelajaran, yang paling berharga adalah tatkala
seorang hamba dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan sakaratul maut yang
menimpa saudaranya. Sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 
‫ْس ْال َخبَ ُر َك ْال ُم َعايَنَ ِة‬
َ ‫لَي‬ 
“Tidaklah berita itu seperti orang yang melihat langsung.” (HR. At-Tirmidzi dari
Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Lihat Ash-Shahihah no. 135)
Tatkala ajal seorang hamba telah sampai pada waktu yang telah Allah Subhanahu wa
Ta’ala tentukan, dengan sebab yang Allah Subhanahu wa Ta’ala takdirkan, pasti dia
akan merasakan dahsyat, ngeri, dan sakit yang luar biasa karena sakaratul maut, kecuali
hamba-hamba-Nya yang Allah Subhanahu wa Ta’ala istimewakan. Mereka tidak akan
merasakan sakaratul maut kecuali sangat ringan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala: 
         


“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu
lari darinya.” (Qaf: 19) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:  ‫ ِإ َّن‬،ُ‫الَ ِإلَهَ ِإاَّل هللا‬
ٍ ‫ت َس َك َرا‬
‫ت‬ ِ ْ‫لِ ْل َمو‬  “Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Sesungguhnya kematian ada masa sekaratnya.” (HR. Al-Bukhari)
Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan rahmah-Nya telah memberitahukan sebagian
gambaran sakaratul maut yang akan dirasakan setiap orang, sebagaimana diadakan
firman-Nya: 

        


          
       
“Maka mengapa ketika nyawa sampai di tenggorokan, padahal kamu ketika itu
melihat, sedangkan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak
melihat, maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala)?
Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-
orang yang benar?” (Al-Waqi’ah: 83-87) Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata:
“Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Maka ketika nyawa sampai di tenggorokan’,
hal itu terjadi tatkala sudah dekat waktu dicabutnya. ‘Padahal kamu ketika itu melihat’,
dan menyaksikan apa yang dia rasakan karena sakaratul maut itu. ‘Sedangkan Kami
(para malaikat) lebih dekat terhadapnya (orang yang akan meninggal tersebut) daripada
kamu, tetapi kamu tidak melihat mereka’ (para malaikat). Maka Allah Subhanahu wa
Ta’ala menyatakan: Bila kalian tidak menginginkannya, kenapa kalian tidak
mengembalikan ruh itu tatkala sudah sampai di tenggorokan dan menempatkannya
(kembali) di dalam jasadnya?” (Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim, 4/99-100)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 
‫ق‬ ْ
ُ ‫ا‬sssss‫ك يَوْ َمِئ ٍذ ال َم َس‬ َ
َ ِّ‫ ِإلى َرب‬.‫اق‬ َّ ِ‫ق ب‬
ِ sssss‫الس‬ ُ ‫ا‬sssss‫الس‬
َّ ‫ت‬ َّ ْ ْ َّ ‫َأ‬ َ
ِ ‫ َوالتَف‬.ُ‫ َراق‬sssssِ‫ َوظ َّن نهُ الف‬.‫ق‬ ْ َّ
ٍ ‫ َل َمن َرا‬sssss‫ َوقِي‬.‫ت الت َراقِ َي‬ ِ ‫َكاَّل ِإ َذا بَلَ َغ‬
“Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke
tenggorokan, dan dikatakan (kepadanya): ‘Siapakah yang dapat menyembuhkan?’, dan
dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertaut
betis (kiri) dengan betis (kanan), kepada Rabbmu lah pada hari itu kamu dihalau.” (Al-
Qiyamah: 26-30). Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Ini adalah berita dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang keadaan orang yang sekarat dan tentang apa yang
dia rasakan berupa kengerian serta rasa sakit yang dahsyat (mudah-mudahan Allah
Subhanahu wa Ta’ala meneguhkan kita dengan ucapan yang teguh, yaitu kalimat tauhid
di dunia dan akhirat). Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwasanya ruh akan
dicabut dari jasadnya, hingga tatkala sampai di tenggorokan, dia meminta tabib yang
bisa mengobatinya. Siapa yang bisa meruqyah? Kemudian, keadaan yang dahsyat dan
ngeri tersebut disusul oleh keadaan yang lebih dahsyat dan lebih ngeri berikutnya
(kecuali bagi orang yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala). Kedua betisnya
bertautan, lalu meninggal dunia. Kemudian dibungkus dengan kain kafan (setelah
dimandikan). Mulailah manusia mempersiapkan penguburan jasadnya, sedangkan para
malaikat mempersiapkan ruhnya untuk dibawa ke langit. 
Setiap orang yang beriman akan merasakan kengerian dan sakitnya sakaratul maut
sesuai dengan kadar keimanan mereka. Sehingga para Nabi ‘alaihimussalam adalah
golongan yang paling dahsyat dan pedih tatkala menghadapi sakaratul maut,
sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: 
‫ ِه‬sssssssssِ‫ب ِد ْين‬ ‫َأْل‬ ‫َأْل‬ ُ ْ ‫َأْل‬ ِ ‫ َّد الن‬sssssssss‫ِإ َّن َأ َش‬ 
ِ sssssssss‫ ُل َعلَى َح َس‬sssssssssُ‫ يُ ْبتَلَى ال َّرج‬،ُ‫ل‬sssssssssَ‫ ُل فَا ْمث‬sssssssssَ‫ا ُء ث َّم ا ْمث‬sssssssssَ‫اس بَاَل ًء ا نبِي‬ َّ
“Sesungguhnya manusia yang berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang
yang semisalnya, kemudian yang semisalnya. Seseorang diuji sesuai kadar agamanya.”
(Lihat Ash-Shahihah no. 132)
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: 
‫لم‬ssssssssss‫ه وس‬ssssssssss‫لى هللا علي‬ssssssssss‫ َد النَّبِ ِّي ص‬ssssssssssْ‫دًا بَع‬ssssssssssَ‫ ٍد َأب‬ssssssssss‫ت َأِل َح‬
ِ ْ‫و‬ssssssssss‫ َّدةَ ْال َم‬ssssssssss‫ َرهُ ِش‬ssssssssss‫فَاَل َأ ْك‬
“Aku tidak takut (menyaksikan) dahsyatnya sakaratul maut pada seseorang setelah
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Al-Bukhari no. 4446)
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata: “Para ulama rahimahumullah
mengatakan bahwa apabila sakaratul maut ini menimpa para nabi, para rasul r, juga
para wali dan orang-orang yang bertakwa, mengapa kita lupa? Mengapa kita tidak
bersegera mempersiapkan diri untuk menghadapinya? Allah Subhanahu wa Ta’ala
‫ٌأ‬
berfirman: َ‫ون‬s‫ض‬ ُ ‫ْر‬ِ ‫هُ ُمع‬s‫ َأ ْنتُ ْم َع ْن‬.‫ َع ِظي ٌم‬sَ‫ َو نَب‬sُ‫لْ ه‬ssُ‫“ ق‬Katakanlah: ‘Berita itu adalah berita yang
besar, yang kamu berpaling darinya’.” (Shad: 67-68)
Apa yang terjadi pada para nabi ‘alaihimussalam berupa pedih dan rasa sakit
menghadapi kematian serta sakaratul maut, memiliki dua faedah:
1. Agar makhluk mengetahui kadar sakitnya maut, meskipun hal itu adalah
perkara yang tidak nampak. Terkadang, seseorang melihat ada orang yang
meninggal tanpa adanya gerakan dan jeritan. Bahkan dia melihat sangat
mudah ruhnya keluar. Alhasil, dia pun menyangka bahwa sakaratul maut itu
urusan yang mudah. Padahal dia tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya
dirasakan oleh orang yang mati. Maka, tatkala diceritakan tentang para nabi
yang menghadapi sakit karena sakaratul maut –padahal mereka adalah orang-
orang mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan Allah Subhanahu wa
Ta’ala pula yang meringankan sakitnya sakaratul maut pada sebagian hamba-
Nya– hal itu akan memupus anggapan bahwa dahsyatnya sakaratul maut yang
dirasakan dan dialami oleh mayit itu benar-benar terjadi –selain pada orang
syahid yang terbunuh di medan jihad–, karena adanya berita dari para nabi
‘alaihimussalam tentang perkara tersebut.
2. Kadang-kadang terlintas di dalam benak sebagian orang, para nabi adalah
orang-orang yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bagaimana bisa
mereka merasakan sakit dan pedihnya perkara ini? Padahal Allah Subhanahu
wa Ta’ala Maha Kuasa untuk meringankan hal ini dari mereka, sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:    َ‫“ َأ َّما ِإنَّا قَ ْد هَ َّونَّا َعلَ ْيك‬Adapun Kami sungguh
telah meringankannya atasmu.” Maka jawabannya adalah:  ‫اس بَاَل ًء فِي‬ ِ َّ‫ِإ َّن َأ َش َّد الن‬
‫ ال ُّد ْنيَا اَأْل ْنبِيَا ُء ثُ َّم اَأْل ْمثَ ُل فَاَأْل ْمثَ ُل‬ “Sesungguhnya orang yang paling dahsyat ujiannya
di dunia adalah para nabi, kemudian yang seperti mereka, kemudian yang
seperti mereka.”2  Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin menguji mereka
untuk menyempurnakan keutamaan-keutamaan serta untuk meninggikan
derajat mereka di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal itu bukanlah
kekurangan bagi mereka dan bukan pula azab. (At-Tadzkirah, hal. 25-26)
Malaikat yang Bertugas Mencabut Ruh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan
kekuasaan yang sempurna menciptakan malakul maut (malaikat pencabut
nyawa) yang diberi tugas untuk mencabut ruh-ruh, dan dia memiliki para
pembantu sebagaimana firman-Nya: ‫ت الَّ ِذي ُو ِّك َل بِ ُك ْم ثُ َّم ِإلَى َربِّ ُك ْم‬ ِ ْ‫و‬ss‫ك ْال َم‬ ُ s َ‫لْ يَتَ َوفَّا ُك ْم َمل‬ssُ‫ق‬
َ‫ون‬ssssُ‫“ تُرْ َجع‬Katakanlah: ‘Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut
nyawa)mu akan mematikan kamu’ kemudian hanya kepada Rabbmulah kamu
akan dikembalikan.” (As-Sajdah: 11)
Asy-Syaikh Abdullah bin ‘Utsman Adz-Dzamari berkata: “Malakul maut
adalah satu malaikat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala beri tugas untuk
mencabut arwah hamba-hamba-Nya. Namun tidak ada dalil yang shahih yang
menunjukkan bahwa nama malaikat itu adalah Izrail. Nama ini tidak ada
dalam Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala, juga tidak ada di dalam Sunnah
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya
menamainya malakul maut, sebagaimana firman-Nya:  ‫ت‬ ِ ْ‫و‬ss‫ك ْال َم‬ ُ s َ‫لْ يَتَ َوفَّا ُك ْم َمل‬ssُ‫ق‬
“Katakanlah: ‘Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa) mu’.”
(As-Sajdah: 11)
Ibnu Abil Izzi Al-Hanafi rahimahullahu berkata: “Ayat ini tidak bertentangan
dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:  ‫ت تَ َوفَّ ْتهُ ُر ُسلُنَا َوهُ ْم‬ ُ ْ‫َحتَّى ِإ َذا َجا َء َأ َح َد ُك ُم ْال َمو‬
ِ ‫ع ْال َح‬
َ‫بِين‬s‫اس‬ ُ ‫ َر‬s‫ َو َأ ْس‬sُ‫ق َأاَل لَهُ ْال ُح ْك ُم َوه‬
ِّ ‫ ثُ َّم ُر ُّدوا ِإلَى هللاِ َموْ اَل هُ ُم ْال َح‬. َ‫“ اَل يُفَ ِّرطُون‬Sehingga apabila
datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh
malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan
kewajibannya. Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah,
Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum (pada
hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling
cepat.” (Al-An’am: 61-62) Karena malakul maut yang bertugas mencabut ruh
dan mengeluarkan dari jasadnya, sementara para malaikat rahmat atau para
malaikat azab (yang membantunya) yang bertugas membawa ruh tersebut
setelah keluar dari jasad. Semua ini terjadi dengan takdir dan perintah Allah
Subhanahu wa Ta’ala, (maka penyandaran itu sesuai dengan makna dan
wewenangnya).” (Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah, hal. 602)
Sabda Rasulullah SAW : “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga
ratus pedang” (HR Tirmidzi) Sabda Rasulullah SAW : “Kematian yang paling ringan
ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah
batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang
tersobek ?” (HR Bukhari) Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW . Ka’b al-
Ahbar berpendapat : “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan
kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya
sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan
meninggalkan yang tersisa”. Imam Ghozali berpendapat : “Rasa sakit yang dirasakan
selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh
sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan
dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit
kepala hingga kaki”.
Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang
sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu
mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut.
Dengan izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria
yang muncul dari salah satu kuburan. “Wahai manusia !”, kata pria tersebut. “Apa yang
kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami kematian,
namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang
dariku.”
Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan
tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita
menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak
modernisasi (sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam
menjadi negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan
(walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan oleh salah
satu keturunannya melalui sebuah mimpi.
G. Rasa
Sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa
sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang
selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul
maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak.
Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam bi shawab.
Sakaratul Maut Orang-orang Zhalim Imam Ghozali mengutip sebuah
riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah
Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zhalim. Allah SWT pun
memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar
berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan
satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari
mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak
sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang
wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk
menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh
lebih dahsyat dari itu.
Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah
menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa
roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang
masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas
akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah
keras.
Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan
roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi
sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan
sepanjang sisa hidup kita.
Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim
(berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan
tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas
dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap
Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri
terhadap ayat-ayat-Nya. (QS Al-An’am 6:93). (Yaitu) orang-orang yang
dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri mereka
sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); “Kami sekali-kali tidak
mengerjakan sesuatu kejahatan pun”. (Malaikat menjawab): “ ada
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan”. Maka
masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat
buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 :
28-29)
Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua
Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang zhalim, si malaikat akan berkata, “Semoga
Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa
hadir kami ke tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan
perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga
Allah tidak memberimu balasan yang baik !“ Ketika itulah orang yang sekarat itu
menatap lesu ke arah kedua malaikat itu.
Ketika sakaratul maut hamper selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh
mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut
mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah
diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di
neraka”. Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang zhalim
di neraka, “Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan
siksa neraka”. Naudzu bila min dzalik!

H. Sakaratul Maut Orang-orang Yang Bertaqwa


Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa
Malaikatul Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi
yang sangat harum.
Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: “Apakah yang telah
diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan) kebaikan”.
Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan
sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi
orang yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di
bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka
kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa.
(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan
mengatakan (kepada mereka): “Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu
disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32)
Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan surga yang
akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, “Bergembiaralah, wahai
sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.
Datangnya Kematian Menurut Al Qur’an :
1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita
berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian.
Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang
yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat
mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang
ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu.
Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)
2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng
yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih
serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun
kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka
memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”,
dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini
(datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya
(datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik)
hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa
4:78)
3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka
sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan
dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata,
lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS al-
Jumu’ah, 62:8)
4. Kematian datang secara tiba-tiba.
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari
Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang
ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan
pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang
dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34)
5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat.
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang
apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)
Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat
rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama
ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut
merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah
rencana Allah. Wallahu a’lam bis shawab.

I. Iblis Datang Mengganggu Ketika Sakaratul Maut


Syaitan dan Iblis akan sentiasa mengganggu manusia, bermula dengan
memperdayakan manusia dari terjadinya dengan setitik mani hinggalah ke akhir hayat
mereka, dan yang paling dahsyat ialah sewaktu akhir hayat yaitu ketika sakaratul maut.
Iblis mengganggu manusia sewaktu sakaratul maut disusun menjadi 7 golongan.
Hadith Rasulullah SAW. menerangkan: Yang bermaksud: “Ya Allah aku berlindung
dengan Engkau daripada perdayaan syaitan di waktu maut.”
Golongan 1
Akan datang Iblis dengan banyaknya dengan berbagai rupa yang pelik dan aneh
seperti emas, perak dan lain-lain, serta sebagai makanan dan minuman yang lezat-lezat.
Maka disebabkan orang yang di dalam sakaratul maut itu di masa hidupnya sangat
tamak dan loba kepada barang-barang tersebut, maka diraba dan disentuhnya barangan
Iblis itu, di waktu itu nyawanya putus dari tubuh. Inilah yang dikatakan mati yang lalai
dan lupa kepada Allah SWT inilah jenis mati fasik dan munafik, ke nerakalah
tempatnya.
Golongan 2
Akan datang Iblis kepada orang yang didalam sakaratul maut itu merupakan diri
sebagai rupa binatang yang di takuti seperti, Harimau, Singa, Ular dan Kala yang
berbisa. Maka Apabila yang sedang didalam sakaratul maut itu memandangnya saja
kepada binatang itu, maka dia pun meraung dan melompat sekuat hati. Maka seketika
itu juga akan putuslah nyawa itu dari badannya, maka matinya itu disebut sebagai mati
lalai dan mati dalam keadaan lupa kepada Allah SWT, matinya itu sebagai Fasik dan
Munafik dan ke nerakalah tempatnya.
Golongan 3
Akan datang Iblis mengacau dan memperdayakan orang yang di dalam sakaratul
maut itu dengan merupakan dirinya kepada binatang yang menjadi minat kepada orang
yang hendak mati itu, kalau orang yang hendak mati itu berminat kepada burung, maka
dirupai dengan burung, dan jika dia minat dengan Kuda pacu untuk berjudi, maka
dirupakan dengan Kuda pacu (judi). Jika dia minat dengan dengan ayam sabung, maka
dirupakan dengan ayam sabung yang cantik. Apabila tangan orang yang hendak mati
itu meraba-raba kepada binatang kesayangan itu dan waktu tengah meraba-raba itu dia
pun mati, maka matinya itu di dalam golongan yang lalai dan lupa kepada Allah SWT.
Matinya itu mati Fasik dan Munafik, maka nerakalah tempatnya.
Golongan 4
Akan datang Iblis merupakan dirinya sebagai rupa yang paling dibenci oleh orang
yang akan mati, seperti musuhnya ketika hidupnya dahulu maka orang yang di dalam
sakaratul maut itu akan
menggerakkan dirinya untuk melakukan sesuatu kepada musuh yang dibencinya
itu. Maka sewaktu itulah maut pun datang dan matilah ia sebagai mati Fasik dan
Munafik, dan nerakalah tempatnya.
Golongan 5
Akan datang Iblis merupakan dirinya dengan rupa sanak-saudara yang hendak
mati itu, seperi ayah ibunya dengan membawa makanan dan minuman, sedangkan
orang yang di dalam sakaratul maut itu sangat mengharapkan minuman dan makanan
lalu dia pun menghulurkan tangannya untuk mengambil makanan dan minuman yang
dibawa oleh si ayah dan si ibu yang dirupai oleh Iblis, berkata dengan rayu-merayu
“Wahai anakku inilah saja makanan dan bekalan yang kami bawakan untukmu dan
berjanjilah bahwa engkau akan menurut kami dan menyembah Tuhan yang kami
sembah, supaya kita tidak lagi bercerai dan marilah bersama kami masuk ke dalam
syurga.”
Maka dia pun sudi mengikut pelawaan itu dengan tanpa berfikir lagi, ketika itu waktu
matinya pun sampai maka matilah dia di dalam keadaan kafir, kekal ia di dalam neraka
dan terhapuslah semua amal kebajikan semasa hidupnya.
Golongan 6
Akan datanglah Iblis merupakan dirinya sebagai ulama-ulama yang membawa
banyak kitab-kitab, lalu berkata ia: “Wahai muridku, lamalah sudah kami menunggu
akan dikau, berbagai ceruk telah kami pergi, rupanya kamu sedang sakit di sini, oleh itu
kami bawakan kepada kamu doktor dan dukun bersama dengan obat untukmu.” Lalu
diminumnya obat, itu maka hilanglah rasa penyakit itu, kemudian penyakit itu datang
kembali. Lalu datanglah pula Iblis yang menyerupai ulama dengan berkata: “Kali ini
kami datang kepadamu untuk memberi nasihat agar kamu mati didalam keadaan baik,
tahukah kamu bagaimana hakikatAllah?” Berkata orang yang sedang dalam sakaratul
maut: “Aku tidak tahu.” Berkata ulama Iblis: “Ketahuilah, aku ini adalah seorang ulama
yang tinggi dan hebat, baru saja kembali dari alam ghaib dan telah mendapat syurga
yang tinggi. Cubalah kamu lihat syurga yang telah disediakan untukmu, kalau kamu
hendak mengetahui Zat Allah SWT hendaklah kamu patuh kepada kami.”
Ketika itu orang yang dalam sakaratul maut itu pun memandang ke kanan dan ke kiri,
dan dilihatnya sanak-saudaranya semuanya berada di dalam kesenangan syurga,
(syurga palsu yang dibentangkan oleh Iblis bagi tujuan mengacau orang yang sedang
dalam sakaratul maut). Kemudian orang yang sedang dalam sakaratul maut itu bertanya
kepada ulama palsu: “Bagaimanakah Zat Allah?” Iblis merasa gembira apabila jeratnya
mengena. Lalu berkata ulama palsu: “Tunggu, sebentar lagi dinding dan tirai akan
dibuka kepadamu.” Apabila tirai dibuka selapis demi selapis tirai yang berwarna warni
itu, maka orang yang dalam sakaratul maut itu pun dapat melihat satu benda yang
sangat besar, seolah-olah lebih besar dari langit dan bumi.
Berkata Iblis: “Itulah dia Zat Allah yang patut kita sembah.”
Berkata orang yang dalam sakaratul maut: “Wahai guruku, bukankah ini benda yang
benar-benar besar, tetapi benda ini mempunyai jihat enam, yaitu benda besar ini ada di
kirinya dan kanannya, mempunyai atas dan bawahnya, mempunyai depan dan
belakangnya. Sedangkan Zat Allah tidak menyerupai makhluk, sempurna Maha Suci
Dia dari sebarang sifat kekurangan. Tapi sekarang ini lain pula keadaannya dari yang di
ketahui dahulu. Tapi sekarang yang patut aku sembah ialah benda yang besar ini.”
Dalam keraguan itu maka Malaikat Maut pun datang dan terus mencabut nyawanya,
maka matilah orang itu di dalam keadaan dikatakan kafir dan kekal di dalam neraka dan
terhapuslah segala amalan baik selama hidupnya di dunia ini.
Golongan 7
Golongan Iblis yang ketujuh ini Iblis terdiri dari 72 barisan sebab menjadi 72
barisan ialah karena dia menepati Iktikad Muhammad SAW bahwa umat Muhammad
akan terbagi kepada 73 golongan (barisan). Satu golongan saja yang benar (ahli sunnah
waljamaah) 72 lagi masuk ke neraka karena sesat. Ketahuilah bahwa Iblis itu akan
mengacau dan mengganggu anak Adam dengan 72 macam yang setiap satu berlain di
dalam waktu manusia sakaratul maut. Oleh itu hendaklah kita mengajarkan kepada
orang yang hampir meninggal dunia akan talkin Laa Ilaaha Illallah untuk
menyelamatkan dirinya dari gangguan Iblis dan syaitan yang akan berusaha
bersungguh-sungguh mengacau orang yang sedang dalam sakaratul maut.
Bersesuaian dengan sebuah hadith yang bermaksud: “Ajarkan oleh kamu (orang
yang masih hidup) kepada orang yang hampir mati itu: Laa Ilaaha Illallah.” Semoga
kita terhindari dari godaan syaitan dan iblis ketika kita menjelang hari kematian.
Waulallahu’alam
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa
sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang
selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul
maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak.
Demikianlah rencana Allah.
Setan laknatullah dan iblis laknatullah akan sentiasa mengganggu manusia,
bermula dengan memperdayakan manusia dari setitik mani hinggalah ke akhir hayat
kita, dan yang paling dahsyat ialah sewaktu akhir hayat yaitu ketika sakaratul maut.
Setiap orang yang teledor di dunia ini, baik dengan kekufuran maupun perbuatan
maksiat lainnya akan dilanda gulungan penyesalan, dan akan meminta dikembalikan ke
dunia meski sejenak saja, untuk menjadi orang yang insan muslim yang sholeh. Namun
kesempatan untuk itu sudah hilang, tidak mungkin disusul lagi. Jadi, persiapan harus
dilakukan sejak dini dengan tetap memohon agar kita semua diwafatkan dalam keadaan
memegang agama Allah. Wallahu a'lamu bishshawab. Washallallahu 'ala Muhamaad
wa 'ala alihi ajmain.

B. KRITIK DAN SARAN


Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan baik dari segi materi maupun penulisan, di sebabkan karena kami
mempunyai keterbatasan dalam hal Ilmu dan Pengetahuan penulisan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penulisan di masa mendatang, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis maupun pembaca.
MAKALAH SAKARATUL MAUT MENURUT ISLAM

Dosen Agama: Dr.Ahmad muhtadi,M.Ag

Disusun oleh:
1. Ade Dwi Septiani ( 18.0.P.175)
2. Agus Waluyo Sejati ( 18.0.P.176)
3. Ana Tasya Sholekah ( 18.0.P.177)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MITRA HUSADA
2018

Anda mungkin juga menyukai