Anda di halaman 1dari 2

Kematian Orang Beriman

Keyakinan orang beriman akan adanya kehidupan sesudah kematian menyebabkan dirinya
selalu berada dalam mode standby menghadapi kematian. Ia memandang kematian sebagai suatu
keniscayaan. Tidak seperti orang kafir yang selalu saja berusaha untuk menghindari kematian. Orang
beriman sangat dipengaruhi oleh pesan Nabi shollallahu alaih wa sallam yang bersabda:

Banyak-banyaklah mengingat penghapus kenikmatan, yakni kematian. (HR Tirmidzi 2229)

Sedangkan sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu pernah berkata: Bila manusia
meninggal dunia, maka pada saat itulah ia bangun dari tidurnya. Subhanallah...! Berarti beliau ingin
mengatakan bahwa manusia yang menemui ajalnya adalah manusia yang justru baru mulai
menjalani kehidupan sebenarnya, sedangkan kita yang masih hidup di dunia ini justru masih belum
bangun. Sungguh, ucapan ini sangat sejalan dengan firman Allah taaala:

Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat
itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui (QS Al-Ankabut 64)

Pantas bilamana Ali radhiyallahu anhu pula yang berkata: Dunia pergi menjauh dan akhirat
datang mendekat. Karena itu, jadilah kalian anak-anak akhirat, jangan menjadi budak-budak dunia.
Sekarang waktunya beramal, dan tidak ada penghisaban. Sedangkan besok waktunya
penghisaban, tidak ada amal.

Bagaimanakah kematian orang beriman? Dalam sebuah hadits Nabi shollallahu alaih wa
sallam bersabda:

Orang beriman meninggal dengan kening penuh keringat. (HR Ahmad 21886)

Penulis produktif Aidh Al-Qarni menulis: Saya menyeru setiap orang tua agar mengingat
kematian. Sadar bahwa dirinya sudah mendekat maut serta tidak mungkin bisa lari darinya. Jadi,
siapkan diri untuk menemui Allah. Karena itu, sudah sepantasnya ia menjauhi akhir kehidupan yang
jelek dan memperbanyak amal kebaikan sehingga dapat berjumpa dengan Allah taaala dalam
keadaan diridhai.

Ambillah keteladanan dari kematian Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu anhu. Ia
ditikam oleh Abu Luluah saat sedang mengimami sholat subuh. Umarpun jatuh tersungkur
bersimbah darah. Dalam keadaan seperti itu ia tidak ingat isteri, anak, harta, keluarga, sanak saudara
atau kekuasaannya. Yang ia ingat hanyalah Laa ilaha illallah Muhammad rasulullah, hasbiyallah wa
nimal wakil. Setelah itu ia bertanya kepada sahabatnya: Siapakah yang telah menikamku?
Kau ditikam oleh Abu Luluah Al-Majusi.
Umar radhiyallahu anhu lalu berkata: Segala puji bagi Allah taaala yang membuatku terbunuh di
tangan orang yang tidak pernah bersujud kepada-Nya walau hanya sekali. Umar-pun mati syahid.

Ketika Rasulullah shollallahu alaih wa sallam menghadapi sakaratul maut beliau mengambil
secarik kain dan menaruhnya di wajah beliau karena parahnya kondisi yang beliau hadapi. Lalu
beliau berdoa:
Laa ilaha illallah Laa ilaha illallah Laa ilaha illalla. Sungguh kematian itu sangat pedih. Ya Allah,
bantulah aku menghadapi sakratul maut. Ya Allah, ringankanlah sakratul maut itu buatku. (HR
Bukhary-Muslim)
Aisyah radhiyallahu anha menuturkan: Demi Allah, beliau mencelupkan kain itu ke air lalu
meletakkannya di atas wajah beliau seraya berdoa:

Ya Allah, bantulah aku menghadapi sakratul maut.

Saudaraku, marilah kita mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian yang bisa datang
kapan saja. Kematian yang sungguh mengandung kepedihan bagi setiap manusia yang
mengalaminya. Hingga kekasih Allah taaala saja, yakni Rasulullah shollallahu alaih wa sallam berdoa
agar Allah taaala ringankan bagi dirinya sakaratul maut. Tidak ada seorangpun yang tidak bakal
merasakan kepedihan sakratul maut.

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. (QS Ali Imran 185)

Marilah saudaraku, kita mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan segera bertaubat
memohon ampunan dan rahmat Allah taaala sebelum terlambat. Sebab begitulah kematian orang
kafir. Suatu bentuk kematian yang diwarnai penyesalan yang sungguh terlambat.

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang
dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang
saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang
diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh (dinding) sampai hari mereka dibangkitkan.
(QS Al-Muminun 99-100)

Seandainya kamu semua berada di rumahmu, pastilah orang-orang yang telah ditetapkan
untuk mati keluar ke tempat mereka terbunuh (QS Ali Imran 3; 154)

Kematian itu milik semua makhluk Allah, manusia, hewan, tumbuhan termasuk bangsa
malaikat dan setan semuanya akan merasakan apa yang namanya kematian.

Kematian adalah sebuah tahapan dari kehidupan yang kejadiannya bersifat pasti. Ia akan
datang menjemput tanpa dapat dihindari. Kehadirannya sering menimbulkan ketakutan pada
awalnya dan senantiasa melahirkan kesedihan pada akhirnya.

Bahkan, kesedihan yang berkepanjangan dan berlarut-larut. Kematianlah yang membuat


seluruh kenikmatan dan kebahagiaan terputuskan yang kemudian diganti oleh penderitaan dalam
kehidupan dunia.

Kematian pula yang membuat hubungan antara orang-orang yang dicintai dan yang
mencintai terpisahkan. Karena kematian, seseorang harus meninggalkan harta benda yang begitu
dicintai, begitu dibanggakan dan begitu diagungkan dan sejumlah harta benda yang diklaim adalah
miliknya sendiri.

Alhaakumut takaatsuru hattaa zurtumul maqabir; bermegah-megahan telah melalaikan kalian


hingga kalian sampai di alam kubur ( Q.S. At-Takatsur, 102:1-2)

Anda mungkin juga menyukai