Anda di halaman 1dari 18

Kelompok

Nama Kelompok
PEMBAHASA
N
1.Ucapan para khalifah, Umara dan orang
orang – orang sholeh menjelang ajalnya

2. Ucapan Khalifah menjelang ajalnya

3. Ucapan Umara menjelang Ajalnya

4. Ucapan Orang – orang beriman menjelang


Ajalnya
Bagi seorang mukmin kematian adalah nikmat, karena merupakan pintumasuk
menuju kehidupan yang abadi. Sedangkan bagi orang kafir, kematian adalah
hukuman yang menyedihkan. Berikut lanjutan kisah para khalifah dan orang-orang
1. Ucapan para khalifah, Umara saleh saat menghadapi kematian (Al-Maut) yang bersumber dari "Dibalik Tabir
dan orang orang – orang sholeh Kematian" karya Imam Al-Ghazali. Semoga kisah menjadi iktibar (pelajaran) dan
menjelang ajalnya hikmah bagi kita.
Sudah kodrat manusia dari tanah kembali ke tanah. Manusia hidup di dunia
hanyalah sementara dan dituntut hanya untuk menyembah Tuhan-Nya yaitu Allah
SWT. dan beramal baik kepada sesamanya. Sesuai dengan firman Allah yang
artinya: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku,” (Q.S adz-Dzariyaat ayat 56).
Hal yang tidak bisa kita nafikkan adalah ketika badan masih segar bugar kita sering lupa
akan kematian, lupa akan kewajiban kita sebagai orang muslim. Bersenang-senang,
bervoya-voya, berlomba-lomba mencari harta duniawi sehingga lupa akan kehidupan
1. Ucapan para khalifah, Umara akhirat. Kebanyakan manusia ingat pada kehidupan akhirat ketika sudah bau tanah (tua).
dan orang orang – orang sholeh Namun, adakalanya meskipun sudah tua tetap berusaha menghindari kematian yaitu orang
kafir.
menjelang ajalnya Keyakinan orang beriman akan adanya kehidupan sesudah kematian menyebabkan dirinya
selalu berada dalam mode standby menghadapi kematian. Ia memandang kematian sebagai
suatu keniscayaan. Tidak seperti orang kafir yang selalu saja berusaha untuk menghindari
kematian. Orang beriman sangat dipengaruhi oleh pesan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam
yang bersabda: “Banyak-banyaklah mengingat penghapus kenikmatan, yakni kematian.”
(HR Tirmidzi 2229).
Sedangkan sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu pernah
berkata: “Bila manusia meninggal dunia, maka pada saat itulah ia
1. Ucapan para khalifah, Umara bangun dari tidurnya.” Subhanallah...! Berarti beliau ingin mengatakan
bahwa manusia yang menemui ajalnya adalah manusia yang justru
dan orang orang – orang sholeh baru mulai menjalani kehidupan sebenarnya, sedangkan kita yang
menjelang ajalnya masih hidup di dunia ini justru masih ”belum bangun”. Sungguh,
ucapan ini sangat sejalan dengan firman Allah ta’aala: “Dan tiadalah
kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka
mengetahui” (QS Al-Ankabut 64).
Dari tanda-tanda orang mati syahid ialah mati dalam keadaan mencari ilmu, mencari
nafkah, sedang shalat, dalam keadaan hamil dan melahirkan, disantet dan ada yang
mengatakan bahwa orang yang meninggal karena sakit dalam diantaranya sakit perut
1. Ucapan para khalifah, Umara merupakan orang yang mati syahid. Dari tanda-tanda yang telah dijelaskan, orang yang
dan orang orang – orang sholeh meninggal karena sebab-sebab tersebut dikatakan orang yang meniggal dalam keadaan
membawa iman.
menjelang ajalnya Ketika Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menghadapi sakaratul maut, beliau
mengambil secarik kain dan menaruhnya di wajah beliau karena parahnya kondisi yang
beliau hadapi. Lalu beliau berdoa: “Laa ilaha illallah… Laa ilaha illallah… Laa ilaha
illalla. Sungguh kematian itu sangat pedih. Ya Allah, bantulah aku menghadapi sakratul
maut. Ya Allah, ringankanlah sakratul maut itu buatku.” (HR Bukhary-Muslim).
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS Ali Imran 185) Marilah saudaraku,
tebalkan iman kita mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan segera bertaubat
memohon ampunan dan rahmat Allah ta’aala sebelum terlambat. Sebab Israil itu
1. Ucapan para khalifah, Umara sungguh sangat menakutkan bagi orang-orang yang ketika nyawanya akan dicabuttidak
dan orang orang – orang sholeh membawa iman. Begitulah kematian orang kafir. Suatu bentuk kematian yang diwarnai
penyesalan yang sungguh terlambat.
menjelang ajalnya
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada
seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar
aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak.
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka
ada barzakh (dinding) sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS Al-Mu’minun 99-100).
2. Ucapan Khalifah
menjelang ajalnya
Sebuah riwayat menyebutkan, pada saat kondisi Khalifah Umar bin Abdul Aziz sudah semakin kritis,
dipanggillah seorang tabib. Setelah memeriksa sang khalifah, ia berkata, "Aku yakin orang ini telah diracuni.
Tetapi aku tidak bisa menyelamatkannya dari kematian.
" Tiba-tiba sang khalifah mengangkat wajahnya dan berkata, "Bukankah kamu juga tidak sanggup
melindungi orang yang tidak terkena racun sekalipun dari kematian?"
Si tabib bertanya, "Apakah engkau merasakannya, wahai Amirul Mukminin?" Khalifah menjawab, "Ya, aku
mengetahuinya segera setelah racun itu masuk ke dalam perutku."
"Kalau begitu engkau harus diobati, wahai Amirul Mukminin. Karena aku khawatir nyawa engkau tak
tertolong lagi," kata sang tabib.
Khalifah menjawab: "Tuhanku itu sangat baik. Demi Allah, seandainya aku tahu bahwa obat penyembuhku
ada pada daun telingaku, aku tidak akan mengangkat tanganku untuk mengambilnya. Ya Allah, izinkan Umar
untuk lebih memilih bertemu dengan-Mu.
" Beberapa hari kemudian Khalifah Umar bin-Abdul Aziz pun meninggal dunia. Diriwayatkan bahwa
menjelang kematiannya, khalifah Umar bin Abdul Aziz menangis. Seseorang bertanya, "Kenapa engkau
menangis, wahai Amirul Mukminin? Bergembiralah, karena engkau telah banyak berjasa menghidupkan
kembali sunnah-sunnah Nabi dan menegakkan keadilan.
Sang khalifah menangis lagi seraya berkata, "Bukanlah nanti aku akan dihadapkan kepada Allah
dan dimintai pertanggungjawaban atas kekuasaan yang aku pegang terhadap hamba-hamba-Nya?
Demi Allah, sekalipun misalnya sudah berlaku adil terhadap manusia, aku masih tetap khawatir
bahwa aku tidak akan mampu mengemukakan hujjah di hadapan Allah kecuali sudah diberitahu
olch-Nya. Lalu bagaimana jika aku telah melakukan banyak kesalahan?" Air matanya berlinang,
dan tidak lama kemudian ia pun meninggal dunia.
3. Ucapan Umara
menjelang Ajalnya
Diriwayatkan bahwa Abu al-Abbas bin Atha’ menjenguk Al-Junaid yang tengah dalam kondisi kritis, la mengucapkan salam,
tetapi Al-Junaid tidak menjawabnya. Al-Junaid baru menjawab salamnya beberapa saat kemudian, dan berkata, “Maaf, karena tadi
aku sedang asyik membaca wiridku.” Selanjutnya ia menghadap ke arah kiblat dan mengucapkan “Allahu Akbar”, lalu meninggal
dunia. Saat akan menghembuskan nafas terakhir, Al-Kattani ditanya, “Apa saja amalmu?”

Ia menjawab, “Kalau saja ajalku masih lama, tentu aku akan menceritakannya kepada kalian. Selama empat puluh tahun aku
bediri di depan pintu hatiku. Dan setiap kali yang lewat di depannya bukan Allah, aku langsung menutupnya.”
Al-Mu’tamir meriwayatkan, “Aku ada di dekat Al-Hakam bin Abdul Malik menjelang ia wafat. Aku berdoa, ‘Ya Allah,
berilah ia keringanan dalam menghadapi sakaratul maut, karena ia orang yang sangat dermawan.’Tiba-tiba ia siuman lalu
bertanya, ‘Siapa yang berbicara tadi?’ Aku menjawab, ‘Aku!’
Ia berkata, ‘Sungguh, tadi malaikat maut a.s. berkata kepadaku, “Aku bersama orang yang dermawan semasa hidupnya.”
Kemudian ia meninggal”
Ketika maut hendak menjemput Yusuf bin Asbath, Hudzaifah ada di sisinya. Hudzaifah mendapatinya sedang gelisah, lalu
ia bertanya, “Wahai Abu Muhammad, inikah saatnya gelisah dan takut?” Ia menjawab, “Wahai Abu Abdullah, bagaimana
mungkin aku tidak merasa gelisah. Aku tidak tahu apakah aku benar-benar beriman kepada Allah dalam setiap amal
perbuatanku.”
Hudzaifah berkata, “Sungguh mengagumkan orang saleh yang satu ini. Saat hendak wafat, ia masih sempat bersumpah
bahwa ia tidak tahu apakah ia benar-benar sudah patuh kepada Allah dalam setiap amalnya.”
4. Ucapan Orang –
orang beriman
menjelang Ajalnya
Alkisah ada seorang sahabat Nabi bernama Namun yang ditunggu belum juga lama ditempuh oleh Nabi dan
Sya’ban RA. datang. Khawatir sholat subuh rombongan sebelum sampai ke rumah
Ia adalah seorang sahabat yang tidak menonjol kesiangan, Nabi memutuskan untuk yang dimaksud.
dibandingkan sahabat Rasul SAW  lainnya. segera melaksanakan sholat subuh
Ada suatu kebiasaan unik darinya yaitu setiap berjamaah.Selesai sholat subuh, Nabi Rombongan Nabi sampai ke sana saat
masuk masjid sebelum sholat berjamaah ia
bertanya apa ada yang mengetahui waktu afdol untuk sholat dhuha (kira-
selalu beritikaf di pojok depan masjid.Dia kira 3 jam perjalanan). Sampai di depan
mengambil posisi di pojok bukan karena
kabar dari Sya’ban RA..?
rumah tersebut Nabi Shalallahu alaihi
supaya mudah bersandaran atau tidur, namun
Namun tak ada seorangpun yang wasallam mengucapkan salam.Dan
karena tidak mau mengganggu orang lain dan
tidak mau terganggu oleh orang lain dalam menjawab. keluarlah seorang wanita sambil
beribadah.Kebiasaan ini sudah dipahami oleh membalas salam tersebut.
sahabat bahkan oleh Rasulullah Shalallahu Nabi bertanya lagi apa ada yang
'alaihi wasallam, bahwa Sya’ban RA selalu mengetahui di mana rumah Sya’ban “Benarkah ini rumah Sya'ban ?” Nabi
berada di posisi tersebut termasuk saat sholat RA..? bertanya.
berjamaah.
Kali ini seorang sahabat mengangkat “benar ya Rasulullah, saya istrinya”
Suatu pagi saat sholat subuh berjamaah akan
tangan dan mengatakan bahwa dia jawab wanita tersebut.
dimulai Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam
mendapati bahwa Sya’ban RA tidak berada di mengetahui persis di mana rumah
posisinya seperti biasa. Nabi pun bertanya
“Bolehkah kami menemui Sya’ban,
Sya’ban RA.Nabi yang khawatir terjadi yang tadi tidak hadir saat sholat subuh
kepada jamaah yang hadir apakah ada yang
sesuatu dengan Sya’ban RA meminta di masjid ?”
melihat Sya’ban RA. Namun tidak seorangpun
jamaah yang melihat Sya’ban RA. Sholat diantarkan ke rumahnya.Perjalanan
subuhpun ditunda sejenak untuk menunggu dengan jalan kaki cukup  Dengan berlinangan air mata istri
kehadiran Sya’ban RA. Sya’ban RA menjawab:
“Beliau telah meninggal tadi pagi..”
Rasulullah dan para sahabatnya mengucapkan;
“Innalilahi wainna ilaihi roji'un. Masya Allah, satu-satunya penyebab dia tidak sholat subuh berjamaah adalah karena ajal
sudah menjemputnya”.
Beberapa saat kemudian istri Sya’ban bertanya kepada Rosul Shalallahu alaihi wasallam :
“Ya Rasulullah, ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya dia berteriak tiga kali
dengan masing-masing teriakan disertai satu kalimat.
Kami semua tidak paham apa maksudnya."
“Apa saja kalimat yang diucapkannya ?” tanya Rasul
Di masing-masing teriakannya ia berucap kalimat:
“Aduh kenapa tidak lebih jauh..”
“Aduh kenapa tidak yang baru”
“Aduh kenapa tidak semua”
Thank You

Anda mungkin juga menyukai