sakaratul maut
Allah SWT berfirman: Sakaratul maut pasti datang. Itulah yang kamu selalu lari darinya.
(Qaaf/50: 19)
“ Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari
padanya.” (Qs. Qaaf : 19 )
Menurut para ahli, pada saat seseorang akan meninggal, yaitu pada saat roh sudah sampai di
tenggorokan, maka ingatan, akal, dan ilmu akan hilang; yang berfungsi hanyalah alam bawah
sadarnya. Pada saat kritis ini, setan berusaha sekuat tenaga dengan berbagai cara mengalihkan
perhatian orang yang sedang sekarat itu agar jangan sampai mengucapkan lailaha illallah. Macam-
macam akal dikeluarkannya, mungkin ia menjelma menjadi bentuk ayah atau ibunya yang telah
meninggal, atau pun ia menjelma menjadi bentuk yang menakutkan. Semua akal-akalan setan ini
tujuannya hanya satu, yaitu agar orang yang sedang sekarat itu terlena atau takut, sehingga akhirnya ia
akan lupa kepada Allah. Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam
tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia
hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses
pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam bis shawab.
Oleh karena itu, bila kita melihat orang yang sedang berjuang dalam sakratulmaut, maka
hendaknya orang-orang yang ada di sekitarnya melakukan hal-hal sebagai berikut:
“Apabila kalian mendatangi orang yang sedang sakit atau orang yang hampir mati,
maka hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang baik-baik karena para
malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan. (Dikeluarkan oleh Muslim, al-
Baihaqy dan lain lain).
Imam Abdul Karim Ar Rafi’I Rahimahullah, Beliau berkata dalam kitab Fathul Aziz
Syarh Al Wajiz, biasa disebut Asy Syarhul Kabir :
“Dibacakan atasnya surat Yasin, karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda: “Bacalah Yasin atas orang yang sakaratul maut di antara kalian.” Disukai
oleh sebagian tabi’in generasi belakangan, untuk membaca surat Ar Ra’du juga.”
(Imam Abdul Karim Ar Rafi’i, Fathul Aziz Syarh Al Wajiz (Asy Syarhul Kabir),
5/110. Darul Fikr)
Adapun membacakan surat Yasin di hadapan orang yang sudah meninggal sambil
menghadapkannya ke arah kiblat, tidak ada satupun hadits shahih yang dapat dijadikan
panutan. Bahkan Sa’id ibn Musayyab (imam para tabi’in –red) menyatakan makruh
menghadapkannya ke arah kiblat. Sa’id pernah berkata sambil mengingkari, “Bukankah
ia (sang mayat) seorang muslim?” Kemudian Ibnu Abi Syaibah dalam al mushannaf
(IV/76) mengisahkan dari Zar’ah bin Abdurrahman bahwa ia telah menyaksikan Sa’id
ibn Musayyab yang tengah sakit dan di sisinya Abu Salamah bin Abdurrahman. Sa’id ibn
Musayyab pingsan sehingga Abu Salamah memerintahkan untuk mengalihkan tempat
tidur Sa’ib ibn Musayyab menghadap ke arah kiblat. Ketika Sai’d siuman, ia berkata,
“Kalian telah mengalihkan tempat tidurku?” Mereka menjawab, “Benar”. Sambil melihat
ke arah Abu Salamah, Sa’id ibn Musayyab berkata, “Aku melihat ini karena
pengetahuanmu” Abu Salamah menjawab, “Akulah memang yang memerintahkan
mereka untuk mengalihkannya”. Sa’id ibn Musayyab kemudian menyuruh
mengembalikan tempat tidurnya ke arah semula.
Setiap manusia pasti melewati pintu Sakaratul maut sebelum ia memasuki alam
Barzakh. Sakaratul adalah jalan terjal pertama yang harus dilalui oleh setiap manusia.
Pada jalan terjal ini, kebanyakan manusia akan menghadapi banyak siksaan dan
penderitaan. Antara lain:
• Pertama: Rasa sakit yang maha dahsyat, yang tak ada tandingannya di dunia, saat
lisan terkunci, tak mampu mengungkapkan apa yang dialaminya dan dideritanya, saat
semua daya dan kekuatan keluar dari jasadnya.
• Kedua: Penderitaan kerana tangisan keluarga, perpisahan dengan mereka, dan rasa
duka yang sangat dalam kerana akan berpisah selamanya dengan anak-anaknya.
• Ketiga: kesedihan yang sangat dalam kerana akan berpisah dengan harta, rumah,
dan segala yang dimilikinya. Padahal dalam memperolehnya ia harus menghabiskan
umurnya. Bahkan ia harus melakukan banyak kezaliman dan perampasan hak orang
lain, selain itu hak-hak syariat dalam hartanya belum sempat ia keluarkan.
• Keempat: Penderitaan kerana ia menyaksikan dengan jelas hal-hal yang
menakutkan di alam lain, bukan di alam dunia. Saat itulah, saat sakaratul maut tiba
padangan matanya sangat tajam sehingga ia mampu melihat segala sesuatu yang
belum pernah ia disaksikan sebelumnya. Allah swt berfirman:
"Kami singkapkan darimu tirai yang menutupi matamu, sehingga penglihatanmu pada
hari itu sangat tajam." (Qaaf/50: 22).
Saat itulah ia melihat Rasulullah SAW dan Ahlul baitnya (sa), menyaksikan malaikat
datang ke sisinya, malaikat pembawa rahmat dan malaikat pembawa azab. Mereka datang
untuk menyaksikan hukum yang akan ditetapkan padanya dan ketentuan yang harus ia
terima.
Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang membaca doa berikut (10 kali)
setiap hari, Allah swt akan mengampuni baginya empat puluh ribu dosa besar,
menjaganya dari keburukan kematian, siksa kubur, hari kiamat dan hari hisab, dan segala
hal yang menakutkan; yakni Allah memudahkan seratus hal yang menakutkan saat
kematian, Allah menjaganya dari kejahatan iblis dan pasukannya, menunaikan
hutangnya, menghilangkan dukanya, dan membahagiakan deritanya. Yaitu:
Aku persiapkan untuk Setiap yang menakutkan Laiha illallah, Setiap duka dan
derita masya Allah, Setiap nikmat Alhamdulillah, Setiap kebahagiaan Asy-Syukru lillah,
Setiap yang menakjubkan Subhanallah, Setiap dosa Astaghfirullah, Setiap musibah
Innalillahi wa inna ilayhi raji'un, Setiap kesulitan Hasbiyallah, Setiap ketetapan dan
takdir Tawakkaltu 'alallah, Setiap musuh A'shamtu billah, Setiap ketaatan dan
kemaksiatan La hawala wala quwwata illa billahil aliyyil 'azhim. (Biharul Anwar 87: 5)
Juga perlu diketahui bahawa doa berikut ini memiliki keutamaan yang besar jika
dibaca 70 kali. Di antara keutamaannya adalah memberikan kebahagiaan saat sakaratul
maut: Wahai Yang Maha Mendengar dari semua yang mendengar, wahai Yang Maha
Melihat dari semua yang melihat, wahai Yang Maha Cepat perhitungan- Nya dari semua
yang menghitung, wahai Yang Maha Menghakimi dari semua yang menghakimi. 14)