MEMBIMBING SAKARATUL
MAUT SEORANG
PASIEN MUSLIM
23 JUNI 2015NURARIYANTIS TINGGALKAN KOMENTAR
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan
masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan
kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Perawat
merupakan profesi yang pekerjaannya banyak berinteraksi dengan pasien(orang
sakit). Dimana para pesakit ini sering kali mengalami sakaratul mautnya
dan menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit. Lalu bagaiman peran perawat
ketika seorang pasien muslim mengalami sakaratul maut ?
Peran kita sebagai perawat ketika mendapati pasien yang sedang menghadapi
sakaratul ,mautnya adalah dengan membimbingnya untuk mengucapkan “Laa
Ilaha Illallah” atau hal tersebut biasa disebut dengan mentalqin. Perawat
mempunyai peran dalam hal membimbing rohani pasien. Termasuk dalam
mentalqin.
Mentalqin orang yang akan meninggal dunia cukup sekali saja, tidak perlu diulang-
ulang kecuali apabila setelah di-talqin dia mengucapkan kalimat yang lain maka
hendaknya diulang sekali lagi agar akhir ucapannya adalah kalimat syahadat.
Disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah kiblat.
Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw.
Hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih
melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana
menghadap kiblat :
Imam An Nawawiy mengatakan: “Di dalam hadits ini terdapat anjuran untuk
mengucapkan ucapan yang baik seperti do’a , istighfar,meminta kelembutan
dan rahmat Allah untuknya dan yang semisalnya” (Syarh Muslim:6/222)
Jawab:
Dianjurkan bagi orang yang hendak meninggal, agar ditalqin oleh mereka
yang ada di sekitarnya.
Tujuan disyariatkan talqin, agar kalimat terakhir yang terucap dari mayit
adalah kalimat laa ilaaha illallaah..
Pertama, hendaknya yang metalqin mayit adalah orang yang dicintai mayit
atau yang dipercaya mayit
Tujuannya agar calon mayit semakin yakin bahwa yang disampaikan orang ini
adalah kebaikan.
Ketika sadar, aku tanya kepada beliau, “Apa yang terjadi pada ayah?” Jawab
Imam Ahmad,
Al-Qurthubi menceritakan,
Guruku, Abul Abbas Ahmad bin Umar pernah menjenguk Abu Ja’far di
kordoba yang kala itu sedang sekarat. Ketika ditalqin, Laa ilaaha illallaah…
tapi tiba-tiba dia berontak, “Tidak.. tidak.”
Setelah dia sadar, kami tanyakan hal itu kepadanya. Lalu dia mengatakan,
Ketiga, hindari orang yang bisa membuat calon mayit semakin resah.
Mendengar ini, Abu Jahal menekan perut Abu Thalib sambil mengatakan,
“Apakah kamu membenci agama ayahmu, Abdul Muthalib?” ini terus diulang,
hingga kalimat terakhir yang dia ucapkan adalah kalimat ini. (HR. Bukhari
3884, dan Nasai 2047).
Keenam, Inti Talqin
Inti dari talqin adalah mengajak orang untuk kembali kepada tauhid yang
benar. Karena itu, talqin bisa saja dilakukan untuk orang non muslim. Namun
ajakannya bukan sebatas mengucapkan laa ilaaha illallaah tapi ajakan untuk
bersyahadat atau masuk islam.
Ada anak remaja Yahudi yang suka melayani Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Pada saat dia sakit, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjenguknya. Beliau duduk di samping kepala anak Yahudi itu. Beliau
tawarkan, “Mau masuk islam?”
ار َّ
ن ال ن
َ م
ِ ُ هذَ َ
ق ْ
ن ْال َحمْ ُد هَّلِل ِ الَّ ِذى َأ
ِ
Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan dia dari neraka. (HR.
Bukhari 1356, Abu Daud 3097)
Ketujuh, semua yang ada di sekitar calon mayit, tidak boleh mengucapkan
kalimat apapun selain kebaikan. Karena ucapan mereka diaminkan malaikat.
َّات اِإل ْن َسانُ ا ْن َق َط َع َع ْن ُه َع َملُ ُه ِإالَّ ِمنْ َثالَ َث ٍة ِإال َ ِإ َذا َم
صالِ ٍح َ ار َي ٍة َأ ْو ِع ْل ٍم ُي ْن َت َف ُع ِب ِه َأ ْو َو َل ٍد
ِ صدَ َق ٍة َجَ ِْمن
َي ْدعُو َل ُه
“Apabila anak Adam meninggal, maka terputus darinya semua amalan kecuali
tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang
mendoakannya.” (HR. Muslim 4310)
Yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk diucapkan setelah
memakamkan adalah mendoakan mayit agar diampuni dan diberi kekuatan
menjawab pertanyaan Malaikat.
ِإ َذا َف َر َغ ِمنْ دَ ْف ِن-صلى هللا عليه وسلم- ُّان ال َّن ِبى َ َك
ف َع َل ْي ِه َف َقا َل « اسْ َت ْغ ِفرُوا َأل ِخي ُك ْم َو َسلُوا َل ُه
َ ت َو َق ِ ْال َم ِّي
.» اآلن يُسْ َأ ُل
َ يت َفِإ َّن ُه 2َ ال َّت ْث ِب
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terbiasa, setelah memakamkan mayit beliau
berdiri di sampingnya dan mengatakan, “Mintakanlah ampunan untuk
saudara kalian dan mintalah agar dia diberi kekuatan menjawab pertanyaan
malaikat, karena saat ini dia sedang ditanya.” (HR. Abu Daud 3223 dan
dishahihkan al-Albani)
Allahu a’lam
Referensi: https://konsultasisyariah.com/26276-cara-mentalqin-mayit.html
Talqin itu ada dua macam: yaitu Talqin sunnah dan Talqin bid’ah
( 501 ) – { لَقِّنُوا َموْ تَا ُك ْم: صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِ َوَأبِي هُ َر ْي َرةَ َر، َوع َْن َأبِي َس ِعي ٍد
َ ِ قَا َل َرسُو ُل هَّللا: ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما قَااَل
ُُم ْسلِ ٌم َواَأْلرْ بَ َعة ُاَل إلَهَ إاَّل هَّللا ُ } َر َواه
“Apa yang perlu dilakukan oleh orang yang duduk di dekat orang yang
hendak meninggal dunia? Apakah membaca surat Yasin di dekat orang yang
hendak meninggal dunia adalah amal yang berdasar hadits yang shahih atau
tidak?”.
Jawaban beliau:
“Membesuk orang yang sakit adalah salah satu hak sesama muslim, satu
dengan yang lainnya. Orang yang menjenguk orang yang sakit hendaknya
mengingatkan si sakit untuk bertaubat dan menulis wasiat serta memenuhi
waktunya dengan berdzikir karena orang yang sedang sakit membutuhkan
untuk diingatkan dengan hal-hal ini.
Orang yang berada di dekat orang yang sedang sakaratul maut hendaknya
menyebut nama Allah (baca: laa ilaha illallah) di dekatnya dengan suara yang
bisa didengar oleh orang yang sedang sekarat sehingga dia menjadi ingat.
Para ulama mengatakan dia sepatutnya menggunakan kalimat perintah untuk
keperluan tersebut karena boleh jadi dikarenakan sedang susah dan sempit
dada orang yang sekarat tadi malah tidak mau mengucapkan laa ilaha illallah
sehingga yang terjadi malah suul khatimah. Jadi orang yang sedang sekarat
tersebut diingatkan dengan perbuatan dengan adanya orang yang membaca
laa ilaha illallah di dekatnya.
Akan tetapi derajat hadits ini diperbincangkan oleh sebagian ulama. Jadi
kesimpulannya, menurut ulama yang menshahihkan hadits tersebut maka
membaca surat Yasin di dekat orang yang meninggal dunia adalah amalan
yang dianjurkan. Sedangkan menurut ulama yang menilainya sebagai hadits
yang lemah maka perbuatan tersebut tidaklah dianjurkan.” (Kutub wa
Rasail Ibnu Utsaimin 215/40, Asy Syamilah).
Dari Dhamrah bin Habib, seorang tabiin, “Mereka (yaitu para shahabat yang
beliau jumpai) menganjurkan jika kubur seorang mayit sudah diratakan dan
para pengantar jenazah sudah bubar supaya dikatakan di dekat kuburnya,
‘Wahai fulan katakanlah laa ilaha illallah 3x. Wahai fulan, katakanlah
‘Tuhanku adalah Allah. Agamaku adalah Islam dan Nabiku adalah
Muhammad” [Dalam Bulughul Maram no hadits 546, Ibnu Hajar mengatakan,
“Diriwayatkan oleh Said bin Manshur secara mauquf (dinisbatkan kepada
shahabat). Thabrani meriwayatkan hadits di atas dari Abu Umamah dengan
redaksi yang panjang dan semisal riwayat Said bin Manshur namun secara
marfu’ (dinisbatkan kepada Nabi)].
Muhammad Amir ash Shan’ani mengatakan, “Setelah membawakan redaksi
hadits di atas al Haitsami berkata, ‘Hadits tersebut diriwayatkan oleh ath
Thabrani dalam al Mu’jam al Kabir dan dalam sanadnya terdapat sejumlah
perawi yang tidak kukenal’. Dalam catatan kaki Majma’uz Zawaid disebutkan
bahwa dalam sanad hadits tersebut terdapat seorang perawi yang
bernama ‘Ashim bin Abdullah dan dia adalah seorang perawi yang
lemah.”
Referensi: https://konsultasisyariah.com/1158-apa-hukum-talqin.html