1. Menalqin (menuntun) dengan kalimat tahlil (lā ilāha illallāh) . Sesuai sabda Rasulullah
Diriwayatkan dari Abi Sa’id al-Khudri ra. Ia berkata:”Rasulullah saw. bersabda: ”Hendaklah
kalian menalqin orang yang akan meninggal diantara kalian dengan mengucap lā ilāha
illallāh.” (HR Jama’ah kecuali al-Bukhari)
Demikian berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah bahwa Rasulullah
Setiap muslim yang akan menghadapi kematian agar berbaik sangka kepada Allah SWT,
seperti di dalam hadits Rasulullah saw. sebagai berikut:
Artinya: Diriwayatkan dari Jabir, ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda
(mengulangnya sampai) tiga kali menjelang wafatnya :”Janganlah kalian mati kecuali dalam
keadaan berbaik sangka kepada Allah SWT.”
Hal tersebut menunjukkan agar kita selalu berprasangka baik kepada Allah hingga menjelang
ajal pun.
Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang
sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga
untuk membasahi bibirnya dengan kapas yang telah diberi air. Karena bisa saja
kerongkongannya kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara
dan berkata-kata. Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang
dialami orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya
dalam mengucapkan dua kalimat syahadat. (Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)
Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah
kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw.,
tetapi dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih melakukan
hal tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana menghadap kiblat :
b) Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke kiblat.
Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling benar. Seandainya
posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut berbaring ke arah
manapun yang membuatnya selesai.
“Barangsiapa sakit satu malam, kemudian ia bersabar dan pasrah kepada Allah, maka
terlepaslah dosanya seperti hari dilahirkan dari ibunya.” (HR al-Turmudzi)