Anda di halaman 1dari 31

I.

MENTALQIN ORANG YANG SEDANG SAKARATUL MAUT

Jika seseorang tengah menghadapi sakaratul maut, maka hendaklah orang-orang yang

ada disekitarnya melakukan hal-hal berikut ini:

A. Mentalqin (menuntun) nya untuk mengucapkan Syahadat, hal tersebut

berdasarkan pada sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫وت‬99‫ من كان آخر كالمه ال إله إال هللا عند الم‬،‫لقنوا موتا كم ال إله إال هللا‬
.‫ وإن أصابه قبل ذلك ما أصابه‬،‫دخل الجنة يوما من الدهر‬
“Talqinilah orang-orang yang akan meninggal diantara kalian dengan kalimat

Laa Ilaaha Illallah (Tidah ada Ilah yang berhak diibadahi selain allah). Barang

siapa yang ucapan terakhirnya berupa kalimat Laa Ilaaha Illallah, pada saat akan

mati maka dia akan masuk surga pada suatu hari kelak, meskipun sebelum itu dia

harus menerima beberapa siksaan yang dijalaninya.

Dan beliau juga mengatakan:

‫من مات وهو يعلم أنه ال إله إال هللا دخل الجنة‬
"Barang siapa meninggal dunia sedang dia mengetahui (meyakini) bahwasanya

tidak ada Illah (yang berhak diibadahi selain Allah), maka dia akan masuk

surga."

Dan di akhir hadits beliau bersabda:

)‫ (رواه مسلم‬.‫من مات ال يشرك باهلل شيئا دخل الجنة‬


“Barang siapa meninggal dunia dengan tidak menyekutukan Allah sedikitpun,

maka dia masuk surga." ( HR. Muslim dan Ibnu Hibban) (Bab Jana’iz/34)

Keterangan :

1 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
Yang dimaksud dengan Talqin (menuntun) nya, bukannya menyebut/

memperdengarkan syahadat terus menerus kepada orang yang akan meninggal

dunia, tetapi yang dimaksudkan adalah menyuruh orang yang akan mati untuk

mengucapkan syahadat.

Yang menjadi dalil hal ini adalah hadits Anas RadhiAllahu ‘anha:

‫ يا‬: ‫ال‬9‫ فق‬، ‫ار‬9‫اد رجال من االنص‬9‫لم ع‬9‫لى هللا عليه وس‬9‫أن رسول هللا ص‬
: ‫ال‬99‫ فق‬، ‫ال‬99‫ بل خ‬: ‫ أخال أم عم ؟ فقال‬: ‫ فقال‬، ‫ ال إله إال هللا‬: ‫خال ! قل‬
‫ نعم‬: ‫لم‬99‫ ال إله إال هللا ؟ فقال النبي صلى هللا عليه وس‬: ‫فخير لي أن أقول‬
)‫ (رواه أحمد‬.
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjenguk salah

seorang dari kaum Anshor seraya berkata, wahai paman ucapkanlah Laa Ilaaha

Illallah, maka orang tersebut bertanya, apakah paman dari pihak ibumu atau

ayahmu…? Beliau menjawab, paman dari pihak ibu, maka orang tersebut

bertanya, apaka akan lebih baik bagiku untuk mengucapkan Laa Ilaaha

Illallah…? Maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

“YA“. (HR. Ahmad) (Bab Jana’iz/35)

B. Mendo’akannya dan tidak mengucapakan kata-kata didekatnya kecuali kata-kata

yang baik, yang demikian itu didasarkan pada hadits Ummu Salamah

RadhiAllahu ‘anha, dia bercerita Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda :

‫ون على‬99‫إن المالئكة يؤمن‬99‫ ف‬، ‫ فقولوا خيرا‬، ‫إذا حضرتم المريض أو الميت‬
)‫ (رواه مسلم‬.‫ما تقولون‬

2 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
“Jika kalian menjenguk orang yang sakit atau orang yang akan meninggal dunia,

maka ucapkanlah kata-kata yang baik, Karena sesungguhnya para malaikat

mengaminkan apa yang kalian ucapakan. (HR. Muslim) (Bab Jana’iz/34)

II. DO’A SETELAH MEMEJAMKAN MATA ORANG MENINGGAL

،‫ره‬99‫ وقد شق بص‬، ‫لمة‬99‫لم على أبي س‬99‫لى هللا عليه وس‬99‫ول هللا ص‬99‫دخل رس‬
‫اس من أهله‬999‫ فضج ن‬، ‫روح إذا قبض تبعه البصر‬999‫ إن ال‬: ‫ال‬999‫فأغمضه ثم ق‬
‫ فان المالئكة يؤمنون على ما تقولون‬، ‫ ال تدعوا على أنفسكم إال بخير‬: ‫فقال‬
‫ واخلفه في‬،‫ديين‬99‫ وارفع درجته في المه‬، ‫لمة‬99‫ اللهم اغفر البي س‬: ‫ال‬99‫ ثم ق‬،
، ‫بره‬99‫ وافسح له في ق‬، ‫المين‬99‫ واغفر لنا وله يا رب الع‬، ‫ابرين‬99‫عقبه في الغ‬
)‫ (رواه مسلم‬. ‫ونور له فيه‬
“Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menemui Abu Salamah yang

matanya masih dalam keadaan terbuka, lalu beliau memejamkannya dan kemudian

bersabda: Sesungguhnya Ruh itu jika dicabut akan diikuti oleh mata kemudian

sejumlah orang dari keluarganya ribut. Maka beliau bersabda: Janganlah kalian

mendo’akan diri kalian kecuali yang baik-baik saja. Karena sesungguhnya malaikat

mengamini apa yang kalian ucapakan, kemudian beliau berdo’a : Ya Allah berikanlah

ampunan kepada Abu Salamah, angakatlah derajatnya ketingkat orang-orang yang

mendapatkan petunjuk gantilah ia dilingkungan keluarga yang ditinggalkan,

beriakanlah ampunan kepada kami dan kepadanya, wahai Rab sekalain alam,

lapangkanlah kuburannya dan terangilah bagian dalamnya.( HR. Muslim) (Bab

Jana’iz/41)

III. DO’A ISTIRJA’ BAGI KERABAT YANG DITINGGAL MATI

3 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
Dari Ummu Salamah RadhiAllahu ‘anha: Dimana dia bercerita, aku pernah

mendengar Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

)‫ون‬99‫ره هللا (إنا هلل وإنا إليه راجع‬99‫ما من مسلم تصبه مصيبة فيقول ما أم‬
.‫يرا منها‬99‫يرا منها إال أخلف هللا له خ‬99‫تي وأخلف لي خ‬99‫اللهم اجرني في معيب‬
)‫(رواه مسلم‬
“Tidaklah dari seorang muslim mendapat suatu musibah lalu dia mengucapkan apa

yang Allah perintah kepadanya : ( Yaitu Ucapan ) sesungguhnya kami milik Allah

dan hanya kepadanya kami kembali, Ya Allah berilah kami pahala dalam musibahku

ini, dan berikanlah ganti kepadaku yang lebih baik darinya, melainkan Allah akan

memberikan pahala kepadanya dalam musibah tersebut serta memberi ganti yang

lebih baik darinya. (HR. Muslim) (Bab Jana’iz/68)

IV. CARA MEMANDIKAN JENAZAH.

Didalam memandikan harus benar-benar diperhatikan beberapa hal berikut ini:

1. Memandikannya 3X atau lebih

2. Memandikannya dengan bilangan Ganjil

3. Hendaknya air yang digunakan untuk memandikan dicampur dengan daun bidara

atau yang lainnya yang bias dipergunakan untuk membersikan, misalnya sabun.

4. Dibagian akhir dari proses pemandian tersebut hendaklah airnya dicampur

dengan wewangian dan tumbuhan kafur (kapur barus) lebih diutamakan.

5. Melepaskan jalinan rambut dan mencucinya dengan baik

6. Menyisir rambutnya

4 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
7. Bagi jenazah wanita, rambutnya dibuat tiga kepang(dua pada bagian tanduk dan

satu diubun-ubun) dan diletakkan dibelakang.

8. Memulai dengan anggota tubuh sebelah kanan dan anggota-anggota tubuh yang

biasa dibasuh saat berwudhu.

Yang menjadi dalil dalam hal tersebut diatas adalah hadits Ummu Athiya

Dimana dia bercerita:

‫ فقال‬، )‫ ونحن نغسل ابنته (زينب‬، ‫دخل علينا النبي صلى هللا عليه وسلم‬
‫ إن رأيتن ذلك‬، ‫ثر من ذلك‬99‫ أو أك‬، )‫ أو خمسا (أو سبعا‬، ‫ اغسلنها ثالثا‬:
‫يئا‬99‫ واجعلن في االخرة كافورا أو ش‬، )‫ نعم‬: ‫ وترا ؟ قال‬: ‫ قلت‬: ‫ (قالت‬،
:‫ فألقى إلينا حقوه فقال‬، ‫ فلما فرغنا آذناه‬، ‫ فإذا فرغتن فآذني‬، ‫من كافور‬
‫ (وفي‬، )‫رون‬99‫طناها ثالثة (ق‬9‫ ومش‬:‫الت‬9‫ (ق‬، )‫ني إزاره‬9‫أشعرنها إياه (تع‬
‫ قرنيها‬: ‫عرها ثالثة أثالث‬999‫فرنا ش‬999‫لنه) (فض‬999‫نه ثم غس‬999‫ نقض‬:‫ة‬999‫رواي‬
‫دأن بـمـيامنها ومـواضع‬99‫ اب‬: ‫ وقـال لنا‬: ‫ (قـالت‬،)‫وناصيتها) وألقيناها‬
)‫ (رواه البخاري و مسلم‬. )‫الوضوء منها‬
“Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menemui kami, sedang

kami kala itu tengah memandikan putrinya (Zainab). Lalu beliau bersabda,

mandiakanlah dia dengan tiga, lima atau tujuh kali atau lebih dari itu, jika

dipandang perlu maka pergunakan air dan daun bidara, Ummu Athiyah

mengatakan, maka kukatakan, dengan ganjil…? Beliau menjawab Ya. Dan

buatlah diakhir mandinya itu tumbuhan kafur (kapur barus) atau sedikit darinya,

dan jika kalian sudah selesai memandiakan, kamipun memberitahu beliau, maka

beliau melemparkan kain kepada kami seraya berucap : pakaikanlah kain ini

sebagai penutup tubuhnya. Ummut Athiyah berkata, dan kami menyisirnya jadi

5 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
tiga kepang, dan dalan sebuag riwayat disebutkan : maka kami menguraikan

rambutnya dan kemudian mencucinya.maka kami menguraikan rambutnya

menjadi tiga kepang, dua tanduk bagian atas dan satu diubun-ubunnya. Dan kami

meletakkan dibelakangnya. Ia berkata : beliau bersabda : Mulailah dengan

anggota tubuh yang kanan serta anggota-anggota wudhunya. (HR. Bukhori dan

Muslim) (Bab Jana’iz/130-131)

9. Berdasarkan dalil hadits diatas tersebut maka, hendaklah orang laki-laki yang

memandikan Jenazah laki-laki, dan orang wanita yang memandiakan Jenazah

wanita, kecuali bagi suami istri, (Inyaallah dalilnya akan dijelaskan lebih lanjut).

10. Melepaskan pakaian Jenazah.

Yang menjadi dalil dalam hal tersebut diatas adalah Hadits Aisyah

RadhiAllahu ‘anha: Berikut ini:

، ‫دري‬999‫ وهللا ما ن‬: ‫الوا‬999‫لم ق‬999‫لى هللا عليه وس‬999‫لما أرادوا غسل النبي ص‬
‫ أم‬، ‫أنجرد رسول هللا صلى هللا عليه وسلم من ثيابه كما نجرد موتانا‬
)‫ (رواه أبو داود‬.... ‫نغلسه وعليه ثيابه ؟‬
“Ketika para sahabat hendak memandiakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

mereka berkata : demi Allaah kita tidak tahu, apakah kita harus melepas pakaian

beliau, sebagai mana layaknya kita melepaskan pakaian orang-orang yang

meninggal diantara kita, ataukah kita memandikannyasedang pakaian masih

melekat ditubuh beliau…? (HR. Abu Daud) (Bab Jana’iz/132)

11. Hendaknya tidak melihat aurat jenazah

Yang menjadi dalil dalam hal tesebut diatas adalah Hadits Abdurrahman

bin Abi Sa’id Al-Khudry, dari ayahnya bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda:

6 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
َ‫رْ َأ ِة َوال‬99‫و َر ِة ْال َم‬9
ْ 9‫رْ َأةُ ِإلَى َع‬99‫ ِل َوالَ ْال َم‬9‫و َر ِة ال َّر ُج‬9
ْ 9‫ ُل ِإلَى َع‬9‫ ُر ال َّر ُج‬9 ُ‫الَ يَ ْنظ‬
‫رْ َأ ِة‬99‫رْ َأةُ ِإلَى ْال َم‬99‫ى ْال َم‬9 ‫ض‬
ِ ‫ب َواحِ ٍد َوالَ تُ ْف‬ ٍ ‫ضى ال َّر ُج ُل ِإلَى ال َّرج ُِل فِى ثَ ْو‬ ِ ‫يُ ْف‬
ِ ‫ب ْال َو‬
)‫ (رواه مسلم‬. ‫اح ِد‬ ِ ‫فِى الثَّ ْو‬
“Hendaklah orang laki-laki tidak melihat aurat orang laki-laki dan orang

perempuan tidak melihat aurat orang perempuan, (hendaklah) orang laki-laki

tidak menempelkan badannya dengan tubuh laki-laki di dalam sebuah busana,

dan orang perempuan (hendaknya juga) tidak menempelkan badannya dengan

tubuh perempuan dalam sebuah busana”. (HR. Muslim) (S.S.M. jilid.2/530)

12. Diperbolehkan bagi masing-masing suami istri untuk memandikan pasangannya.

Yang menjadi dalil dalam hal tersebut adalah Hadits Aisyah RadhiAllohu

‘anha, dia berkata:

‫ وأنا‬،‫رجع إلي رسـول هللا صـلى هللا عليه وسـلم من جـنازة بالبـقـيـع‬
‫اه ما‬99‫ بل انا وارأس‬: ‫اه فـقال‬99‫ وارأس‬: ‫ول‬99‫ وأق‬، ‫أجد صداعا في رأسي‬
.‫ك‬99‫ ثم صليت عليك ودفنت‬،‫ وكـفـنـتـك‬،‫ضرك لومت قبلي فـغـسلتك‬
)‫(رواه أحمد‬
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah pulang ke tempatku seusai

mengantar jenazah di makam Baqi’, lalu aku merasa kepalaku pusing, maka

akupun berkata: aduh kepalaku sakit, maka Nabi berkata: kepalaku juga terasa

pusing, jangan kuatir, seandainya engkau mati sebelumku, niscaya aku akan

memandikanmu serta mengkafanimu, setelah itu aku akan menyolatimu dan

selanjutnya menguburkanmu” (HR.Ahmad) (Bab Janaiz/134-135)

7 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
13. Hendaklah bagi orang yang, memandikan jenazah berhati-hati jangan sampai

mematahkan tulangnya karena mematahkan tulang orang yang sudah mati sama

halnya dengan mematahkan tulang oranmg yang masih hidup.

Yang menjadi dalil dari hal tersebut adalah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi

wa sallam:

)‫ (رواه أحمد‬. ‫ مثل كسره حيا‬،‫إن كسر عظم المؤمن ميتا‬


“sesungguhnya mematahkan taulang orang mukmin dalam keadaan mati sama

halnya dengan mematahkannya pada saat dalam keadaan hidup” (HR.Ahmad)

(Bab janaiz/510)

14. Bagi yang memandikan (mengurus) jenazah akan mendapatkan pahala yang

besar dengan dua syarat:

a. Menutupi aib jenzah dan tidak menyebarkan luaskan keburukan yang telah

dilihatnnya dari jenazah tersebut.

Yang demikian itu berdasarkan pada sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa

sallam:

‫ ومن حفر له‬، ‫رة‬999‫لما فكتم عليه غفر له هللا أربعين م‬999‫من غسل مس‬
‫ ومن‬، ‫وم القيامة‬9‫اه إلى ي‬99‫كنه إي‬9‫كن أس‬9‫أجر مس‬99‫ري عليه ك‬9‫فأجنه أج‬
‫ (رواه‬.‫ة‬999‫تبرق الجن‬999‫ندس واس‬999‫وم القيامة من س‬999‫اه هللا ي‬999‫كفنه كس‬
)‫الحاكم‬
“Barang siapa yang memandikan seorang muslim seraya menyumbunyikan

(aibnya) dengan baik, maka Allah akan memberikan ampunan empat puluh

kali kepadanya, dan barang siapa membuatkan lubang lalu menutupinya

maka akan diberlakukan pahala kepadanya seperti pahala orang yang

memberikan tempat tinggal sampai hari kiamat kelak, dan barang siapa

8 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
mengkafaninya, niscaya Allah akan memakaikan padanya di hari kiamat

kelak pakaian dari sutra tipis (sundus) dan pakaian sutra tebal (istabraq)

surga” (HR. Al-Hakim) (Bab janaiz/137)

KETERANGAN

Dan telah meriwaayatkan; ath-Thabrani didalam kitab Alkabiir dengan

lafadz: “empat puluh dosa besar”

b. Ikhlas hanya untuk mencari keridhaan Allah dan tidak bertujuan untuk

memperoleh upah atau ucapan terima kasih serta tidak untuk materi dunia

lainnya, sebagaimana yang telah ditetapkan didalam ketentuan syare’at:

bahwa allah tidak menerima suatu ibadah kecuali yang benar-benar tulus

untuk mencari keridhaanNYA.

Yang menjadi dalil dalam hal tersebut adalah:

Firma Allah, Tabaaraka Wata’ala:

ِ ِ‫َو َما ُأ ِمرُوا ِإاَّل لِيَـ ْعبُ ُدوا هَّللا َ ُم ْخـل‬


َ ‫صيْ َن لَهُ الد‬
)5 : ‫ (البينة‬.‫ِّين ُحنَفَا َء‬
“Padahal mereka tidak disuruh melainkan supaya menyembah Allah dengan

memurnikan ketaatan kepadaNYA dalam (menjalankan) agama yang lurus”

(QS. Al-Bayyinah:5)

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ِ ‫هُ ِإلَى هَّللا‬9 ُ‫ت ِهجْ َرت‬ْ َ‫ان‬99‫وى فَ َم ْن َك‬9 َ 9َ‫ِإنَّ َما اَأل ْع َما ُل بِالنِّيَّ ِة َوِإنَّ َما ِال ْم ِرٍئ َما ن‬
‫يبُهَا‬9‫ُص‬ِ ‫هُ لِ ُد ْنيَا ي‬9ُ‫ت ِهجْ َرت‬ ْ َ‫ان‬99‫َو َرسُولِ ِه فَ ِهجْ َرتُهُ ِإلَى هَّللا ِ َو َرسُولِ ِه َو َم ْن َك‬
)‫ (رواه البخاري‬.‫َأ ِو ا ْم َرَأ ٍة يَتَ َز َّو ُجهَا فَ ِهجْ َرتُهُ ِإلَى َما هَا َج َر ِإلَ ْي ِه‬
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu tergantung pada niat, dan

sesungguhnya setiap orang itu akan mendapatkan apa yang diniatkannya,

dan barang siapa yang hijrahnya kepada allah dan Rasulnya maka hijrahnya

9 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
itu kepada Allah dan Rasulnya, dan barang siapa yang hijrahnya kepada

dunia yang diinginkan atau wanita yang dia akan nikahi maka hijrahnya

adalah kepada apa yang diniatkannya” (HR. Bukhari) (Bab janaiz/139)

15. Disunnahkan bagi orang yang telah selesai memandikan jenazah untuk mandi.

Hal itu berdasarkan pada sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

)‫ (رواه أبو داود‬.‫ ومن حمله فليتوضأ‬، ‫من غسل ميتا فليغتسل‬
“Barang siapa telah selesai memandikan seorang mayat maka hendaklah dia

mandi, dan barang siapa yang mengangkatnya, maka hendaklah dia berwudhu’”

(HR. abu Dawud) (bab Janaiz/141)

KETERANGAN

Lahirnya perintah hadits diatas memberikan pengertian wajib, namun kami

(syaikh Al-Albani) tidak berpendapat demikian, karena ada dua hadits mauquf

yang mempunyai hokum marfu’ yaitu:

1. Dari Ibnu Abbas RadhiAllohu ‘anhu :

‫ فـإن ميتكم‬،‫ليـس عـليكم في غسل ميتـكم غسـل إذا غـسـلتـمـوه‬


)‫ (رواه الحاكم‬. ‫ فحسبكم أن تغسلوا أيديكم‬، ‫ليس بنجس‬
“Tidak ada keharusan bagi kalian untuk mandi setelah memandikan jenazah,

apabila kalian itu tidak najis, oleh karena itu cukup bagi kalian untuk

membasuh tangan kalian” (HR. Al-Hakim) (Bab Janaiz/142)

2. Ucapan Ibnu Umar RadhiAllohu ‘anhu :

‫دار‬9999‫ (رواه ال‬. ‫ فمنا من يغتسل ومنا من ال يغتسل‬، ‫كنا نغسل الميت‬
)‫قطني‬
“Kami pernah memandikan seorang mayit, lalu dianatara kami ada yang

mandi dan ada juga yang tidak mandi” (HR. Ad-Daruquthni) (bab

janaiz/142)

10 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
V. KAIN KAFAN

Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani mayit:

1. Mengkafani jenazah dengan bagus.

Yang demikian itu berdasarkan pada hadits jabir bin ‘Abdillah RadhiAllohu

‘anhu: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

)‫ (رواه مسلم‬. )‫إذا كفن أحدكم أخاه فليحسن كفنه (إن استطاع‬
“Apabila salah seorang diantara kalian mengkafani udaranya, maka hendaklah

dia memberikan kain yang bagus” (HR.Muslim) (T.S.S.M.B.4/38) (Bab

Janaiz/153)

KETERANGAN

Para Ulama’ mengatakan: Yang dimaksud dengan bagusnya kain kafan adalah :

Bersih, tebal, sangat rapat, dan sederhana, dan bukannya kain kafan yang

berlebih-lebihan dan mewah. (Bab janaiz/154)

2. Mengkafani jenazah deangan kain yang berwarna putih.

Yang demikian itu berdasarkan pada sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa

sallam dari sahabat Ibnu Abbas RadhiAllohu ‘anhu

‫ (رواه‬. ‫ وكفنوا فيها‬، ‫ فانها خير ثيابكم‬، ‫البسوا من ثيابكم البياض‬


)‫الترمذي‬
“Pakailah dari kalian yang berwarna putih, karena sesungguhnya kain berwarna

putih merupakan pakaian kalian yang terbaik, dan kafanilah orang-orang yang

meninggal diantara kalian dengan kain tersebut” (HR.Tirmidzi) (S.S.T.B.1/765)

(Bab Janaiz/163)

11 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
3. Bagi laki-laki kain kafan tediri dari tiga lapis, hal tersebut didasarkan pada

hadits ‘Aisyah RadhiAllahu ‘anha, dia bercerita :

‫واب يمانية بيض‬99‫إن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم كفن في ثالثة أث‬
‫ وال عمامة (أدرج فيها‬، ‫ ليس فيهن قميص‬، ‫ من كرسف‬، ‫حولية‬999999999‫س‬
)‫ (رواه البخاري‬. )‫إدراجا‬
“Bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dikafani dengan tiga

lapis kain yaman berwarna putih yang halus, terbuat dari kapas, yang didalamnya

tidak terdapat padanya gamis dan tidak juga penutup kepala” (HR.bukhari)

(F.B.B.7/79) (Bab Janaiz/163)

4. Bagi perempuan kain kafan terdiri dari lima helai kain

َ ْ‫ال ْال َح َس ُن ْال ِخرْ قَةُ ْال َخا ِم َسةُ تَ ُش ُّد بِهَا ْالفَ ِخ َذي ِْن َو ْال َو ِر َكي ِْن تَح‬
ِ ْ‫ت الدِّر‬
‫ع‬ َ َ‫َوق‬
“Al-Hasan berkata, potongan kain yang kelima digunakan untuk membungkus

kedua paha serta pangkal paha dibawah baju (sebagai sarung)” (Fathul Bari jilid

7/71)

Al-Jauzaqi juga meriwayatkan melalui jalur Ibrahim bin Habib bin Asy-

Syahid dari Hisyam dari Hafshah dari Ummu ‘Athiyah, dia berkata:

. ‫فكفناها في خمسة أثواب وخمرناها كما يخمر الحي‬


“Maka kamu mengkafaninya dalam lima pakaian dan memberinya kerudung

sebagaimana kerudung orang hidup” (Fathul Baari jilid 7/73)

Keterangan: Dari kedua atsar diatas dapat dipahami bahwa kain kafan untuk

perempuan terdiri dari:

12 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
 Satu buah kerudung

 Satu buah baju kurung

 Satu buah sarung dan

 Dua buah kain selimut (Dua buah kain kafan)

5. Memberinya wewangian tiga kali

Hal tersebut berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

)‫ (رواه أحمد‬.‫ فـأجمروه ثالثا‬، ‫إذا جمرتم الميت‬

“Jika kalian member wewangian kepada mayit, maka berilah dia waewangian

tiga kali” (HR.Ahmad) (Bab Janaiz/165)

PENJELASAN

“Dalam kitab “Shalatul Janazah” (TUNTUNAN SHALAT DAN

MENGURUS JENAZAH) yang ditulis oleh Syaikh ABDULLAH BIN

ABDURRAHMAN AL-JIBRIN, beliau menjelaskan: hendaklah kain kafan

yang akan digunakan untuk membungkus mayit dibubuhi wewangian. Dan

hendaklah pula membubuhi wewangian pada lekuk-lekuk wajah si mayit,

seperti : kedua matanya, kedua hidungnya, bibirnya, kedua telinga dan ketujuh

anggota sujudnya, dan dibolehkan juga membubuhi seluruh anggota badannya

dengan wewangian, karena sebagian sahabat ada yang melakukan demikian”

(hal 29-30)

13 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
VI. CARA MENYUSUN KAIN KAFAN

A. Kain Kafan untuk laki-laki terdiri dari tiga lapis

14 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
15 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
VII. SHALAT JENAZAH.

A. Cara menyusun Shaf shalat jenazah jika terdiri dari 2 orang laki-laki dan 1 orang

perempuan

Didalan Hadits Abdullah bin Abi Thalhah Disebutkan:

‫ير بن أبي طلحة‬99‫لم إلى عم‬99‫لى هللا عليه وس‬99‫ول هللا ص‬99‫أن طلحة دعا رس‬
‫نزلهم‬99‫لى عليه في م‬99‫حين توفي فأتاه رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فص‬
‫ليم‬99‫ وكان أبو طلحة وراء وأم س‬، ‫ فتقدم رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬،
(‫ )رواه الحاكم‬. ‫ ولم يكن معهم غيرهم‬، ‫وراء أبي طلحة‬
“Bahwa Abu Thalhah pernah mengundang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

sallam mendatangi Umair bin Abi Thalhah saat dia meninggal dunia, lalu

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dating menshalatkannya ditempat

tinggal mereka, beliau maju sedang Abu Thalhah dibelakang beliau serta Ummu

Sulaim dibelakang Abu Thalhah dan tidak ada orang lain bersama mereka. (HR.

Alhakim) (Bab Janaiz /233)

B. Dalam Shalat Jenazah disunnahkan membuat 3 barisan (3 Shaf) atau lebih

dibelakang imam.

16 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
Yang demikian itu berdasarkan hadits dari Abu Umamah, Ia bercerita:

‫بعة نفر فجعل‬99‫صلى رسول هللا صلى هللا عليه وسلم على جنازة ومعه س‬
)‫ (رواه الطبراني‬. ‫ واثنين صفا واثنين صفا‬، ‫ثالثة صفا‬
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah Menshalatkan seorang Jenazah

dengan 7 orang Jemaa’h lalu beliau membuat 3 orang dalam 1 barisan, disusul

oleh 2 orang dalam 1 barisan dan 2 orang lagi dalam 1 barisan juga. (HR.

Athabrani) (Bab Janaiz/236).

C. Dari Malik Bin Hubairah, dia bercerita, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda :

‫امير إال أوجب‬99‫فوف من المس‬99‫لي عليه ثالثة ص‬99‫وت فيص‬99‫مامن مسلم يم‬
)‫ (رواه أبو داود‬. )‫ إال غفر له‬: ‫(وفي لفظ‬
“Tidaklah seseorang Muslim meninggal dunia lalu di sholatkan oleh tiga barisan

dari kaum muslimin melainkan diwajibkan (ampunan) dalam Lafald yang lain

disebutkan “melainkan dia akan memberikan ampunan kepadanya” (HR. Abu

Daud) (Bab Jana’az/236).

VIII. SUNNAH / CARA SHOLAT JENAZAH

A. Dari Abu Ummah dimana dia pernah diberitahu oleh seseorang dari shabat Nabi

Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

‫رأ بفاتحة‬99‫ ثم يق‬، ‫ام‬99‫بر االم‬99‫ازة أن يك‬99‫الة على الجن‬99‫نة في الص‬99‫أن الس‬
‫لى‬99‫بي ص‬99‫ ثم يصلي على الن‬، ‫الكتاب بعد التكبيرة االولى سرا في نفسه‬
‫ ال‬، )‫يرات (الثالث‬99‫ازة في التكب‬99‫ ويخلص الدعاء للجن‬، ‫هللا عليه وسلم‬

17 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
، )‫ ثم يسلم سرا في نفسه (حين ينصرف (عن يمينه‬،‫يقرأ في شئ منهم‬
. )‫والسنة أن يفعل من وراءه مثلما فعل إمامه‬
“Yang Sunnah dalam Shalat Jenazah adalah Imam bertakbir, lalu membaca

surat Al-fatihah setelah takbir pertama secara pelan didalam hati, kemudian

membaca shalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seraya

mengikhlaskan do’a bagi jenazah pada (tiga) takbir berikutnya. Dimana pada

ketiga takbir itu tidak dibacakan (Al-fatihah) sama sekali. Untuk selanjutnya

membaca selalu secara pelan didalam hati (ketika berpaling kekanan) dan yang

sunnah untuk dikerjakan bagi orang yang berada dibelakang Imam adalah

mengerjakan seperti yang dikerjakan Imam.(HR. Asy-Syafi’i) ( Bab

Jana’iz/275)

B. Hendaklah Imam berdiri tepat dibelakang kepala Jenazah laki-laki dan ditengah-

tengah tubuh perempuan. Hal tersebut berdasarkan hadits dari Abu Ghalib al-

Khayyath, dia bercerita :

‫ (وفي‬، ‫ام عند رأسه‬99‫ فق‬، ‫شهدت أنس بن مالك صلى على جنازة رجل‬
‫ أتى بجنازة امرأة من قريش أو من‬، ‫ رأس السريز) فلما رفع‬: ‫روواية‬
‫ با أبا حمزة هذه جنازة فالنة ابنة فالن فصل عليها‬: ‫ فقيل له‬، ‫األنصار‬
‫ (رواه‬.( ‫ عند عجيزتها‬: ‫ (وفي رواية‬، ‫طها‬99‫ام وس‬99‫ فق‬، ‫لى عليها‬99‫ فص‬،
)‫أبو داود‬
“Aku pernah menyaksikan Anas bin Malik menshalatkan Jenazah orang laki-

laki maka dia berdiri didekat kepalanya. (dalam satu riwayatdisebutkan kepala

tempat tidur) dan setelah Jenazah itu diangkat, didatangkan kembali Jenazah

seorang perempuan dari kaum Quraisy atau dari kaum Ansor, lalu dikatakan

kepadanya “ wahai Abu Hamzah ini adalah Jenazah Fulanah binti Fulan maka

18 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
shalatlah atas Jenazahnya, lalu Anaspun menshalatkannya, maka dia berdiri

ditengah-tengahnya. (dalam sebuah riwayat disebutkan yakni dekat pantatnya)

(HR. Abu Dawud) (Bab Jana’iz/253 dan 255)

C. Diisyaratkan untuk mengangkat kedua tangan pada takbir pertama, hal tersebut

berdasarkan pada hadits Abdullah bin Abbas :

‫ود‬99‫ ثم ال يع‬، ‫يرة‬99‫أن رسول هللا كان يرفع يديه على الجنازة في أول تكب‬
)‫ (رواه الدار قطني‬.
“Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengangkat tangan

beliau untuk menshalatkan jenazah diawal takbir, dan kemudian tidak kembali

lagi. (HR.ad-Daruquthni) (Bab Jana’iz/264)

IX. MACAM-MACAM DO’A DALAM SHALAT JENAZAH

A. Dari Auf bin Malik Ra dia menceritakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

sallam pernah mengerjakan shalat atas seorang jenazah, lalu aku menghafal

diantara do’a beliau itu, beliau mengucapkan:

‫ ووسع‬، ‫رم نزله‬99999999999‫ وأك‬، ‫ وعافه واعف عنه‬، ‫اللهم اغفر له وارحمه‬
‫ ونقه من الخطايا كما نقيت (وفي‬، ‫برد‬99‫ واغسله بالماء والثلج وال‬،‫مدخله‬

19 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
، ‫ وأبدله دارا خيرا من داره‬، ‫ كما ينقي الثوب االبيض من النس‬: ‫رواية‬
، ‫يرا من زوجه‬99‫ة) خ‬99‫ زوج‬: ‫ وزوجا (وفي رواية‬، ‫وأهال خيرا من أهله‬
: ‫ال‬99‫ ق‬، ‫ار‬99‫ذاب الن‬99‫ ومن ع‬، ‫بر‬99‫ذاب الق‬99‫ذه من ع‬99‫ وأع‬، ‫وأدخله الجنة‬
)‫ (رواه مسلم‬.‫فتمنيت أن أكون أنا ذلك الميت‬
“Ya Allah, berikanlah Ampunan kepadanya, sayangilah dia, maafkan dan

ampunilah dia, muliakanlah tempatnya, luaskanlah tempat masuknya,

mandikanlah dia dengan air salju dan embun, bersihkan dia dari kesalahan-

kesalahan sebagaimana engkau bersihkan. (dalam sebuah riwayat disebutkan :

Yunaqqo yang berarti dibersihkan) baju putih dari kotoran, berikanlah dia

pengganti tempat tinggal yang lebih baik dari tempat tinggalnya, keluarga yang

lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya, dan

masukkanlah dia kesurga serta lindungilah dia dari adzab kuburdan dari Adzab

neraka.(HR. Muslim) (Bab. Jana’iz/277-278).

B. Dari Abu Hurairah RadhiAllohu ‘anhu Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

sallam Jika mengerjakan Shalat atas seorang Jenazah, maka beliau

mengucapkan:

‫ وذكرنا‬،‫ا‬99‫غيرنا وكبيرن‬99‫ وص‬،‫ا‬99‫اهدنا وغائبن‬99‫ وش‬،‫اللهم اغفر لحينا وميتنا‬


‫ ومن توفيته منا فتوفه‬،‫الم‬999‫ اللهم من أحييته منا فأحيه على االس‬،‫ا‬999‫وأنثان‬
)‫ (رواه ابن ماجه‬.‫ وال تضلنا بعده‬،‫ اللهم ال تحرمنا أجره‬،‫على االيمان‬
“Ya Allah berikanlah ampunan kepda orang-orang yang masih hidup diantara

kami dan orang-orang yang sudah meninggal diantara kami, yang hadir dan tidak

hadir diantara kami, yang masih kecil dan yang sudah besar diantara kami, laki-

laki dan perempuan diantara kami, ya Allah..siapapun diantara kami yang engkau

20 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
biarkan hidup, maka hidupkanlahdia dalam keadaan memeluk Islam, dan

siapapun diantara kami yang engkau wafatkan maka wafatkanlah dia dalaam

keadaan beriman, ya Allah.. janganlah engkau menghalangi kami dari pahalanya

dan jangnlah pula engkau menyesatkan kami sepeninggalnya” (HR.Ibnu Majah)

(Bab Janaiz/279)

X. DO’A SAAT MELETAKKAN JENAZAH KELIANG LAHAT

A. Dari Ibnu Umar RadhiAllohu ‘anhu :

‫ (وفي‬: ‫ال‬99‫أن النبي صلى هللا عليه وسلم كان إذا وضع الميت في القبر ق‬
‫ور‬99‫اكم في القب‬99‫ أذا وضعتم موت‬: ‫ أن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬: ‫لفظ‬
‫ (رواه‬. )‫ول هللا‬99‫ة) رس‬99‫ مل‬: ‫ وعلى سنة (وفي رواية‬، ‫ بسم هللا‬: )‫فقولوا‬
)‫أبو داود‬
“Bahwasannya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika meletakkan mayit di

liang lahat beliau mengucapkan dalam sebuah lafadz disebutkan:Bahwa Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Jika kalian meletakkan jenazah orang

diantara kalian, maka ucapkanlah: dengan nama Allah dan berdasarkan

sunnah(dalam sebuah riwayat disebutkan:agama) Rasulullah)” (HR.Abu Dawud)

(Bab Janaiz/334)

21 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
B. Dari Al-Bayadhi RadhiAllohu ‘anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

sallam bahwa beliau telah bersabda:

‫عونه حين يوضع في اللحد‬99‫ فليقل الذين يض‬: ‫((الميت إذا وضع في قبره‬
‫ (رواه‬. ))‫لم‬99‫لى هللا عليه وس‬99‫ول هللا ص‬99‫ وباهلل على ملة رس‬، ‫ باسم هللا‬:
)‫الحاكم‬
“Jika seorang mayit telah diletakkan didalam kuburnya, maka hendaklah orang-

orang yang meletakkannya mengucapkan pada saat jenazah diliang lahat: Dengan

nama Allah dan berdasarkan agama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam”

(HR.Al-Hakim) (Bab Janaiz/335)

XI. LARANGAN MENURUNKAN MAYAT KE LIANG LAHAT BAGI

ORANG YANG TELAH MENCAMPURI ISTRINYA PADA

MALAM HARINYA

Yang demikian itu berdasarkan pada hadits Anas bin Malik RadhiAllohu ‘anhu,

dia berkata:

‫لى هللا عليه‬99‫ول هللا ص‬99‫ ورس‬، ‫لم‬99‫لى هللا عليه وس‬99‫ول هللا ص‬99‫هدنا ابنة لرس‬99‫ش‬
‫ هل منكم من رجل لم‬: ‫ال‬99‫دمعان ثم ق‬99‫بر فرأيته عينيه ت‬99‫وسلم جالس على الق‬
‫انزل‬99‫ ف‬: ‫ (نعم) أنا يا رسول هللا ! قال‬: ‫يقارف الليلة (أهله) ؟ فقال أبو طلحة‬
‫ أن رقية رضي هللا عنها‬: ‫ وفي رواية عنه‬. )‫ا‬99‫ قال فنزل في قبرها (فقبره‬،
‫ارف‬99‫ ((ال يدخل القبر رجل ق‬: ‫لما ماتت قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
. ‫ فلم يدخل عثمان بن عفان رضي هللا عنه القبر‬، ‫الليلة)) أهله‬
“Aku pernah ikut menyaksikan penguburan seorang putrid Rasulullah Shallallahu

‘alaihi wa sallam, sedang beliau dalam keadaan duduk diatas kuburan, aku melihat

22 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
dua mata beliau meneteskan air mata, kemudian beliau bersabda: Adakan diantara

kalian orang yang tidak mencampuri istrinya tadi malam? Maka Abu Thalhah

menjawab: iya,aku wahai Rasulullah, beliau bersabda: kalau begitu turunlah kedalam

kubur (lalu dia menguburkannya)”

Dan dalam sebuah riwayat darinya: Bahwasannya Ruqayyah RadhiAllohu

‘anha meninggal dunia, lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidak boleh seorang laki-laki yang mencampuri istrinya (tadi malam) untuk

memasuki kuburan, maka Utsman bin Affan RA tidak memasuki kuburan”

(HR.Bukhari) (Bab Janaiz/329)

XII. DISUNNAHKAN BAGI ORANG YANG BERADA DI DEKAT

MAKAM UNTUK MENABURKAN TANAH TIGA KALI

TABURAN, DENGAN KEDUA TANGANNYA, SETELAH

SELESAI PENUTUPAN LIANG LAHAT.

Yang demikian itu berdasarkan pada hadits Abu Hurairah RadhiAllohu ‘anhu:

‫تى‬9‫ازة ثم آتي الميت فح‬9‫لى على جن‬9‫لم ص‬99‫لى هللا عليه وس‬99‫ول هللا ص‬9‫أن رس‬
)‫ (رواه ابن ماجه‬. ‫عليه من قبل رأسه ثالثا‬
“Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyolati seorang jenazah,

kemudian beliau mendatangi kuburan jenazah tersebut seraya menaburkan tiga kali

taburan dari arah kepalanyaa” (HR. Ibnu Majah) (Bab Janaiz/336)

23 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
XIII. SETELAH JENAZAH SELESAI DIKUBURKAN, HENDAKNYA

SESEORANG BERDIRI DIDEKAT KUBURANNYA SERAYA

BERDO’A MEMOHON KETEGUHAN IMAN BAGI SI MAYIT

SERTA MEMOHONKAN AMPUNAN UNTUKNYA, JUGA

MEMERINTAHKAN ORANG-ORANG YANG HADIR SUPAYA

MELAKUKAN HAL TERSEBUT.

Yang demikian itu berdasarkan pada hadits Utsman bin Affan RadhiAllohu ‘anhu,

dia berkata:

: ‫ال‬99‫رغ من دفن الميت وقف عليه فق‬99‫لم إذا ف‬99‫لى هللا عليه وس‬99‫كان النبي ص‬
)‫ (أبو داود‬. ‫ فإنه االن يسإل‬، ‫ وسلوا له التثبيت‬، ‫استغفروا الخيكم‬
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika sudah selesai menguburkan mayit maka

beliau berdiri didekatnya seraya bersabda: Mohonkanlah ampunan untuk saudara

kalian, serta mohonkanlah pula keteguhan untuknya, karena sekarang dia sedang

ditanya” (HR. Abu Dawud) (Bab Janaiz//343)

XIV. SEBAIK-BAIK UCAPAN BELASUNGKAWA, PADA SAAT

BERTA’ZIYAH

A. Dari Usamah bin Zaid, dia berkata: Seorang putri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa

sallam mengirimkan berita bahwa anaknya, laki-laki atau perempuan (dan

dalam sebuah riwayat disebutkan Umaimah Binti Zainab) tengah menghadapi

ajal kematiannya, lalu kami turut menyaksikan, dia bercerita : kemudian beliau

mengirimkan utusan kepadanya seraya menitipkan salam dan mengatakan :

24 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
‫مى‬99999‫ده إلى أجل مس‬99999‫ وكل شئ عن‬، ‫ و (هلل) ما أعطي‬، ‫إن هلل ما أخذ‬
)‫ (رواه البخاري‬. ‫ ولتحتسب‬9،‫فالتصبر‬
“Sesungguhnya milik Allah apa yang “Dia” ambil dan (Milik Allah) apa yang

“Dia” berikan. Dan segala sesuatu apa yang ada di sisi-Nya telah ditentukan

ajalnya, karena itu hendaklah dia tetap bersabar dan mengharapkan pahala”

(HR. Bukhari) (Bab Janaiz/364)

B. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau masuk menemui Ummu

Salamah sepeninggal Abu Salamah. (Haditsnya telah berlalu pada pembahasan

tentang: Doa seelah memejamkan mata orang yang meninggal dunia) (Hadis ke

1 hal. 1)

XV. MACAM-MACAM DOA ZIARAH KUBUR.

A. Dari Aisyah didalam haditsnya yang panjang, dimana dia bercerita :

‫ السالم على أهل الديار من‬: ‫ ((قولي‬: ‫كيف أقول لهم يا رسول هللا ؟ قال‬
‫ وإنا‬، ‫تأخرين‬99‫تقدمين منا والمس‬99‫رحم هللا المس‬99‫ وي‬، ‫لمين‬99‫المؤمنين والمس‬
)‫ (رواه مسلم‬. ))‫إن شاء هللا بكم لالحقون‬
“Bagaimana aku harus mengucapkan kepada mereka, wahai Rasulullah….Beliau

menjawab, Ucapkanlah: semoga keselamatan dilimpahkan kepada kalian wahai

penghuni kubur, dari kalangan orang-orang mukmin dan orang-orang muslim,

dan semoga Allah memberikan rahmat kepada orang-orang yang telah pergi lebih

dulu maupun orang-orang yang pergi belakangan. Sesungguhnya, insya

Allah..kami akan berjumpa dengan kalian” (HR. Muslim) (Bab Janaiz/427)

B. Dari Buraidah, Dia berkata:

25 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
: ‫ول‬99‫ائلهم يق‬99‫ان ق‬99‫ فك‬، ‫ابر‬99‫وا إلى المق‬99‫ول هللا يعلمهم إذا خرج‬99‫ان رس‬99‫ك‬
‫اء هللا‬99‫ وإنا إن ش‬، ‫لمين‬99‫نين والمس‬99‫ديار من المؤم‬99‫الم عليكم أهل ال‬99‫((الس‬
‫أل هللا لنا ولكم‬99‫ أس‬،] ‫ ونحن لكم تبع‬، ‫رط‬99‫ [ أنتم لنا ف‬، ‫ون‬99‫[ بكم ] لالحق‬
. ))‫العافية‬
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajari mereka jika pergi ke

kuburan, lalu ada salah seorang dari mereka yang mengucapkan : semoga

keselamatan terlimpahkan kepada kalian wahai para penghuni kubur, dari

kalangan orang-orang mukmin dan orang-orang muslim, dan insya Allah kami

akan berjumpa dengan kalian (kalian yang telah mendahului kami dan kami akan

mengikuti kalian) aku ,mohon keselamatan keselamatan kepada Allah untuk

kami dan untuk kalian semua” (HR. Muslim) (Bab Janaiz/428)

XVI. TAHLILAN (SELAMATAN KEMATIAN) ADALAH BID’AH

DENGAN IJMA’ SAHABAT

)‫رى‬99‫ ن‬:‫ كنا نعد (وفي رواية‬: ‫جرير بن عبد هللا البجلى رضي هللا عنه قال‬
‫ (رواه‬. ‫ام بعد دفنه من النياحة‬99‫نيعة الطع‬99‫ وص‬، ‫اع إلى أهل الميت‬99‫االجتم‬
)‫أحمد و ابن ماجه‬

26 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
“Dari Jarir bin Abdullah Al-Bajali, dia berkata: Kami (Ya’ni para sahabat Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa sallam) memandang/menganggap bahwa berkmpul-kumpul

di tempat ahli mayit dan membuatkan makanan sesudah ditanamnya mayit termasuk

bagian dari meratap” (HR. Ibnu Majah) ( Al-Masaail.jilid 2/1 Abdul Hakim bin

Amir Abdat )

Socah, 20 September 2012.

27 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
PENJELASAN :
A. Hendaklah seorang laki-laki tidak melihat aurat laki-laki lain, dan perempuan tidak
melihat aurat perempuan lain. Berkata Imam An-Nawawi: Hukum yang biasa diambil
dalam bab ini adalah ; Seorang laki-laki hukumnya haram melihat aurat laki-laki lain.
Begitu juga dengan perempuan haram hukumnya melihat aurat perempuan lain. Hal ini
tidak diperdebatkan ulama’.
1. Batasan aurat untuk orang yang tidak memiliki hubungan mahrom adalah sebagai
berikut:
a. Aurat laki-laki jika dilihat oleh laki-laki adalah anggota tubuh antara pusar
dan lutut, begitu juga aurat wanita jika dilihat wanita lain, mengenai status
pusar dan lutut sendiri, ada tiga pendapat dikalangan ulama’; pendapat yang
paling shahih menyebutkan bahwa keduanya sudah termasuk aurat, sedang
pendapat yang lain lagi menyebutkan bahwa yang termasuk aurat adalah pusar,
tidak demikian dengan lutut (lutut bukan aurat)
b. Aurat wanita jika dilihat oleh laki-laki adalah semua badannya dan hukumnya
haram untuk dilihat, baik disertai dorongan syahwat ataupun tidak. Sebagian
rekan kami berkata; bahwa tidak haram hukumnya seorang wanita melihat
wajah laki-laki kalau tidak disertai syahwat. Seorang laki-lakijuga dianggap
haram melihat wajah AMRAD (lelaki yang belum berkumis dan tampan) baik
disertai syahwat atau tidak. Pendapat inilah yang shahih dan dipilih oleh ulama’
yang teliti. Adapun menatap wajah mereka (wanita dan amrad) untuk
kepentingan syar’i, maka hukumnya tidak apa-apa, misalnya ketika melakukan
transaksi jual beli, mengobati, bersaksi dan kepentingan lainnya. Namun tetap
haram hukmnya melihat mereka dengan syahwat sekalipun untuk kepentingan
syar’i. (T.S.S.M.B2/532)
2. Batasan aurat untuk orang yng memiliki hubungan mahrom.
Kalau seorang laki-laki melihat aurat wanita yang masih memiliki hubungan
mahrom dengannya atau para wanita itu yang melihat aurat laki-laki tersebut, maka
menurut pendapat yang shahih adalah boleh, asalkan anggota tubuh yang dilihat
bukan bagian antara pusar dan lutut. Namun ada juga yang mengatakan bahwa tidak
halal untuk menyaksikan aurat orang lain sekalipun masih memiliki hubungan
mahrom kecuali untuk kepentingan mendesak. Adapun kalau sepasang suami istri,
maka masing-masing dari keduanya boleh melihat aurat yang lain, kecuali bagian
alat kelamin. Mengenai mleihat alat kelamin, maka ada tiga pendapat dikalangan
rekan-rekan kami:
a. Pendapat yang paling shahih hukumnya adalah makruh, baik untuk suami
maupun istri kalau memang tidak ada kepentingan yang mendesak. Namun
hukumnya tidak sampai pada tingkatan haram.
b. Haram hukumnya bagi suami maupun istri melihat bagian alat kelamin.
c. Haram hukumnya bagi sang suami, dan hanya makruh untuk istri.
(T.S.S.M.B2/532)

28 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
B. Hendaklah orang laki-laki tidak menempelkan badannya dengan tubuh laki-laki lain
didalam sebuah busana, begitu juga dengan wanita lain dalam sebuah busana.
Larangan ini bersifat haram jika memang diantara keduanya tidak ada benda
penghalang sama sekali.

Dalam kalimat hadits diatas terdapat dalil mengenai keharaman menyentuh aurat orang
lain pada bagian manapun saja, dan pendapat ini telah menjadi kesepakatan para
ulama’. (T.S.S.M.B2/532)

29 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
PENJELASAN :
A. Mandikanlah dia tiga,lima atau tujuh kali dengan air dan daun bidara.
 Imam Al-Qurthubi berkata: Daun bidara terlebih dahulu dibasahi lalu
dikeluarkan lendirnya kemudian digosokkan pada badan dan selanjutnya
disiram dengan air, maka ini dinamakan satu kali mandi. (FB.B7/52)
 Ibnu Mundzir meriwayatkan: sebagian mengatakan bahwa daun-daun bidara
diletakkan di air agar tidak bercampur dengannya sehingga tidak merubah sifat
dasarnya air. Diriwayatkan juga dari Imam Ahmad bahwa ia mnengingkari hal
itu dan berkata: dimandikan dengan menggunakan air dan daun bidara pada
setiap kali satu mandi (FB.B7/52)
 Keterangan yang paling akurat adalah: riwayat Abu Dawud melalui jalur
Qatadah dari Ibnu Sirin, bahwa ia mempelajari tentang mandi dari Ummu
‘Athiyah, maka ia memandikan dengan air daan daun bidara dua kali, lalu ketiga
kalinya dengan air dan kapur barus. (FB.B7/52)
 Ibnu ‘Abdul Bar berkata: dikatakan bahwa Ibnu Sirin merupakan tabi’in
yang paling meengetahui tentang hal itu, sementara Ibnu Al-Arabi berkata:
Barang siapa mengatakan bahwa mandi pertama dengan menggunakan air yang
murni (tidak tercampur apa-apa) kemudian mandi kedua menggunakan air dan
daun bidara atau sebaliknya lalu mandi ketiga kalinya menggunakan air dan
kapur barus maka sesungguhnya ini tidak ada lafadz dan hadits. (FB.B7/53)
 Dari Ibnu Sirin berkata: Dimandikan tga kali apabila keluar darinya sesuatu
sesudah itu maka mandikan lima kali. Apabila masih keluar darinya sesuatu,
makamandikan tujuh kali. Hisyam berkata: Alhasan berkata, dimandikan tiga
kali, apabila keluar darinya sesuatu, maka dicuci tempat keluarnya sesuatu itu
tanpa menambah mandi tiga kali. (FB.B7/60)
 Ibnu ‘Abdil bar berkata: Aku tidak mengetahui seorangpun yang
membolehkan lebih dari tujuh kali. Qatadah berkata: kami melihat bahwa
jumlah maksimalnya adalah tujuh kalai, sementara Al-Mawardi berkata:
Melebihkan dari tujuh kali merupakan pemborosan. Sedangkan Ibnu Mundzir
berkata: telah sampai kepadaku bahwa jasad mayit menjadi lecet oleh air maka
aku tidak menyukai jumlah yang lebih dari itu (tujuh kali) (FB.B7/61)
 Ringkasnya; bahwa jumlah ganjil merupakan suatu kemestian (keharusan)
sedangkan hokum melakukannya sebanyak tiga kali adalah mustahab
(disukai)apabila tiga kali tersebut diraasa telah bersih dan mencukupi maka
tidak disyari’atkan untuk melakaukannya lebih dari itu, sedangkan bila belum
bersih maka boleh dimandikan lebih dari tiga kali dalam jumlah yang ganjil
hingga bersih. Adapun yang wajib hanyalah satu kali secara merata keseluruh
badan. (FB.B7/60)

30 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.
B. Jadikanlah kapur barus pada mandi yang terakhir;
 Para ulama’ berbeda pendapat dalam memahaminya”sebagian pendapat
mengatakan” dicampur dengan air lalu disiramkan pada mandi yang terakhir,
sebagaimana makna lahiriyah hadits. Namun adapula yang mengatakan”ketika
selesai mandi maka diberi wewangian dngan kapur barus sebelum dikafani”.
(FB.B7/69)

C. Mulailah dengan anggota tubuhnya yang kanan serta anggota-anggota wudhu-nya.


 Berkata Al-hafidz Ibnu Hajar Asqalani: Apabila kita sependapat bahwa
mewudhukan mayit merupakan hal yang disukai, maka apabila wudhu ini
dipahami sebagaimana wudhu yang sebenarnya, dalam arti anggota badan
tersebut dibasuh kembali saat mandi? Atau wudhu yang dimaksud disini adalah
bagian dari mandi itu sendiri. Kemungkinan yang kedua ini lebih tepat jika
dilihat dari konteks hadits (FB.B7/66)
 Berkata Imam Nawawi; dalam kalimat hadits diaatas terkandung penjelasan,
bahwa seseorang disunnahkan mewudhukan jenazah, demikianlah pendapat
yang terdapat dalam madzhab kami (madzhab Syafi’i), madzhab imam malik,
dan madzhab mayoritas ulama’. Sedangkan Abu Hanifah berpendapat, bawa
tidak disunnahkan mewudhukan jenazah.
Dan menurut madzhab kami pula, dianjurkan bagi seseorang yang hendak
memandikan jenazah untuk mewudhukannya terlebih dahulu, sebagaimana
prosesi wudhu pada waktu mandi jinabat (T.S.S.M.B4/26)

31 Hal yang harus dihafalkan dan dipahami dalam mengurus jenazah menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah.

Anda mungkin juga menyukai