Anda di halaman 1dari 7

ADZAN DAN SUNNAH-SUNNAHNYA

1. Alloh Ta'ala mengajarkan adzan untuk memanggil sholat berjama'ah


Dari Abdulloh bin Zaid, berkata:

"Seorang lelaki mengitariku-saat aku sedang tidur-lantas ia berkata: hendaklah engkau berkata: Allohu
akbar Allohu akbar dengan meng-empatkan takbir dan mengganjilkan iqomah kecuali qod qomatis
sholah,



J


"Maka ketika di pagi harinya aku datang pada Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam, lantas beliau
bersabda: sesungguhnya mimpi adalah mimpi yang haq, insya Alloh (HR. Ahmad dan Abu Daud
dishohihkan ibnu Khuzaimah)

Keterangan: hadits di atas cukup panjang, intinya: para sahabat mengalami jalan buntu dalam musyawaroh
untuk menentukan bagaimana caranya memanggil orang agar sholat berjama'ah. Akhirnya masing-masing
mereka pulang dan tidur. Dan dalam tidurnya mereka bermimpi diajari adzan sebagaimana hadits di atas.

2. Perintah mengumandangkan adzan untuk setiap sholat wajib


Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:


"Apabila datang waktu sholat, maka hendaklah seorang dari kalian mengumandangkan adzan untuk
kalian" (HR. Imam Tujuh dari Malik bin Huwairits)

Keterangan: hadits di atas menunjukkan bahwa adzan untuk setiap sholat wajib (berjamaah) hukumnya
wajib. Dan bukan untuk sholat sunnah ataupun ritual ibadah yang lain.

3. Sunnah meletakkan kedua jari di kedua telinga ketika mengumandangkan adzan


Riwayat dari Abu Juhaifah rodliyallohu anhu, ia berkata:


"Aku melihat Bilal mengumandangkan adzan dan dia mengikukan mulutnya ke sana ke mari, dan kedua
jemarinya di kedua telinganya" (HR. Ahmad dan tirmidzi, shohih)

4. Sunnah menoleh ke kanan dan ke kiri ketika mengucapkan hayya 'alas-sholah dan hayya 'alal falah,
Abu Juhaifah berkata:

"Ia (Bilal) memutar lehernya ketika ia sampai pada kalimat hayya 'alasa sholah, ke kanan dan ke kiri, dan ia
tidak memutar (badan) nya." (HR. Abu dawud)

5. Menambah kalimat Adzan (shollu fir rihal atau shollu fi buyutikum) ketika hujan.
Hadits dari Ibnu Umar Rodliyallohu 'anhu


"Sesungguhnya Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam menyuruh muadzinnya ketika (adzan) saat malam
yag sangat dingin dan hujan untuk mengucap "Shollu fir rihal" (sholatlah di tempat kalian)." (HR. Bukhori
dan Muslim)

Dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas:



"Jika kamu telah mengucap "ayhadu anal ilaha illalloh, asyhadu anna muhammadan Rosululloh, maka
jangan kau mengucapkan hayya 'alash sholah, tetapi ucapkan "shollu fi buyutikum" (HR. Bukhori Muslim)

Keterangan: Tambahan ini diucapkan pada salah satu dari tiga tempat yakni, di akhir adzan langsung, di
tengah adzan (seperti yang disebutkan di atas), dan setelah mengucapkan hayya 'ala sholah hayya alal falah
(HR. Nasa'I dari Amr bin Aus)

6. Disyari'atkan Adzan 2 kali di waktu shubuh


Rosululloh bersabda:

"Sesungguhnya Bilal mengumandangkan adzan di waktu malam, maka makan dan minumlah kamu
sehingga ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan (Muttafaqun 'alaih dari Aisyah dan ibnu Umar)

Hadits di atas menunjukkan bahwa adzan shubuh disyari'atkan dua kali. Di zaman Nabi muadzin Nabi pada
shubuh pertama adalah Bilal bin Robah, dan muadzin Nabi pada shubuh kedua adalah Ibnu Umi Maktum.

7. Membaca "tatswib" (as-sholatu khoirun minan naum) pada adzan subuh pertama
Sebagaimana perintah Nabi pada bilal dan abu mahdzuroh:

:
"Jika engkau adzan yang pertama shubuh (adzan awal), maka ucapkanlah ash-sholatu khoirun minan
naum" (HR. Abu Dawud, Nasa'I, Shohih dari Abu Mahdzuroh)

Imam ibnu Khuzaimah berkata: bacaan tatswib hanyalah disyari'atkan pada pada adzan shubuh yang
pertama, karena untuk membangunkan orang yang tidur. Adapun adzan kedua adalah pemberitahuan
akan masuknya waktu shubuh dan ajakan sholat berjama'ah (akhtho'ul Mushollin, 180)

TENTANG MENJAWAB ADZAN


1. Menjawab adzan adalah salah satu faktor masuk surga
Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:
"Jika muadzin mengucapkan, ALlohu akbar Allohu akbar, lalu salah seorang dari kalian menjawab Allohu
akbar allohu akabr. Kemudian muadzan mengucapkan Asyhadu an la ilaha illalloh, ia (yang mendengar)
mengucapkan Asyhadu an la ilaha illalloh. Ketika muadzin mengucapkan asyhadu anna Muhammadar
Rosululloh , ia mengucapkan asyhadu anna Muhammadar Rosululloh,. Ketika muadzin mengucapkan
hayya 'alas sholah, ia mengucapkan la haula wala quwwata illa billah. Ketika muadzin mengucapkan
hayya 'alal falah, ia mengucapkan la haula wala quwwata illa billah. Kemudian muadzin mengucapkan
Alohu akbar Allohu akbar, ia mengucapkan Alohu akbar Allohu akbar. Kemudian muadzin mengucapkan La
ilaha illalloh, ia mengucapkan la ilaha illalloh, maka ia masuk surga". (HR. Muslim dari Umar bin Khotthob)

2. Menjawab adzan adalah salah satu sebab diampuninya dosa-dosa


Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:


"Barang siapa mengucapkan, ketika mendengar muadzin, "aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak
disembah kecuali Alloh semata yang tiada sekutu baginya, dan bahwasanya Muhammad adalah hamba
dan utusan-Nya. Aku ridho Alloh sebagai Tuhanku, Muhammad sebagai Rosulku dan islam sebagai
agamaku, maka dosanya diampuni" (HR. Muslim dari Sa'id bin Abi Waqqosh)

3. Menjawab Adzan adalah kepatuhan kepada Rosululloh


Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:


"Jika kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin" (HR. Bukhori dan
Muslim dari Abu Sa'id al Khudzri)

4. Menjawab adzan adalah salah satu sebab diraihnya syafa'at


Rosululloh bersabda:
:

"Barang siapa yang mengucapkan -ketika mendengar adzan -: Allohumma robba hadzihid da'watit
tammah, wash-sholatil qoimah, ati muhammadanil wasilata wal fadhilah, wab 'atshu maqoman
mahhmudanil ladzi wa'attah, maka halal baginya syafa'atku di hari Kiamat." (HR Abu Dawud dari Jabir) ,
Wallohu a'lam

(TULISAN: AINUR ROFIQ eL-FIRDAUS)


HUKUM TASWIB
(
)
PADA ADZAN SHUBUH PERTAMA ATAU KEDUA ??

1. Apakah Tatswib itu?


Tatswib adalah ucapan muadzin ASH SHALATU KHAIRUN MINAN NAUM pada adzan
fajar/subuh, sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnul Mubarak, Ahmad, dan dibenarkan oleh
Imam At Tirmidzi. (Al Jamiush Shahih 1/381)

2. Petunjuk Nabi j, mengumandangkan adzan subuh 2 kali (adzan pertama sebelum masuk waktu
subuh, dan adzan kedua ketika masuk waktu subuh)

Hadits dari Aisyah Rodliyallohu anha:


:j


Sesungguhnya Bilal adzan di malam hari, maka Nabi j bersabda: makan dan minumlah sampai
Ibnu Ummi Maktum adzan, sesungguhnya ia tidak adzan sehingga terbit fajar (shodiq). (HR.
Bukhari, Muslim, At Tirmidzi, An Nasai, Asy Syafii, Al Baihaqi, Ibnul Jarud, Ath Thabari, dll) .

3. Perintah membaca Tatswib pada adzan subuh


Dari Anas bin Malik, ia berkata:




Termasuk Sunnah adalah jika muadzin mengucapkan pada adzan subuh setelah mengucapkan
hayya alal falah: ash shalatu khairun minan naum, ash shalatu khairun minan naum. (Riwayat
Baihaqi, Daruquthni, Ibnu Khuzaimah, dan dishahihkan oleh Al Yamar. (Lihat Sunan Al Kubra 1/435) )

Hadits dari Abu Mahdzuroh, ia berkata:



" ..



Ya Rasulullah, ajarilah aku Sunnah adzan. Maka beliau pun mengajarinya dengan sabdanya :
Jika shalat Shubuh, hendaklah engkau ucapkan ash shalatu khairun minan naum, ash shalatu
khairun minan naum. (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Baihaqi dengan redaksi yang sedikit berbeda namun maksud
dan inti sama)

Hadits dari Bilal bin Rabah

, j
: : ,

( ) .
Dari Bilal, sesungguhnya ia datang pada Nabi agar beliau member izin padanya sholat untuk
subuh, maka dikatakan padanya: beliau sedang tidur, maka ia (Bilal) mengucapkan: Ash-sholatu
khoirun minan naum, ash-sholatu khoirun minan naum, kemudian ditetapkanlah (kalimat
tatswib) tersebut pada adzan subuh, maka tetaplah perkara atas demikian itu. (HR. ibnu Majah,
shohih)
Keterangan:
- 3 Hadits (riwayat Anas dan Abu Mahdzuroh) pada poin 3 di atas menunjukkan adanya syariat
tatswib (bacaan: ash-sholatu khoirun minan naum) pada adzan Subuh, yaitu setelah hayya
alal falah.
- 3 hadits tersebut masih umum (muthlaq), sehingga ada dua kemungkinan, yaitu: pertama,
kemungkinan tatswib dibaca pada adzan subuh pertama (adzan awal). Dan kedua,
kemungkinan tatswib dibaca pada adzan ke dua.
- Oleh karena hadits-hadits di atas masih umum (muthlaq), maka harus dicari hadits untuk
mentaqyid (membatasi) keumumam hadits di atas. Sebab, sebagaimana dalam qoidah Ushul,
tidak diperbolehkan berhujjah dengan hadits yang muthlaq (umum) sebelum mencari hadits
yang membatasi (Muqoyyid). Adapun hadits yang membatasi keumuman hadits di atas
adalah: (perhatikan point 4)

4. TATSWIB (assholatu khoirun minan naum), dibaca pada adzan subuh pertama atau pada adzan
subuh kedua ??

Hadits dari Abu Mahdzurah, Nabi j bersabda kepada Abu Mahdzuroh:


: :






























Pergilah, kemandangkanlah adzan di baitul harom, saya bertanya: bagaimana caranya wahai
Rosululloh?? Maka beliau mengajarkan adzan sebagaimana mereka (kaum muslimin) adzan
sekarang ini, Allohu akbar 2x, asyhadu an-la ilaha illalloh 2x, asyhadu anna muhammadar
rosululloh 2x, hayya alash-sholah 2x, hayya alal falah 2x, ash-sholatu khoirun minan naum 2x
pada adzan subuh awal, Allohu akbar 2x, la ilaha illalloh (HR. Ibnu Huzaimah, ibnu Hibban, abu Dawud,
shohih)

Hadits dari Abu Mahdzuroh, Nabi j bersabda:




Ucapkanlah pada adzan yang pertama shubuh ash shalatu khairun minan naum, ash-sholatu
khoirun minan naum. (HR. Abu Daud, An Nasai, Ath Thahawi, Ibnu Khuzaimah dan dishahihkan oleh beliau
serta oleh Syaikh Al Albani di dalam Shahih Sunan Abu Daud 515-516)

Hadits dari Abu Mahdzuroh, dari Nabi j bersabda:





Ash-Sholatu khoirun minan naum, ash-sholatu khoirun minan naum adalah (dibaca) pada
adzan pertama waktu subuh (HR. Abu Dawud)

Hadits dari Abu Mahdzuroh, ia berkata:




j
:

Aku adzan bagi Rasulullah j dan aku mengucapkan dalam adzan fajar yang pertama: hayya
alash sholah, hayya alal falah, ash shalatu khairun minan naum dua kali.
(HR. NasaI, dishahihkan oleh Ibnu Hazm sebagaimana dinukil oleh Ibnu Hajar dalam Talkhishul Habir 1/362 dan Syaikh
Al Albani di dalam Shahih Nasai 627)

Hadits dari Ibnu Umar:


. :
Adalah Pada adzan awal sesudah hayya alal falah (diucapkan): ash shalatu khairun minan
naum dua kali.

(Hadits dikeluarkan oleh Abdurrazaq di dalam Al Mushannaf 1/473, Ibnu Abi Syaibah di dalam Al Mushannaf 1/208, Al
Baihaqi di dalam As Sunan Al Kubra (1/423), Ath Thahawi di dalam Syarh Maanil Atsar (1/137), As Siraj, dan Ath
Thabrani dan sanadnya hasan sebagaimana yang dikatakan oleh Al Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalani di dalam At Talkhishul
Habir 1/361 dan Al Yamar berkata : Sanadnya shahih.)

Hadits dari Abu Mahdzuroh, Rosululloh j bersabda:










Dan jika kamu adzan pada awal subuh maka ucapkanlah: ASSHOLATU KHOIRUN MINAN NAUM,
ASSHALATU KHOIRUN MINAN NAUM (HR. Ahmad, No. 14833, shohih)

Keterangan Hadits:
1. Semua hadits pada point 4 di atas, diriwayatkan dengan jalur sanad yang shohih.
2. Hadits-hadits tersebut merupakan taqyid (pembatas) keumuman hadits yang ada pada point
3. Bahwa adzan subuh yang dikehendaki untuk dibacakan tatswib (ash-sholatu khoirun minan
naum) adalah adzan subuh yang pertama, dan bukan adzan yang kedua.

KOMENTAR ULAMA TENTANG TATSWIB


Imam Al Mubarakafuri:
Ketahuilah sesungguhnya telah tsabit (tetap) peletakkan kalimat ash shalatu khairun minan
naum 2 kali pada adzan fajar sesudah lafadh hayya alal falah 2 kali berdasarkan hadits Ibnu
Umar radhiallahu 'anhuma, beliau berkata : Pada adzan pertama sesudah hayya alal falah
diucapkan ash shalatu khairun minan naum 2 kali. Hadits ini diriwayatkan oleh As Siraj, Ath
Thabrani, Al Baihaqi dan sanadnya dihasankan oleh Al Hafidh. Inilah madzhab sebagian besar
ulama dan inilah yang haq. Sedangkan ucapan Imam Muhammad di dalam Mauthi-nya
bahwa ash shalatu khairun minan naum diletakkan pada adzan Shubuh setelah selesai adzan,
perlu dipertanyakan. (Tuhfatul Ahwadzi 1/593)

Imam Ibnu Hazm:


Tidak boleh dikumandangkan adzan untuk shalat sebelum masuk waktunya, kecuali shalat
Shubuh saja. Boleh adzan Shubuh sebelum terbit fajar sekedar muadzin menyempurnakan
adzannya lalu turun dari menara atau tempat tinggi kemudian disusul oleh muadzin yang
lain untuk adzan ketika terbit fajar yang kedua. Adzan pertama itu boleh dikumandangkan
karena untuk menunjukkan waktu sahur bukan adzan untuk shalat. (Al Muhalla 2/159)

Dan bukan hanya beliau berdua rahimahumallah yang menyatakan bahwa ash shalatu khairun minan
naum dikumandangkan pada adzan awal, tetapi juga Ath Thahawi, Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan
Muhammad rahimahumullah.

KESIMPULAN
1. Membaca Tatswib (ash-sholatu khoirun minan naum) di syariatkan untuk dibaca pada saat adzan
subuh, yakni setelah membaca hayya alal falah.
2. Disyariatkan juga mengumandangkan adzan dua kali pada waktu subuh. Adzan pertama, sebelum
masuk waktu subuh, dan adzan kedua, setelah masuk subuh.
3. Dan adzan subuh yang dikehendaki dengan diperintahkan membaca Tatswib adalah pada adzan
subuh pertama (adzan awal) dan bukan adzan subuh kedua
4. Biasanya jarak antara adzan subuh pertama dan kedua, adalah seperempat jam. (Lihat akhthoul
Mushollin, hal..)
5. Adzan shubuh pertama adalah untuk membangunkan orang yang masih tidur sekaligus
pemberitahuan kepada orang yang sholat qiyamul lail agar segera menghentikan sholatnya.
Sedangkan adzan subuh kedua adalah pemberitahuan bahwa waktu subuh telah tiba dan orang
yang sahur hendaknya segera menghentikan makannya. (lihat: Akhthoul Mushollin, hal.)
6. Fakta, bahwa Nabi memerintahkan Bilal bin Robah untuk membaca tatswib pada adzan subuh
pertama. Karena Bilal adalah muadzin (tukang adzannya) Nabi j pada waktu malam (adzan Awal).
(sebagaimana hadits tentang bilal dan ibnu Umi Maktum)
7. Tidaklah benar orang yang mengatakan bahwa dua adzan subuh yang dimaksud di sini adalah
adzan dan iqomat, meskipun ada ulama yang berpendapat demikian. Karena sama halnya akan
menafikan (meniadakan) hadits tentang adzannya Bilal (adzan awal) dan adzannya Ibnu Umi
Maktum (adzan kedua).
8. Juga tidaklah dibenarkan jika menghilangkan tastwib pada adzan awal kemudian meletakkannya
pada adzan yang kedua. Karena hal tersebut menyalahi dan bertentangan dengan hadits yang
shohih dalam hal ini.
9. Dan juga sangat tidak dibenarkan, jika hal tersebut didasarkan pada MENIRU KEBIASAAN
KEBANYAKAN ORANG, ATAU MENIRU ADZAN SUBUH DI ARAB SAUDI. Karena dalam ibadah yang
wajib kita tiru dan ikuti adalah Rosululloh dengan didasarkan pada hujjah/dalil yang shohih
(ittiba), bukan ikut-ikutan tanpa dasar (taqlid). Naudzu billah min dzalik.
10. Oleh karena itu yang menyelisihi perkara ini, yaitu bahwa lafadh ash shalatu khairun minan naum
diletakkan pada adzan kedua, maka ini suatu kebidahan. Ini sesuai dengan kaidah mengetahui
bidah yang diterangkan oleh Syaikh Al Albani, yaitu setiap sesuatu yang menyelisihi Sunnah
dalam bentuk ucapan, perbuatan, atau aqidah, walaupun karena ijtihad. (Lihat Ahkamul Janaiz
halaman 300), dan Bidah peletakkan lafadh tersebut pada adzan kedua ini dinyatakan oleh Syaikh
Al Albani dan Syaikh Masyhur Hasan Salman. (lihat Al Qaulul Mubin min akhthoil Mushollin: 181.

Anda mungkin juga menyukai