Di antara syiar-syiar Islam adalah kumandang adzan untuk sholat 5 waktu. Adzan
memiliki keutamaan melimpah yang disebutkan dalam hadits-hadits Nabi, di
antaranya;
1. Muadzin memiliki leher yang panjang di antara manusia pada hari Kiamat
Disebutkan dalam hadits Muawiyah bin Abi Sufyan -Radhiyallahu anhu- berkata;
“Aku mendengar Rasulullah – Shalallahu ‘alaihi wasalam- Bersabda,
اْلُم َؤ ِّذ ُنوَن َأْطَو ُل الَّناِس َأْع َناًقا َيْو َم اْلِقَياَم ِة
“Seorang muazin memiliki leher yang panjang di antara manusia pada hari Kiamat.”
(HR. Muslim)
ِإَذ ا ُنوِدَي ِللَّص َالِة َأْد َبَر الَّش ْيَطاُن َو َلُه ُض َر اٌط َح َّتى َال َيْس َم َع
الَّتْأِذ يَن َفِإَذ ا َقَض ى الِّنَد اَء َأْقَبَل َح َّتى ِإَذ ا ُثِّوَب ِبالَّص َالِة َأْد َبَر َح َّتى
ِإَذ ا َقَض ى الَّتْثِويَب َأْقَبَل َح َّتى َيْخ ِط َر َبْيَن اْلَم ْر ِء َو َنْفِس ِه َيُقوُل
اْذ ُك ْر َك َذ ا اْذ ُك ْر َك َذ ا ِلَم ا َلْم َيُك ْن َيْذ ُك ُر َح َّتى َيَظَّل الَّرُجُل َال َيْد ِري
َك ْم َص َّلى
“Jika dikumandangkan adzan untuk shalat, maka setan lari dan ia memiliki suara
kentut sampai ia tidak mendengar adzan. Jika selesai adzan, maka ia datang kembali,
sampai jika diiqamahkan untuk shalat, maka ia akan lari lagi hingga ketika iqamah
selesai, maka ia datang kembali sehingga membisikkan antara seseorang dengan
hatinya; setan berkata,”Ingatlah ini dan itu,” untuk sesuatu yang belum pernah ia ingat
sebelumnya, sehingga seseorang itu berada dalam keadaan tidak tahu jumlah rakaat
shalatnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
3. Jikalau Manusia Mengetahui apa yang ada di dalam Adzan, niscaya mereka
akan saling berundi
Dari hadits Abu Hurairah -Radhiyallahu anhu- bahwasannya Rasulullah -Shalallahu
‘alaihi Wasalam- Bersabda,
ُثَّم َلْم َيِج ُد وا ِإَّال َأْن، َلْو َيْع َلُم الَّناُس َم ا ِفى الِّنَد اِء َو الَّص ِّف اَألَّو ِل
َو َلْو َيْع َلُم وَن َم ا ِفى الَّتْهِج يِر َالْسَتَبُقوا، َيْسَتِهُم وا َع َلْيِه َالْسَتَهُم وا
َو َلْو َيْع َلُم وَن َم ا ِفى اْلَع َتَم ِة َو الُّص ْبِح َألَتْو ُهَم ا َو َلْو َح ْبًو ا، ِإَلْيِه
“Jikalau manusia mengetahui apa yang ada di dalam adzan dan shaf pertama,
kemudian mereka tidak mendapatkan hal itu kecuali dengan berundi atasnya, maka
niscaya mereka akan berundi, jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam
bersegera pergi ke masjid, maka niscaya mereka akan berlomba-lomba kepadanya,
jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam shalat isya’
dan shalat shubuh maka niscaya mereka akan mendatangi keduanya walau dalam
keadaan merangkak.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
4. Tidaklah suara Muadzin didengar oleh segala sesuatu melainkan itu semua
akan menjadi saksi
Abu Said al Khudri -Radhiyallahu anhu- berkata kepada Abdullah bin Abdirrahman
bin Abi Sho’sho’ah al-Anshari:
ِإِّني َأَر اَك ُتِح ُّب اْلَغَنَم َو اْلَباِدَيَة َفِإَذ ا ُكْنَت ِفي َغَنِم َك َأْو بَاِدَيِتَك
َفِإَّنُه َال َيْس َم ُع َم َد ى, َفَأَّذ ْنَت ِبالَّص َالِة َفاْر َفْع َص ْو َتَك ِبالِّنَد اِء
.َص ْو ِت اْلُم َؤ ِّذ ِن ِج ٌّن َو َال ِإْنٌس َو َال َش ْي ٌء ِإَّال َش ِهَد َلُه َيْو َم اْلِقَياَم ِة
َسِم ْع ُتُه ِم ْن َر ُس ْو ِل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم: َقاَل َأُبْو َسِع ْيٍد
“Sesungguhnya saya melihat kamu menyukai kambing dan daerah pedalaman, maka
jika kamu berada di antara kambing-kambingmu atau di pedalaman lalu engkau
mengumandangkan adzan, maka keraskan suaramu dengan adzan tersebut, karena
sesungguhnya tidaklah mendengar suara muadzin baik itu jin, tidak pula manusia dan
tidak pula sesuatu apapun kecuali akan bersaksi untuknya pada hari Kiamat. Abu
Sa’id berkata: Saya mendengar hal ini dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam”.
(HR. Al-Bukhari)
ِإَّن َهَّللا َو َم اَل ِئَكَتُه ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّص ِّف اْلُم َقَّد ِم َو اْلُم َؤ ِّذ ُن ُيْغ َفُر َلُه
ِبَم ِّد َص ْو ِتِه َو ُيَص ِّد ُقُه َم ْن َسِمَع ُه ِم ْن َر ْطٍب َو َياِبٍس َو َلُه ِم ْثُل َأْج ِر
َم ْن َص َّلى َم َع ُه
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya akan bershalawat untuk orang-orang
yang berada di shaf yang terdepan. Muadzin akan diampuni dosanya sepanjang
suaranya, dan dia akan dibenarkan oleh segala sesuatu yang mendengarkannya, baik
benda basah maupun benda kering, dan dia akan mendapatkan pahala seperti pahala
orang-orang yang shalat bersamanya”. (HR. An-Nasai dan Ahmad dinyatakan shahih
oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib)
َيْع َج ُب َر ُّبُك ْم ِم ْن َر اِع ى َغَنٍم ِفى َر ْأِس َش ِظ َّيٍة ِبَجَبٍل ُيَؤ ِّذ ُن
ِبالَّص َالِة َو ُيَص ِّلى َفَيُقوُل ُهَّللا َع َّز َو َج َّل اْنُظُروا ِإَلى َع ْبِد ى َهَذ ا
ُيَؤ ِّذ ُن َو ُيِقيُم الَّص َالَة َيَخ اُف ِم ِّنى َفَقْد َغ َفْر ُت ِلَع ْبِد ى َو َأْد َخ ْلُتُه
اْلَج َّنَة
“Rabb kalian begitu takjub terhadap si pengembala kambing di atas puncak gunung
yang mengumandangkan adzan untuk shalat dan ia menegakkan shalat. Allah pun
berfirman, “Perhatikanlah hamba-Ku ini, ia beradzan dan menegakkan shalat (karena)
takut kepada-Ku. Oleh karenanya, Aku telah mengampuni dosa hamba-Ku ini dan aku
masukkan ia ke dalam Surga.” (HR. Abu Daud dan An-Nasai dishahihkan oleh Syaikh
al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa Tarhib))