Wajib bagi laki-laki untuk melaksanakan shalat secara berjamaah di masjid. Kewajiban berjamaah bagi laki-laki
di masjid didukung dengan dalil-dalil yang kuat, baik dari al-Qur’an maupun Sunnah. Hal ini bisa dilihat dalam
beberapa poin:
Juga firman-Nya,
“Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk.” (QS. Al-Baqarah: 43)
َو اَّلِذ ي َنْفِس ي ِبَيِدِه َلَقْد َهَم ْم ُت َأْن آُمَر ِبَح َطٍب َفُيْح َطَب ُثَّم آُمَر ِبالَّص اَل ِة َفُيَؤ َّذ َن َلَها ُثَّم
آُمَر َر ُج اًل َفَيُؤ َّم الَّناَس ُثَّم ُأَخ اِلَف ِإَلى ِرَج اٍل َفُأَح ِّر َق َع َلْيِهْم ُبُيوَتُهْم
Demi dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh aku bertekad meminta dikumpulkan kayu bakar lalu
dikeringkan. Kemudian aku perintahkan shalat, lalu ada yang beradzan. Kemudian aku perintahkan seseorang
untuk mengimami shalat dan aku tidak berjamaah untuk menemui orang-orang (lelaki yang tidak berjamaah)
lalu aku bakar rumah-rumah mereka (HR. al-Bukhari dan Muslim)
َأَتى الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َر ُجٌل َأْع َم ى َفَقاَل َيا َر ُسوَل ِهَّللا ِإَّنُه َلْيَس ِلي َقاِئٌد
َيُقوُد ِني ِإَلى اْلَم ْس ِج ِد َفَس َأَل َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأْن ُيَر ِّخ َص َلُه َفُيَص ِّلَي
ِفي َبْيِتِه َفَر َّخ َص َلُه َفَلَّم ا َو َّلى َدَع اُه َفَقاَل َهْل َتْس َم ُع الِّنَد اَء ِبالَّص اَل ِة َقاَل َنَعْم َقاَل َفَأِج ْب
Seorang buta mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata: “Wahai Rasulullah aku tidak
mempunyai seorang yang menuntunku ke masjid”. Lalu dia meminta keringanan kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam sehingga boleh shalat di rumah. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan
keringanan kepadanya. Ketika ia baru meninggalkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Rasulullah
memanggilnya dan bertanya, “Apakah Anda mendengar panggilan adzan shalat ?” Dia menjawab, “Ya”. Lalu
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Kalau begitu penuhilah!” (HR. Muslim)
Dan dalil-dalil lain yang menguatkan tentang kewajiban shalat berjamaah bagi pria.
Di Antara Tiga Golongan
Tidaklah seseorang meninggalkan shalat jamaah kecuali 3 golongan saja,
“Wahai Rasulullah, saya ingin shalat bersama Anda.” Maka Nabi menjawab: “Aku sudah tahu bahwa engkau
ingin shalat bersamaku, namun shalatmu di rumahmu lebih baik daripada shalatmu di kamarmu” (HR. Ibnu
Hibban dan Ibnu Khuzaimah)
“Shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat Isya dan shalat Subuh. Andaikata mereka
mengetahui pahala yang ada pada kedua shalat itu pastilah mereka melaksanakannya meskipun dengan
merangkak.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Ibnu mas’ud radhiallahu anhu berkata,
“Aku telah melihat bahwa kami tidak akan meninggalkan shalat jamaah kecuali orang munafik sejati.”
Itulah tiga golongan orang yang meninggalkan shalat jamaah. Wallahu a’lam bis showab.
(Arif Ardiansyah, Lc)
Sumber: al-Bisharaatu an-Nabawiyah syaikh Shalih bin Thoha Abdul Wahid