Anda di halaman 1dari 2

Berjamaah

Wajib bagi laki-laki untuk melaksanakan shalat secara berjamaah di masjid. Kewajiban berjamaah bagi laki-laki
di masjid didukung dengan dalil-dalil yang kuat, baik dari al-Qur’an maupun Sunnah. Hal ini bisa dilihat dalam
beberapa poin:

1. Perintah Allah untuk menjaga shalat


bersama orang-orang yang shalat berjamaah
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Peliharalah semua shalat dan shalat wustha. Dan laksanakanlah (shalat) karena Allah dengan khusyuk.” (QS.
Al-Baqarah: 238)

Juga firman-Nya,

“Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk.” (QS. Al-Baqarah: 43)

2. Rasul telah mengancam orang-orang yang


meninggalkan shalat berjamaah dengan
hukuman yang keras
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫َو اَّلِذ ي َنْفِس ي ِبَيِدِه َلَقْد َهَم ْم ُت َأْن آُمَر ِبَح َطٍب َفُيْح َطَب ُثَّم آُمَر ِبالَّص اَل ِة َفُيَؤ َّذ َن َلَها ُثَّم‬
‫آُمَر َر ُج اًل َفَيُؤ َّم الَّناَس ُثَّم ُأَخ اِلَف ِإَلى ِرَج اٍل َفُأَح ِّر َق َع َلْيِهْم ُبُيوَتُهْم‬
Demi dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh aku bertekad meminta dikumpulkan kayu bakar lalu
dikeringkan. Kemudian aku perintahkan shalat, lalu ada yang beradzan. Kemudian aku perintahkan seseorang
untuk mengimami shalat dan aku tidak berjamaah untuk menemui orang-orang (lelaki yang tidak berjamaah)
lalu aku bakar rumah-rumah mereka (HR. al-Bukhari dan Muslim)

3. Rasulullah tidak memberikan keringanan


kepada orang buta untuk shalat di rumahnya
Dalam sebuah hadits disebutkan,

‫َأَتى الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َر ُجٌل َأْع َم ى َفَقاَل َيا َر ُسوَل ِهَّللا ِإَّنُه َلْيَس ِلي َقاِئٌد‬
‫َيُقوُد ِني ِإَلى اْلَم ْس ِج ِد َفَس َأَل َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأْن ُيَر ِّخ َص َلُه َفُيَص ِّلَي‬
‫ِفي َبْيِتِه َفَر َّخ َص َلُه َفَلَّم ا َو َّلى َدَع اُه َفَقاَل َهْل َتْس َم ُع الِّنَد اَء ِبالَّص اَل ِة َقاَل َنَعْم َقاَل َفَأِج ْب‬
Seorang buta mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata: “Wahai Rasulullah aku tidak
mempunyai seorang yang menuntunku ke masjid”. Lalu dia meminta keringanan kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam sehingga boleh shalat di rumah. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan
keringanan kepadanya. Ketika ia baru meninggalkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Rasulullah
memanggilnya dan bertanya, “Apakah Anda mendengar panggilan adzan shalat ?” Dia menjawab, “Ya”. Lalu
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Kalau begitu penuhilah!” (HR. Muslim)
Dan dalil-dalil lain yang menguatkan tentang kewajiban shalat berjamaah bagi pria.
Di Antara Tiga Golongan
Tidaklah seseorang meninggalkan shalat jamaah kecuali 3 golongan saja,

Golongan pertama: Memiliki udzur


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
‫من سمع النداء فلم يأته فال صالة له إال من عذر‬
“Barangsiapa yang mendengar seruan adzan, namun ia tidak mendatanginya maka tidak ada shalat baginya
kecuali apabila ada udzur padanya” (HR. Ibnu Majah)

Golongan ke-2: Wanita


Shalat di masjid tidak wajib bagi wanita. Seorang wanita diperbolehkan keluar menuju masjid untuk shalat
berjamaah, akan tetapi shalatnya mereka di rumah lebih utama.

Dari Ummu Humaid radhiallahu anha, beliau berkata:


‫َيا َر ُسوَل ِهَّللا ِإِّني ُأِح ُّب الَّصالَة َم َعَك َقاَل َقْد َعِلْم ُت َأَّنِك ُتِح ِّبيَن الَّصالَة َم ِع ي َو َص الُتِك ِفي َبْيِتِك َخ ْيٌر َلِك ِم ْن َص الِتِك ِفي ُحْج َرِتِك‬

“Wahai Rasulullah, saya ingin shalat bersama Anda.” Maka Nabi menjawab: “Aku sudah tahu bahwa engkau
ingin shalat bersamaku, namun shalatmu di rumahmu lebih baik daripada shalatmu di kamarmu” (HR. Ibnu
Hibban dan Ibnu Khuzaimah)

Golongan ke-3: Munafik


Orang-orang munafik shalat karena manusia, bukan karena Allah. Maka dapat kita lihat bahwa mereka hanya
shalat di waktu-waktu yang terlihat oleh manusia, yakni di siang hari. Mereka meninggalkan shalat Subuh dan
Isya, dan tidaklah mereka shalat kecuali dengan dipenuhi rasa malas.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,


“Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka
berdiri untuk shalat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya (ingin dipuji) di hadapan manusia.
Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa: 142)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


‫ َو َلْو َيْع َلُم وَن َم ا ِفيِهَم ا َأَلَتْو ُهَم ا َو َلْو َح ْبًو ا‬، ‫ َو َص اَل ُة اْلَفْج ِر‬، ‫ِإَّن َأْثَقَل َص اَل ٍة َع َلى اْلُم َناِفِقيَن َص اَل ُة اْلِع َشاِء‬

“Shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat Isya dan shalat Subuh. Andaikata mereka
mengetahui pahala yang ada pada kedua shalat itu pastilah mereka melaksanakannya meskipun dengan
merangkak.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Ibnu mas’ud radhiallahu anhu berkata,
“Aku telah melihat bahwa kami tidak akan meninggalkan shalat jamaah kecuali orang munafik sejati.”

Itulah tiga golongan orang yang meninggalkan shalat jamaah. Wallahu a’lam bis showab.
(Arif Ardiansyah, Lc)
Sumber: al-Bisharaatu an-Nabawiyah syaikh Shalih bin Thoha Abdul Wahid

Anda mungkin juga menyukai