Anda di halaman 1dari 3

Allah ta’ala berfirman:

‫َأنُفَس ُك ْم َو َأْه ِليُك ْم َن اًر ا َو ُقوُد َه ا ٱلَّن اُس َو ٱْلِح َج اَر ُة‬ ‫ُقٓو ۟ا‬ ‫َٰٓي َأُّي َه ا ٱَّلِذيَن َء اَم ُنو۟ا‬
‫ٌظ ِش َد اٌد اَّل َي ْع ُصوَن ٱَهَّلل َم ٓا َأَمَر ُه ْم َو َي ْف َع ُلوَن َم ا‬ ‫ِغ اَل‬ ‫َع َلْي َه ا َم َٰٓلِئَك ٌة‬
‫ُيْؤ َم ُروَن‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak
durhaka pada Allah terhadap apa yang Dia
perintahkan kepada mereka, dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. At-
Tahrim: 6).
Sahabat Ali bin Abu
Thalib radhiyallahu’anhu berkata: “Ajarkanlah
dirimu sendiri beserta keluargamu nilai-nilai
kebaikan” (Hadits riwayat Al Hakim dalam Al
Mustadrak (II/494), dia menshahihkan serta
disetujui oleh Adz Dzahabi).
Menjadi ayah istimewa adalah impian mulia
lelaki yang telah menikah agar anak-anaknya
dekat secara hati dengan ayahnya. Anak akan
mentransfer karakter positif sang ayah,
sehingga ia memiliki rasa percaya diri dan
bermental pejuang yang semakin kokoh
imannya lantaran tempaan badai kehidupan.
Ayah yang salih tentunya tidak akan
melewatkan kesempatan emas untuk
memberikan segala yang terbaik untuk buah
hatinya.
Ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam bertanya kepada para sahabatnya
tentang raqub, “Siapa diantara kalian yang
dianggap raqub?” Para sahabat
menjawab, “Orang yang tidak memiliki
anak.” Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam mengoreksi jawaban dengan wahyu,
“Orang seperti itu bukan raqub, akan tetapi raqub
adalah seseorang yang tidak mempersembahkan
sesuatu kepada anaknya.” (Diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dalam musnadnya (I/382)
Muslim dalam kitab shahihnya, Kitabul Birri Wa
Shilah, bab: Orang yang Biasa Menguasai
Dirinya Ketika Marah, hadist no.2608).
Dan terkadang seorang anak diuji
Allah ta’ala dengan adanya ayah yang tidak
dekat dan kurang mencintai anak-anaknya,
bahkan sosok ayah yang buruk akhlaknya dan
tidak mencerminkan pribadi teladan sebagai
ayah yang bisa membawa bahtera rumah
tangganya dalam kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat. “Ummi, cerai saja dengan abi…”,
curahan kesedihan hati karena ia merasa tidak
mendapat limpahan kasih sayang karena
ayahnya sibuk bekerja dan bisa jadi diperkuat
dengan praktik poligaminya yang kurang adil.

Anda mungkin juga menyukai