Anda di halaman 1dari 10

Nama : fauzanul izdihar

NIM : 0101.2101.011

Mata kuliah : Bahasa Indonesia

Prodi :pendidikan agama islam ( PAI )

Akhlak Rasulullah SAW

Rasulullah SAW memberikan contoh akhlak yang harus ditiru umat Islam
Oleh: KH Athian Ali

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Akhlak Rasul SAW yang seharusnya menjadi suri


teladan bagi kita, karena kepribadian beliau dengan seizin-Nya yang langsung telah
berhasil mengubah masyarakat Jahiliyah menghijrahkan diri mereka ke dalam
kehidupan yang benar-benar diridhai-Nya. Kepribadian beliau langsung
menerjemahkan nilai-nilai ilahi dalam kehidupan masyarakat pada waktu itu. Ajaran
yang beliau sampaikan langsung beliau contohkan dengan sikap dan perbuatan.  

Oleh sebab itu ketika Aisyah, istri Rasulullah SAW, ditanya oleh para sahabat
tentang bagaimana akhlak Rasulullah, maka singkat saja Aisyah menjawab, akhlak
beliau adalah Alquran. Jika kita ingin melihat Akhlak Rasulullah SAW secara
sempurna maka tinggal lihatlah Alquran, karena semua nilai-nilai yang mulia yang
dituntun oleh Alquran diterjemahkan oleh Rasul dalam pribadi beliau.

Paling tidak, ada "lima" hal yang bisa kita petik hikmahnya untuk menjadi suri
teladan bagi kita dari perjuangan Nabi Saw merombak masyarakat yang Jahiliyah.

Pertama, akhlak beliau kepada Allah SWT. Akhlak beliau kepada Allah terbukti
begitu sangat cintanya beliau kepada Allah SWT mengalahkan cinta beliau kepada
selain-Nya. Ini yang beliau ajarkan dan contohkan kepada para sahabat dan ummat
pada waktu itu,

"Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah"(QS. Al Baqarah,


2:165).

Cinta kita kepada Allah SWT melebihi cinta kita kepada selain Allah SWT harus kita
buktikan sebagai bukti keimanan kita kepada-Nya. Seorang mu'min, tidak akan
mungkin mencintai sesuatu di dunia ini jika sesuatu itu tidak dicintai oleh Allah SWT.

Seorang suami hanya akan mencintai istri jika dia yakin bahwa istrinya memang
patut untuk dicintai oleh Allah, begitu sebaliknya seorang istri akan mencintai
suaminya jika dia yakin suaminya memang orang yang patut untuk dicintai-Nya.

Demikian pula, orang tua akan mencintai anak jika orang tua itu yakin anak tersebut
memang pantas untuk dicintai-Nya. Inilah bukti bahwa kita itu betul-betul mencintai
Allah di atas cinta kita kepada selain-Nya. Karena tidak mungkin kita bisa mencintai
Allah SWT lalu pada saat yang sama juga kita mencintai yang tidak dicintai oleh
Allah SWT.

Kita hanya akan mencintai jabatan jika jabatan tersebut memang bisa kita peroleh
dengan cara yang diridhai-Nya. Kita hanya akan mencintai harta jika harta tersebut
bisa kita dapatkan dengan jalan yang diridhai-Nya.  Kecintaan kita kepada Allah
harus mengalahkan hawa nafsu kita untuk mencintai yang tidak diridhai-Nya,
membenci semua yang dibenci oleh Allah SWT.

 Kedua, akhlak Rasul SAW yang “Al Amin” (orang yang sangat dipercaya). Beliau
berhasil mengajarkan konsep "Al Ihsan" ini kepada para sahabat.

Yakni, berbuat baik itu adalah kita melakukan sesuatu pengabdian kepada Allah
seakan-akan kita melihat Allah, kalau pun kenyataannya tidak bisa melihat Allah kita
yakin betul bahwa Allah itu melihat kita.

Inilah modal utama untuk lahirnya sifat “Al Amin”, yakni munculnya figur orang-orang
yang jujur yang selalu merasa bahwa dirinya baik ucap, sikap maupun perilakunya
senantiasa dalam pengawasan Allah SWT.    
Ketiga, akhlak beliau dalam keluarga. Beliau dikenal sangat lemah-lembut terhadap
istrinya bila saatnya memang harus lemah-lembut.

Begitu juga sifat beliau keras dan tegas pada saat beliau memang harus keras dan
tegas.

Beliaulah yang menerjemahkan firman Allah surah An Nisaa' ayat 19 di mana Allah
memerintahkan kepada para suami, “Dan pergaulilah istrimu dengan cara yang baik,
jika engkau dapati pada diri istrimu itu ada watak dan tabiat yang kurang berkenan di
hatimu bersabarlah, karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak”.

 Keempat, akhlak beliau dalam masyarakat. Beliau sangat mencintai orang lemah
yakni orang-orang yang sangat membutuhkan perhatian dan pertolongan termasuk
orang-orang yang lemah dalam sisi harta.

Beliau dikenal orang yang sangat "rendah hati" bukan "rendah diri". Sebagai
seorang muslim tidak boleh memiliki rasa rendah diri terutama di hadapan orang-
orang kafir, karena orang-orang kafir tidak ada nilai sama sekali di hadapan-Nya,
bahkan menurut Allah SWT mereka lebih rendah dari binatang ternak, "Mereka itu
seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang
yang lalai" (QS. Al A'raaf, 7 : 179).

Rasulullah SAW dikenal sangat rendah hati di hadapan sesama Muslim, tetapi di
hadapan orang-orang kafir beliau sangat keras terlebih kepada golongan kafir harbi.

“Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengan dia
bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka’
(QS. Al Fath, 48:29). Juga dalam firman-Nya: Wahai Nabi! Berjihadlah (melawan)
orang-orang kafir dan orang-orang munafik, dan bersikap keraslah terhadap mereka.
Tempat mereka adalah neraka Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat
kembali” (QS. At Taubah, 9:73).

Sikap lemah-lembut, berkasih sayang sesama mu’min senantiasa diutamakan oleh


beliau, sebaliknya beliau bersikap keras dan tegas terhadap orang-orang yang
melanggar hak-hak Allah, tidak ada kompromi dan toleransi bagi mereka.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, meriwayatkan: Seorang
wanita pada zaman Rasulullah SAW sesudah Fathu Mekah telah mencuri. Lalu
Rasulullah memerintahkan agar tangan wanita itu dipotong. Usamah bin Zaid
menemui Rasulullah untuk meminta keringanan hukuman bagi wanita tersebut.

Mendengar penuturan Usamah, wajah Rasulullah langsung berubah. Beliau lalu


bersabda: “Apakah kamu akan minta pertolongan untuk melanggar hukum-hukum
Allah SWT?” Usamah lalu menjwab: “Mohonkan ampunan Allah untukku, Ya
Rasulullah”.

Pada sore harinya Nabi Saw berkhotbah setelah terlebih dulu memuji dan bersyukur
kepada Allah. Sabdanya: “Amma ba’du. Orang-orang sebelum kamu telah binasa
disebabkan bila seorang bangsawan mencuri dibiarkan (tanpa hukuman), tetapi jika
yang mencuri seorang awam (lemah) maka dia ditindak demngan hukuman.

Demi yang jiwaku dalam genggaman-Nya, apabila Faimah binti Muhammad mencuri
maka aku pun akan memotong tangannya”. Setelah bersabda, beliau pun kembali
menyuruh memotong tangan wanita yang mencuri itu.  

Kelima, akhlak kesabaran Rasulullah Saw dalam menghadapi berbagai tuduhan,


fitnah bahkan upaya pembunuhan terhadap diri beliau. Perjuangan Rasulullah Saw
di awali dengan perang urat syaraf, awalnya orang-orang Jahiliyah yang menentang
Rasul menggunakan taktik psikologis dengan memadamkan semangat juang Rasul
Saw dengan melemparkan bertubi-tubi ejekan (QS. Al Israa', 17 : 90-93).

Setelah ejekan-ejekan tidak berhasil, mereka melemparkan tuduhan palsu dengan


menyebarkan desas-desus bahwa beliau adalah ahli nujum, gila, ahli syair dan
tukang sihir (QS. Ath  Thuur, 52 :  30-33).

Setelah semua gagal maka pendekatan mereka melalui wanita, harta dan tahta.
Langkah ini pun tidak berhasil. Maka langkah pembunuhan diri Rasul Saw mulai
mereka rancang, langkah ini pun gagal pula.

Allah SWT berfirman: “Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan
tipu daya terhadapmu (Muhammad) untuk menangkap dan memenjarakanmu atau
membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah
menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya” ( QS. Al
Anfaal, 8 : 30)

Semoga akhlak-akhlak mulia yang dicontohkan Rasul SAW dapat kita teladani. Kita
akan bisa selalu bersikap lemah-lembut dan berkasih-sayang sesama mu’min,
sebaliknya mampu bersikap keras dan tegas terhadap orang-orang melanggar hak-
hak Allah, tidak kompromi dan toleran terhadap orang-orang yang menistakan
Agama dan menghina Allah dan Rasul-Nya.

Rasulullah Muhammad sallallahu alaihi wasallam adalah suri tauladan yang baik
dalam berbagai hal. Termasuk dalam perbuatan atau akhlak.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al Ahzab ayat 21:

٢١ - ‫ان َيرْ جُوا هّٰللا َ َو ْال َي ْو َم ااْل ٰ خ َِر َو َذ َك َر هّٰللا َ َك ِثيْرً ۗا‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫ان لَ ُك ْم فِيْ َرس ُْو ِل ِ اُسْ َوةٌ َح َس َن ٌة لِّ َمنْ َك‬
َ ‫لَ َق ْد َك‬

Artinya: "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan
yang banyak mengingat Allah." (QS. Al Ahzab: 21)

Secara etimologi, akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak
dari khuluq. Kata tersebut artinya perilaku dan tabiat manusia sejak lahir. Syaikh
Mahmud Al-Mishri dalam Ensiklopedi Akhlak Rasulullah Jilid 1 mengatakan, Ar-
Raghib memaknai Al khuluq sebagai kekuatan dan karakter yang ditemukan dengan
mata batin.

Dalam surat Al Qalam ayat 4, Allah SWT berfirman:

٤ - ‫ك لَ َع ٰلى ُخلُ ٍق عَظِ ي ٍْم‬


َ ‫َو ِا َّن‬
Artinya: "Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur." (QS.
Al-Qalam: 4)

Diriwayatkan dari Mujahid tentang firman Allah "berbudi pekerti yang luhur", ia
berkata, "Yaitu agama." Sementara itu, dari Aisyah ra. ketika ditanya akhlak
Rasulullah SAW, ia menjawab, "Akhlak beliau Al Quran." (HR. Ahmad dan
disahihkan oleh Al-Allamah Al-Albani dalam Shahih Al-Jami')

Dikutip dari buku Ensiklopedi Akhlak Rasulullah Jilid 1 dan 2 oleh Syaikh Mahmud
Al-Mishri, berikut akhlak Rasulullah SAW yang patut diteladani umat Islam:

1. Ikhlas

Rasulullah SAW terkenal dengan keikhlasannya, terutama dalam beribadah. Al-


Kafawi mendefinisikan ikhlas sebagai meniatkan ibadah sehingga hanya Allah
semata yang disembah. Pendapat lain menyebutkan, ikhlas adalah membersihkan
hati, ucapan, dan amal.

Ada 3 hal yang harus dilakukan untuk bisa berbuat ikhlas. Pertama, buanglah sifat
tamak. Kedua, jauhi sanjungan dan pujian. Ketiga, lakukan dengan teguh. Setelah
ketiga hal tersebut dilakukan, maka akan keikhlasan akan muncul.

Sebagai umat Islam, sudah sepatutnya mencontoh keikhlasan yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits hasan, Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal selain apa yang dilakukan secara
ikhlas dan mengharap ridha-Nya." (HR. An-Nasa'i).
2. Yakin dan Tawakal

Yakin dan tawakal adalah akhlak Rasulullah SAW yang patut dicontoh setiap umat
Islam dalam menjalankan segala urusan. Baik urusan agama maupun urusan dunia.
Bahkan, Allah SWT telah memerintahkan umat manusia untuk bertawakal kepada-
Nya.

‫اب َف ِا َذا َد َخ ْل ُتم ُْوهُ َف ِا َّن ُك ْم ٰغلِب ُْو َن ەۙ َو َعلَى هّٰللا ِ َف َت َو َّكلُ ْٓوا اِنْ ُك ْن ُت ْم‬ ‫هّٰللا‬
َ ۚ ‫َقا َل َر ُجاَل ِن م َِن الَّ ِذي َْن َي َخافُ ْو َن اَ ْن َع َم ُ َعلَي ِْه َما ْاد ُخلُ ْوا َعلَي ِْه ُم ْال َب‬
٢٣ - ‫م ُّْؤ ِم ِني َْن‬

Artinya: "Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah
diberi nikmat oleh Allah, "Serbulah mereka melalui pintu gerbang (negeri) itu. Jika
kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu hanya
kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman." (QS. Al Maidah: 23)

Dalam sebuah hadits yang berasal dari Umar bin Khaththab ra. Rasulullah SAW
bersabda, "Sungguh, seandainya kalian bertawakallah kepada Allah sebenar-benar
tawakal, niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana rizki burung-burung. Mereka
berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan
kenyang." (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

3. Jujur

Nabi Muhammad SAW memiliki sifat shidiq (jujur). Kejujuran beliau sudah diasah
sejak kecil, saat ikut berdagang bersama pamannya, Abu Thalib. Kejujuran adalah
salah satu bukti keimanan seseorang. Kejujuran akan mengantarkan hidup menuju
ketenangan.
Dalam sebuah hadits yang berasal dari Abu Muhammad Al-Hasan bin Ali bin Abi
Thalib meriwayatkan, "Aku menghafalkan sabda Rasulullah SAW, "Tinggalkanlah
apa yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya
kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta menggelisahkannya." (HR. At-
Tirmidzi dan Ahmad)

4. Amanah

Amanah adalah akhlak Rasulullah SAW yang paling menonjol. Beliau dikenal
sebagai sosok yang jujur dan amanah (terpercaya), baik sebelum diutus menjadi
rasul maupun setelahnya. Hal itulah yang menjadikan masyarakat Arab memilih
beliau untuk menjaga barang titipan mereka.

Sesungguhnya Allah SWT telah menjadikan amanah sebagai sifat yang melekat
pada setiap nabi. Dalam surat Al-An'am ayat 90 Dia berfirman:

ٰۤ ُ
‫ك الَّ ِذي َْن َه َدى هّٰللا ُ َف ِبه ُٰدى ُه ُم ا ْق َت ِد ۗ ْه‬
َ ‫ٕى‬Œِِٕ ‫ول‬ ‫ا‬

Artinya: "Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka
ikutilah petunjuk mereka." (QS. Al-An'am: 90)

Merujuk pada ayat di atas, Allah SWT telah memerintahkan kepada seluruh manusia
untuk mengikuti jejak para nabi. Untuk itu, sebagai umat Islam, sudah sepatutnya
bersungguh-sungguh dalam menunaikan amanah yang telah dititipkan Allah dan
mengikhlaskan niat karena Allah semata.

5. Murah Senyum dan Selalu Ceria


Rasulullah SAW adalah sosok yang murah senyum dan selalu ceria. Beliau juga
selalu mengeluarkan perkataan yang baik. Dalam sebuah hadits, disebutkan bahwa
perkataan yang baik akan menaikkan derajat di surga.

Rasulullah SAW bersabda: "Dan yang termasuk mengangkat derajat adalah


perkataan yang baik, menyebarkan salam, memberi makanan, sholat malam saat
manusia dalam keadaan tidur." (HR. Ahmad dan disahihkan oleh Al-Allamah Al-
Albani dalam Shahih Al-Jami')

Orang yang memiliki senyuman hangat, berkata baik, dan selalu ceria adalah orang
yang akan selalu dirindukan dan sangat dicintai.

Adapun, buah dari bermuka ceria adalah menumbuhkan kecintaan terhadap sesama
kaum muslimin, menumbuhkan kenyamanan saat bertemu sesama muslim,
mendapat ridha dari Allah SWT, dan mengikuti Rasulullah SAW.

Sahabat hikmah, meneladani akhlak Rasulullah SAW merupakan salah satu bentuk
ketaatan kepada beliau. Akhlak terpuji adalah cara paling utama untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT.

Sumber Artikel :

https://www.republika.co.id/berita/o02q36313/5-akhlak-rasulullah-saw-part1

https://news.detik.com/berita/d-5624524/akhlak-rasulullah-yang-mulia-patut-jadi-
teladan-umat-islam.
---- ooo ----

Anda mungkin juga menyukai