Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KELOMPOK MEMBUAT MAKALAH

“AKHLAQ TERHADAP RASULULLAH”

Dosen Pengampu: Sumarno, M.Pd.I

Disusun Oleh:
1. Fissilmi Kaffah ( 2021020300090)
2. Diva Aulia Farisa (202102030017)
3. Kukuh Aji Santoso (202102030031)
4. Bhatari Hayu Nurmala(202102030051)
5. Dzikriana Khoirunnisa(202102030071)
6. Ardian Pratama (202102030107)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai seorang muslim kita harus berakhlak kepada Rasulullah SAW,
meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan
kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana
keimanan kita kepada Allah, membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Pada
dasarnya Rasulullah SAW adalah manusia yang tidak berbeda dengan manusia pada
umumnya. Namun, terkait dengan status “Rasul” yang disandangkan Allah atas
dirinya, maka terdapat pula ketentuan khusus dalam bersikap terhadap utusan yang
tidak bisa disamakan dengan sikap kita terhadap orang lain pada umumny.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa kita wajib mencintai dan taat kepada ajaran Rasulullah Saw?
2. Bagaimana cara berakhlak kepada Rasulullah Saw?
3. Bagaimana contoh kasus nyata implementasi akhlak terhadap Rasulullah?

C. TUJUAN
Agar kita tahu alasan mengapa kita wajib mencintai dan taat kepada ajaran
yang dibawakan Rasulullah Saw. Paham dan dapat mengimplementasikan cara
berakhlak kepada Rasulullah sebagai wujud rasa cinta dan ketaatan kita terhadap
Rasulullah. Mengetahui beberapa contoh kasus nyata implementasi akhlak terhadap
Rasulullah sehingga kita dapat mengambil pelajarannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Akhlak Kepada Rasulullah


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
‫َّح ْي ٌم‬
ِ ‫فر‬ٌ ْ‫ْن َرءُو‬Iَ ‫َز ْي ٌز َعلَ ْي ِه َما َعنِتُّ ْم َح ِريْصٌ َعلَ ْي ُك ْم بِا ْل ُمْؤ ِمنِي‬
ِ ‫لَـقَ ْد َجٓا َء ُك ْم َرسُوْ ٌل ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم ع‬
laqod jaaa-akum rosuulum min angfusikum 'aziizun 'alaihi maa 'anittum hariishun
'alaikum bil-mu-miniina ro-uufur rohiim
"Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang
beriman."
(QS. At-Taubah 9: Ayat 128)
Iman kepada para nabi merupakan salah satu butir dalam rukun iman. Sebagai
umat islam, tentu kita wajib beriman kepada Rasulullah saw. beserta risalah yang
dibawanya. Untuk memupuk keimanan ini, kita perlu mengetahui dan mempelajari
sejarah hidup beliau, sehingga dari situ kita dapat memetik banyak pelajaran dan
hikmah.
Rasulullah adalah penutup para nabi dan rasul, serta utusan Allah kepada
seluruh umat manusia. Beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, dan rasul
yang tidak boleh didustakan. Beliau adalah sebaik-baik makhluk, makhluk paling
mulia dihadapan Allah, derajatnya paling tinggi, dan kedudukannya paling dekat oleh
Allah.
Beliau diutus kepada manusia dan jin dengan membawa kebenaran dan
petunjuk, yang diutus oleh Allah sebagi rahmat bagi alam semesta.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َ‫َو َم ۤا اَرْ َس ْل ٰنكَ اِاَّل َرحْ َمةً لِّ ْـل ٰعلَ ِم ْين‬
wa maaa arsalnaaka illaa rohmatal lil-'aalamiin
"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi seluruh alam."
(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 107)
Allah menurunkan kitab-Nya kepadanya mengamanahkan kepadanya atas
agama-Nya, dan menugaskannya untuk menyampaikan risalah-Nya. Allah telah
melindunginya dari kesalahan dalam menyampaikan risalah itu. Allah ta’ala
mendukung nabi-Nya dengan mukzizat-mukzizat yang nyata dan ayat-ayat yang jelas,
memperbanyak makan untuk beliau, memperbanyak air. Dan beliau mengabarkan
sebagian perkara ghaib.
B. Kewajiban Mencintai Rasulullah
Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman, semua
orang islam mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya.
Makna mengimani ajaran Rasulullah Saw adalah menjalankan ajarannya, menaati
perintahnya dan berhukum dengan ketetapannya.
Ahlus sunah mencintai Rasulullah Saw dan mengagungkannya sebagaimana
para sahabat beliau mencintai beliau lebih dari mecintai mereka kepada diri mereka
sendiri dan keluarga mereka, sebagaimana sabda Rasulullah :

‫اليؤمن أحدكم حتّى اكون أحبّ اليه من نفسه ووالِده وولَده والنّاس أجمعين‬.

Artinya: Tidak beriman salah seorang diantaramu, sehingga aku lebih dicintai
olehnya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya.
(H.R. Bukhari Muslim).
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
‫هّٰلل‬ ‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫قُلْ اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ِحبُّوْ نَ َ فَا تَّبِعُوْ نِ ْي يُحْ بِ ْب ُك ُم ُ َويَ ْغفِرْ لَـ ُك ْم ُذنُوْ بَ ُك ْم ۗ  َوا ُ َغفُوْ ٌر ر‬
‫َّح ْي ٌم‬
qul ing kungtum tuhibbuunalloha fattabi'uunii yuhbibkumullohu wa yaghfir lakum
zunuubakum, wallohu ghofuurur rohiim
"Katakanlah (Muhammad), "Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 31)

C. Taat
Kita wajib menaati nabi Muhammad Saw dengan menjalankan apa yang
diperintahkannya dan meninggalkan apa yang dilarangnya. Hal ini merupakan
konsekuensi dari syahadat (kesaksian) bahwa beliau adalah rasul (utusan Allah).
Dalam banyak ayat al-Qur’an, Allah memerintahkan kita untuk menaati nabi
Muhammad Saw. diantaranya ada yang diiringi dengan perintah taat kepada Allah
sebagaimana firman-Nya :
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ٰۤيـاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ۤوْ ا اَ ِطيْـعُوا هّٰللا َ َواَ ِطيْـعُوا ال َّرسُوْ َل َواُ ولِى ااْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم ۚ فَا ِ ْن تَنَا زَ ْعتُ ْم فِ ْي َش ْي ٍء فَ ُر ُّدوْ هُ اِلَى هّٰللا ِ َوا‬
َ ِ‫ل َّرسُوْ ِل اِ ْن ُك ْنـتُ ْم تُْؤ ِمنُوْ نَ بِا هّٰلل ِ َوا ْليَـوْ ِم ااْل ٰ ِخ ِر ۗ  ٰذل‬
‫ك َخ ْي ٌر َّواَحْ َسنُ تَْأ ِو ْياًل‬
yaaa ayyuhallaziina aamanuuu athii'ulloha wa athii'ur-rosuula wa ulil-amri
mingkum, fa ing tanaaza'tum fii syai-ing fa rudduuhu ilallohi war-rosuuli ing
kungtum tu-minuuna billaahi wal-yaumil-aakhir, zaalika khoiruw wa ahsanu ta-
wiilaa

"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad),
dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul
(Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu,
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 59)

Allah SWT menyeru hamba-hamba-Nya yang beriman dengan seruan “Hai orang-
orang yg beriman” sebagai suatu pemuliaan bagi mereka karena merekalah yg siap
menerima perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Dengan seruan iman
merekapun menjadi semakin siap menyambut tiap seruan Allah SWT. Kewajiban taat
kepada Allah dan kepada Rasul-Nya adalah dengan melaksanakan perintah-perintah -
Nya serta larangan-larangan -Nya.
Jika seseorang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir ia akan taat
kepada Allah dan Rasul-Nya karena ia mengimani benar bahwa Allah SWT
sesungguhnya Maha Mengetahui segala sesuatu baik yang nampak maupun yang
tersembunyi
Terkadang pula Allah mengancam orang yang mendurhakai Rasulullah,
sebagaimana firman-Nya :
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

َ‫ض ُك ْم بَ ْعضًا ۗ قَ ْد يَ ْعلَ ُم هّٰللا ُ الَّ ِذ ْينَ يَتَ َسلَّلُوْ نَ ِم ْن ُك ْم لِ َوا ًذا ۚ فَ ْليَحْ َذ ِر الَّ ِذ ْينَ يُخَا لِفُوْ ن‬
ِ ‫اَل تَجْ َعلُوْ ا ُدعَٓا َء ال َّرسُوْ ِل بَ ْينَ ُك ْم َك ُدعَٓا ِء بَ ْع‬
‫ص ْيبَهُ ْم َع َذا بٌ اَ لِ ْي ٌم‬ ِ ُ‫ص ْيبَهُ ْم فِ ْتنَةٌ اَوْ ي‬ ِ ُ‫ع َْن اَ ْم ِر ٖ ۤه اَ ْن ت‬
laa taj'aluu du'aaa-ar-rosuuli bainakum kadu'aaa-i ba'dhikum ba'dhoo, qod
ya'lamullohullaziina yatasallaluuna mingkum liwaazaa, falyahzarillaziina
yukhoolifuuna 'an amrihiii ang tushiibahum fitnatun au yushiibahum 'azaabun aliim

"Janganlah kamu jadikan panggilan rasul (Muhammad) di antara kamu seperti


panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sungguh, Allah mengetahui
orang-orang yang keluar (secara) sembunyi-sembunyi di antara kamu dengan
berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi
perintah rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih."
(QS. An-Nur 24: Ayat 63)

Artinya hendaknya mereka takut jika hatinya ditimpa fitnah kekufuran, nifaq,
bid’ah, atau siksa pedih didunia. Allah telah menjadikan ketaatan dan mengikuti
Rasulullah sebagai sebab hamba mendapatkan kecintaan Allah dan ampunan atas
dosa-dosanya, sebagai petunjuk dan mendurhakainya sebagai suatu kesesatan.
Kunci kemuliaan seorang mukmin terletak pada ketaatannya kepada Allah dan
rasul-Nya, karena itu para sahabat ingin menjaga citra kemuliaannya dengan
mencontohkan kepada kita ketaatan yang luar biasa kepada apa yang ditentukan Allah
dan Rasul-Nya. Ketaatan kepada Rasul sama kedudukannya dengan taat kepada
Allah, karena itu bila manusia tidak mau taat kepada Allah dan Rasul- Nya, maka
Rasulullah tidak akan pernah memberikan jaminan pemeliharaan dari azab dan siksa
Allah swt, di dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َ ‫ۚ و َم ْن تَ َو ٰلّى فَ َم ۤا اَرْ َس ْل ٰن‬
‫ك َعلَ ْي ِه ْم َحفِ ْيظًا‬ ‫هّٰللا‬
َ  َ ‫  َم ْن ي ُِّط ِع ال َّرسُوْ َل فَقَ ْد اَطَا َع‬
may yuthi'ir-rosuula fa qod athoo'alloh, wa mang tawallaa fa maaa arsalnaaka 'alaihim
hafiizhoo

"Barang siapa menaati Rasul (Muhammad) maka sesungguhnya dia telah menaati
Allah. Dan barang siapa berpaling (dari ketaatan itu) maka (ketahuilah) Kami tidak
mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 80)
Manakala seorang muslim telah mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan
memperoleh kenikmatan sebagaimana yang telah diberikan kepada para Nabi, orang
yang jujur, orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh, bahkan mereka adalah
sebaik-baik teman yang harus kita miliki.
Oleh karena itu, ketaatan kepada Rasulullah saw juga menjadi salah satu kunci
untuk bisa masuk ke dalam surga. Adapun orang yang tidak mau mengikuti Rasul
dengan apa yang dibawanya, yakni ajaran Islam dianggap sebagai orang yang tidak
beriman.
D. Menghidupkan Sunnah
Bagi seorang muslim, mengikuti sunah atau tidak bukan merupakan suatu
pilihan, tetapi kewajiban. Sebab, mengenalkan ajaran Islam sesuai denagn ketentuan
Allah dan Rasul-Nya adalah kewajiban yang harus diaati. Mengenai kewajiban
mengikuti Nabi dan menaati sunnahnya serta mengikuti petunjuknya, Allah berfirman
:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

َ‫َم ۤا اَفَٓا َء هّٰللا ُ ع َٰلى َرسُوْ لِ ٖه ِم ْن اَ ْه ِل ْالقُ ٰرى فَلِ ٰلّ ِه َولِل َّرسُوْ ِل َولِ ِذى ْالقُرْ ٰبى َوا ْليَ ٰتمٰ ى َوا ْل َم ٰس ِك ْي ِن َوا ْب ِن ال َّسبِي ِْل ۙ  َك ْي اَل يَ ُكوْ ن‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫د ْال ِعقَا‬Iُ ‫  ُدوْ لَةً ۢ بَ ْينَ ااْل َ ْغنِيَٓا ِء ِم ْن ُك ْم ۗ  َو َم ۤا ٰا ٰتٮ ُك ُم ال َّرسُوْ ُل فَ ُخ ُذوْ هُ َو َما نَ ٰهٮ ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهُوْ ا ۚ  َوا تَّقُوا َ ۗ اِ َّن َ َش ِد ْي‬
‫ب‬
maaa afaaa-allohu 'alaa rosuulihii min ahlil-quroo fa lillaahi wa lir-rosuuli wa lizil-
qurbaa wal-yataamaa wal-masaakiini wabnis-sabiili kai laa yakuuna duulatam bainal-
aghniyaaa-i mingkum, wa maaa aataakumur-rosuulu fa khuzuuhu wa maa nahaakum
'an-hu fangtahuu, wattaqulloh, innalloha syadiidul-'iqoob

"Harta rampasan fai' yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (yang berasal) dari
penduduk beberapa negeri, adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak-anak
yatim, orang-orang miskin, dan untuk orang-orang yang dalam perjalanan, agar harta
itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang
diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-
Nya."
(QS. Al-Hasyr 59: Ayat 7)

Secara umum bid’ah adaah sesat karena berada diluar perintah Allah Swt dan
Rasul-Nya, akan tetapi banyak hal yang membuktikan, bahwa Nabi membenarkan
banyak persoalan yang sebelumnya belum pernah beliau lakukan. Kemudian dapat
disimpulkan bahwa semua bentuk amalan, baik itu dijalankan atau tidak pada masa
Rasulullah, selama tiak melanggar syari’at dan mempunyai tujuan , niat mendekatkan
diri kepada Allah dan mendapatkan ridho-Nya, serta untuk mengingat Allah serta
Rasul-Nya adalah sebagian dari agama dan itu dperbolehkan dan diterima.
Sebagaimana nabi bersabda :
“Sesungguhnya segala perbuatan tergantung pada niat dan setaiap manusia akan
mendapat sekedar paa yang diniatkan, siapa yang hijrahnya (tujuannya) itu adalah
karena Alah dan Rasul-Nya, hijrahnya (tujuan) itu adalah berhasil.” (H.R. Bukhari)
Banyak sekali orang yang memfonis bid’ah dengan berdalil pada sabda
Rasulullah :
“setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”.
Juga hadis Rasulullah :
“barang siapa yang didalam agama kami mengadakan sesuatu yang tidak dari agama
ia ditolak”.
Mereka tidak memperhatikan terlebih dahulu apakah yang baru diakukan itu
membawa kebaikan dan yang dikehendaki oleh agama atau tidak. Jika ilmu agama
sedangkal itu orang tidak perlu bersusah payah memperoleh kebaikan.
Ditambah lagi tuduhan golongan orang ingkar mengenai suatu amalan adalah
kata-kata sebagai berikut : Rasulullah tidak pernah memerintah dan
mencontohkannya. Begitu pula para sahabat tidak ada satupun diatara mereka yang
mengerjakannya. Dan jikalau perbuatan itu baik kenapa tidak dilakukan oleh
Rasulullah, jika mereka tidak melakukan kenapa harus kita yang melakukannya.
Bahkan dengan hal itu mereka menyebutkan bahwa hal baru seperti tahlilan atau
berzikir bersama adalah bid’ah, dan itu adalah sesat.
Dimana harus kita fahami macam-macam sunnah, antara lain adalah :
a. Sunnah Qauliyyah : sunnah dimana Rasulullah saw sendiri menganjurkan atau
menyarankan suatu amalan, tapi tidak ditemukan bahwa rasulullah tidak
pernah mengerjakannya secara langsung. Jadi sunnah ini adalah sunnah
Rasulullah yang dalilnya sampai kepada kita bukan dengan cara dicontohkan,
melainkan hanya diucapkan saja oleh beliau. Contohnya adalah hadis
Rasulullah yang menganjurkan orang untuk belajar berenang, tetapi kita belum
pernah mendengar Rasulullah atau para sahabat belajar berenang.
b. Sunnah Fi’liyah : Sunah yang ada dalilnya dan pernah dilakukan langsung
oleh Rasulullah. Misalkan sunnah puasa senin kamis, makan dengan tangan
kanan, dan lain-lain.
c. Sunnah Taqriyyah : Sunah dimana Rasulullah tidak pernah melakukan secara
langsung dan tidak pula pernah memerintahkannya. Melainkan hanya
mendiamkannya saja. Contohnya adalah beberapa amalan para sahabat yang
saat dilakukan Rasulullah mendiamkannya saja.

Begitu juga dengan amalan ibadah yang belum pernah dilakukan nabi dan para
sahabat juga tidak pernah disampaikan dan tidak pula didiamkan oleh beliau, yaitu
yang dilakukan oleh para ulama. Misalkan mengadakan majlis maulidin Nabi Saw
dan yasinan. Tidak lain para ulama yang melakukan ini adalah mengambil dalil-dalil
dari kitabullah yang menganjurkan agar manusia selalu berbuat kebaikan atau dalil
tentang pahala bacaan dan amal ibadah. Dan berbuat kebaikan ini banyak caranya
asalkan tidak bertentangan dengan Islam.
Mari kita rujuk ayat al-qur’an berikut :
ِ ‫العقَا‬
‫ب‬ ْ ُ‫ َواتَّق‬،‫… َو َمآ َءاَئـى ُك ُم ال َّر ُس ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَ ُك ْم َع ْنهُ فَاْنَتَهثوْ ْا‬
ِ ‫د‬Iُ ‫وا هَّللا َ ِإ َّن هَّللا َ َش ِد ْي‬
“… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah.dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat
keras hukum-Nya.” (Q.S. al-Hasyr : 7).
Dalam ayat ini jelas bahwa perintah untuk tidak melakukan segala sesuatu jika telah
tegas dan jelas larangannya.
Dan dalam hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh bukhari :
“Jika aku menyuruhmu melakukan sesuatu, maka lakukanlah semampumu dan jika
aku melarangmu melakukan sesuatu, maka jauhilah.”.
Maka para ulama mengambil kesimpulan bahwa bid’ah yang dianggap sesat
adalah menghalalkan sebagian dari agama yang tidak diizinkan oleh Allah. Serta
bertentangan dengan yang telah disyari’atkan oleh Islam. Contoh bid’ah sesat yang
mudah adalah sengaja shalat tidak menhadap kiblat, mengerjakan shalat dengan satu
sujud, atau yang lebih banyak terjadi adalah bagi masyarakat keraton yaitu
mendo’akan orang yang telah meninggal dengan sesaji serta memohon kepada Allah
dan berdzikir menggunakan sesaji. Itulah yang dianggap sesat karna sesaji tidak ada
dalam Islam dan itu menyimpang dari syari’at Islam.

Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat


penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.
Contoh-contoh sunnah Rasulullah adalah :
a. Istighfar setiap waktu
b. Menjaga wudhu
c. Bersedekah
d. Shalat dhuha
e. Puasa Muharram dan shalat tahajud :
Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata : “ Rasulullah Saw bersabda :

‫صالَةُ اللَّي ِْل‬ َ ‫صالَ ِة بَ ْعدَالفَ ِر ْي‬


َ ‫ضة‬ َ ‫ضانَ َش ْه ُر هَّللا ِ ال ُم َح َّر ُم َوَأ‬
َّ ‫ض ُل ال‬ َ ‫صيَ ِام بَ ْع َد َر َم‬ َ ‫َأ ْف‬
ِّ ‫ض ُل ال‬

“Seutama-utama puasa sesudah Ramadhan adalah puasa dibulan Muharram dan


seutama-utama shalat sesudah shalat fardu ialah shalat malam.” ( H.R. Muslim
no.1163).
E. Membaca sholawat dan salam
Diantara hak Nabi Saw yang disyariatkan Allah atas umatnya adalah agar
mereka mengucapkan shalawat dan salam untuk beliau. Allah Swt dan para malaikat-
Nya telah bershalawat kepada beliau dan Allah memerintahkan kepada para hamba-
Nya agar mengucapkan shalawat dan taslim kepada beliau.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ۤ ٓ ‫هّٰللا‬
َ ‫صلُّوْ نَ َعلَى النَّبِ ِّي ۗ  ٰيـاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا‬
‫صلُّوْ ا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‬ َ ُ‫اِ َّن َ َو َم ٰلِئ َكتَهٗ ي‬
innalloha wa malaaa-ikatahuu yusholluuna 'alan-nabiyy, yaaa ayyuhallaziina aamanuu
sholluu 'alaihi wa sallimuu tasliimaa

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-
orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan
penuh penghormatan kepadanya."
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 56)

Al-Mubarrad berpendapat bahwa akar kata bershalawat berarti memohonkan


rahmat dengan demikian shalawat berarti rahmad dari Allah sedang shalawat malaikat
berarti pengagungan dan permohonan rahmad Allah untuknya.
Jika bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw hendaklah seseorang
menghimpunnya dengan salam untuk beliau. Karena itu, hendaklah tidak membatasi
dengan salah satunya saja. Misalnya dengan mengucapkan “Shallallaahu ‘alaih
(semoga shalawat dilimpahkan untuknya).” Atau hanya mengucapkan ‘alaihissalam
(semoga dilimpahkan untuknya keselamatan)”. Jadi digabung : “washshalaatu
wassalaamu ‘ala Rasulillah, atau Allahumma shalli wa sallim ‘ala Nabiyyina
Muhammad, atau shallallahu ‘alaihi wa sallam.”. hal itu karena Allah memerintahkan
untuk mengucapkan keduanya.
Mengucapkan shalawat untuk Nabi Saw, diperintakan oleh syari’at pada
waktu-waktu yang dipentingkan, baik yang hukumnya wajib dan sunnah muakaddah.
Diantara waktu itu adalah ketika shalat diakhir tassyahud, diakhir qunud, saat khutbah
seperti khutbah jum’at dan khutbah hari raya, setelah menjawab mu’adzin, ketika
berdo’a, ketika masuk dan keluar masjid, juga ketika menyebut nama beliau.
Rasulullah Saw telah mengajarkan kepada kaum muslimin tentang tata cara
mengucapkan shalawat. Rasulullah menyarankan agar memperbanyak shalawat
kepadanya pada hari jum’at, sebangaimana sabdanya :

‫صلَّى هَّللا ِ َع ْشرًا‬


َ ً‫صالَة‬ َّ َ‫صلّى َعل‬
َ ‫ي‬ َ ‫ فَ َم ْن‬،‫ي يَوْ َم ْال ُج ُم َع ِة‬ َّ ‫َأ ْكثِ ْي ُر ال‬
َّ َ‫صالَةَ َعل‬

“Perbanyaklah kalian membaca shalawat untukku pada hari dan malam jum’at,
barang siapa yang bershalawat untukku sekali, niscaya Allah bershalawat untuknya
10 kali.”
Kemudian ibnul qayyim menyebutkan beberapa manfaat dari membaca shalawat
kepada Nabi, diantaranya adalah :
a. Shalawat merupakan bentuk ketaatan kepada perintah Allah.
b. Mendapatkan 10 kali shalawat dari Allah bai yang bershalawat sekali untuk
beliau.
c. Diharapkan dikabulkannya do’a apabila didahului dengan shalawat.
d. Shalawat merupakan sebab mendapatkan syafaat dari Nabi, diiringi
permohonan kepada Allah agar memberikan wasilah (kedudukan yang tinggi)
kepada beliau pada hari kiamat.
e. Sebab diampuninya dosa-dosa.
f. Shalawat adalah sebab sehingga nabi menjawab orang yang mengucapkan
shalawt dan salam kepadanya.
F. Mencintai Keluarga Nabi
Mengikuti kerabat rasulullah Saw yang mulia dan berlepas diri dari musuh
mereka, adalah masalah penting yang telah diwajibkan oleh islam dan telah
dianggapnya sebagai bagian dari cabang agama. Rasulullah menggambarkan ahlil
baitnya sebagai suatu benda yang berat dan berharga, sebanding dengan al-qur’an dan
benda berharga lainnya.
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai manusia sesungguhnya aku tinggalkan
dua perkara yang besar untuk kalian, yang pertama adalah Kitabullah(Al-Quran)
dan yang kedua adalah Ithrati(Keturunan) Ahlul baitku. Barang siapa yang
berpegang teguh kepada keduanya, maka tidak akan tersesat selamanya hingga
bertemu denganku ditelaga al-Haudh.” (HR. Muslim dalam Kitabnya Sahih juz.2,
Tirmidzi).
Nabi Saw bersabda :
“Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak
mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmu
kepada mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya, berarti telah
mengambil bagian yang besar”. (HR. Abu daud dan Tirmidzi).

Karena ulama disebut sebagai pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama
seharusnya tidak hanya memahami tentang beluk beluk agama Islam, tapi juga
memiliki sikap dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan
ulama seperti inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama
karena pengetahuan agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi,
maka orang seperti itu bukanlah ulama yang sesungguhnya dan berarti tidak ada
kewajiban bagi kita untuk menghormatinya.
Rasulullah menyebut keluarga sucinya sebagai jalan kebebasan, pintu
keselamatan, dan cahaya petunjuk. Rasulullah juga mewajibkan kita untuk mencintai
dan menaati mereka.
Dari abi dzarr ia berkata, ‘saya mendengar Rasulullah Saw bersabda’:
“Jadikanlah ahlul baitku bagimu tidak ubahnya seperti kepala bagi tubuh dan tidak
ubahnya dua mata bagi kepala. Karena sesungguhnya tubuh tidak akan memperoleh
petunjuk kecuali dengan kepala, dan begitu juga kepala tidak akan memperoleh
petunjuk kecuali dengan kedua mata.”.
Kecintaan kepada kerabat Rasulullah Saw yang di istilahkan sebagai ahlul bait
manfaatnya kembali kepada orang yang melakukannya. Rasulullah mengatakan
bahwa kecintaan ini merupakan upah dari Allah Swt atas risalah yang
disampaikannya. Sebagaimana firman Allah, “katakanlah, Aku tidak meminta
kepadamu sesuatu upah apapun atas seruanku, kecintaan kepada keluargaku” (Q.S.
Asy-syura : 23).
Kecintaan yang disebutkan disini bukanlah kecintaan biasa, melainkan
kecintaan yang mendorong manusia kepada maqam kedekatan ilahi, dan mampu
memasuki pintu kebahagiaan abadi.
G. Berziarah ke makam Rasulullah
Berkunjung kemakam Rasulullah merupakan amalan sunnah, yakni amalan
yang sangat mulia dan sangat dianjurkan. Ibn Umar mengatakan bahwa Nabi
Muhammad bersabda yang arinya : “Barang siapa berziarah kemakamku, maka ia
dijamin akan mendapat syafaatku.”.
Saat melaksanakan haji merupakan kesempatan emas bagi umat Islam untuk
melaksanakan ibadah sebanyak-banyaknya. Beribadah di Haramain (Makkah dan
Madinah) mempunyai keutaman yang lebih dari tempat-tempat lainnya. Maka para
jamaah haji menyempatkan diri berziarah ke makah Rasulullah SAW.Berziarah ke
makam Rasulullah SAW adalah sunnah hukumnya.
Dari Ibn ‘Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang
melaksanakan ibadah haji, lalu berziarah ke makamku setelah aku meninggal dunia,
maka ia seperti orang yang berziarah kepadaku ketika aku masih hidup.” (HR Darul
Quthni)
Atas dasar ini, pengarang kitab I’anatut Thalibin menyatakan: ”Berziarah ke
makam Nabi Muhammad merupakan salah satu qurbah (ibadah) yang paling mulia,
karena itu, sudah selayaknya untuk diperhatikan oleh seluruh umat Islam”.
Dan hendaklah waspada, jangan sampai tidak berziarah padahal dia telah
diberi kemampuan oleh Allah SWT, lebih-Iebih bagi mereka yang telah
melaksanakan ibadah haji. Karena hak Nabi Muhammad SAW yang harus diberikan
oleh umatnya sangat besar.
Bahkan jika salah seorang di antara mereka datang dengan kepala dijadikan
kaki dari ujung bumi yang terjauh hanya untuk berziarah ke Rasullullah SAW maka
itu tidak akan cukup untuk memenuhi hak yang harus diterima oleh Nabi SAW dari
umatnya.
Mudah-mudahan Allah SWT membalas kebaikan Rasullullah SAW kepada
kaum muslimin dengan sebaik-baik balasan.
Lalu, bagaimana dengan kekhawatiran Rasulullah SAW yang melarang umat
Islam menjadikan makam beliau sebagai tempat berpesta, atau sebagai berhala yang
disembah.. Yakni dalam hadits Rasulullah SAW:
“Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu
jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan, dan janganlah kamu jadikan rumahmu
sebagai kuburan. Maka bacalah shalawat kepadaku. Karena shalawat yang kamu baca
akan sampai kepadaku di mana saja kamu berada.” (Musnad Ahmad bin Hanbal:
8449).
Menjawab kekhawatiran Nabi SAW ini, Sayyid Muhammad bin Alawi Maliki
al-Hasani menukil dari beberapa ulama, lalu berkomentar : “Sebagian ulama ada yang
memahami bahwa yang dimaksud (oleh hadits itu adalah) larangan untuk berbuat
tidak sopan ketika berziarah ke makam Rasulullah SAW yakni dengan memainkan
alat musik atau permainan lainnya, sebagaimana yang biasa dilakukan ketika ada
perayaan. (Yang seharusnya dilakukan adalah) umat Islam berziarah ke makam Rasul
hanya untuk menyampaikan salam kepada Rasul, berdoa di sisinya, mengharap
berkah melihat makam Rasul, mendoakan serta menjawab salam Rasulullah SAW.
Maka, berziarah ke makam Rasulullah SAW tidak bertentangan dengan ajaran
Islam. Bahkan sangat dianjurkan karena akan mengingatkan kita akan jasa dan
perjuangan Nabi Muhammad SAW, sekaligus menjadi salah satu bukti mengguratnya
kecintaan kita kepada beliau.
H. Contoh Kasus Nyata Implementasi Akhlak Terhadap Rasulullah
Seiring berkembangya di dunia hiburan terutama dibidang musik, banyak
bermunculan entertainer-entertainer baru yang turut meramaikan dunia permusikan di
Indonesia. Namun ada beberapa orang yang sudah lama bergelut di dunia hiburan,
justru meninggalkan hingar bingar gemerlapnya dunia untuk lebih serius mengabdi
kepada Allah dan taat kepada Rasulnya.
Di dunia hiburan, yang notabene kehidupan orang-orang di dalamnya
menghambur-hamburkan uang, gaya hidup yang hedonis. Lain halnya yang dilakukan
oleh Sakti, personel/gitaris dari band Sheila On Seven. Dia meninggalkan bandnya
untuk lebih serius menjadi muslim yang sebenarnya. Namun dia tidak serta merta
meninggalkan dunia musik yang digemarinya. Hanya saja dia lebih sering
membawakan lagu-lagu religi. Sama halnya dengan Teguh personel/vokalis Vagetoz
dan masih banyak lagi orang-orang yang lebih memprioritaskan kepentingan
akhiratnya kelak.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kita wajib mencintai dan mentaati apa yang diajarkan Rasulullah sebagai
wujud kecintaan dan pengabdian kita sebagai hamba Allah Swt. Apabila kita benar-
benar mencintai Allah sudah semestinya kita juga mencintai Rasulullah, karena beliau
merupakan kekasih beserta utusan Allah untuk dijadikan uswatun khasanah bagi
setiap ummatnya. Bentuk kita mencintai dan mentaati Rasulullah dengan cara,
mengikuti dan mengerjakan hal-hal yang diajarkan Rasulllah, menghidupkan sunnah-
sunnahnya, membaca shalawat serta salam yang ditujukan kepada beliau, mencintai
keluarga dan sahabat-sahabat Nabi, serta berziarah ke makam Rasulullah.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini maupun dalam penyajiannya kami selaku
manusia biasa menyadari adanya beberapa kesalahan. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik maupun saran bagi kami yang bersifat membantu agar kami
tidak melakukan kesalahan yang sama dalam penyusunan makalah yang selanjutnya
dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Elmubarok, Zaim dkk. (2013). Islam Rahmatan Lil’alamin. Semarang : UNNES
Press.

Usamah, Abu Masykur. cetakan pertama (Juni 2006/Februari 2007). Aku Cinta Rosul
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Penerbit: Darul Ilmi, Yogyakarta.

Yulie, Indah. (2015). Akhlak Kepada Rasulullah. Online]. Tersedia:


http://bk14071.blogspot.co.id/2015/07/akhlak-kepada-rasulullah.html [diakses Juli
2015].

Anda mungkin juga menyukai