Anda di halaman 1dari 16

Kelompok 4 agama islam

Anggota:
1.ahmad fadhil nurhuda
2.ryas Rasyid
3.fira sulistiawaty
iman kepada rasul-rasul Allah yaitu kita wajib percaya
bahwa Allah telah memilih dan mengangkat diantara
hamba-hamba-Nya untuk menjadi utusan dalam
menyampaikan syari'at Allah kepada umat manusia,
untuk kebaikan mereka di dunia dan akhirat.
Allah mengutus para rasul untuk memperkenalkan
manusia dengan Allah, Tuhan pencipta mereka, dan
mengajak umat manusia untuk tunduk, patuh dan
beribadah kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah
SWT dalam QS. al-Anbiya ayat 25.

‫َو َم ٓا َاْر َس ْلَنا ِم ْن َق ْب ِلَك ِم ْن َّرُس ْو ٍل ِااَّل ُنْو ِح ْٓي ِاَلْي ِه َاَّنٗه ٓاَل ِاٰل َه ِآاَّل َاَن۠ا‬
‫ُب ِن‬ ‫ْو‬ ‫ُد‬ ‫ْع‬‫ا‬ ‫َف‬
Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun
sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya:
"Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".
Pengertian Iman kepada para rasul Allah adalah
meyakini bahwa mereka itu adalah manusia pilihan
Allah untuk menyampaikan ajaran Allah kepada umat
manusia. Mereka itu ma’sum, terjaga dan terpelihara
dari berbuat durhaka kepada Allah, mereka pasti jujur
dalam menyampaikan risalah Allah.
Secara Umum Pengertian Iman kepada rasul berarti
meyakini bahwa Allah telah memilih di antara manusia,
beberapa orang yang bertindak sebagai utusan Allah
(rasul) yang di tugaskan untuk menyampaikan segala
wahyu yang diterima dari Allah melalui malaikat Jibril,
dan menunjukkan mereka ke jalan yang lurus, serta
membimbing umatnya ke jalan yang benar agar
selamat di dunia dan akhirat.
1.Mempercayai Rasul sebagai Utusan Allah SWT
Cara yang pertama yaitu mempercayai bahwa
rasul merupakan utusan Allah. Setiap muslim
harus percaya mengenai hal ini, Allah SWT
berfirman:

‫ٌۢة‬
‫ُّرُس اًل ُّم َبِّش ِريَن َو ُم نِذ ِريَن ِلَئاَّل َيُكوَن ِللَّناِس َع ىَل ٱلَّلِه ُحَّج َبْع َد‬
‫ٱلُّرُس ِل ۚ َو َك اَن ٱلَّلُه َع ِزيًزا َحِكيًم ا‬

Arab latin: Rusulam mubasysyirīna wa munżirīna


li`allā yakụna lin-nāsi 'alallāhi ḥujjatum ba'dar-
rusul, wa kānallāhu 'azīzan ḥakīmā

Artinya: "(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul


pembawa berita gembira dan pemberi peringatan
agar supaya tidak ada alasan bagi manusia
membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul
itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana,"

2. Meneladani Sifat para Rasul


Selanjutnya adalah meneladani sifat para rasul.
Apabila percaya pada nabi dan rasul, maka
seorang muslim tentu akan meneladani sifat-
sifatnya. Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya aku diutus untuk


menyempurnakan akhlak yang saleh," (HR
Bukhari).
3. Berdoa Seperti Rasul
Cara beriman kepada rasul-rasul Allah SWT lainnya yaitu
berdoa seperti rasul. Dalam Al-Qur'an dijelaskan banyak
mengenai doa para nabi ketika menghadapi kesulitan, oleh
karenanya seorang muslim dianjurkan berdoa
menggunakan doa tersebut.

"Dari Abu Hurairah RA (dia berkata), "Sesungguhnya


Rasulullah SAW telah bersabda, 'Setiap Nabi memiliki doa
yang mustajab yang dia berdoa dengan doa yang mustajab
itu, maka aku ingin menyimpan doaku sebagai syafa'at
untuk umatku di akhirat," (HR Bukhari).

4. Mempercayai dan Meyakini Para Rasul


Meski jumlah rasul banyak, namun yang wajib diketahui
oleh umat muslim hanya 25. Dengan demikian, muslim
harus mempercayai mereka baik yang namanya tertulis
dalam Al-Qur'an ataupun tidak.

Allah SWT berfirman dalam surat An Nisa ayat 164 yang


berbunyi:

‫َوُرُس اًل َق ْد َق َص ْص َٰن ُه ْم َع َلْي َك ِم ن َق ْب ُل َوُرُس اًل َّلْم َنْق ُص ْص ُه ْم َع َلْي َك ۚ َو َك َّلَم ٱلَّلُه‬
‫ُم وَس ٰى َتْك ِليًم ا‬

Arab latin: Wa rusulang qad qaṣaṣnāhum 'alaika ming qablu


wa rusulal lam naqṣuṣ-hum 'alaīk, wa kallamallāhu mụsā
taklīmā

Artinya: "Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang


sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu
dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang
mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa
dengan langsung,"
Ketika seorang muslim beriman kepada
rasul, maka ia akan mendapat manfaat.
Mengutip dari buku Pengantar Ilmu
Tauhid oleh A Muzammil Alfan Nasrullah
MAg, berikut pemaparannya.

Mengetahui rahmat dan perhatian Allah


kepada hamba-hambanya karena
mengutus para rasul kepada mereka
untuk menuntun mereka menuju jalan
Allah dan menjelaskan kepada mereka
bagaimana cara
beribadah kepada Allah, karena akal
manusia tidak mampu mengetahui hal
tersebut
Bersyukur kepada Allah atas nikmat hal
besar
Mencintai, mengagumkan, dan memuji
para rasul secara layak
Menambah keimanan kepada Allah SWT
bahwa rasul itu benar-benar pilihan Allah
Mendorong manusia untuk memiliki
kepribadian yang luhur dengan cara
menjadikan Rasulullah SAW sebagai
teladan atau contoh yang baik
Rukun iman dan rukun Islam merupakan pondasi penting
dalam tiang agama. Allah SWT berfirman dalam surat An Nisa
ayat 136 terkait perintah beriman kepada rasul.

‫َٰت‬ ‫ِك‬ ‫ْل‬‫ٱ‬ ‫وِلِه‬ ‫َع‬ ‫َل‬‫َّز‬‫َن‬ ‫ِذى‬ ‫َّل‬‫ٱ‬ ‫َٰت‬ ‫ِك‬ ‫ْل‬‫ٱ‬ ‫وِلِه‬ ‫ِه‬‫َّل‬‫ٱل‬ ‫۟ا‬‫و‬ ‫ُن‬ ‫َءاِم‬ ‫۟ا‬ ‫ُن‬ ‫َءا‬ ‫َن‬‫ِذي‬‫َّل‬‫ٱ‬ ‫ا‬ ‫َٰٓيَأ‬
‫ُّيَه‬
‫ٰىَل َرُس ۦ َو ِب‬ ‫َوَرُس ۦ َوَٰٓل ِب‬ ‫ِب‬ ‫َم ٓو‬
‫ٱَّلِذ ٓى َأنَزَل ِم ن َق ْب ُل ۚ َو َم ن َيْكُف ْر ِبٱلَّلِه َو َم ِئَكِتِهۦ َو ُكُتِبِهۦ َوُرُس ِلِهۦ َو ٱْلَي ْو ِم ٱْل َءاِخ ِر َف َق ْد‬
‫اًۢل‬
‫َض َّل َض َٰل َبِع يًدا‬

Arab latin: Yā ayyuhallażīna āmanū āminụ billāhi wa rasụlihī


wal-kitābillażī nazzala 'alā rasụlihī wal-kitābillażī anzala ming
qabl, wa may yakfur billāhi wa malā`ikatihī wa kutubihī wa
rusulihī wal-yaumil-ākhiri fa qad ḍalla ḍalālam ba'īdā

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman


kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah
turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari
kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya,"

Sebagai manusia pilihan Allah SWT, rasul mengemban tugas


besar yaitu membimbing manusia ke jalan yang benar dan
diridhoi oleh Allah. Karenanya, para rasul diberikan mukjizat
sebagai pembukti kerasulan mereka.

Disebutkan dalam buku Pasti Bisa Pendidikan Agama Islam


dan Budi Pekerti terbitan Tim Ganesha Operation, setiap
muslim wajib meyakini adanya nabi dan rasul. Sebab, nabi
dan rasul merupakan manusia sempurna (insani kamil),
memiliki sifat terjaga dari segala dosa (maksum), serta
menyampaikan wahyu dari Allah SWT.

Lantas, bagaimana cara beriman kepada rasul-rasul Allah


SWT?
Mengikuti cara ajarannya

Nabi Muhammad SAW adalah pribadi yang luar biasa dan


telah menginspirasi banyak orang untuk menjalani
kehidupan yang baik. Ia adalah contoh yang sempurna dari
seorang Muslim yang berakhlak mulia. Oleh karena itu,
mencintai Nabi Muhammad SAW adalah sesuatu yang
penting bagi setiap orang yang benar-benar percaya pada
Islam. Berikut adalah cara untuk mencintai Nabi
Muhammad SAW.

Pertama, kamu harus belajar tentang kehidupan Nabi


Muhammad SAW dan ajarannya. Kamu harus membaca
ayat-ayat Al-Quran dan hadits untuk memahami bagaimana
Nabi Muhammad SAW hidup dan berbicara. Belajar tentang
ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW akan membantumu
untuk menghormati dan mencintainya sebagai pribadi yang
luar biasa.

Kedua, berdoa untuk Nabi Muhammad SAW setiap hari.


Doa seperti ini akan membantumu untuk menghargai
pribadi Nabi Muhammad SAW dan membangun hubungan
emosional dengannya. Dengan berdoa, kamu dapat
menyatakan cintamu dan rasa hormatmu yang tulus
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menginspirasi
umat Islam.

Ketiga, mengamalkan ajaran Nabi Muhammad SAW.


Belajarlah tentang ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW dan
cobalah untuk mengamalkannya dalam kehidupanmu
sehari-hari. Dengan mengikuti ajaran-ajaran Nabi
Muhammad SAW, kamu akan merasa lebih dekat dengan
Nabi Muhammad SAW dan juga akan mendapatkan rahmat
dari Allah.
Keempat, lakukan ibadah dengan hati yang tulus.
Beribadah dengan hati yang tulus adalah salah
satu cara untuk mencintai Nabi Muhammad SAW.
Usahakan untuk beribadah dengan hati yang tulus
dan jangan biarkan kebiasaan atau kepentingan
pribadi mempengaruhi caramu beribadah.
Kelima, menjalankan kehidupan yang suci. Ini
adalah salah satu cara terbaik untuk menunjukkan
rasa cintamu kepada Nabi Muhammad SAW.
Jangan lupa untuk melakukan hal-hal yang
bermanfaat dan menghindari perilaku buruk. Ini
akan membantumu untuk menunjukkan rasa
hormat dan cintamu kepada Nabi Muhammad
SAW.
Keenam, menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Kamu harus menjadi contoh yang baik bagi umat
Islam. Berusahalah untuk menjadi pribadi yang
bertanggung jawab dan bekerja keras untuk
mencapai tujuanmu. Dengan menjadi contoh yang
baik, kamu akan dapat mencintai Nabi Muhammad
SAW dengan lebih baik.
Itulah beberapa cara untuk mencintai Nabi
Muhammad SAW. Dengan mengikuti cara-cara ini,
kamu akan dapat membangun hubungan yang
lebih dekat dengan Nabi Muhammad SAW. Jika
kamu benar-benar mencintai Nabi Muhammad
SAW, kamu akan dapat merasakan kehidupan
yang lebih bahagia dan berkualitas.
Tidak membedakan rasul rasul
QS. Al-Baqarah Ayat 285
QS. Al-Baqarah Ayat 285
‫ٰا َم َن الَّرُس ۡو ُل ِبَم ۤا ُاۡنِزَل ِاَلۡي ِه ِم ۡن َّرِّبٖه َو اۡلُم ۡؤ ِم ُنۡو ؕ‌َن ُكٌّل ٰا َم َن ِبالّٰلِه‬
‫ُل‬ ‫َق‬ ‫َا‬ ‫اَل‬ ‫ٰٓل‬
‫َو َم ِٕٮ َكِتٖه َو ُكُتِبٖه َوُرُس ِلٖه ۚ ُنَف ِّرُق َبۡي َن َحٍد ِّم ۡن ُّرُس ِلٖه‌ۚ َو ا ۡو ا‬
‫َس ِم ۡع َنا َو َاَط ۡع َنا‌ۖ ُغ ۡف َراَنَك َرَّبَنا َو ِاَلۡي َك اۡلَم ِص ۡي ُر‬
Aamanar-Rasuulu bimaaa unzila ilaihi mir-Rabbihii
walmu'minuun; kullun aamana billaahi wa
Malaaa'ikathihii wa Kutubhihii wa Rusulih laa
nufarriqu baina ahadim-mir-Rusulihii wa qooluu
sami'naa wa ata'naa ghufraanaka Rabbanaa wa
ilaikal-masiir
Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang
diturunkan kepadanya (Al-Qur'an) dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semua
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
berkata), "Kami tidak membeda-bedakan seorang
pun dari rasul-rasul-Nya." Dan mereka berkata,
"Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya
Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami)
kembali."
Tafsir
Seorang muslim harus menaati firman Allah sebagaimana dicontohkan
oleh Rasulullah. Sikap beliau dan para pengikutnya yang beriman
menyangkut kitab suci Al-Qur'an dan kitab-kitab terdahulu serta para
nabi dan rasul adalah bahwa Rasul, yakni Nabi Muhammad, beriman
kepada apa yang diturunkan kepadanya, yakni Al-Qur'an, dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman meski dengan
kualitas keimanan yang berbeda dengan Nabi. Semua, yakni Nabi
Muhammad dan orang mukmin, beriman kepada Allah bahwa Dia
wujud dan Maha Esa, Mahakuasa, tiada sekutu bagi-Nya, dan Mahasuci
dari segala kekurangan
Mereka juga percaya kepada malaikat-malaikat-
Nya sebagai hamba-hamba Allah yang taat
melaksanakan segala apa yang diperintahkan
kepada mereka dan menjauhi seluruh larangan-
Nya. Demikian juga dengan kitab-kitab-Nya yang
diturunkan kepada para rasul, seperti Zabur,
Taurat, Injil, dan Al-Qur'an, dan juga percaya
kepada rasul-rasul-Nya sebagai hamba-hamba
Allah yang diutus membimbing manusia ke jalan
yang lurus dan diridai-Nya. Mereka berkata," Kami
tidak membeda-bedakan seorang pun dengan
yang lain dari rasul-rasul-Nya dalam hal
kepercayaan terhadap mereka sebagai utusan
Allah." Dan mereka berkata, "Kami dengar apa
yang Engkau perintahkan, baik yang melalui wahyu
dalam Al-Qur'an maupun melalui ucapan NabiMu,
dan kami taat melaksanakan perintah-perintah-Mu
dan menjauhi larangan-larangan-Mu." Dengan
rendah hati mereka juga berucap," Ampunilah
kami, Ya Tuhan kami, dan hanya kepada-Mu, tidak
kepada selain-Mu, tempat kami kembali."
Diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim dari Abu
Hurairah, dia berkata, "Tatkala Allah menurunkan
ayat 284 kepada Rasulullah saw, maka sahabat
merasa bebannya bertambah berat, lalu mereka
datang menghadap Rasulullah saw dan berkata,
"Kami telah dibebani dengan pekerjaan-pekerjaan
yang sanggup kami kerjakan, yaitu salat, puasa,
jihad, sedekah, dan kini telah turun pula ayat ini,
yang kami tidak sanggup melaksanakannya".
Maka Rasulullah saw bersabda, "Apakah kamu hendak
mengatakan seperti perkataan Ahli Kitab sebelum
kamu, mereka mengatakan, "Kami dengar dan kami
durhaka". Katakanlah, "Kami dengar dan kami taat,
kami memohon ampunan-Mu Ya, Tuhan kami, dan
hanya kepada Engkaulah kami kembali.
Tatkala Rasulullah membacakan ayat ini kepada
mereka, lidah mereka mengikutinya. Lalu turun ayat
berikutnya, ayat 285 al-Baqarah. Abu Hurairah
berkata, "Tatkala para sahabat telah mengerjakan
yang demikian Allah menghilangkan kekhawatiran
mereka terhadap ayat itu dan Dia menurunkan ayat
berikutnya:
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya. (al-Baqarah/2:286)
Hadis di atas melukiskan kekhawatiran para sahabat
yang sangat takut kepada azab Allah. Para sahabat
dahulunya adalah orang-orang yang hidup, dididik
dan dibesarkan di dalam lingkungan kehidupan Arab
jahiliah. Pikiran, hati, kepercayaan dan adat istiadat
jahiliah telah sangat berpengaruh di dalam diri
mereka. Bahkan di antara mereka ada pemuka dan
pemimpin orang-orang Arab jahiliah. Setelah Nabi
Muhammad saw diutus, mereka mengikuti seruan
Nabi dan masuk agama Islam dengan sepenuh hati.
Walaupun demikian bekas-bekas pengaruh
kepercayaan dan kebudayaan Arab jahiliah masih ada
di dalam jiwa mereka. Kepercayaan dan kebudayaan
tersebut hilang dan hapus secara berangsur-angsur,
setiap turun ayat-ayat Al-Qur'an dan setiap
menjelaskan risalah yang dibawanya kepada mereka.
Mereka sendiri selalu berusaha agar bekas dari
pengaruh yang tidak baik itu segera hilang dari diri
mereka. Tatkala turun ayat ini mereka merasa
khawatir, kalau Allah swt tidak mengampuni dosa-
dosa mereka, sebagai akibat dari bekas-bekas
kepercayaan dan kebudayaan Arab jahiliah yang
masih ada pada hati dan jiwa mereka, walaupun
mereka telah berusaha sekuat tenaga
menghilangkannya. Karena kecemasan dan
kekhawatiran itulah mereka segera bertanya
kepada Rasulullah saw.
Rasa kekhawatiran akan diazab Allah swt tergambar
pada pertanyaan 'Umar bin al-Khaththab kepada
Huzaifah. Beliau pernah bertanya kepada Huzaifah,
"Adakah engkau (Huzaifah) dapati pada diriku salah
satu dari tanda-tanda munafik?" Maka untuk
menghilangkan kekhawatiran itu dan
menenteramkan hati mereka, turunlah ayat seperti
yang dikutip di atas (al-Baqarah/2:286).
Dengan turunnya ayat ini, hati para sahabat merasa
tenang dan tenteram, karena mereka telah yakin
bahwa segala larangan dan perintah Allah itu sesuai
dengan batas kemampuan manusia. Tidak ada
perintah dan larangan yang tidak sanggup
dilakukan manusia atau dihentikannya. Hanya
orang yang ingkar kepada Allah sajalah yang
merasa berat menghentikan larangan-Nya. Mereka
telah yakin pula bahwa pekerjaan buruk yang
terlintas di dalam pikiran mereka dan mereka benci
kepada pekerjaan itu, telah mereka usahakan untuk
menghilangkannya, karena itu mereka tidak akan
dihukum
Allah berfirman:
Allah tidak menghukum kamu karena sumpahmu
yang tidak kamu sengaja, tetapi Dia menghukum
kamu karena niat yang terkandung dalam hatimu.
Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun. (al-
Baqarah/2: 225)
Selanjutnya Allah menerangkan bahwa Dia
menghisab (memperhitungkan) apa yang ada di
dalam hati manusia, baik yang disembunyikan
atau yang dinyatakan, dan dengan perhitungan-
Nya itu, Dia membalas perbuatan manusia dengan
adil, karena perhitungan dan pembalasan itu
dilandasi dengan sifat Allah Yang Maha Pengasih
kepada hamba-hamba-Nya.
Kemudian Allah menegaskan bahwa dengan
karunia-Nya Dia mengampuni hamba-Nya dan
mengazabnya dengan adil serta memberi pahala
yang berlipat ganda kepada orang yang
mengerjakan amal saleh.
Akhirnya Allah menyatakan bahwa "Dia Mahakuasa atas segala
sesuatu". Dari ayat ini dipahami bahwa Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu, maka mintalah pertolongan kepada-Nya, agar dapat
melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menghentikan larangan-
Nya, mohonlah taufik dan hidayah-Nya.

Awal surah Al-Baqarah dimulai dengan menerangkan bahwa Al-Qur'an


tidak ada keraguan padanya dan juga menerangkan sikap manusia
terhadapnya, yaitu ada yang beriman, ada yang kafir, dan ada yang
munafik. Selanjutnya disebutkan hukum-hukum salat, zakat, puasa,
haji, pernikahan, jihad, riba, hukum perjanjian dan sebagainya. Ayat ini
merupakan ayat penutup surah Al-Baqarah yang menegaskan sifat
Nabi Muhammad saw, dan para pengikutnya terhadap Al-Qur'an itu.
Mereka mempercayainya menjadikannya sebagai pegangan hidup
untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ayat ini juga
menegaskan akan kebesaran dan kebenaran Nabi Muhammad, dan
orang-orang yang beriman, dan menegaskan bahwa hukum-hukum
yang tersebut itu adalah hukum-hukum yang benar.

Anda mungkin juga menyukai