Anda di halaman 1dari 7

Nama : Suriyanti

Nim : 1903329009

Kelas : Prosus

Al Quran memiliki keutamaan, kemuliaan, kedudukan yang tinggi, serta posisinya yang
agung, dan berinteraksi dengan Al Quran merupakan kenikmatan, kemulian, dan keindahan
tersendiri. Akan tetapi keindahan bersama Al Quran tidak akan didapatkan melainkan dengan
adab terhadap Al Quran. Adab artinya kesopanan, akhlak, dan sikap yang baik. Adab terhadap Al
Quran maksudnya adalah akhlak dan sikap yang baik terhadap Al Quran.

1. Pengertian Akhlak kepada Alquran ?


Adab artinya kesopanan, akhlak, dan sikap yang baik. Adab terhadap Al Quran
maksudnya adalah akhlak dan sikap yang baik terhadap Al Quran.
2. Mengapa harus berakhlak kepada Alquran ?
karena mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya adalah pondasi yang di
atasnya berdiri bangunan agama. Dengannyalah Syari’at dan hukum-hukum bisa
diketahui. Dengan cahayanyalah umat mendapatkan sinar penerang. Di atas jalannyalah
mereka melangkah. Dan di atas manhaj (metode)-nyalah mereka terdidik dan terbina.
3. Apa hikmah berakhlak kepada Alquran ?
Dengan kita berakhlak kepada Alquran (membaca, menghafalkan,
mengamalkannya maka Al-qur’an bisa menjadi syafaat di hari kiamat nanti. Dari Abu
Umamah Al-Bahili –RadhiyAllahu ‘anhu-, beliau mengatakan, Aku mendengar
Rasulullah –Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Bacalah Al-Qur’an. Sebab pada
hari kiamat ia akan datang sebagai pemberi syafaat bagi pengembannya.” (HR Muslim)
4. Adapun Adab atau Akhlak terhadap Al Quran adalah sebagai berikut :
a. Beriman kepada Al Quran.
Adab yang pertama kali dan paling mendasar adalah beriman terhadap Al Quran.
Iman ýsecara bahasa adalah pembenaran/membenarkan atau percaya, akan tetapi
hakekat makna iman bukan hanya sekedar itu. Pembahasan iman bukan hanya sekedar
percaya dan membenarkan suatu perkara. Iman merupakan keyakinan yang kuat dalam
mempercayai dan membenarkan suatu perkara sehingga membuahkan sikap, perkataan,
dan perbuatan. Oleh karena itu iman terhadap Al Quran bukan/tidak bisa hanya sekedar
lahirnya saja, karena iman bertolak dari hati yang paling dalam, dan dari sanalah
terpancar sikap perilaku lahiriyah yang menunjukan keadaan hatinya yang beriman
b. Membaca Al Quran.
Adab seorang muslim terhadap Al Quran adalah menjadikannya sebagai bacaan
dan tilawah pada setiap saat dan setiap harinya. Bersungguh-sungguh dan memberikan
perhatian dalam membaca Al Quran merupakan ciri khas seorang mukmin. Bahkan ia
akan menghiasi serta membasahi lidah dan ucapannya dengan kalamullah,
mengimaninya, dan berusaha untuk mengamalkannya. Rasulullah menjelaskan dalam
sabdanya :
“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan,
dan satu kebaikan tersebut (ditambah) sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan
Alif Lam Mim satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu
huruf. (HR. At Tirmidzi dalam Al Jami’ Ash Shahih dan Al Baihaqiy dalam Syu’abul
Iman).
c. Mempelajari dan mentadaburi Al Quran.
Walaupun membaca Al Quran merupakan ibadah, akan tetapi tujuan utama dari
Al Quran bukan hanya sekedar bacaan saja tanpa makna. Banyak orang yang salah
bersikap, dengan ia merasa cukup ketika sudah selesai belajar cara membaca Al Quran,
kemudian rajin membacanya, dan tanpa berusaha memahami maknanya, maksudnya,
dan tafsirnya.
d. Mengikuti dan melaksanakan Al Quran.
Termasuk adab seorang mukmin terhadap Al Quran adalah dengan menjadikan Al
Quran sebagai petunjuk kebenaran yang harus diikuti, ketetapan hukum yang harus
dilaksanakan. Allah berfirman :
“Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan, yang diberkahi, maka
ikutilah Dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” (QS. Al An’am : 155)
Bagaimana bisa semua kebaikan yang dia lakukan kepada sesama manusia tidak memiliki
arti dan tidak bermanfaat sama sekali baginya di hari kiamat kelak? Padahal Rasulullah
shallallahu‘alaihi wasallam bersabda: “Kebajikan itu keluhuran akhlak” (HR. Muslim).

1. Pengertian Akhlak kepada Nabi dan Rasul ?


Diantara perkara lain yang merupakan bentuk akhlak kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam yaitu mencintainya melebihi seluruh makhluk. Sebagaimana hadits
dari Anas Radhiyallahu’anhu, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Tidak akan sempurna keimanan seseorang sampai aku menjadi orang yang
lebih ia cintai dari anaknya, orang tuanya, dan semua manusa” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Pengertian akhlak seorang muslim terhadap rasul adalah tingkah laku atau
perbuatan yang dilakukan oleh seorang muslim untuk meneladani sifat-sifat Rasul dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari agar selalu mengamalkan akhlak terpuji
dalam kehidupannya.
2. Mengapa kita harus berakhlak kepada Nabi dan Rasul ?
Kita sebagai orang muslim diharuskan berakhlak kepada Rasulullah sebab dari
beliaulah kita dapat mendapatkan warisn yaitu Al-Quran dan As-Sunnah.Orang yang
berpegang teguh pada keduanya dipastikan tidak akan tersesat selamanya. Dalam sebuah
hadits, Rasulullah SAW bersabda yang menerangkan bahwa, kita sebagai umat muslim
diperintahkan untuk menghidupkan sunah-sunah yang telah beliau wariskan.
“Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian
diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-
orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR
Ibnu Majah).
3. Apa hikmah kita berakhlak kepada Nabi dan Rasul ?
Untuk itu salah satu tanda kesempurnaan akhlak seorang muslim terhadap Allah
Swt. adalah juga memelihara akhlak yang baik dengan Rasulullah saw. Seorang muslim
mesti mempelajari sirah Nabi,prinsip ajaran beliau,mengetahui sifat-sifat dan akhlak
beliau serta adab beliau dalam bertindak dan diam.[3]Jika kedua akhlak ini tersemat
dengan baik pada diri seseorang maka kepribadiannya akan sempurna, demikian juga
dengan keimanan, keyakinan, sertaketakwaannya akan tumbuh kuat.
4. Apa yang harus dilakukan setiap hari untuk membuktikan bahwa kita berakhlak kepada
Nabi dan Rasul ?
a. Mengikuti dan mentaati Rasulullah SAW

Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orang-
orang yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting dari akhlak
kepada Rasul, bahkan Allah SWT akan menempatkan orang yang mentaati Allah dan
Rasul ke dalam derajat yang tinggi dan mulia,

hal ini terdapat dalam firman Allah: Artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah
dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat
oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-orang yang benar, orang-orang yang mati syahid dan
orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya (QS 4:69).

Disamping itu, manakala kita telah mengikuti dan mentaati Rasul SAW Allah SWT
akan mencintai kita yang membuat kita begitu mudah mendapatkan ampunan dari Allah
manakala kita melakukan kesalahan,

Allah berfirman: Artinya: Katakanlah: “jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,


ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 3:31)

Manakala manusia telah menunjukkan akhlaknya yang mulia kepada Rasul dengan
mentaatinya, maka ketaatan itu berarti telah disamakan dengan ketaatan kepada Allah
Swt. Dengan demikian, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi seperti dua sisi
mata uang yang tidak boleh dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Allah berfirman: Artinya:
Barangsiapa mentaati rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang
berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara
bagi mereka (QS 4:80).

b. Mencintai dan memuliakan Rasulullah


Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada Rasul adalah
mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt. Penegasan bahwa urutan
kecintaan kepada Rasul setelah kecintaan kepada Allah disebutkan dalam
firman Allah Artinya: Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara,
isteri-isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih
kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS 9:24).
c. Mengucapkan sholawat dan salam kepada Rasulullah
Mengucapkan sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai tanda
ucapan terimakasih dan sukses dalam perjuangannya. Secara harfiyah, shalawat berasal
dari kata ash shalah yang berarti do’a, istighfar dan rahmah. Kalau Allah bershalawat
kepada Nabi, itu berarti Allah memberi ampunan dan rahmat kepada Nabi, Firman Allah
SWT,
Rasulullah SAW bersabda : Orang yang kikir ialah orang yang menyebut namaku
didekatnya, tetapinia tidak bersholawat kepadaku. (H.R Ahmad )
Artinya: Sesungguhnya orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat, ialah
orang yang paling banyak bersholawat kepadaku. (H.R Turmudzi).

d. Mencontoh akhlak Rasulullah.


Jika Rasulullah bersikap kasih saying, keras dalam mempertahankan prinsip, dan
seterusnya maka manusia juga harus demikian.
Allah berfirman, Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang
bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang
sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-
Nya.(QS al-Fath 29).

e. Melanjutkan Misi Rasulullah.


Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang
mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak
akan mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus
dengan kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada
dari Rasulullah Saw. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh sabda
Rasul Saw: “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani
Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka
hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.” (HR. Ahmad, Bukhari dan
Tirmidzi dari Ibnu Umar).Demikian beberapa hal yang harus kita tunjukkan agar kita
termasuk orang yang memiliki akhlak yang baik kepada Nabi Muhammad Saw.

f.     Menghormati Pewaris Rasul


Berupaya menjaga nama baiknya dari penghinaan dan cemoohan orang-orang yang
tidak suka padanya. Berakhlak baik kepada Rasul Saw juga berarti harus menghormati
para pewarisnya, yakni para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-
nilai Islam, yakni yang takut kepada Allah Swt dengan sebab ilmu yang dimilikinya.
Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS 35:28).
Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan oleh sabda Rasulullah Saw: “Dan
sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak mewariskan uang
dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmu kepada mereka, maka
barangsiapa yang telah mendapatkannya berarti telah mengambil bagian yang besar.”
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Karena ulama disebut pewaris Nabi,maka orang yang disebut ulama seharusnya tidak
hanya memahami tentang seluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap dan
kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti inilah yang
harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan agamanya
yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu bukanlah ulama
yang berarti tidak ada kewajiban kita untuk menghormatinya.

g. Menghidupkan Sunnah Rasul


Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi yang
beliau wariskan adalah Al-Qur’an dan sunnah, karena itu kaum muslimin yang berakhlak
baik kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah (hadits) agar
tidak sesat, beliau bersabda:”Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan
tersesat selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan
sunnahku” (HR. Hakim).Selain itu, Rasul Saw juga mengingatkan umatnya agar waspada
terhadap bid’ah dengan segala bahayanya, beliau bersabda: “Sesungguhnya, siapa yang
hidup sesudahku, akan terjadi banyak pertentangan. Oleh karena itu,kamu semua agar
berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah para penggantiku. Berpegang teguhlah
kepada petunjuk-petunjuk tersebut dan waspadalah kamu kepada sesuatu yang baru,
karena setiap yang baru itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan itu di
neraka.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim, Baihaki dan Tirmidzi).Dengan
demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat penting sehingga
begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.

Anda mungkin juga menyukai