Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AKHLAK KEPADA RASULULLAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Agama Islam 4
Dosen Pengampuh : Drs. H. Ali Ashari, M.Pd

Kelompok 2
Imam Ali Maksum Ghozali [21901073068]
Ronald [21901073088]
Nelis Kurniati [21901073073]
Imas Himah Janatul Ma`wa [22001073011]

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagai seorang muslim kita harus berakhlak kepada Rasulullah SAW, meskipun
beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya
membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah,
membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Pada dasarnya Rasulullah SAW adalah
manusia yang tidak berbeda dengan manusia pada umumnya. Namun, terkait dengan status
“Rasul” yang disandangkan Allah atas dirinya, maka terdapat pula ketentuan khusus dalam
bersikap terhadap utusan yang tidak bisa disamakan dengan sikap kita terhadap orang lain
pada umumny

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa kita wajib mencintai dan taat kepada ajaran Rasulullah Saw?
2. Bagaimana cara berakhlak kepada Rasulullah Saw ?
3. Bagaimana contoh kasus nyata implementasi akhlak terhadap Rasulullah ?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Agar kita tahu alasan mengapa kita wajib mencintai dan taat kepada ajaran yang
dibawakan Rasulullah Saw. Paham dan dapat mengimplementasikan cara berakhlak kepada
Rasulullah sebagai wujud rasa cinta dan ketaatan kita terhadap Rasulullah. Mengetahui
beberapa contoh kasus nyata implementasi akhlak terhadap Rasulullah sehingga kita dapat
mengambil pelajarannya.
.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Akhlak Kepada Rasulullah


Allah berfirman :
‫َلَقْد َج اَء ُك ْم َر ُسوٌل ِّم ْن ُأْنُفِس ُك ْم َع ِزيٌز َع َلْيِه َم اَع ِنُّتْم َح ِريٌص َع َلْيُك ْم ِبا ْلُم ْؤ ِمِنْي َن َر ُء ْو ٌف َّر ِح ْيٌم‬
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat rasa olehnya
penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang – orang yang beriman.” (Q.S. at-taubah :
128)
Iman kepada para nabi merupakan salah satu butir dalam rukun iman. Sebagai umat
islam, tentu kita wajib beriman kepada Rasulullah saw. beserta risalah yang dibawanya.
Untuk memupuk keimanan ini, kita perlu mengetahui dan mempelajari sejarah hidup beliau,
sehingga dari situ kita dapat memetik banyak pelajaran dan hikmah.
Rasulullah adalah penutup para nabi dan rasul, serta utusan Allah kepada seluruh umat
manusia. Beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, dan rasul yang tidak boleh
didustakan. Beliau adalah sebaik-baik makhluk, makhluk paling mulia dihadapan Allah,
derajatnya paling tinggi, dan kedudukannya paling dekat oleh Allah.
Beliau diutus kepada manusia dan jin dengan membawa kebenaran dan petunjuk, yang
diutus oleh Allah sebagi rahmat bagi alam semesta.
Sebagaimana firman Allah :
‫َو َم آ َأْر َس ْلَنَك ِأَّال َر ْح َم ًة ِّلْلَع َلِم ْيَن‬
“Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmad bagi
seluruh alam” (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 107).
Allah menurunkan kitab-Nya kepadanya mengamanahkan kepadanya atas agama-Nya,
dan menugaskannya untuk menyampaikan risalah-Nya. Allah telah melindunginya dari
kesalahan dalam menyampaikan risalah itu. Allah ta’ala mendukung nabi-Nya dengan
mukzizat-mukzizat yang nyata dan ayat-ayat yang jelas, memperbanyak makan untuk beliau,
memperbanyak air. Dan beliau mengabarkan sebagian perkara ghaib.

B. Kewajiban Mencintai Rasulullah


Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman, semua orang islam
mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Makna mengimani ajaran
Rasulullah Saw adalah menjalankan ajarannya, menaati perintahnya dan berhukum dengan
ketetapannya.
Ahlus sunah mencintai Rasulullah Saw dan mengagungkannya sebagaimana para
sahabat beliau mencintai beliau lebih dari mecintai mereka kepada diri mereka sendiri dan
keluarga mereka, sebagaimana sabda Rasulullah :
‫اليؤمن أحدكم حّتى اكون أحّب اليه من نفسه وواِلده ووَلده والّناس أجمعين‬.
Artinya: Tidak beriman salah seorang diantaramu, sehingga aku lebih dicintai olehnya
daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya. (H.R. Bukhari
Muslim).
Allah swt berfirman:
‫ُقْل ِإْن ُكْنُتْم ُتِح ُّبْو َن َهللا َفاَّتِبُعْو ِنى ُيْح ِبْبُك ُم ُهللا َو َيْغ ِفْر َلُك ْم ُذ ُنْو َبُك ْم َو ُهللا َغ ُفْو ٌر َّر ِح ْيٌم‬
Katakanlah (Muhammad): “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (QS 3:31).

C. Taat
Kita wajib menaati nabi Muhammad Saw dengan menjalankan apa yang
diperintahkannya dan meninggalkan apa yang dilarangnya. Hal ini merupakan konsekuensi
dari syahadat (kesaksian) bahwa beliau adalah rasul (utusan Allah). Dalam banyak ayat al-
Qur’an, Allah memerintahkan kita untuk menaati nabi Muhammad Saw. diantaranya ada
yang diiringi dengan perintah taat kepada Allah sebagaimana firman-Nya :
‫…َيـأُّيَها ْاَلِذ ْيَن َء اَم ُنوْا َأِط ْيُعوْا ُهَّللا َو َأِط ْيُعوْا الَّرُسوُل‬
“Wahai orang-orang yang beriman ‘taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad)’…..” (Q.S. Annisa : 59).
Allah SWT menyeru hamba-hamba-Nya yang beriman dengan seruan “Hai orang-orang
yg beriman” sebagai suatu pemuliaan bagi mereka karena merekalah yg siap menerima
perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Dengan seruan iman merekapun menjadi
semakin siap menyambut tiap seruan Allah SWT. Kewajiban taat kepada Allah dan kepada
Rasul-Nya adalah dengan melaksanakan perintah-perintah -Nya serta larangan-larangan -
Nya.
Jika seseorang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir ia akan taat kepada
Allah dan Rasul-Nya karena ia mengimani benar bahwa Allah SWT sesungguhnya Maha
Mengetahui segala sesuatu baik yang nampak maupun yang tersembunyi
Terkadang pula Allah mengancam orang yang mendurhakai Rasulullah, sebagaimana
firman-Nya :
… ‫َأْن ُتِص ْيَبُهْم ِفْتَنٌة َأْو ُيِص يَبُهْم َع َذ اٌب َأِلْيٌم‬،‫َفْلَيْح َذ ِر اَّلِذ ْيَن ُيَخ اِلُفْو َن َع ْن َأْم ِر ِه‬
“… Maka hendaklah orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan
atau ditimpa azab yang pedih.” (Q.S. An-Nur : 63).

Artinya hendaknya mereka takut jika hatinya ditimpa fitnah kekufuran, nifaq, bid’ah,
atau siksa pedih didunia. Allah telah menjadikan ketaatan dan mengikuti Rasulullah sebagai
sebab hamba mendapatkan kecintaan Allah dan ampunan atas dosa-dosanya, sebagai
petunjuk dan mendurhakainya sebagai suatu kesesatan.
Kunci kemuliaan seorang mukmin terletak pada ketaatannya kepada Allah dan rasul-
Nya, karena itu para sahabat ingin menjaga citra kemuliaannya dengan mencontohkan kepada
kita ketaatan yang luar biasa kepada apa yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan
kepada Rasul sama kedudukannya dengan taat kepada Allah, karena itu bila manusia tidak
mau taat kepada Allah dan Rasul- Nya, maka Rasulullah tidak akan pernah memberikan
jaminan pemeliharaan dari azab dan siksa Allah swt, di dalam Al-Qur’an, Allah swt
berfirman:
‫َم ْن ُّيِط ِع الَّرُسْو َل َفَقْد َأَطاَع َهللا َو َم ْن َتَو َّلى َفَم ا َأْر َس ْلَناَك َع َلْيِهْم َح ِفْيًظا‬
“Barang siapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia mentaati Allah.
Dan barangsiapa yang berpaling, maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara
bagi mereka (QS 4:80).
Manakala seorang muslim telah mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan
memperoleh kenikmatan sebagaimana yang telah diberikan kepada para Nabi, orang yang
jujur, orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh, bahkan mereka adalah sebaik-baik
teman yang harus kita miliki.
Oleh karena itu, ketaatan kepada Rasulullah saw juga menjadi salah satu kunci untuk
bisa masuk ke dalam surga. Adapun orang yang tidak mau mengikuti Rasul dengan apa yang
dibawanya, yakni ajaran Islam dianggap sebagai orang yang tidak beriman.

D. Menghidupkan Sunnah
Bagi seorang muslim, mengikuti sunah atau tidak bukan merupakan suatu pilihan,
tetapi kewajiban. Sebab, mengenalkan ajaran Islam sesuai denagn ketentuan Allah dan Rasul-
Nya adalah kewajiban yang harus diaati. Mengenai kewajiban mengikuti Nabi dan menaati
sunnahnya serta mengikuti petunjuknya, Allah berfirman :
‫َو اَّتُقوْا َهَّللا ِإَّن َهَّللا َش ِد ْيُد الِع َقاِب َو َم آَء اَئـىُك ُم الَّرُسُل َفُخ ُذ وُه‬،‫… َو َم ا َنَهُك ْم َع ْنُه َفْاَنَتهثْو ْا‬
“… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukum-
Nya.” (Q.S. al-Hasyr : 7).
Secara umum bid’ah adaah sesat karena berada diluar perintah Allah Swt dan Rasul-
Nya, akan tetapi banyak hal yang membuktikan, bahwa Nabi membenarkan banyak persoalan
yang sebelumnya belum pernah beliau lakukan. Kemudian dapat disimpulkan bahwa semua
bentuk amalan, baik itu dijalankan atau tidak pada masa Rasulullah, selama tiak melanggar
syari’at dan mempunyai tujuan , niat mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan ridho-
Nya, serta untuk mengingat Allah serta Rasul-Nya adalah sebagian dari agama dan itu
dperbolehkan dan diterima.
Sebagaimana nabi bersabda :
“Sesungguhnya segala perbuatan tergantung pada niat dan setaiap manusia akan mendapat
sekedar paa yang diniatkan, siapa yang hijrahnya (tujuannya) itu adalah karena Alah dan
Rasul-Nya, hijrahnya (tujuan) itu adalah berhasil.” (H.R. Bukhari)
Banyak sekali orang yang memfonis bid’ah dengan berdalil pada sabda Rasulullah :
“setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”.
Juga hadis Rasulullah :
“barang siapa yang didalam agama kami mengadakan sesuatu yang tidak dari agama ia
ditolak”.
Mereka tidak memperhatikan terlebih dahulu apakah yang baru diakukan itu membawa
kebaikan dan yang dikehendaki oleh agama atau tidak. Jika ilmu agama sedangkal itu orang
tidak perlu bersusah payah memperoleh kebaikan.
Ditambah lagi tuduhan golongan orang ingkar mengenai suatu amalan adalah kata-kata
sebagai berikut : Rasulullah tidak pernah memerintah dan mencontohkannya. Begitu pula
para sahabat tidak ada satupun diatara mereka yang mengerjakannya. Dan jikalau perbuatan
itu baik kenapa tidak dilakukan oleh Rasulullah, jika mereka tidak melakukan kenapa harus
kita yang melakukannya. Bahkan dengan hal itu mereka menyebutkan bahwa hal baru seperti
tahlilan atau berzikir bersama adalah bid’ah, dan itu adalah sesat.
Dimana harus kita fahami macam-macam sunnah, antara lain adalah :
a. Sunnah Qauliyyah : sunnah dimana Rasulullah saw sendiri menganjurkan atau menyarankan
suatu amalan, tapi tidak ditemukan bahwa rasulullah tidak pernah mengerjakannya secara
langsung. Jadi sunnah ini adalah sunnah Rasulullah yang dalilnya sampai kepada kita bukan
dengan cara dicontohkan, melainkan hanya diucapkan saja oleh beliau. Contohnya adalah
hadis Rasulullah yang menganjurkan orang untuk belajar berenang, tetapi kita belum pernah
mendengar Rasulullah atau para sahabat belajar berenang.
b. Sunnah Fi’liyah : Sunah yang ada dalilnya dan pernah dilakukan langsung oleh Rasulullah.
Misalkan sunnah puasa senin kamis, makan dengan tangan kanan, dan lain-lain.
c. Sunnah Taqriyyah : Sunah dimana Rasulullah tidak pernah melakukan secara langsung dan
tidak pula pernah memerintahkannya. Melainkan hanya mendiamkannya saja. Contohnya
adalah beberapa amalan para sahabat yang saat dilakukan Rasulullah mendiamkannya saja.

Begitu juga dengan amalan ibadah yang belum pernah dilakukan nabi dan para sahabat
juga tidak pernah disampaikan dan tidak pula didiamkan oleh beliau, yaitu yang dilakukan
oleh para ulama. Misalkan mengadakan majlis maulidin Nabi Saw dan yasinan. Tidak lain
para ulama yang melakukan ini adalah mengambil dalil-dalil dari kitabullah yang
menganjurkan agar manusia selalu berbuat kebaikan atau dalil tentang pahala bacaan dan
amal ibadah. Dan berbuat kebaikan ini banyak caranya asalkan tidak bertentangan dengan
Islam.
Mari kita rujuk ayat al-qur’an berikut :
‫َو اَّتُقوْا َهَّللا ِإَّن َهَّللا َش ِد ْيُد الِع َقاِب‬،‫… َو َم آَء اَئـىُك ُم الَّرُسُل َفُخ ُذ وُه َو َم ا َنَهُك ْم َع ْنُه َفْاَنَتهثْو ْا‬
“… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah.dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukum-
Nya.” (Q.S. al-Hasyr : 7).
Dalam ayat ini jelas bahwa perintah untuk tidak melakukan segala sesuatu jika telah
tegas dan jelas larangannya.
Dan dalam hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh bukhari :
“Jika aku menyuruhmu melakukan sesuatu, maka lakukanlah semampumu dan jika aku
melarangmu melakukan sesuatu, maka jauhilah.”.
Maka para ulama mengambil kesimpulan bahwa bid’ah yang dianggap sesat adalah
menghalalkan sebagian dari agama yang tidak diizinkan oleh Allah. Serta bertentangan
dengan yang telah disyari’atkan oleh Islam. Contoh bid’ah sesat yang mudah adalah sengaja
shalat tidak menhadap kiblat, mengerjakan shalat dengan satu sujud, atau yang lebih banyak
terjadi adalah bagi masyarakat keraton yaitu mendo’akan orang yang telah meninggal dengan
sesaji serta memohon kepada Allah dan berdzikir menggunakan sesaji. Itulah yang dianggap
sesat karna sesaji tidak ada dalam Islam dan itu menyimpang dari syari’at Islam.

Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat penting
sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.
Contoh-contoh sunnah Rasulullah adalah :
a. Istighfar setiap waktu
b. Menjaga wudhu
c. Bersedekah
d. Shalat dhuha
e. Puasa Muharram dan shalat tahajud :
Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata : “ Rasulullah Saw bersabda :
‫َأْفَض ُل الِّص َياِم َبْع َد َر َم َض اَن َش ْهُر ِهَّللا الُمَح َّر ُم َو َأَض ُل الَّص َال ِة َبْعَدالَفِرْيَض ة َص َالُة الَّلْيِل‬
“Seutama-utama puasa sesudah Ramadhan adalah puasa dibulan Muharram dan seutama-
utama shalat sesudah shalat fardu ialah shalat malam.” ( H.R. Muslim no.1163).

E. Membaca Shalawat Dan Salam


Diantara hak Nabi Saw yang disyariatkan Allah atas umatnya adalah agar mereka
mengucapkan shalawat dan salam untuk beliau. Allah Swt dan para malaikat-Nya telah
bershalawat kepada beliau dan Allah memerintahkan kepada para hamba-Nya agar
mengucapkan shalawat dan taslim kepada beliau.
Allah berfirman :
‫ يـآُّيهَا اَّلِذ ْيَن َء اَم ُنوْاَص ُّلوْاَع َلْيِه َو َس ِّلُم وْاَتْس ِلْيًم ا‬, ‫ ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّنِبِّي‬,‫ِإَّن َهَّللا َو َم لِئَك َتُه‬
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Saw. ‘Wahai orang-
orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh
penghormatan kepadanya.’” (Q.S. Al-Ahzab : 56).

Al-Mubarrad berpendapat bahwa akar kata bershalawat berarti memohonkan rahmat


dengan demikian shalawat berarti rahmad dari Allah sedang shalawat malaikat berarti
pengagungan dan permohonan rahmad Allah untuknya.
Jika bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw hendaklah seseorang menghimpunnya
dengan salam untuk beliau. Karena itu, hendaklah tidak membatasi dengan salah satunya
saja. Misalnya dengan mengucapkan “Shallallaahu ‘alaih (semoga shalawat dilimpahkan
untuknya).” Atau hanya mengucapkan ‘alaihissalam (semoga dilimpahkan untuknya
keselamatan)”. Jadi digabung : “washshalaatu wassalaamu ‘ala Rasulillah, atau Allahumma
shalli wa sallim ‘ala Nabiyyina Muhammad, atau shallallahu ‘alaihi wa sallam.”. hal itu
karena Allah memerintahkan untuk mengucapkan keduanya.
Mengucapkan shalawat untuk Nabi Saw, diperintakan oleh syari’at pada waktu-waktu
yang dipentingkan, baik yang hukumnya wajib dan sunnah muakaddah. Diantara waktu itu
adalah ketika shalat diakhir tassyahud, diakhir qunud, saat khutbah seperti khutbah jum’at
dan khutbah hari raya, setelah menjawab mu’adzin, ketika berdo’a, ketika masuk dan keluar
masjid, juga ketika menyebut nama beliau.
Rasulullah Saw telah mengajarkan kepada kaum muslimin tentang tata cara
mengucapkan shalawat. Rasulullah menyarankan agar memperbanyak shalawat kepadanya
pada hari jum’at, sebangaimana sabdanya :
‫ َفَم ْن َص ّلى َع َلَّي َص َالًة َص َّلى ِهَّللا َع ْش ًرا‬،‫َأْك ِثْيُر الَّصَالَة َع َلَّي َيْو َم اْلُج ُمَعِة‬
“Perbanyaklah kalian membaca shalawat untukku pada hari dan malam jum’at, barang
siapa yang bershalawat untukku sekali, niscaya Allah bershalawat untuknya 10 kali.”
Kemudian ibnul qayyim menyebutkan beberapa manfaat dari membaca shalawat
kepada Nabi, diantaranya adalah :

a. Shalawat merupakan bentuk ketaatan kepada perintah Allah.


b. Mendapatkan 10 kali shalawat dari Allah bai yang bershalawat sekali untuk beliau.
c. Diharapkan dikabulkannya do’a apabila didahului dengan shalawat.
d. Shalawat merupakan sebab mendapatkan syafaat dari Nabi, diiringi permohonan kepada
Allah agar memberikan wasilah (kedudukan yang tinggi) kepada beliau pada hari kiamat.
e. Sebab diampuninya dosa-dosa.
f. Shalawat adalah sebab sehingga nabi menjawab orang yang mengucapkan shalawt dan salam
kepadanya.

F. Mencintai Keluarga Nabi


Mengikuti kerabat rasulullah Saw yang mulia dan berlepas diri dari musuh mereka,
adalah masalah penting yang telah diwajibkan oleh islam dan telah dianggapnya sebagai
bagian dari cabang agama. Rasulullah menggambarkan ahlil baitnya sebagai suatu benda
yang berat dan berharga, sebanding dengan al-qur’an dan benda berharga lainnya.
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai manusia sesungguhnya aku tinggalkan dua perkara
yang besar untuk kalian, yang pertama adalah Kitabullah(Al-Quran) dan yang kedua adalah
Ithrati(Keturunan) Ahlul baitku. Barang siapa yang berpegang teguh kepada keduanya,
maka tidak akan tersesat selamanya hingga bertemu denganku ditelaga al-Haudh.” (HR.
Muslim dalam Kitabnya Sahih juz.2, Tirmidzi).
Nabi Saw bersabda :
“Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak mewariskan
uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmu kepada mereka, maka
barangsiapa yang telah mendapatkannya, berarti telah mengambil bagian yang besar”. (HR.
Abu daud dan Tirmidzi).
Karena ulama disebut sebagai pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama
seharusnya tidak hanya memahami tentang beluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki
sikap dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti
inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan
agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu bukanlah
ulama yang sesungguhnya dan berarti tidak ada kewajiban bagi kita untuk menghormatinya.
Rasulullah menyebut keluarga sucinya sebagai jalan kebebasan, pintu keselamatan, dan
cahaya petunjuk. Rasulullah juga mewajibkan kita untuk mencintai dan menaati mereka.
Dari abi dzarr ia berkata, ‘saya mendengar Rasulullah Saw bersabda’: “Jadikanlah
ahlul baitku bagimu tidak ubahnya seperti kepala bagi tubuh dan tidak ubahnya dua mata
bagi kepala. Karena sesungguhnya tubuh tidak akan memperoleh petunjuk kecuali dengan
kepala, dan begitu juga kepala tidak akan memperoleh petunjuk kecuali dengan kedua
mata.”.
Kecintaan kepada kerabat Rasulullah Saw yang di istilahkan sebagai ahlul bait
manfaatnya kembali kepada orang yang melakukannya. Rasulullah mengatakan bahwa
kecintaan ini merupakan upah dari Allah Swt atas risalah yang disampaikannya. Sebagaimana
firman Allah, “katakanlah, Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah apapun atas
seruanku, kecintaan kepada keluargaku” (Q.S. Asy-syura : 23).
Kecintaan yang disebutkan disini bukanlah kecintaan biasa, melainkan kecintaan yang
mendorong manusia kepada maqam kedekatan ilahi, dan mampu memasuki pintu
kebahagiaan abadi.

G. Berziarah Ke Makam Rasulullah


Berkunjung kemakam Rasulullah merupakan amalan sunnah, yakni amalan yang sangat
mulia dan sangat dianjurkan. Ibn Umar mengatakan bahwa Nabi Muhammad bersabda yang
arinya : “Barang siapa berziarah kemakamku, maka ia dijamin akan mendapat syafaatku.”.
Saat melaksanakan haji merupakan kesempatan emas bagi umat Islam untuk
melaksanakan ibadah sebanyak-banyaknya. Beribadah di Haramain (Makkah dan Madinah)
mempunyai keutaman yang lebih dari tempat-tempat lainnya. Maka para jamaah haji
menyempatkan diri berziarah ke makah Rasulullah SAW.Berziarah ke makam Rasulullah
SAW adalah sunnah hukumnya.
Dari Ibn ‘Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang
melaksanakan ibadah haji, lalu berziarah ke makamku setelah aku meninggal dunia, maka ia
seperti orang yang berziarah kepadaku ketika aku masih hidup.” (HR Darul Quthni)
Atas dasar ini, pengarang kitab I’anatut Thalibin menyatakan: ”Berziarah ke makam
Nabi Muhammad merupakan salah satu qurbah (ibadah) yang paling mulia, karena itu,
sudah selayaknya untuk diperhatikan oleh seluruh umat Islam”.
Dan hendaklah waspada, jangan sampai tidak berziarah padahal dia telah diberi
kemampuan oleh Allah SWT, lebih-Iebih bagi mereka yang telah melaksanakan ibadah haji.
Karena hak Nabi Muhammad SAW yang harus diberikan oleh umatnya sangat besar.
Bahkan jika salah seorang di antara mereka datang dengan kepala dijadikan kaki dari
ujung bumi yang terjauh hanya untuk berziarah ke Rasullullah SAW maka itu tidak akan
cukup untuk memenuhi hak yang harus diterima oleh Nabi SAW dari umatnya.
Mudah-mudahan Allah SWT membalas kebaikan Rasullullah SAW kepada kaum
muslimin dengan sebaik-baik balasan.
Lalu, bagaimana dengan kekhawatiran Rasulullah SAW yang melarang umat Islam
menjadikan makam beliau sebagai tempat berpesta, atau sebagai berhala yang disembah..
Yakni dalam hadits Rasulullah SAW:
“Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu jadikan
kuburanku sebagai tempat perayaan, dan janganlah kamu jadikan rumahmu sebagai
kuburan. Maka bacalah shalawat kepadaku. Karena shalawat yang kamu baca akan sampai
kepadaku di mana saja kamu berada.” (Musnad Ahmad bin Hanbal: 8449).
Menjawab kekhawatiran Nabi SAW ini, Sayyid Muhammad bin Alawi Maliki al-
Hasani menukil dari beberapa ulama, lalu berkomentar : “Sebagian ulama ada yang
memahami bahwa yang dimaksud (oleh hadits itu adalah) larangan untuk berbuat tidak
sopan ketika berziarah ke makam Rasulullah SAW yakni dengan memainkan alat musik atau
permainan lainnya, sebagaimana yang biasa dilakukan ketika ada perayaan. (Yang
seharusnya dilakukan adalah) umat Islam berziarah ke makam Rasul hanya untuk
menyampaikan salam kepada Rasul, berdoa di sisinya, mengharap berkah melihat makam
Rasul, mendoakan serta menjawab salam Rasulullah SAW.
Maka, berziarah ke makam Rasulullah SAW tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Bahkan sangat dianjurkan karena akan mengingatkan kita akan jasa dan perjuangan Nabi
Muhammad SAW, sekaligus menjadi salah satu bukti mengguratnya kecintaan kita kepada
beliau.

H. Contoh Kasus Nyata Implementasi Akhlak Terhadap Rasulullah


Seiring berkembangya di dunia hiburan terutama dibidang musik, banyak bermunculan
entertainer-entertainer baru yang turut meramaikan dunia permusikan di Indonesia. Namun
ada beberapa orang yang sudah lama bergelut di dunia hiburan, justru meninggalkan hingar
bingar gemerlapnya dunia untuk lebih serius mengabdi kepada Allah dan taat kepada
Rasulnya.
Di dunia hiburan, yang notabene kehidupan orang-orang di dalamnya menghambur-
hamburkan uang, gaya hidup yang hedonis. Lain halnya yang dilakukan oleh Sakti,
personel/gitaris dari band Sheila On Seven. Dia meninggalkan bandnya untuk lebih serius
menjadi muslim yang sebenarnya. Namun dia tidak serta merta meninggalkan dunia musik
yang digemarinya. Hanya saja dia lebih sering membawakan lagu-lagu religi. Sama halnya
dengan Teguh personel/vokalis Vagetoz dan masih banyak lagi orang-orang yang lebih
memprioritaskan kepentingan akhiratnya kelak.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kita wajib mencintai dan mentaati apa yang diajarkan Rasulullah sebagai wujud
kecintaan dan pengabdian kita sebagai hamba Allah Swt. Apabila kita benar-benar mencintai
Allah sudah semestinya kita juga mencintai Rasulullah, karena beliau merupakan kekasih
beserta utusan Allah untuk dijadikan uswatun khasanah bagi setiap ummatnya. Bentuk kita
mencintai dan mentaati Rasulullah dengan cara, mengikuti dan mengerjakan hal-hal yang
diajarkan Rasulllah, menghidupkan sunnah-sunnahnya, membaca shalawat serta salam yang
ditujukan kepada beliau, mencintai keluarga dan sahabat-sahabat Nabi, serta berziarah ke
makam Rasulullah.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini maupun dalam penyajiannya kami selaku manusia
biasa menyadari adanya beberapa kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
maupun saran bagi kami yang bersifat membantu agar kami tidak melakukan kesalahan yang
sama dalam penyusunan makalah yang selanjutnya dan semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Elmubarok, Zaim dkk. (2013). Islam Rahmatan Lil’alamin. Semarang : UNNES Press.

Usamah, Abu Masykur. cetakan pertama (Juni 2006/Februari 2007). Aku Cinta Rosul shallallahu
‘alaihi wa sallam. Penerbit: Darul Ilmi, Yogyakarta.

Yulie, Indah. (2015). Akhlak Kepada Rasulullah. Online].


Tersedia: http://bk14071.blogspot.co.id/2015/07/akhlak-kepada-rasulullah.html [diakses Juli
2015].

Anda mungkin juga menyukai