Anda di halaman 1dari 12

AKHLAK KEPADA RASULULLAH SAW

Dosen Pengampu : Drs. Amir Ghufron, M.Ag.

Disusun Oleh :

1. M Shodiqul Wafa ( 221310004877 )


2. Kamilatun NIswah ( 221310004928 )
3. Ighfirli Zidnal Farich ( 221310004872 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNISNU JEPARA

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur sebelumnya penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “AKHLAK KEPADA RASULULLAH” ini dengan tepat waktu. Sholawat beserta
salam tak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang syafa’atnya kita
nanti – nantikan di yaumul kiamah nanti.

Penulis menyadari dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan
dan kesalahan, baik dalam penulisan maupun penyajian materi. Untuk itu kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan dalam penyusunan
dan penulisan makalah ini kedepannya.

Jepara, 27 Oktober 2022

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………..1

A. Latar Belakang …………………………………………………………………1


B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………….2

A. Akhlak Kepada Rasulullah ……………………………………………………...2


B. Kewajiban Kepada Rasul ………………………………………………………..3

1. Taat ………………………………………………………………………………3
2. Menghidupkan Sunnah …………………………………………………………..4
3. Membaca Sholawat dan Salam …………………………………………………..5
4. Mencintai Keluarga Nabi ………………………………………………………...6
5. Berziarah ke Makam Rasulullah …………………………………………………7

BAB III PENUTUP

Kesimpilan ……………………………………………………………………………….8

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………9


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai seorang muslim kita harus berakhlak kepada Rasulullah SAW, meskipun beliau sudah
wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus
berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah, membuat kita harus
berakhlak baik kepada-Nya. Pada dasarnya Rasulullah SAW adalah manusia yang tidak berbeda
dengan manusia pada umumnya. Namun, terkait dengan status “Rasul” yang disandangkan Allah
atas dirinya, maka terdapat pula ketentuan khusus dalam bersikap terhadap utusan yang tidak
bisa disamakan dengan sikap kita terhadap orang lain pada umumnya.

B. Rumusan Masalah

1. Mengapa kita wajib mencintai dan taat kepada Rasulullah Saw ?,


2. Bagaimana cara berakhlak kepada Rasulullah Saw ?
3. Sebutkan contoh – contoh sunnah rasulullah ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Akhlak Kepada Rasulullah”

Allah berfirman :

ٌ ْ‫َزي ٌز َعلَ ْي ِه َما َعنِتُّ ْم َح ِريصٌ َعلَ ْي ُك ْم بِا ُ ْل ُمْؤ ِمنِ ْينَ َر ُء و‬ ‫ُأ‬
‫َّح ْي ٌم‬
ِ ‫فر‬ ِ ‫لَقَ ْد َجا َء ُك ْم َرسُو ٌل ِّم ْن ْنفُ ِس ُك ْم ع‬

“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat rasa olehnya
penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,
penyantun dan penyayang terhadap orang – orang yang beriman.” (Q.S. at-taubah : 128)

Iman kepada para nabi merupakan salah satu butir dalam rukun iman. Sebagai umat islam, tentu
kita wajib beriman kepada Rasulullah saw. beserta risalah yang dibawanya. Untuk memupuk
keimanan ini, kita perlu mengetahui dan mempelajari sejarah hidup beliau, sehingga dari situ kita
dapat memetik banyak pelajaran dan hikmah.

Ditinjau dari silsilah keturunannya, nama lengkap Rasulullah adalah Abu Qasim Muhammad bin
‘abdillah bin ‘abdil Muthathalib bin Khasyim bin Abdi Manaf bin Qushayy bin Khilab bin
Murrah bin Ka’ bin Lu-ayy bin Ghalib bin fihhr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin
Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas binMudhar bin Nizar bin Ma’add bin ‘adnan, dan Adnan
adalah salah satu keturunan Nabi Allah Isma’il bin Ibrahim al-Khalil.

Beliau adalah penutup para nabi dan rasul, serta utusan Allah kepada seluruh umat manusia.
Beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, dan rasul yang tidak boleh didustakan. Beliau
adalah sebaik-baik makhluk, makhluk paling mulia dihadapan Allah, derajatnya paling tinggi,
dan kedudukannya paling dekat oleh Allah.

Beliau diutus kepada manusia dan jin dengan membawa kebenaran dan petunjuk, yang diutus
oleh Allah sebagi rahmad bagi alam semesta.1

Sebagaimana firman Allah :

َ‫ك ِأالَّ َرحْ َمةً لِّ ْل َعلَ ِم ْين‬


َ َ‫“و َمآ َأرْ َس ْلن‬
َ

1
Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Pusttaka Imam asy-syafi’i, Bogor, 2013,
hlm. 245.
Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmad bagi seluruh
alam” (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 107).2

Allah menurunkan kitab-Nya kepadanya mengamanahkan kepadanya atas agama-Nya, dan


menugaskannya untuk menyampaikan risalah-Nya. Allah telah melindunginya dari kesalahan
dalam menyampaikan risalah itu. Allah ta’ala mendukung nabi-Nya dengan mukzizat-mukzizat
yang nyata dan ayat-ayat yang jelas, memperbanyak makan untuk beliau, memperbanyak air.
Dan beliau mengabarkan sebagian perkara ghaib.

B. KEWAJIBAN MENCINTAI RASULULLAH

Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman, semua orang islam mengimani bahwa
Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Makna mengimani ajaran Rasulullah Saw adalah
menjalankan ajarannya, menaati perintahnya dan berhukum dengan ketetapannya.

1. Taat

kita wajib menaati nabi Muhammad Saw dengan menjalankan apa yang diperintahkannya
dan meninggalkan apa yang dilarangnya. Hal ini merupakan konsekuensi dari syahadat
(kesaksian) bahwa beliau adalah rasul (utusan Allah). Dalam banyak ayat al-Qur’an, Allah
memerintahkan kita untuk menaati nabi Muhammad Saw. diantaranya ada yang diiringi
dengan perintah taat kepada Allah sebagaimana firman-Nya :

‫… َيـأ ُّي َها ْالَ ِذي َْن َءا َم ُنو ْا َأطِ ْيعُو ْا هَّللا ُ َوَأطِ ْيعُو ْا الرَّ سُو ُل‬..

“Wahai orang-orang yang beriman ‘taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad)’…..”
(Q.S. Annisa : 59).

Kaum muslimin harus taat kepada Ulil Amri apabila dalam memerintah mereka menyeru
kepada yg ma’ruf dan mencegah yg munkar. Akan tetapi jika mereka menyuruh kepada
hal-hal yg dapat melalaikan kewajiban untuk taat kepada Allah SWT atau bahkan
menyuruh perbuatan yang melanggar aturan Allah SWT maka tiap kita kaum muslimin
tidak boleh menaatinya.
Jika terjadi perbedaan pendapat di antara kaum muslimin atau antara mereka dengan Ulil
Amri atau sesama Ulil Amri maka wajib baginya mengembalikan persoalan itu kepada

2
Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Pusttaka Imam asy-syafi’i, Bogor, 2013,
hlm. 246.
Allah SWT dan Rasul-Nya yaitu dengan merujuk kepada kitabullah dan sunnah Rasul-
Nya.3

Jika benar-benar beriman seseorang hanya akan kembali kepada kitabullah dan unnah Rasul-
Nya dalam menyelesaikan segala perkara dan tidak akan berhukum kepada selain keduanya.
Jika tidak maka iman seseorang dapat diragukan dari ketulusannya.

2. MENGHIDUPKAN SUNNAH

Bagi seorang muslim, mengikuti sunah atau tidak bukan merupakan suatu pilihan, tetapi
kewajiban. Sebab, mengenalkan ajaran Islam sesuai denagn ketentuan Allah dan Rasul-Nya
adalah kewajiban yang harus diaati. Mengenai kewajiban mengikuti Nabi dan menaati
sunnahnya serta mengikuti petunjuknya, Allah berfirman :

ِ ‫العقَا‬
…‫ب‬ ْ ُ‫ َواتَّق‬،‫َو َمآ َءاَئـى ُك ُم ال َّر ُس ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَ ُك ْم َع ْنهُ فَاْنَتَهثوْ ْا‬
ِ ‫وا هَّللا َ ِإ َّن هَّللا َ َش ِد ْي ُ{د‬

“… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah.dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukum-Nya.”
(Q.S. al-Hasyr : 7).4

Dimana harus kita fahami macam-macam sunnah, antara lain adalah :

 Sunnah Qauliyyah : sunnah dimana Rasulullah saw sendiri menganjurkan atau


menyarankan suatu amalan, tapi tidak ditemukan bahwa rasulullah tidak pernah
mengerjakannya secara langsung. Jadi sunnah ini adalah sunnah rasulullah yang dalilnya
sampai kepada kita bukan dengan cara dicontohkan, melainkan hanya diucapkan saja
oleh beliau. Contohnya adalah hadis rasulullah yang menganjurkan orang untuk belajar
berenang, tetapi kita belum pernah mendengar rasulullah atau para sahabat belajar
berenang.
 Sunnah Fi’liyah : sunah yan ada dalilnya dan pernah dilakukan langsung oleh Rasulullah.
Misalkan sunnah puasa senin kamis, makan dengan tangan kanan, dan lain-lain.
3
Putra, Semarang, Akhlak kepada Rasul. http://www.eramuslim.com/syariah/tsaqofah-islam/drs-h-ahmad-yani-
ketua-lppd-khairu-ummah-akhlak-kepada-rasul. Tgl. 30 . 10 . 2014.
4
M.alaika Salamullah, Akhlak Hubungan Vertikal, Pustaka Insan Madani, Yogyakarta, 2008. hlm. 51-52.
 sunnahTaqriyyah : sunah dimana Rasulullah tidak pernah melakukan secara langsung dan
tidak pula pernah memerintahkannya. Melainkan hanya mendiamkannya saja. Contohnya
adalah beberapa amalan para sahabat yang saat dilakukan rasulullah mendiamkannya
saja.5
 Begitu juga dengan amalan ibadah yang belum pernah dilakukan nabi dan para sahabat
juga tidak pernah disampaikan dan tidak pula didiamkan oleh beliau, yaitu yang
dilakukan oleh para ulama. Misalkan mengadakan majlis maulidin Nabi Saw dan
yasinan. Tidak lain para ulama yang melakukan ini adalah mengambil dalil-dalil dari
kitabullah yang menganjurkan agar manusia selalu berbuat kebaikan atau dalil tentang
pahala bacaan dan amal ibadah. Dan berbuat kebaikan ini banyak caranya asalkan tidak
bertentangan dengan islam.

Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat penting sehingga
begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.

Contoh-contoh sunnah Rasulullah adalah :

 Istigfar setiap waktu


 Menjaga wudhu
 Bersedekah
 Shalat dhuha
 Puasa Muharram dan shalat tahajud :

3. MEMBACA SHALAWAT DAN SALAM.


Diantara hak Nabi Saw yang disyariatkan Allah atas umatnya adalah agar mereka
mengucapkan shalawat dan salam untuk beliau. Allah Swt dan para malaikat-Nya telah
bershalawat kepada beliau dan Allah memerintahkan kepada para hamba-Nya agar
mengucapkan shalawat dan taslim kepada beliau.
Al-Mubarrad berpendapat bahwa akar kata bershalawat berarti memohonkan rahmad dengan
demikian shalawat berarti rahmad dari Allah sedang shalawat malaikat berarti pengagungan dan
permohonan rahmad Allah untuknya. 6
4. MENCINTAI KELUARGA NABI

5
Bob, Hasan. http://bobhasan.wordpress.com/2011/06/28/5-contoh-contoh-bidah-yang-diamalkan-sahabat/g.
6
Qodi ‘Iyad Ibn Musa Al-Yahsubi, Keagungan Kekasih Allah, Muhammad Saw, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002,
hlm. 419.
Mengikuti kerabat rasulullah Saw yang mulia dan berlepas diri dari musuh mereka, adalah
masalah penting yang telah diwajibkan oleh islam dan telah dianggapnya sebagai bagian dari
cabang agama. Rasulullah menggambarkan ahlil baitnya sebagai suatu benda yang berat dan
berharga, sebanding dengan al-qur’an dan benda berharga lainnya.

Kecintaan kepada kerabat Rasulullah Saw yang di istilahkan sebagai ahlul bait manfaatnya
kembali kepada orang yang melakukannya. Rasulullah mengatakan bahwa kecintaan ini
merupakan upah dari Allah Swt atas risalah yang disampaikannya. Sebagaimana firman Allah,
“katakanlah, Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah apapun atas seruanku, kecintaan
kepada keluargaku” (Q.S. Asy-syura : 23).

Kecintaan yang disebutkan disini bukanlah kecintaan biasa, melainkan kecintaan yang
mendorong manusia kepada maqam kedekatan ilahi, dan mampu memasuki pintu kebahagiaan
abadi.7

Mengenai ruang lingkup ahli bait ini, para ulama masih berbeda penafsiran. Antara lain adalah :

1. Menurut ahlus sunnah, cakupan ahli bait sangat luas dan beragam, mulai dari Ali, Hasan,
Husein dan keturunannya, istri-istri Nabi saw., keluarga ja’far dan keluarga Abbas, serta
bani Abdul Muthalib dan Bani Hasyim. Kepada a-‘Abbas Nabi bersabda: “Demi Allah
yang jiwaku dalam kekuasaan-Nya, keyakinan tidak akan munculah didalamhati
seseorang sampai dia mencintai Allah dan Rasulullah. Barang siapa mencelakai paman
saya ini berarti mencelakai saya. Seorang paman adalah seperti ayah sendiri”

5. BERZIARAH KEMAKAM RASULULLAH

Berkunjung kemakam Rasulullah merupakan amalan sunnah, yakni amalan yang sangat mulia
dan sangat dianjurkan. Ibn Umar mengatakan bahwa Nabi Muhammad bersabda yang arinya :
“Barang siapa berziarah kemakamku, maka ia dijamin akan mendapat syafaatku.” 8

7
Mazhahiri Husain Syaikh. Mencintai Keluarga Rasulullah.http://buletinmitsal.wordpress.com/about/m/mencintai-
keluarga-rasul
8
Qodi ‘Iyad Ibn Musa Al-Yahsubi, Keagungan Kekasih Allah, Muhammad Saw, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002,
hlm. 453.
Saat melaksanakan haji merupakan kesempatan emas bagi umat Islam untuk melaksanakan
ibadah sebanyak-banyaknya. Beribadah di Haramain (Makkah dan Madinah) mempunyai
keutaman yang lebih dari tempat-tempat lainnya. Maka para jamaah haji menyempatkan diri
berziarah ke makah Rasulullah SAW.Berziarah ke makam Rasulullah SAW adalah sunnah
hukumnya.
BAB III

KESIMPULAN

Jadi dengan pembahan diatas kita mengetahui bahwa akhlak kepada rasul yaitu dengan
kita meneladani sikap dan perilaku rasulullah dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari hari.
DAFTAR PUSTAKA

Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Pusttaka
Imam asy-syafi’i, Bogor, 2013, hlm. 245
Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Pusttaka
Imam asy-syafi’i, Bogor, 2013, hlm. 246
Putra, Semarang, Akhlak kepada Rasul . 30 . 10 . 2014
M.alaika Salamullah, Akhlak Hubungan Vertikal, Pustaka Insan Madani, Yogyakarta,
2008. hlm. 51-52.
Bob, Hasan. http://bobhasan.wordpress.com/2011/06/28/5-contoh-contoh-bidah-yang-
diamalkan-sahabat/g
Qodi ‘Iyad Ibn Musa Al-Yahsubi, Keagungan Kekasih Allah, Muhammad Saw, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 419
Mazhahiri Husain Syaikh. Mencintai Keluarga
Rasulullah.http://buletinmitsal.wordpress.com/about/m/mencintai-keluarga-rasul
Qodi ‘Iyad Ibn Musa Al-Yahsubi, Keagungan Kekasih Allah, Muhammad Saw,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 453.

Anda mungkin juga menyukai