Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH HUBUNGAN ANTARA IMAN,

ISLAM, DAN IHSAN

Tugas Mata Kuliah


Tauhid
Dosen Pengampu:
Dra. Wiji Hidayati, M.Ag.
Syaefudin
Disusun oleh:
1. Ahmad Rizal (19104090009)
2. Salwa Eka Ramadhani (19104090014)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKART
KATA PENGANTAR

Puji ayukur Alhamdulillah kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami mampu menyelesaikan makalah
dengan berjudul “Hubungan Antara Iman, Islam, dan Ihsan”.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahcurahkan kepada baginda
Rasulullah SAW yang telah memberikan petunjuk kepada umat manusia, sehingga
manusia dapat terbebas dari zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Tauhid. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
lebih luas lagi bagi pembaca dan juga bagi penulis tentang bagaimana kaitannya
antara iman, Islam, dan ihsan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Wiji Hidayati, M.Ag. dan
Bapak Syaefudin selaku Dosen Pengampu mata kuliah Tauhid yang telah
memberikan tugas ini. Sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini sangatlah sederhana dan masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga kami mengharapkan dengan senang hati terbuka menerima
kritik demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga apa yang telah kami paparkan dalam makalah ini dapat memberikan
banyak manfaat kepada semua pihak, utamanya demi meningkatkan mutu
pengetahuan kita. Amin ya Rabal ‘Alamin.
Yogyakarta, 14 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
A. Pengertian Iman, Islam, dan Ihsan.................................................................3
B. Hubungan antara Iman, Islam, dan Ihsan......................................................9
C. Contoh Perilaku Iman, Islam, dan Ihsan........................................................10

BAB III PENUTUP..................................................................................................12


A. Kesimpulan.....................................................................................................12
B. Saran...............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Agama yang diturunkan kepada rasul-rasulnya merupakan sumber pokok
ajaran pada zamannya sebagai petunjuk arah ke jalan yang benar, tak terkecuali
agama Islam yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan
Nabi dan Rasul terakhir, yang mana dalam tugasnya juga Rasulullah SAW
ditugaskan untuk menyempurnakan ajaran-ajaran terdahulu, hal itu juga tertera
dalam sumber pedoman umat muslim yaitu Kitab suci Al-Qur’an.
Sebagai umat Islam, perlunya meyakini tentang kebenaran risalah dan ajaran
yang dibawa Rasulullah SAW, dimana perlu kita tanamkan rasa iman di dalam
hati. Karena dari rasa iman dengan penuh kepercayaan tersebut maka akan tumbuh
rasa cinta, yang mana dengan berlandaskan rasa cinta maka akan senantiasa
melindungi dan memperjuangkan agama yang dicintainya tersebut.
Selain itu, seorang muslim pun tak hanya harus melindungi dan mencintai
agamanya saja, akan tetapi ia juga harus menjadi seseorang yang senantiasa
menjaga nama baik agamanya, salah satunya dengan menjadi seorang umat
muslim yang berakhlakul karimah dan senantiasa menjalankan setiap perintah-Nya
serta menjauhi larangan-Nya. Menjadi sesorang yang selalu bisa berbuat baik dan
bisa bermanfaat bagi orang lain di setiap waktu, serta senantiasa bersikap hati-hati
dalam melakukan sesuatu seolah-olah Allah melihat apa yang dilakukannya, maka
seorang umat muslim tersebut dapat dikatakan ihsan. Dan nantinya juga, pasti
akan memperoleh balasan yang sangat indah di akhirat kelak.
B. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian dari Iman, Islam, dan Ihsan?
b. Bagaimana Hubungannya antara Iman, Islam, dan Ihsan?
c. Contoh perilaku apa yang mencerminkan Iman, Islam, dan Ihsan?

1
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk menunjang tugas makalah mata
kuliah Tauhid pada semester dua yang diampu oleh Ibu Dra. Wiji Hidayati,
M.Ag. dan Bapak Syaefudin. Selain itu, dari penulisan makalah ini tentunya
agar dapat lebih menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca, terutama
tentang masalah hubungan iman, Islam, dan ihsan. Dimana dari ketiganya
terdapat hal-hal yang saling berkaitan baik dari segi makna dan tujuannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman, Islam, dan Ihsan


Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda;

ِ ‫ قَا َل َكانَ النَّبِ ُّي صلى هللا عليه وسلم بَا ِرزًا يَ ْو ًما لِلنَّا‬،َ‫عَنْ أَبِي ُه َر ْي َرة‬
‫ فَأتَاهُ ِج ْب ِري ُل فَقَا َل َما‬،‫س‬
ُ‫ا ِإلي َمان‬
" ‫سالَ ُم قَا َل‬ ِ ‫ قَا َل َما‬. " ‫ث‬
ْ ‫اإل‬ ِ ‫ َوتُؤْ ِمنَ بِا ْلبَ ْع‬،‫سلِ ِه‬ ُ ‫اإلي َمانُ أَنْ تُؤْ ِمنَ بِاهَّلل ِ َو َمالَئِ َكتِ ِه َوبِلِقَائِ ِه َو ُر‬ ِ " ‫قَا َل‬
‫سالَ ُم‬ ْ ‫ا ِإل‬
‫ قَا َل‬. " َ‫ضان‬ َ ‫صو َم َر َم‬ ُ َ‫ َوت‬،َ‫وضة‬ َ ‫ي ال َّز َكاةَ ا ْل َم ْف ُر‬ َ ‫ َوتُؤَ ِد‬،َ‫صالَة‬ َّ ‫ َوتُقِي َم ال‬،‫ش ِر َك بِ ِه‬ ْ ُ‫أَنْ تَ ْعبُ َد هَّللا َ َوالَ ت‬
‫َما‬
َ‫ فَإِنْ لَ ْم تَ ُكنْ ت ََراهُ فَإِنَّهُ يَ َراك‬،ُ‫سانُ قَا َل " أَنْ تَ ْعبُ َد هَّللا َ َكأنَّ َك تَ َراه‬ َ ‫ا ِإل ْح‬.
Maksudnya: Dari Abu Hurairah berkata; bahwa Nabi SAW pada suatu hari
muncul kepada para sahabat, lalu datang Malaikat Jibril 'Alaihis Salam yang
kemudian bertanya: "Apakah iman itu?" Nabi SAW menjawab: "Iman adalah kamu
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-
Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan kamu beriman kepada hari kebangkitant". (Jibril 'Alaihis
salam) berkata: "Apakah Islam itu?" Jawab Rasulullah SAW "Islam adalah kamu
menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun, kamu dirikan
shalat, kamu tunaikan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadlan".
(Jibril 'Alaihis salam) berkata: "Apakah ihsan itu?" Nabi SAW menjawab: "Kamu
menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya
sesungguhnya Dia melihatmu". (HR Al-Bukhari, 1987: 50; Muslim, t.th: 9).1
Dari sebuah hadist diatas, maka dapat diperinci pengertian-pengertian dari ketiga
hal tersebut, baik Iman, Islam, maupun Ihsan sebagai berikut:

a. Iman
1
Dan Ihsan Sebaga, “IMAN, ISLAM, DAN IHSAN SEBAGAI TRILOGI AJARAN ILAHI,” n.d., 12.

3
Iman berasal dari Bahasa Arab dari kata dasar amana yu’minu imanan. Artinya
beriman atau percaya. Percaya dalam Bahasa Indonesia artinya meyakini atau yakin
bahwa sesuatu (yang dipercaya) itu memang benar atau nyata adanya.2 Oleh karena
itu seperti yang kita ketahui, Iman secara umum yaitu rasa dan sikap percaya terhadap
sesuatu. Jika kata Iman diperhatikan dari penggunaan dalam ayat Al-Qur’an, maka
akan mendapati dua pengertian yang berbeda:
a. Iman yang membenarkan berita yang datangnya dari Allah dan Rasulnya.
Maka Iman disini merupakan suatu bentuk ketaatan seorang umat muslim dimana ia
meyakini dan mempercayai ajaran-ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW, hal-hal
yang terjadi pada Rasulullah SAW, dan segala sesuatu yang merupakan ketetapan
Allah SWT, seperti hari akhir dan qada serta qadarnya Allah SWT. Yang mana hal itu
juga tercantum dalam enam rukun iman, yaitu:
1. Iman kepada Allah SWT
2. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah SWT
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah SWT
4. Iman kepada Utusan-utusan Allah SWT
5. Iman kepada Hari Akhir
6. Iman kepada Qada dan Qadar
Kemudian dari rukun iman inilah yang dijadikan dasar oleh umat muslim sebagai
acuan untuk mengimani ketetapan-ketetapan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah
SAW. Karena dari rasa percaya tersebut akan menuntut seseorang khususnya umat
muslim dalam memahami dan meresapi secara batiniah makna dan maksud dari
masing-masing rukun iman.
b. Iman dengan pengertian amal, yaitu segala perbuatan kebajikan yang tidak
bertentangan dengan hukum yang telah digariskan oleh syara’.

2
M. Hatta, “IMPLEMENTASI ISI ATAU MATERI PENDIDIKAN (IMAN, ISLAM, IHSAN, AMAL SALEH, DAN
ISLAH) DI SD MUHAMMADIYAH 7 PEKANBARU,” Indonesian Journal of Islamic Educational
Management 2, no. 1 (May 21, 2019): 15, https://doi.org/10.24014/ijiem.v2i1.7121.

4
Namun, jika di lihat dari pengertian ini, Iman tidak hanya berupa kepercayaan
dari segi batiniah saja. Akan tetapi, kepercayaan yang menuntut tindakan-tindakan
dari segi lahiriah yang menuntut dari tindakan atau amal perbuatan dan perlu untuk di
realisasikan. Hal ini juga sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, yang mana selain
keenam rukun iman tersebut, juga belum dikatakan beriman jika ia tidak memberikan
rasa aman kepada tetangganya.
Sabda Rasulullah SAW: “Demi Allah, ia tidak beriman! Demi Allah, ia tidak
beriman!” Lalu orang bertanya, “Siapa, wahai Rasul Allah?” Beliau menjawab,
“Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kelakuan buruknya”. Lalu orang
bertanya lagi, “Tingkah laku buruknya apa?” Beliau jawab, “Kejahatan dan sikapnya
yang menyakitkan”.3
Maka dari itu, pentingnya iman dalam diri seseorang, karena jika rasa iman
sudah tertanam, maka akan tumbuh juga rasa untuk senantiasa berbuat baik dengan
orang lain. Hal ini dapat berarti bahwa iman juga sejajar dengan kebaikan, dimana
kesejajaran tersebut dikuatkan dengan adanya riwayat orang yang bertanya kepada
Nabi tentang Iman, yang lalu turun wahyu tentang kebajikan sebagai jawaban dari
pertanyaan tersebut.
“Bukanlah kebajikan itu bahwa kamu menghadapkan wajahmu ke arah timur
ataupun barat. Tetapi kebajikan ialah jika orang beriman kepada Allah, Hari
Kemudian, para Malaikat, Kitab Suci, dan para Nabi. Dan jika orang mendermakan
hartanya, betapa pun cintanya kepada harta itu, untuk kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, orang terlantar di perjalanan, dan untuk orang yang terbelenggu
perbudakan. Kemudian jika orang itu menegakkan shalat dan mengeluarkan zakat.
Juga mereka yang menepati janji jika membuat perjanjian, serta tabah dalam
kesusahan, penderitaan, dan masa-masa sulit. Mereka itulah orang-orang yang tulus,
dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (Q.S. Al-Baqoroh:177).4

3
Dan Ihsan Sebaga, “IMAN, ISLAM, DAN IHSAN SEBAGAI TRILOGI AJARAN ILAHI,” n.d., 9.
4
Sebaga, 10.

5
Oleh karenanya, tak heran jika di dalam Al-Qur’an dan Sunah Nabi SAW
terdapat kata yang berbeda namun bermakna sama, seperti al-birr(kebajikan), takwa,
dan al-din(kepatuhan kepada Allah SWT). Maka dari itu, seberapa tinggi keimanan
seseorang, maka akan menentukan seberapa tinggi ketakwaan dan kepatuhan
seseorang tersebut terhadap Agama dan Tuhannya.

b. Islam
Kata Islam berasal dari bahasa Arab “S-L-M” (Sin, Lam, Mim). Artinya antara
lain: Damai, Selamat, Suci, Patuh dan Taat (tidak pernah membantah). Dalam
pengertian agama, kata Islam berarti kepatuhan kepada kehendak dan kemauan Allah,
serta taat kepada hukum-Nya. Hubungan antara pengertian menurut kata dasar dan
pengertian menurut agama erat dan nyata sekali, yaitu: “Hanya dengan kepatuhan
kepada kehendak Allah dan tunduk kepada hukum-hukum-Nya seorang dapat
mencapai kedamaian yang sesungguhnya dan memperoleh kesucian yang abadi.
Islam menurut Zuhairini, adalah menempuh jalan keselamatan dengan yakin
menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan melaksanakan dengan penuh
kepatuhan dan ketaatan akan segala ketentuanketentuan dan aturan-aturan oleh-Nya
untuk mencapai kesejahteraan dan kesentosaan hidup dengan penuh keimanan dan
kedamaian.5
Adapun Islam secara istilah atau terminologi, ialah agama yang mengacu atau
merujuk pada agama yang bersumber pada wahyu bukan dari manusia, yang mana
diturunkan oleh Allah SWT kepada Malaikat Jibril, lalu disampaikan kepada Orang
pilihan Allah SWT. Yang dalam hal ini yaitu Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
terakhir dan agama Islam dijadikan sebagai agama penutup dan penyempurna agama-
agama sebelumnya. Hal ini tercantum dalam firman Allah SWT:

5
Hatta, “IMPLEMENTASI ISI ATAU MATERI PENDIDIKAN (IMAN, ISLAM, IHSAN, AMAL SALEH, DAN
ISLAH) DI SD MUHAMMADIYAH 7 PEKANBARU,” 17–18.

6
“Muhammad itu bukanlah seorang ayah dari salah seorang lelaki di antara
kalian, akan tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para Nabi.” (QS. Al Ahzab:
40)
Dalam surah lain pun Allah SWT berfirman:
 “Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan Aku telah
cukupkan nikmat-Ku atas kalian dan Aku pun telah ridha Islam menjadi agama bagi
kalian.” (QS. Al Maa’idah: 3).6
Maka berangkat dari itu semua, seorang muslim sudah sepantasnya mengetahui
apa dari eksistensi Islam itu sendiri sebagai agama penyempurna. Bagaimanakah ia
harus berislam, dan tahapan apa yang harus ia lakukan dalam menjalankan ketentuan-
ketentuan dalam Islam.
Oleh sebab itu, hal yang sepantasnya ia kerjakan adalah dengan memenuhi
rukun-rukun dalam Islam terlebih dahulu yang berjumlah lima rukun, diantaranya:
1. Mengucapkan dua kalimat syahadat
2. Melaksanakan sholat
3. Menjalankan ibadah puasa
4. Menunaikan zakat
5. Pergi haji jika ia mampu.
Dimulai dari hal inilah yang kemudian mendorong seorang umat muslim untuk
dapat terus merealisasikan dirinya dalam mengimani agamanya dan
menyempurnakan hidupnya dengan menjalankan semua perintah-perintahNya.

c. Ihsan
Ihsan berasal dari bahasa Arab ‫ احسان‬yang berarti "kesempurnaan" atau "terbaik".
Pelaku dari Ihsan disebut sebagai seorang muhsin. Maka Ihsan di sini berdasarkan
hadist di atas yaitu seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya,
dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut

6
Mufatihatul Islam, “Sebagai Agama Terakhir, Islam Adalah Agama Penyempurna,” n.d.,
https://suaramuslim.net/islam-adalah-agama-penyempurna/.

7
membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya. Oleh karenanya
untuk mencapai derajat seorang muhsin, maka harus melalui penghayatan-
penghayatan perilakunya atau budi pekertinya terhadap sang maha pencipta yaitu
Allah SWT.
Ihsan yaitu dalam artian akhlak yang mulia atau budi pekerti luhur, dimana ia
berusaha untuk mencapai arti kehidupan sesungguhnya yang berusaha berdiri diatas
puncak keagamaan. Sebagaimana dalam firman Allah SWT, orang yang berbudi
pekerti luhur maka ialah orang yang paling baik agamanya.
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia
mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayangan-Nya”. (Q.S An-Nisa:125).
Menurut Imam Al-Nawawi, Rasulullah SAW memberikan penjelasan mengenai
ihsan dalam beribadah dengan tujuan agar setiap muslim melakukan ibadah dengan
penuh rasa ikhlas, patuh, penuh ketaatan dan khusyu’. Seolah-olah melihat Allah
SWT di hadapannya. Perasaan melihat Allah SWT dapat menghasilkan rasa ketaatan
dan bersungguh-sungguh dalam beribadah serta menjalankan hal-hakNya dengan
tujuan untuk mendekatkan diri kepadaNya.7
Mengapa demikian? Hal ini karena seorang yang muhsin tentunya ia akan
memiliki keimanan dan keislaman yang sangat tebal. Dimana ia akan senantiasa
menjaga rasa kepercayaan tersebut dengan baik, ia memiliki keyakinan yang sangat
teguh terhadap jalan yang ditempuhnya. Demikian itu, yang menjadikan akhlak di
atas segalanya. Sebagaimana diutusnya Rasulullah SAW yang tidak lain untuk
menyempurnakan akhlak umat manusia.
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.”(HR. Ahmad,
Bukhari).
Dan sabda beliau lagi bahwa:

7
Sebaga, “IMAN, ISLAM, DAN IHSAN SEBAGAI TRILOGI AJARAN ILAHI,” n.d.

8
“Sesungguhnya di antara orang-orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat
duduknya pada hari kiamat denganku yaitu orang yang paling baik akhlaknya.”(HR.
Tirmidzi).

B. Hubungan antara Iman, Islam, dan Ihsan


Berdasarkan sebuah hadis yang terkenal, ketiga istilah Iman, Islam, dan Ihsan itu
memberi umat Islam (Sunni) ide tentang Rukun Iman yang enam, Rukun Islam yang
lima, dan ajaran tentang penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha hadir dalam hidup.
Ketiganya disebut Trilogi Ajaran Ilahi.
Trilogi ajaran ilahi disini menyebutkan bahwasanya, ketiganya tersebut
merupakan rangkaian satu kesatuan karena merupakan unsur-unsur ajaran dalam
agama Islam, yang mana apabila tanpa salah satunya akan menjadi kurang absah.
Dalam hal ini dijabarkan Islam akan kurang absah apabila tanpa Iman, dan Iman akan
tidak sempurna apabila tanpa Ihsan. Kemudian Ihsan akan sangat mustahil apabila
tanpa Iman, dan Iman akan tidak memungkinkan apabila tanpa adanya Islam.
Selanjutnya Trilogi ajaran ilahi ini diteruskan oleh para ahli, bahkan dapat
memberi makna ganda yaitu makna dua istilah yang lainnya. Dimana di dalam Iman
terdapat Islam dan Ihsan, di dalam Islam terdapat Iman dan Ihsan, lalu di dalam Ihsan
terdapat Iman dan Islam. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah,
keyakinan tersebut diwujudkan melalui rukun Islam, kemudian dalam pelaksanaan
rukun Islam maka dilakukan melalui Ihsan, yaitu dengan mendekatkan diri kepada
Allah SWT.8
Hubungan pada tahap berikutnya yaitu diibaratkan sebagai bahan bangunan,
Iman sebagai pondasinya, Islam sebagai temboknya, lalu Ihsan sebagai atapnya, oleh
karenanya ketiga hal tersebut dapat saling menguatkan satu sama lain, atau mungkin
saja sama halnya dengan diibaratkan seperti segitiga sama sisi, yang mana apabila

8
Mohd Nasir, “Iman, Islam Dan Ihsan.Pdf,” 2013, 1.

9
salah satu sisinya hilang, maka tidak dapat dikatakan segitiga lagi dan bukan
merupakan satu rangkaian lagi.9

C. Contoh Perilaku yang Mencerminkan Iman, Islam, dan Ihsan

a. Iman
Iman merupakan pekara batiniah yang ada di dalam hati. Sesuai dengan adanya 5
rukun iman, yaitu beriman kepada Allah SWT, beriman kepada malaikat-Nya,
beriman kepada kitab-kitab-Nya, beriman kepada rasul-rasul-Nya, beriman kepada
hari akhir, dan beriman kepada takdir Allah (qodo’ dan qadar).
Terdapat 5 pola dasar pembinaan akidah atau keimanan yang sesuai dengan petunjuk
Rasulullah, menurut Muhammad Nur Abdul Hafizh, yakni :
a. Membacakan dan menjelaskan kalimat tauhid kepada anak.
b. Membimbing dan menanamkan rasa kecintaan anak kepada Allah SWT.
c. Menceritakan kisah para Nabi dan Rasul agar bisa menanamkan kecintaan
anak kepada Nabi dan Rasul Allah.
d. Memperkenalkan dan mengajarkan Al-Qur’an kepada anak.
e. Menanamkan nilai perjuangan dan pengorbanan dalam diri anak.10
Sedangkan contoh perilaku yang menerapkan keimanan kepada Allah dalam
kehidupan sehari-hari antara lain:
a. Lebih mendalami ilmu-ilmu tauhid.
b. Membaca Al-Qur’an serta memahami maknanya.
c. Menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
d. Mengamalkan sunah-sunah Rasul-Nya.

9
Kusnin, “Bagai Bangunan Rumah, Hubungan Antara Iman, Islam, Dan Ihsan.”
10
Muhammad Nur, Mendidik Anak Bersama Rasulullah (Bandung: 2000, n.d.).

10
b. Islam
Islam biasa disebut dengan amalan-amalan lahiriyah (amalan badan).
Penerapan islam dalam diri kita biasa kita yakini bahwa adanya 5 rukun islam,
yaitu :
a. Syahadat, merupakan syarat wajib pertama untuk masuk Islam dan yang
selalu diucapkan di setiap sholat 5 waktu.
b. Sholat, terdiri dari sholat wajib 5 waktu dan sholat sunah lainnya.
c. Puasa, terdiri dari waktu puasa wajib, waktu puasa sunah, dan waktu yang
tidak diperbolehkan puasa dalam ketentuan islam.
d. Zakat, wijib hukumnya dilakukan pada saat bulan Ramadhan.
e. Menunaikan ibadah haji ke Baitullah, wajib apabila seorang muslim yang
sudah mampu menunaikan ibadah haji.

c. Ihsan
Ihsan dapat diartikan bahwa adanya rasa takut dan cemas dari tertimpa
siksa-Nya saat kita beribadah kepada Allah, Allah senantiasanya hadir
bersama umat-Nya dimanapun umat-Nya berada, sehingga umat islam
senantiasa merasa terawasi.
Contoh perilaku yang berkaitan dengan ihsan dapat kita terapkan dalam
kehidupan sehari-hari, antara lain:
a. Berbuat baik kepada sesama manusia.
b. Berhati-hati dalam berucap kata dengan orang lain, sehingga tidak
menyinggung perasaan atau hati orang lain.
c. Berbakti kepada orang tua.
d. Menjaga sopan santun dalam bermasyarakat.11

11
Hatta, “IMPLEMENTASI ISI ATAU MATERI PENDIDIKAN (IMAN, ISLAM, IHSAN, AMAL SALEH, DAN
ISLAH) DI SD MUHAMMADIYAH 7 PEKANBARU.”

11
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Iman adalah ucapan yang disertai dengan ketulusan niat dan direalisasikan
dengan perbuatan.
Islam adalah  inisial  seseorang  masuk  ke dalam  lingkaran  ajaran  Ilahi.
Ihsan adalah adalah cara bagaimana seharusnya kita beribadah dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2. Iman,Islam dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu
dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah.
Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun
Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara Ihsan,
sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah SWT.
3. Iman = berdasarkan perilaku batiniah. Contohnya:
1. Lebih mendalami ilmu-ilmu tauhid.
2. Membaca Al-Qur’an serta memahami maknanya.
3. Menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
4. Mengamalkan sunah-sunah Rasul-Nya.
Islam = berdasarkan amalan lahiriah. Contohnya:
1. Yang terdapat dalam rukun Islam; syahadat, sholat, puasa, zakat, haji
Ihsan = sikap mawas diri atau selalu berhati-hati dalam bertindak.
Contohnya:
1. Berbuat baik kepada sesama manusia.
2. Berhati-hati dalam berucap kata dengan orang lain, sehingga tidak
menyinggung perasaan atau hati orang lain.
3. Berbakti kepada orang tua.
4. Menjaga sopan santun dalam bermasyarakat.

12
B. Saran
Dari pembahasan di atas, penulis hanya bisa menyarankan agar pembaca
senantiasa meningkatkan semangat keagamaan dan lebih meningkatkan keimanan
serta rasa mawas diri dalam melakukan sesuatu.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hatta, M. “IMPLEMENTASI ISI ATAU MATERI PENDIDIKAN (IMAN, ISLAM,


IHSAN, AMAL SALEH, DAN ISLAH) DI SD MUHAMMADIYAH 7
PEKANBARU.” Indonesian Journal of Islamic Educational Management 2,
no. 1 (May 21, 2019): 12. https://doi.org/10.24014/ijiem.v2i1.7121.
Islam, Mufatihatul. “Sebagai Agama Terakhir, Islam Adalah Agama Penyempurna,”
n.d. https://suaramuslim.net/islam-adalah-agama-penyempurna/.
Kusnin, Imam. “Bagai Bangunan Rumah, Hubungan Antara Iman, Islam, Dan Ihsan,”
n.d. https://www.nu.or.id/post/read/90680/bagai-bangunan-rumah-hubungan-
antara-iman-islam-dan-ihsan.
Nasir, Mohd. “Iman, Islam Dan Ihsan.Pdf,” 2013.
Nur, Muhammad. Mendidik Anak Bersama Rasulullah. Bandung: 2000, n.d.
Sebaga, Dan Ihsan. “IMAN, ISLAM, DAN IHSAN SEBAGAI TRILOGI AJARAN
ILAHI,” n.d., 12.
———. “IMAN, ISLAM, DAN IHSAN SEBAGAI TRILOGI AJARAN ILAHI,”
n.d., 12.

14

Anda mungkin juga menyukai