Dosen Pengampu:
Drs. Usman Yudi, M.Pd.I
Disusun oleh:
1) Asma Zulfa Habibah (06030421063)
2) Jibral Abdi Maulana (06040421076)
3) Nadhifah Setiandini (06040421082)
Assalamualaikum. Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya., yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Memahami Hadits sebagai Sumber Ajaran Islam”.
Shalawat serta salam tetap terlimpahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW
beserta seluruh keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang benderang yakni agama islam.
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs.
Usman Yudi, M.Pd.Iselaku dosen Studi Hadits di Uin Sunan Ampel Surabaya yang sudah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya
bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang
kurang berkenan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penyusun
II
DAFTAR ISI
Halaman Sampul.......................................................................................................................I
Kata Pengantar........................................................................................................................II
Daftar Isi.................................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
III
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Andaikan para umat islam memahami isi kandungan Al-Qur'an dengan teliti, maka di
dalam-Nya akan ditemukan ayat-ayat yang memerintahkan kaum muslimin untuk
senantiasa patuh kepada Allah dan Rasul-Nya. Mentaati Rasulullah saw. setelah beliau
meninggal adalah dengan cara mematuhi perintah yang terdapat dalam Hadis, yang mana
hadits merupakan berita yang datang dari Nabi saw. yang diriwayatkan dengan benar, dan
dapat dibuktikan serta dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya.
Namun seiring perkembangan zaman, sejarah dalam periwayatan hadis telah ternodai
oleh berbagai peristiwa terutama pemalsuan hadis yang dilakukan oleh suatu kelompok
untuk kepentingan tertentu. Sehingga hal ini telah mengakibatkan tercampurnya hadis
antara yang murni dan yang palsu.
Akhirnya, timbul kelompok pengingkar hadis yang menolak posisi hadis sebagai
sumber dasar Islam meskipun para ulama hadis telah berusaha mengembangkan
metodologi penelitian hadis untuk mengklasifikasikan hadis sahih dan hadis dhaif dalam
kategori hadis ahad. Kalangan pengingkar hadis ini lebih mengambil ijtihad daripada
menempatkan hadis ahad sebagai sumber dasar Islam.
B. Rumusan Masalah
1) Apa dalil yang menetapkan hadits sebagai sumber ajaran islam?
2) Apa fungsi hadits terhadap Al-Qur’an?
3) Siapa saja golongan yang menolak kehujjahan hadits?
C. Tujuan
1) Mengetahui dan memahami dalil yang menetapkan hadits sebagai sumber ajaran
islam.
2) Mengetahui dan memahami fungsi hadits terhadap Al-Qur’an.
4
3) Mengetahui dan memahamigolongan yang menolak kehujjahan hadits.
BAB II
PEMBAHASAN
“Wahai orang-orang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kepada Rasul
dan pemimpin di antara kalian. Jika kalian berselisih faham dalam sesuatu maka
kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kalian beriman kepada Allah dan
hari akhirat. Yang demikian itu lebih baik dan sebaik-baik akibatnya” 2
1
Al-Qur’an surat Ali Imran: 32
2
Al-Qur’an surat An-Nisa : 59
5
“Maka demi Tuhanmu, tidaklah mereka beriman sehingga meminta keputusan
hukum kepadamu tentang apa-apa yang mereka perselisihkan di antara mereka
kemudian mereka tidak merasa keberatan atas apa yang kamu putuskan dan mereka
tunduk setunduk-tunduknya” 3
"Barangsiapa yang taat kepada Rasul, maka sesungguhnya ia telah taat kepada
Allah dan barangsiapa yang berpaling (dari keta'atan itu), maka Kami tidak
mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka"4
“…., apa yang diberikan Rasul kepadamu, terimalah dan apa-apa yang
dilarangnya ,maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah sangat keras hukumannya.”5
3
Al-Qur’an surat An-Nisa : 65
4
Al-Qur’an surat An-Nisa : 80
5
Al-Qur’an surat Al-Hasyr : 7
6
Al-Qur’an surat An-nur: 47
“Dan mereka berkata: ‘Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami
mentaati (keduanya).’ Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu,
sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.”6
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan
yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan
ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang
nyata.”7
2. Dalil Hadits
Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Rasulullah berkhutbah dihadapan manusia pada
haji wada', "Wahai manusia, sesungguhnya aku telah meninggalkan di tengah-
tengah kalian yang jika kalian berpegang teguh kepadanya niscaya tidak akan
tersesat selamanya; yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya."
Dari Al Miqdam bin Ma'diyakrib al Kindy, Rasulullah bersabda, "Ingatlah,
sesungguhnya aku diberi al-Kitab dan yang semisal dengannya! Ingatlah,
sesungguhnya aku diberi al-Kitab dan yang semisal dengannya! Ingatlah,
hampir datang masa ada seseorang yang dengan perut kenyang bersandar di
sofanya seraya berkata; 'Cukuplah bagi kalian Al-Qur'an. Apa yang kalian
dapatkan padanya sesuatu yang halal maka halalkanlah dan apa yang kalian
dapatkan padanya sesuatu yang haram maka haramkanlah!..."8
6
Al-Qur’an surat An-nur: 47
7
Al-Qur’an surat Al-Ahzab : 36
8
Mustafa Assibai’, Assunnah wa Makanatuha fi Tasyri’ al-Islam, terj. (Bandung: CV. Diponegoro, 1979), 103-
104.
7
“Rasulullah berabda: Saya tinggalkan dua perkara yang kamu tidak akan
tersesat apabila berpegang pada keduanya, yakni Kitab Allah (Al-Qur’an) dan
sunnah Nabi-Nya (hadits)”. (HR. Malik ibn Anas).
“Dari Miqdam ibn Ma’dikarib Bahwa Rasulullah saw, bersabda: Ketahuilah,
sesungguhnya saya diberi Al-Kitab dan wahyu yang semisalnya (hadits)
bersamanya. Akan terjadi seseorang yang kenyang sedang bersimpuh pada
sofanya mengatakan, berpegang teguhlah dengan Al-Qur’an saja! Apa yang
dihalalkan Qur’an maka halalkanlahdan apa yang diharamkan Qur’an maka
haramkanlah”. (HR. Abu Dawud)9
3. Kesepakatan Ulama (Ijma’)
Kehujahan hadis dari ijma' dapat diketahui dari kesepakatan para shahabat
Nabi saw. untuk menjadikan hadis sebagai rujukan dalam menetapkan segala
perkara. Sebagaimana diuraikan oleh Mustafa Assibai’, bahwa para shahabat
sepeninggal Nabi saw., apabila menetapkan suatu keputusan atas suatu perkara
yang muncul mereka mengacu kepada ayat Al-Qur'an, jika mereka tidak
mendapatinya langsung dari Al-Qur'an mereka merujuk kepada sunnah Nabi saw.,
jika mereka tidak mendapatinya pada Sunah Nabi saw. mereka bermusyawarah
mencari keputusan.10
Mengamalkan sunnah Rasulullah wajib menurut ijma’ para sahabat. Tidak
seorangpun diantara mereka yang menolak tentang wajibnya taat kepada
Rasulullah.11 Bahkan, ummat islam telah bersepakat mengenai kewajiban
mengikuti sunnah. Kewajiban mengikuti sunnah ini dikuatkan dengan dalil-dalil al-
Qur’an dan sunnah.12
4. Argumentasi Nasional
Hukum yang ditetapkan oleh hadis secara materil hakikatnya adalah perincian
dari yang ditetapkan oleh Al-Qur'an, karena itu dari segi kewajiban
melaksanakannya sama saja dengan kewajiban melaksanakan Al-Qur'an.
Hanyasaja ada beberapa aspek dari sudut formilnya, yaitu aspek prosedur dan
metodologi periwayatan hadis yang bersifat spesifik yang menyebabkan bobot
kehujahan dan status hadis tidak mungkin dapat disamakan atau disejajarkan
9
Idri, dkk. Studi Hadits. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press. 2021.
10
Ibid
11
Abd al-Wahab Khallaf, ‘Ilm Ushul al-Fiqh (Kuwait: Dar al-Qalam, 1978), 30
12
Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadith ‘Ulumuh wa Mustalahuh (Beirut: Daral-Fikr, 1989), 43.
8
dengan Al-Qur'an. Sedangkan jika kita memakai pendekatan diagram tangga,
terlihat bahwa hadits merupakan dasar hukum kedua setelah Al-Quran.
9
yang ditetapkan oleh Al-Qur'an. Sebagaimana ijma' ditetapkan oleh perintah
Al-Qur'an dan hadis. Maka suatu yang tidak rasional jika yang pokok
disamakan kedudukannya dengan yang cabang.
Tingkatan kehujahan hadis sebagai dasar hukum kedua setelah Al-Qur'an juga
diisyaratkan dalam Al-Qur'an dan hadis itu sendiri. Kemudian dipraktekan oleh
ijma' shahabat. Al-Qur'an mengatakan, "Ta'atlah kamu kepada Allah dan
taatlah kamu kepada Rasul agar kamu dirahmati" (Ali Imran: 132). Pada ayat
ini diperintahkan taat pertama-tama kepada Allah swt. kemudian kepada Rasul-
Nya. Dalam hadis Nabi saw. dikatakan kepada Muadz, "Bagaimana kamu
memutuskan perkara jika dihadapkan keopada suatu urusan?". Muadz
menjawab, "Aku akan memutuskan dengan Kitabullah!" Rasulullah saw.
bertanya lagi, "Jika kamu tidak menemukan pada Kitabullah?". Muadz
menjawab, "Aku akan memutuskan dengan Sunnah Rasul-Nya!". Rasulullah
bersabda lagi, "Bagaimana jika kamu tidak menemukan pada Kitabullah dan
Sunnah Rasulullah?" Muadz menjawab, "Aku akan berijtihad dengan
pendapatku dan tidak melampaui batas!" (HR. Abu Dawud). 13
B. Fungsi hadits terhadap Al-Qur’an
Fungsi al-Hadits terhadap al-Qur`an yang paling pokok adalah sebagai bayân,
sebagaimana ditandaskan dalam ayat:
“keterangan-keterangan (mu`jizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu
Al Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka dan supaya mereka memikirkan,. (Qs.16:44)”.
Fungsi hadist terhadap al-qur’an sebagai bayan di artikan oleh ulama dengan
berbagai pemahaman, antara lain:
1. Bayan Taqrir
Bayan taqrir merupakan hadist yang berfungsi menetapkan, memantapkan,
serta mengokohkan apa yang telah ditetapkan oleh al-qur’an, sehingga
maknanya tidak perlu diragukan lagi.
2. Bayan Tafsir
Bayan tafsir memiliki arti menjelaskan makna yang samar, merincikan
ayat yang maknanya global atau mengkhususkan ayat yang bermakna
umum.14
13
Asy-Syatibi, al-Muwafaqat, 729-735; Chalil, Kembali Kepada al-Qur’an, 236-237
14
Fikri, H. K. (2015). Fungsi Hadits terhadap Al-Quran. Tasamuh, 12(2), 178-188.
10
3. Bayan Tasyri’
Bayan tasyri’ merukan menjelaskan hukum yang disinggung langsung
dalam al-qur’an. Bayan ini juga dapat disebut dengan bayn zaid’ala al-
kitab al-karim. Hadist adalah sebagai ketentuan hokum dalam berbagai
persoalan yang tidak ada dalam al-qur’an.
4. Bayan An-Nasakh
An-nasakh secara bahasa memiliki arti al-ibthal (membatalkan), al-ijalah
(menghilangkan), at-tahwil (memindahkan) atau juga at-tagyar
(mengubah). Sedangkan menurut ulama’ mutaqaddimin, yang dimaksud
dengan bayan an-nasakh ini adalah adanya dalil syara’ yang dating
kemudian. Serta pengertian tersebut menurut ulama’ yang setuju adanya
fungsi bayan an-nasakh, dapat dipahami bahwa hadis sebagai ketentuan
yang dating berikutnya dapat menghapus ketentuan-ketentuan atau isi al-
qur’an yang dating kemudian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bayan
an-nasakh ini merupakan syara’ yang dapat menghapus ketentuan yang
telah ada, karena datangnya kemudian.15
15
Ali, M., & Himmawan, D. (2019). The role of hadis as religion doctrine resource, evidence proof of hadis and
hadis function to alquran (peran hadits sebagai sumber ajaran agama, dalil-dalil kehujjahan hadits dan fungsi
hadits terhadap alquran). Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, 5(1, March), 125-132.
11
a. Pertama, kelompok yang menolak hadith-hadith Rasulullah s.a.w. secara
keseluruhan.
b. Kedua, kelompok yang menolak hadith-hadith yang tak disebutkan dalam al-
Qur’an secara tersurat ataupun tersirat atau yang bertentangan dengan akal sehat
manusia.
c. Ketiga, kelompok yang hanya menerima hadith-hadith mutawatir dan menolak
hadith-hadith ahadwalaupun sahih. Mereka beralasan dengan ayat,
Berdasarkan kepada fakta ini, jelas membuktikan bahawa pegangan dan sistem
kepercayaan golongan antihadith adalah bersifat liberal iaitu bebas di dalam
memahami dan mempercayai autoriti dan autensiti Hadith Nabi s.a.w sepertimana
yang diimani oleh golongan terawal di kalangan al-Sahabah dan al-Tabi’in. Fahaman
ini terus berkembang mengikut zaman dan didukungi oleh sekelompok umat Islam
yang bergurukan dan bertuankan kepada dua musuh utama Islam iaitu Kristien dan
Yahudi. Fakta ini dikemukakan berdasarkan kepada perkembangan yang berlaku di
dunia Islam seperti di Indonesia dan di Malaysia.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Idri, dkk. Studi Hadits. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press. 2021.
Ali, M., & Himmawan, D. (2019). The role of hadis as religion doctrine resource, evidence
proof of hadis and hadis function to alquran (peran hadits sebagai sumber ajaran
agama, dalil-dalil kehujjahan hadits dan fungsi hadits terhadap alquran). Risâlah,
Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, 5(1, March), 125-132.
13
14