Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Memahami Hadits sebagai Sumber Ajaran Islam

Dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Studi Hadits”

Dosen Pengampu:
Drs. Usman Yudi, M.Pd.I

Disusun oleh:
1) Asma Zulfa Habibah (06030421063)
2) Jibral Abdi Maulana (06040421076)
3) Nadhifah Setiandini (06040421082)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN AMPEL SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya., yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Memahami Hadits sebagai Sumber Ajaran Islam”.
Shalawat serta salam tetap terlimpahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW
beserta seluruh keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang benderang yakni agama islam.
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs.
Usman Yudi, M.Pd.Iselaku dosen Studi Hadits di Uin Sunan Ampel Surabaya yang sudah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya
bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang
kurang berkenan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya,05 Maret 2022

Penyusun

II
DAFTAR ISI

Halaman Sampul.......................................................................................................................I

Kata Pengantar........................................................................................................................II

Daftar Isi.................................................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Dalil yang menetapkan hadits sebagai sumber ajaran


islam............................................6
B. Fungsi hadits terhadap Al-
Qur’an...................................................................................7
C. Golongan yang menolak kehujjahan
hadits.....................................................................8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

III
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam memaparkan di dalam Rukun imanmengenai keimanan kepada Allah, malaikat-


malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kiamat, serta qadha dan qadar yang
mana baik ataupun buruknya berasal dari Allah swt.

Andaikan para umat islam memahami isi kandungan Al-Qur'an dengan teliti, maka di
dalam-Nya akan ditemukan ayat-ayat yang memerintahkan kaum muslimin untuk
senantiasa patuh kepada Allah dan Rasul-Nya. Mentaati Rasulullah saw. setelah beliau
meninggal adalah dengan cara mematuhi perintah yang terdapat dalam Hadis, yang mana
hadits merupakan berita yang datang dari Nabi saw. yang diriwayatkan dengan benar, dan
dapat dibuktikan serta dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya.

Namun seiring perkembangan zaman, sejarah dalam periwayatan hadis telah ternodai
oleh berbagai peristiwa terutama pemalsuan hadis yang dilakukan oleh suatu kelompok
untuk kepentingan tertentu. Sehingga hal ini telah mengakibatkan tercampurnya hadis
antara yang murni dan yang palsu.

Akhirnya, timbul kelompok pengingkar hadis yang menolak posisi hadis sebagai
sumber dasar Islam meskipun para ulama hadis telah berusaha mengembangkan
metodologi penelitian hadis untuk mengklasifikasikan hadis sahih dan hadis dhaif dalam
kategori hadis ahad. Kalangan pengingkar hadis ini lebih mengambil ijtihad daripada
menempatkan hadis ahad sebagai sumber dasar Islam.

B. Rumusan Masalah
1) Apa dalil yang menetapkan hadits sebagai sumber ajaran islam?
2) Apa fungsi hadits terhadap Al-Qur’an?
3) Siapa saja golongan yang menolak kehujjahan hadits?
C. Tujuan
1) Mengetahui dan memahami dalil yang menetapkan hadits sebagai sumber ajaran
islam.
2) Mengetahui dan memahami fungsi hadits terhadap Al-Qur’an.

4
3) Mengetahui dan memahamigolongan yang menolak kehujjahan hadits.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Dalil yang menetapkan hadits sebagai sumber ajaran islam


Kedudukan hadits sebagai sumber ajaran islam dapatdilihat dari beberapa dalil
naqli dan dalil aqli, seperti dibawah ini.
1. Dalil Al-Qur’an
Banyak ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang kewajiban seorang muslim
agar tetap teguh beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, hal tersebut merupakan
suatu keharusan sekaligus kebutuhan setiap individu. Dalil-dalil Al-Qur’an
menetapkan hadits sebagai sumber ajaran islam, diantaranya sebagai berikut;
 Al-Qur’an surat Ali Imran: 32

“Katakanlah! Taatilah Allah dan Rasul-Nya,jika kamu berpaling maka


sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.”1

 Al-Qur’an surat An-Nisa: 59

“Wahai orang-orang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kepada Rasul
dan pemimpin di antara kalian. Jika kalian berselisih faham dalam sesuatu maka
kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kalian beriman kepada Allah dan
hari akhirat. Yang demikian itu lebih baik dan sebaik-baik akibatnya” 2

 Al-Qur’an surat An-Nisa: 65

1
Al-Qur’an surat Ali Imran: 32
2
Al-Qur’an surat An-Nisa : 59

5
“Maka demi Tuhanmu, tidaklah mereka beriman sehingga meminta keputusan
hukum kepadamu tentang apa-apa yang mereka perselisihkan di antara mereka
kemudian mereka tidak merasa keberatan atas apa yang kamu putuskan dan mereka
tunduk setunduk-tunduknya” 3

 Al-Qur’an surat An-Nisa: 80

"Barangsiapa yang taat kepada Rasul, maka sesungguhnya ia telah taat kepada
Allah dan barangsiapa yang berpaling (dari keta'atan itu), maka Kami tidak
mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka"4

 Al-Qur’an surat Al-Hasyr : 7

“…., apa yang diberikan Rasul kepadamu, terimalah dan apa-apa yang
dilarangnya ,maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah sangat keras hukumannya.”5

3
Al-Qur’an surat An-Nisa : 65
4
Al-Qur’an surat An-Nisa : 80
5
Al-Qur’an surat Al-Hasyr : 7

6
 Al-Qur’an surat An-nur: 47

“Dan mereka berkata: ‘Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami
mentaati (keduanya).’ Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu,
sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.”6

 Al-Qur’an surat Al-Ahzab: 36

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan
yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan
ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang
nyata.”7
2. Dalil Hadits
 Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Rasulullah berkhutbah dihadapan manusia pada
haji wada', "Wahai manusia, sesungguhnya aku telah meninggalkan di tengah-
tengah kalian yang jika kalian berpegang teguh kepadanya niscaya tidak akan
tersesat selamanya; yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya."
 Dari Al Miqdam bin Ma'diyakrib al Kindy, Rasulullah bersabda, "Ingatlah,
sesungguhnya aku diberi al-Kitab dan yang semisal dengannya! Ingatlah,
sesungguhnya aku diberi al-Kitab dan yang semisal dengannya! Ingatlah,
hampir datang masa ada seseorang yang dengan perut kenyang bersandar di
sofanya seraya berkata; 'Cukuplah bagi kalian Al-Qur'an. Apa yang kalian
dapatkan padanya sesuatu yang halal maka halalkanlah dan apa yang kalian
dapatkan padanya sesuatu yang haram maka haramkanlah!..."8

6
Al-Qur’an surat An-nur: 47
7
Al-Qur’an surat Al-Ahzab : 36
8
Mustafa Assibai’, Assunnah wa Makanatuha fi Tasyri’ al-Islam, terj. (Bandung: CV. Diponegoro, 1979), 103-
104.

7
 “Rasulullah berabda: Saya tinggalkan dua perkara yang kamu tidak akan
tersesat apabila berpegang pada keduanya, yakni Kitab Allah (Al-Qur’an) dan
sunnah Nabi-Nya (hadits)”. (HR. Malik ibn Anas).
 “Dari Miqdam ibn Ma’dikarib Bahwa Rasulullah saw, bersabda: Ketahuilah,
sesungguhnya saya diberi Al-Kitab dan wahyu yang semisalnya (hadits)
bersamanya. Akan terjadi seseorang yang kenyang sedang bersimpuh pada
sofanya mengatakan, berpegang teguhlah dengan Al-Qur’an saja! Apa yang
dihalalkan Qur’an maka halalkanlahdan apa yang diharamkan Qur’an maka
haramkanlah”. (HR. Abu Dawud)9
3. Kesepakatan Ulama (Ijma’)
Kehujahan hadis dari ijma' dapat diketahui dari kesepakatan para shahabat
Nabi saw. untuk menjadikan hadis sebagai rujukan dalam menetapkan segala
perkara. Sebagaimana diuraikan oleh Mustafa Assibai’, bahwa para shahabat
sepeninggal Nabi saw., apabila menetapkan suatu keputusan atas suatu perkara
yang muncul mereka mengacu kepada ayat Al-Qur'an, jika mereka tidak
mendapatinya langsung dari Al-Qur'an mereka merujuk kepada sunnah Nabi saw.,
jika mereka tidak mendapatinya pada Sunah Nabi saw. mereka bermusyawarah
mencari keputusan.10
Mengamalkan sunnah Rasulullah wajib menurut ijma’ para sahabat. Tidak
seorangpun diantara mereka yang menolak tentang wajibnya taat kepada
Rasulullah.11 Bahkan, ummat islam telah bersepakat mengenai kewajiban
mengikuti sunnah. Kewajiban mengikuti sunnah ini dikuatkan dengan dalil-dalil al-
Qur’an dan sunnah.12
4. Argumentasi Nasional
Hukum yang ditetapkan oleh hadis secara materil hakikatnya adalah perincian
dari yang ditetapkan oleh Al-Qur'an, karena itu dari segi kewajiban
melaksanakannya sama saja dengan kewajiban melaksanakan Al-Qur'an.
Hanyasaja ada beberapa aspek dari sudut formilnya, yaitu aspek prosedur dan
metodologi periwayatan hadis yang bersifat spesifik yang menyebabkan bobot
kehujahan dan status hadis tidak mungkin dapat disamakan atau disejajarkan

9
Idri, dkk. Studi Hadits. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press. 2021.
10
Ibid
11
Abd al-Wahab Khallaf, ‘Ilm Ushul al-Fiqh (Kuwait: Dar al-Qalam, 1978), 30
12
Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadith ‘Ulumuh wa Mustalahuh (Beirut: Daral-Fikr, 1989), 43.

8
dengan Al-Qur'an. Sedangkan jika kita memakai pendekatan diagram tangga,
terlihat bahwa hadits merupakan dasar hukum kedua setelah Al-Quran.

Apabila Al-Quran dan hadis dipetakan perbedaan secara detail, dapatlah


diuraikan sebagai berikut:

 Sudut kepastian datangnya (qath'iyatul wurud), seluruh ayat Al-Qur'an bersifat


pasti, qath'i, karena Al-Qur'an diriwayatkan secara mutawâtir, periwayatan
kolektif dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan jumlah periwayat
yang tidak memungkinkan secara akal dan adat terjadi kedustaan atau
kekeliruan. Sementara hadis sangat sedikit yang diriwayatkan dengan cara
mutawâtir dan keumumannya periwayatan bersifat individual yang disebut
dengan riwayat ahad. Karena itu hadis ditinjau dari segi datang dan
keberadaannya bersifat dhanny, masih menyimpan adanya kemungkinan
kekhilafan. Yang pasti (qath’i) harus didahulukan dari pada yang mungkin
(dhanny), Al-Qur’an harus dikedepankan dari pada hadis.
 Sebagai konsekuensi dari dhanniyatul wurud pada hadits-hadits ahad, maka
terjadi kemungkinan kesalahan dalam periwayatan hadis, baik disengaja
ataupun disebabkan faktor manusia (human error). Karena itu para ulama hadis
mengklasifikasikan hadis kepada tingkatan shahih, hasan, dan dhaif. Hanya
hadis yang berderajat shahih dan hasan yang boleh dijadikan sandaran hukum.
 Dalam pengklasifikasian hadis menjadi shahih, hasan, dan dhaif, tidak seluruh
hadits yang dikatagorikan shahih disepakati kesahihannya oleh semua ulama
hadis, demikian juga tidak setiap yang dikatagorikan dhaif disepakati oleh
semua ulama tentang kedhaifannya. Maka suatu yang tidak bisa dihindari
bahwa ada sebagian hadis yang ditolak oleh sebagian kalangan ulama karena
dinilai lemah, dan diterima oleh sebagian ulama yang lain karena dinilai shahih.
Kelompok yang menolak suatu hadis karena dinilainya lemah tidak dapat
dihukumkan sebagai orang yang mengingkari ketaatan pada Rasul saw.
sehingga divonis sebagai orang murtad. Sebab yang ia tolak bukan materi
hadisnya sebagi perkataan atau perbuatan Rasulullah saw. yang wajib diikuti,
akan tetapi prosedur dan metode penyampaian hadits tersebut yang tidak
meyakinkan sehingga diragukan kebenarannya dari Rasulullah saw.
 Pada kenyataannya kewajiban mentaati hadits ditetapkan oleh Al-Qur'an. Maka
Al-Qur'an adalah pokok atau pangkal dari hukum, sedang hadis adalah cabang

9
yang ditetapkan oleh Al-Qur'an. Sebagaimana ijma' ditetapkan oleh perintah
Al-Qur'an dan hadis. Maka suatu yang tidak rasional jika yang pokok
disamakan kedudukannya dengan yang cabang.
 Tingkatan kehujahan hadis sebagai dasar hukum kedua setelah Al-Qur'an juga
diisyaratkan dalam Al-Qur'an dan hadis itu sendiri. Kemudian dipraktekan oleh
ijma' shahabat. Al-Qur'an mengatakan, "Ta'atlah kamu kepada Allah dan
taatlah kamu kepada Rasul agar kamu dirahmati" (Ali Imran: 132). Pada ayat
ini diperintahkan taat pertama-tama kepada Allah swt. kemudian kepada Rasul-
Nya. Dalam hadis Nabi saw. dikatakan kepada Muadz, "Bagaimana kamu
memutuskan perkara jika dihadapkan keopada suatu urusan?". Muadz
menjawab, "Aku akan memutuskan dengan Kitabullah!" Rasulullah saw.
bertanya lagi, "Jika kamu tidak menemukan pada Kitabullah?". Muadz
menjawab, "Aku akan memutuskan dengan Sunnah Rasul-Nya!". Rasulullah
bersabda lagi, "Bagaimana jika kamu tidak menemukan pada Kitabullah dan
Sunnah Rasulullah?" Muadz menjawab, "Aku akan berijtihad dengan
pendapatku dan tidak melampaui batas!" (HR. Abu Dawud). 13
B. Fungsi hadits terhadap Al-Qur’an
Fungsi al-Hadits terhadap al-Qur`an yang paling pokok adalah sebagai bayân,
sebagaimana ditandaskan dalam ayat:
“keterangan-keterangan (mu`jizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu
Al Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka dan supaya mereka memikirkan,. (Qs.16:44)”.
Fungsi hadist terhadap al-qur’an sebagai bayan di artikan oleh ulama dengan
berbagai pemahaman, antara lain:
1. Bayan Taqrir
Bayan taqrir merupakan hadist yang berfungsi menetapkan, memantapkan,
serta mengokohkan apa yang telah ditetapkan oleh al-qur’an, sehingga
maknanya tidak perlu diragukan lagi.
2. Bayan Tafsir
Bayan tafsir memiliki arti menjelaskan makna yang samar, merincikan
ayat yang maknanya global atau mengkhususkan ayat yang bermakna
umum.14

13
Asy-Syatibi, al-Muwafaqat, 729-735; Chalil, Kembali Kepada al-Qur’an, 236-237
14
Fikri, H. K. (2015). Fungsi Hadits terhadap Al-Quran. Tasamuh, 12(2), 178-188.

10
3. Bayan Tasyri’
Bayan tasyri’ merukan menjelaskan hukum yang disinggung langsung
dalam al-qur’an. Bayan ini juga dapat disebut dengan bayn zaid’ala al-
kitab al-karim. Hadist adalah sebagai ketentuan hokum dalam berbagai
persoalan yang tidak ada dalam al-qur’an.
4. Bayan An-Nasakh
An-nasakh secara bahasa memiliki arti al-ibthal (membatalkan), al-ijalah
(menghilangkan), at-tahwil (memindahkan) atau juga at-tagyar
(mengubah). Sedangkan menurut ulama’ mutaqaddimin, yang dimaksud
dengan bayan an-nasakh ini adalah adanya dalil syara’ yang dating
kemudian. Serta pengertian tersebut menurut ulama’ yang setuju adanya
fungsi bayan an-nasakh, dapat dipahami bahwa hadis sebagai ketentuan
yang dating berikutnya dapat menghapus ketentuan-ketentuan atau isi al-
qur’an yang dating kemudian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bayan
an-nasakh ini merupakan syara’ yang dapat menghapus ketentuan yang
telah ada, karena datangnya kemudian.15

C. Golongan Yang Menolak Hadist


siapa yang tidak mempercayai hadith Nabi s.a.w. sebagai sumber hukum Islam, maka
tergolonglah di dalam golongan yang sesat. Inilah yang dikenali dengan kelompok
anti hadith. Ada tiga jenis kelompok anti hadith.

15
Ali, M., & Himmawan, D. (2019). The role of hadis as religion doctrine resource, evidence proof of hadis and
hadis function to alquran (peran hadits sebagai sumber ajaran agama, dalil-dalil kehujjahan hadits dan fungsi
hadits terhadap alquran). Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, 5(1, March), 125-132.

11
a. Pertama, kelompok yang menolak hadith-hadith Rasulullah s.a.w. secara
keseluruhan.
b. Kedua, kelompok yang menolak hadith-hadith yang tak disebutkan dalam al-
Qur’an secara tersurat ataupun tersirat atau yang bertentangan dengan akal sehat
manusia.
c. Ketiga, kelompok yang hanya menerima hadith-hadith mutawatir dan menolak
hadith-hadith ahadwalaupun sahih. Mereka beralasan dengan ayat,

“Sesungguhnya persangkaan itu tidak berguna sedikitpun terhadap kebenaran” [An-


Najm: 28]. Cara mereka berhujah dengan ayat ini, tentu sahaja menurut penafsiran
model mereka sendiri.

Berdasarkan kepada fakta ini, jelas membuktikan bahawa pegangan dan sistem
kepercayaan golongan antihadith adalah bersifat liberal iaitu bebas di dalam
memahami dan mempercayai autoriti dan autensiti Hadith Nabi s.a.w sepertimana
yang diimani oleh golongan terawal di kalangan al-Sahabah dan al-Tabi’in. Fahaman
ini terus berkembang mengikut zaman dan didukungi oleh sekelompok umat Islam
yang bergurukan dan bertuankan kepada dua musuh utama Islam iaitu Kristien dan
Yahudi. Fakta ini dikemukakan berdasarkan kepada perkembangan yang berlaku di
dunia Islam seperti di Indonesia dan di Malaysia.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Darmalaksana, dkk. “HADIS SEBAGAI SUMBER ISLAM”, Wawasan: Jurnal Ilmiah


Agama dan Sosial Budaya. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Mustafa Assibai’, Assunnah wa Makanatuha fi Tasyri’ al-Islam, terj. (Bandung: CV.


Diponegoro, 1979), 103-104.

Idri, dkk. Studi Hadits. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press. 2021.

Asy-Syatibi, al-Muwafaqat, 729-735; Chalil, Kembali Kepada al-Qur’an, 236-237

Fikri, H. K. (2015). Fungsi Hadits terhadap Al-Quran. Tasamuh, 12(2), 178-188.

Ali, M., & Himmawan, D. (2019). The role of hadis as religion doctrine resource, evidence
proof of hadis and hadis function to alquran (peran hadits sebagai sumber ajaran
agama, dalil-dalil kehujjahan hadits dan fungsi hadits terhadap alquran). Risâlah,
Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, 5(1, March), 125-132.

Golongan Anti-Hadith dan Liberalisme – Persatuan Ulama Malaysia (pum.org.my)

13
14

Anda mungkin juga menyukai