Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................2
A. Pengertian sunnah.....................................................................................2
B. Kedudukan sunnah sebagai sumber ajaran islam......................................4
C. Contoh sunnah sebagai sumber ajaran
islam..........................................................................................................8
A. Kesimpulan...............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana kehidupan umat islam dalam kehidupan aspeknya telah di atur
oleh alqur’an dan as-sunnah. Ketika suatu ajaran yang terdapat dalam alQur‟an itu
masih bersifat global, as-Sunnah menjelaskan ajaran-ajaran tersebut secara
spesifik dan terperinci. Selain al-Qur‟an, kaum muslimin, sejak masa Rasulullah
saw. sampai sekarang, mematuhi as-Sunnah dan tetap menjadikannya sebagai
sumber hukum dan penuntun akhlak di samping alQur’an.
Sebagaimana perintah Allah dalam al-Qur’an diwajibkan bagi mereka
(Shahabat) untuk mengikuti Rasul dan mentaatinya selama hidupnya, maka wajib
pula atas mereka dan atas orang-orang muslim sesudah mereka itu untuk
mengikuti sunnahnya setelah beliau wafat. Sebab nas-nas yang mewajibkan taat
kepadanya itu bersifat umum, tanpa terkait dengan masa hidupnya, dan tanpa
dibatasi hanya kepada Shahabatnya saja, yang lain tidak.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan tentang dalil-dalil kehujjahan Sunnah?
2. Bagaimana hubungan sunnah dengan al-Qur’an?
3. Bagaimana pengertian hadits Maqbul sebagai hujjah dalam tasyri’ islami?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang dalil kehujjahan sunnah
2. Menjelaskan hubungan sunnah dengan al-Qur’an
3. Menjelaskan pengertian hadits maqbul sebagai hujjah dalam tasyri’ Islami
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
yang diriwayatkan oleh Al-Hakim. Kemudian Abu Najih al-Irbadh bin
Syari’ah ra yang menceritakan bahwa Rasulullah memberikan nasehat kepada
kita dengan suatu nasihat yang menggetarkan hati dan mencucurkan air mata,
Nabi SAW berkata yang artinya “Aku nasehatkan kepada kalian semua agar
kalian bertaqwa kepada Allah, taat dan patuh, biarpun seorang hamba sahaya
memerintahkan kamu. Sesunggguhnya orang yang hidup lama (Panjang umur)
diantara kamu akan mengetahui adanya pertentangan-pertentangan yang
hebat. Oleh sebab itu hendaklah kamu berpegang teguh kepada Sunnah-ku,
sunnah khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah sunnah
dengan taringmu, jauhilah mengada-ada perkara, sebab perkara yang diada-
adakan itu adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu adalah tersesat dan setiap yang
sesat itu neraka (tempatnya).”
4) Ijma’ sahabat tentang keharusan berpijak kepada Sunnah Rasul. Para sahabat
pada waktu Rasululah masih hidup selalu mengikuti segala sesuatu yang
diperintahkan oleh Beliau dan menjauhi segala larangan dengan tidak
membedakan antara kewajiban-kewajiban taat kepada hukum-hukum yang
diwahyukan Tuhan di dalam Al-Qur’an dan hukum-hukum yang ditetapkan
oleh Rasulullah SAW.
5) Pentingnya kedudukan Sunnah karena keberadaan Al-Qur’an. Merujuk kepada
sunnah Rasul sebagai penjelas ayat-ayat global yang ada didalam Al-Qur’an,
yang mana sunnah berfungsi sebagai bayan syari’at Allah SWT. Sunnah yang
berfungsi sebagai bayan merupakan hujjah bagi kaum muslimin dan menjadi
undang-undang yang wajib diikuti.1
1
Moh Turmudi, “Al-Sunnah ; Telaah Segi Kedudukan Dan Fungsinya Sebagai Sumber Hukum”,
IAIT Kediri Vol.27, No.1 (Januari 2016):6
3
ْ ََم ْن يُ ِطع ال َّرسُوْ َل فَق
َ ط اَطَا َع هّللا ِ
Barang siapa yang mengikuti Rasul, maka sesungguhnya dia telah mengikuti
Allah
يٰ ٓااَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ اٰ َمنُوْ ٓا اَ ِط ْيعُوهّللا َ َواَ ِط ْيعُوا ال َّرسُوْ َل َواُولِى ااْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم فَا ِ ْن تَنَا َز ْعتُ ْم فِ ْي َش ْىٍئ فَ ُر ُّدوْ هُ اِلَى هّللا ِ َوال َّرسُوْ ِل
Hai orang-orang yang beriman, patuhlah kepada Allah dan patuhlah kepada
Rasul dan Ulil Amri daripada kamu. Apabila terjadi pertengkaran dalam sesuatu
(masalah) maka pulangkanlah kepada Allah dan Rasul (QS. 4:59)
َولَوْ َر ُّدوْ هُ اِلَى ال َّرسُوْ ِل َواِ ٰل ٓى اُولِى ااْل َ ْم ِر ِم ْنهُ ْم لَ َعلِ َمهُ الَّ ِذ ْينَ يَ ْستَ ْنبِطُوْ نَهٗ ِم ْنهُ ْم
Dan kalau mereka menyerahkan kepada Rasul dan Ulil Amri diantara mereka,
tetulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenaran akan dapat
mengetahuinya. (QS. 4:83)
ضى هّللا ُ ِو َرسُوْ لُهٗ ٓ اَ ْمرًا اَ ْن يَ ُكوْ نَ لَهُ ُم ْال ِخيَ َرةُ ِم ْن اَ ْم ِر ِه ْم
َ ََو َما َكانَ لِ ُمْؤ ِم ٍن اِ َذا ق
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang Mukmin dan tidak pula bagi perempuan
yang Mukmin, apakah Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan,
aka nada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. (QS. 33:36)
َ َك فِ ْي َما َش َج َر بَ ْينَهُ ْم ثُ َّم الَ يَ ِج ُدوْ ا فِ ْيٓ اَ ْنفُ ِس ِه ْم َح َرجًا ِّم َّما ق
ضيْتَ َويُ َسلِّ ُموْ ا ٰ ّك الَ يُْؤ ِمنُوْ نَ َحت
َ ْى يُ َح ِّك ُمو َ ِّفَالَ َو َرب
تَ ْسلِ ْي ًما
Maka demi Tuhanmu, maka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap keputusan
yang kamu berikan kepada mereka, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.
(QS. 4:65)
4
َو َمٓا ٰاتٰ ُك ُم ال َّرسُوْ ُل فَ ُخ ُذوْ هُ َو َما نَهٰ ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهُوْ ا
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. (QS. 59:7)
Kedua, ijma’ sahabat. Di waktu Nabi SAW masih hidup, para sahabat
menjalankan hukum-hukum tentang larangan dan perintah , halal dan haram,
kesemuanya yayng bersumber dari Al-qur’an dan juga yang bersumber dari
Rasulullah. Sahabat Muadz bin Jabbal berkata, “Jika hukum yang aku jalankan
tidak terdapat di Kitabullah, maka aku akan mencarinya dalam Sunnah
Rasulullah”. Setelah Rasulullah wafat, jika terdapat di dalam Al-Qur’an maka
sahabat melihat nya pada Hadist Rasulullah.
5
Hukum-hukum yang terdapat dalam Sunnah adakalannya menetapkan
hukum-hukum Al-Qur’an atau menjelaskan hukum-hukum Al-Qur’an. Jadi
jelaslah bahwa tidak mungkin hukum antara Sunnah dan Al-Qur’an itu berbeda
atau bertentangan.2
2
Syekh Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005), 36-40
6
2. Imam malik berpendapat bahwa fungsi sunnah adalah bayan taqrir,
bayan tafsir, bayan tafsil, bayan al-ba’ts, bayan tasyri’.
3. Imam syafii berpendapat bahwa fungsi sunnah adalah bayan tafshil,
bayan takhsis, bayan ta’yin, bayan tasyri’, bayan naskh.
Dari pendapat-pendapat yang disebutkan secara global fungsi dari
sunnah terhadap al-Quran adalah untuk menjelaskan makna dan kandungan
dari al-Qur’an yang sangat dalam sebagaimana firman Allah,
َ ٱلزب ۗ ُِر َوَأن َز ۡلنَٓا ِإلَ ۡي
ِ َّك ٱل ِّذ ۡك َر لِتُبَيِّنَ لِلن
َاس َما نُ ِّز َل ِإلَ ۡي ِهمۡ َولَ َعلَّهُمۡ يَتَفَ َّكرُون ِ َبِ ۡٱلبَيِّ ٰن
ُّ ت َو
ُ ُد لِيُطَه َِّر ُكمۡ َولِيُتِ َّم نِ ۡع َمتَ ۥه¢ َر ٖج َو ٰلَ ِكن ي ُِري¢بِ ُوجُو ِه ُكمۡ َوَأ ۡي ِدي ُكم ِّم ۡن ۚهُ َما ي ُِري ُد ٱهَّلل ُ لِيَ ۡج َع َل َعلَ ۡي ُكم ِّم ۡن َح
ََعلَ ۡي ُكمۡ لَ َعلَّ ُكمۡ ت َۡش ُكرُون
7
adalah ayat-ayat yang memrintahkan untuk mendirikan sholat yang
hanya menyebutkan secara global berupa perintah saja tanpa
menjelaskan tata caranya, waktunya dan sebagainnya maka dirinci
dengan hadits nabi yaitu shallu kama roaytumuni usholli (H.R.
Bukhori).
اض ِّمن ُكمۡۚ َواَل ¢َ ٰ ِونَ ت¢¢ ِل ِإٓاَّل َأن تَ ُك¢ ٰ َولَ ُكم بَ ۡينَ ُكم بِ ۡٱل ٰبَ ِط¢ۡأ ُكلُ ٓو ْا َأم¢ۡ ¢َوا اَل ت
َ ¢َج َرةً عَن ت
ٖ ر¢
ْ ُٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن
8
kalangan mu’tazilah, hanafiyah dan ibnu hazm adz-dzahiri
walaupun diantara ketiganya memilik perbedaan masing-masing
yaitu ibnu hazm membolehkan seluruh macam hadits termasuk ahad
untuk menasakh al-Qur’an, mu’tazilah hanya membatasi terhadap
hadits mutawatir dan para ulam’ hanafiyah yang membolehkan
hadits masyhur.
C. Hadist Maqbul
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sunnah secara Bahasa adalah jalan yang biasa, sedangkan menurut istilah
ushuli adalah sesuatu yang diriwayatkan dari nabi berupa perkataan,
perbuatan, ketetapan dan sifat huluqiyah. Dan menurut istilah syari iaiah
apa yang bersumber dari Rasul berupa perkataan, atau perbuatan, atau
ketetapannya.
2. Hukum-hukum yang terdapat dalam Sunnah adakalannya menetapkan
hukum-hukum Al-Qur’an atau menjelaskan hukum-hukum Al-Qur’an.
Jadi jelaslah bahwa tidak mungkin hukum antara Sunnah dan Al-Qur’an
itu berbeda atau bertentangan.
3. Macam-macam sunnah merupakan bagian dari teladan terbaik umat Islam,
yaitu Nabi Muhammad SAW. Berdasarkan bentuk penyampaiannya oleh
Rasulullah, sunnah dibagi menjadi tiga macam, qauliyyah, fiiliyyah, dan
taqriyyah.
1
DAFTAR PUSTAKA
http://m.liputan6.com/hot/read/4635050/macam-macam-sunnah-dan-contohnya-
penting-dalam-hukum-islam?
utm_source=Mobile&utm_medium=&utm_campaign=Share_Top