Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan sistem nilai dan ajaran Illahiyah yang bersifat transendental.
Sebagai suatu sistem universal, Islam akan selalu hadir dinamis dan menyegarkan
serta akan selalu mampu menjawab berbagai tantangan zaman. Hal ini didasarkan
pada sumber ajaran Islam yang kokoh, yaitu Alquran, Hadits dan Ijtihad. (Musthafa
Siba’i, 1975: 75).

Alquran dan Sunnah telah menjadi fokus perhatian umat Islam sejak zaman
Nabi sendiri sampai sekarang. Namun berbeda dengan Alquran, perkembangan
Sunnah tidak semulus Alquran. Berbagai keraguan bahkan penolakan muncul seiring
pertumbuhan studi terhadap Sunnah itu sendiri.

Islam adalah agama Allah yang di wahyukan kepada rasul-rasulnya untuk di


ajarkan kepada manusia. Ia dibawa secara berantai dari satu generasi ke generasi lain,
selanjutnya dari satu angktan ke angkatan berikutnya. Itu adalah rahmat hidayah dan
petunjuk bagi manusia.
Meskipun demikian tidak berarti semua sama persis antara islam yang di bawa Nabi
Muhammad SAW dengan islam yang di bawa Nabi sebelumya.

Firman Allah sebagai berikut :

‫اْلَيْو َم َأْك َم ْلُت َلُك ْم ِد يَنُك ْم َو َأْتَم ْم ُت َع َلْيُك ْم ِنْع َم ِتي َو َر ِض يُت َلُك ُم اإلْسالَم ِد يًنا‬
Artinya :
`”Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu”.

Page | 1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Hadist ?
2. Bagaimana Kedudukan Hadist Sebagai Sumber Ajaran Islam ?
3. Bagaimana Fungsi Hadist ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Pengertian Hadist.
2. Mengetahui Kedudukan Hadist Sebagai Sumber Ajaran.
3. Mengetahui Fungsi Hadist.

Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadist

Secara bahasa, hadits dapat berarti baru, dekat dan khabar (cerita). Sedangkan
dalam tradisi hukum Islam, hadits berarti segala perkataan, perbuatan dan keizinan
Nabi Muhammad SAW (aqwal, af’al wa taqrir). Akan tetapi para ulama Ushul Fiqh,
membatasi pengertian hadits hanya pada ”ucapan-ucapan Nabi Muhammad SAW
yang berkaitan dengan hukum”, sedangkan bila mencakup, pula perbuatan dan taqrir
yang berkaitan dengan hukum, maka ketiga hal ini mereka namai dengan ”Sunnah”.
Beranjak dari pengertian-pengertian di atas, menarik dibicarakan tentang
kedudukan Hadits dalam Islam. Seperti yang kita ketahui, bahwa Al-Qur’an
merupakan sumber hukum primer/utama dalam Islam. Akan tetapi dalam realitasnya,
ada beberapa hal atau perkara yang sedikit sekali Al-Qur’an membicarakanya, atau
Al-Qur’an membicarakan secara global saja, atau bahkan tidak dibicarakan sama
sekali dalam Al-Qur’an. Nah jalan keuar untuk memperjelas dan merinci
keuniversalan Al-Qur’an tersebut, maka diperlukan Al-Hadits/As-Sunnah. Di sinilah
peran dan kedudukan Hadits sebagai tabyin atau penjelas dari Al-Qur’an atau bahkan
menjadi sumber hukum sekunder/kedua_setelah Al-Qur’an.
Mengenai islan agama yang di bawa oleh Nabi Ibrahim dan agama manusia
sebelumnya, dinyatakan dalam al-qur`an sebagai berikut :

‫َوَو َّص ى ِبَها ِإْبَر اِهيُم َبِنيِه َو َيْع ُقوُب َيا َبِنَّي ِإَّن َهَّللا اْص َطَفى َلُك ُم الِّديَن َفال َتُم وُتَّن ِإال َو َأْنُتْم ُم ْسِلُم وَن‬

Artinya :
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian
pula Yakub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah

Page | 3
memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk
agama Islam".(Qs al-baqarah ,ayat 132).1

B. Kedudukan Hadist

a. Kedudukan Hadist Sebagai Sumber Ajaran Islam


Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa hadis merupakan salah satu sumber
ajaran Islam menempati kedudukan setelah Al-Qur’an. Bagi umat Islam merupakan
keharusan untuk mengikuti hadis sama halnya dengan mengikuti Al-Qur’an baik
berupa perintah maupun larangan. Sebab Al-Qur’an dan hadis merupakan sumber
syari’at yang saling terkait. Seorang muslim tidak mungkin dapat memahami syari’at
kecuali dengan merujuk kepada keduanya sekaligus dan seorang mujtahid tidak
mungkin mengabaikan salah satunya. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-
Nisa’[4]:59.

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya”.2
Ayat ini dapat dipahami bahwa keberadaan sunnah sebagai wahyu Allah
mempunyai kedudukan yang sederajat dengan Al-Qur’an, yang wajib diamalkan
sebagaimana kewajiban mengamalkan Al-Qur’an. Sementara itu kalau ditinjau dari
segi kekuatan di dalam penentuan hukum, otoritas Al-Qur’an lebih tinggi satu tingkat
daripada otoritas sunnah, karena Al-Qur’an mempunyai kualitas “qath’iy” baik secara
global maupun terperinci. Sedangkan sunnah berkulitas “qath’iy” secara global dan
1
http://nanda-aceh.blogspot.com/2012/05/makalah-kedudukan-dan-fungsi-hadist.html
2
http://yuksmile.blogspot.com/2012/04/hadis-sebagai-sumber-ajaran-agama.html

Page | 4
tidak secara terperinci. Disis lain karena Nabi saw. Sebagai manusia yang tunduk di
bawah perintah dan hukum-hukum Al-Qur’an, Nabi saw. Tak lebih hanya penyampai
Al-Qur’an kepada manusia.

Lebiha lanjut dijelaskan oleh Asy Syathiby (dalam Al Muwafaqat 4: 7-8)


menerangkan bahwa rutbah (kedudukan) As Sunnah di bawah rutbah Al-Qur’an
sebagai sumber ajaran agama dengan alasan sebagai berikut:

a) Al Qur’an diterima dengan jalan yang yakin (maqthu’bihi), sedangkan As


Sunnah diterima dengan jalan dhan (madhnun bihi). Keyakinan kita kepdada sunnah
hanyalah secara global saja; bukan secara detail. Al-Qur’an global dan detailnya
diterima dengan cara meyakinkan.

b) As Sunnah adakala, menerangkan (membayankan) sesuatu yang diijmalkan


(diringkaskan uraiannya) oleh Al-Qur’an, adakala mensyarahkan Al-Qur’an, dan
adakala mendatangkan yang belum didatangkan Al-Qur’an.

Maka jika As Sunnah itu bersifat penerang (bayan), atau syarah, tentulah
keadaannya (statusnya) tidak sama dengan dengan derajat pokok (yang diberikan
penjelasannya) Nash yang bersifat pokok, dipandang asas. Nash yang bersifat syarah,
dipandang cabang. Jika bersifat mendatangkan yang didatangkan Al-Qur’an, tiadalah
diterima, kalau berlawanan dengan apa yang ada di dalam Al-Qur’an. Diterimanya,
kalau yang didatangkan itu, tak ada dalam Al-Qur’an.

 Dalil-dalil yang menjelaskan kedudukan hadis sebagai sumber ajaran Islam:

Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW berkenaan dengan keharusan


menjadikan hadis sebagai pedoman hidup, disamping Al-Qur’an sebagai pedoman
utamanya, beliau bersabda:

)‫َتَر كْـُت ِفـْيُك ْم َأْم َر ْيِن َلْن َتِض ُّلْو ا َم ا َتَم َّس ـْكُتْم ِبِهمَا ِكـَتاَب ِهللا َو ُس ـَّنَة َنِبِّيِه (رواه مالك‬

Page | 5
“Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, yang kalian tidak akan tersesat selagi
kamu berpegang teguh pada keduanya, yaitu berupa kitab Allah dan Sunnah Rasul-
Nya”. (HR. Malik) Dalam hadis lain beliau bersabda:

...‫ (رواه ابو داود و‬...‫َفَعَلـْيُك ْم ِبُس َّنِتي َو ُس َّنِة اْلُخ َلَفاِء الَّر اِشِد ْيَن اْلَم ـْهِد ِّيـْيَن َتَم َّس ُك ْو ا ِبَهاَو َعُّض ْو اَع َلْيَها‬
)‫ابن ماجه‬

“Wajib bagi sekalian berpegangan teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafa ar-
Rasyidin (khalifah yang mendapat petunjuk), berpegang teguhlah kamu sekalian
dengannya.” (HR. Abu Daud dan Ibn Majah)

Hadis-hadis tersebut diatas menunjukkan kepada kita bahwa berpegang teguh kepada
hadis/menjadikan hadis sebagai pegangan dan pedoman hidup itu adalah wajib,
sebagaimana wajibnya berpegang teguh kepada Al-Qur’an.3

a. Kedudukan Hadist Sebagai Sumber Hukum Islam

Hadis memiliki kedudukan yang sangat penting karena sebagai sumber hukum ke-2
dalam ajaran Islam.

-:‫ َفِإْن َتَناَز ْعُتْم ِفي َش ْي ٍء َفُر ُّدوُه ِإَلى ِهَّللا َو الَّرُس وِل …(النساء‬... ‫َياَأُّيَها اَّلِذ يَن َء اَم ُنوا َأِط يُعوا َهَّللا َو َأِط يُعوا الَّرُس وَل‬
)59

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

3
http://yuksmile.blogspot.com/2012/04/hadis-sebagai-sumber-ajaran-agama.html

Page | 6
-)92 :‫َو َأِط يُعوا َهَّللا َو َأِط يُعوا الَّرُس وَل َو اْح َذ ُر وا َفِإْن َتَو َّلْيُتْم َفاْع َلُم وا َأَّنَم ا َع َلى َر ُس وِلَنا اْلَبالُغ اْلُمِبيُن (المائدة‬

Artinya: “Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan
berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya
kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. “

C. Fungsi Hadist
Sebagai sumber ajaran kedua setelah Al-Qur’an, hadis tampil untuk
menjelaskan (bayan) keumuman isi al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan firman Allah
Q.S. Al-Nahl[16]: 44.
Artinya “Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan
pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan.”
Allah SWT menurunkan al-Qur’an bagi umat manusia, agar al-Qur’an ini
dapat dipahami oleh manusia, maka Rasul SAW diperintahkan untuk menjelaskan
kandungan dan cara-cara melaksanakan ajarannya kepada mereka melalui hadis-
hadisnya.
Penjelasan yang dimaksud di atas kemudian oleh para ulama di perinci ke berbagai
bentuk penjelasan. Secara garis besar terdapat empat bentuk fungsi penjelasan hadis
terhadap al-Qur’an sebagai berikut:4

1. Bayan at-Taqrir
Bayan al-taqrir disebut juga dengan bayan al-ta’kid dan bayan al-itsbat.
Yang dimaksud dengan bayan ini, ialah menetapkan dan memperkuat apa yang telah
diterangkan di dalam al-Qur’an. Fungsi hadis dalam hal ini hanya memperkokoh isi
kandungan al-Qur’an. Suatu contoh hadis yang diriwayatkan Muslim dari Ibnu Umar,
yang berbunyi sebagai berikut:
)‫َفِإَذ ا َر َأْيـُتُم اْلِهَالَل َفُصْو ُم ْو ا َو ِإَذ ا َر َأْيـُتُم ْو ُه َفَأْفِط ُرْو ا (رواه مسلم‬

4
http://www.pakbendot.com/2012/11/makalah-study-hadits-hadits-sebagai.html#ixzz2JB4g6dCq

Page | 7
“Apabila kalian melihat (ru’yah) bulan, maka berpuasalah, juga apabila melihat
(ru’yah) itu maka berbukalah.” (HR. Muslim)
Hadis ini datang men-taqrir ayat al-Qur’an di bawah ini:
“Maka barang siapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendaklah ia
berpuasa...” (QS. Al-Baqoroh [2]: 185)
Abu Hamadah menyebut bayan taqrir atau bayan ta’kid ini dengan
istilah bayan al-muwafiq li al-nas al-kitab. Hal ini dikarenakan munculnya hadis-
hadis itu sealur (sesuai) dengan nas al-Qur’an.
2. Bayan at-Tafsir
Yang dimaksud bayan at-tafsir adalah penjelasan hadith terhadap ayat-ayat
yang memerlukan perincian atau penjelasan lebih lanjut, seperti pada ayat-
ayat mujmal, mutlaq, dan ‘aam. Maka fungsi hadith dalam hal ini memberikan
perincian (tafshil) dan penafsiran terhadap ayat-ayat yang masih mutlak dan
memberikan takhsis terhadap ayat-ayat yang masih umum.
a. Merinci ayat-ayat yang mujmal (ayat yang ringkas atau singkat, global)
Sebagai contoh hadis berikut:
)‫َص ُّلْو ا َك َم ا َر َاْيُتُم ْو ِني ُأَص ِّلْي (رواه البخارى‬
“Sholatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat.” (HR. Bukhari)
Hadis ini menjelaskan bagaimana mendirikan shalat. Sebab dalam al-Qur’an
tidak menjelaskan secara rinci. Salah satu ayat yang memerintahkan shalat adalah:
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang
ruku'.” (QS. Al-Baqoroh[2]: 43)
b. Men-taqyid ayat-ayat yang mutlaq
Kata mutlaq artinya kata yang menunjukkan pada hakekat kata itu sendiri apa
adanya, dengan tanpa memandang kepada jumlah maupun sifatnya. Men-
taqyid dan mutlaq artinya membatasi ayat-ayat mutlaq denngan sifat, keadaan, atau
syarat-syarat tertentu. Sebagai contoh hadis Rasul SAW berikut:
)‫التقطع يد السارق ا في ربع دينار فصاعدا (رواه مسلم‬

Page | 8
“Tangan pencuri tidak boleh dipotong, melainkan pada (pencurian senilai)
seperempat dinar atau lebih.” (HR. Muslim)
Hadith di atas men-taqyid ayat al-Qur’an berikut:
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.”
(QS. Al Maidah [5]: 38)
c. Men-takhsis ayat yang ‘am
Kata ‘am ialah kata yang menunjukkan atau memiliki makna, dalam jumlah
yang banyak. Sedangkan takhsis atau khash, ialah kata yang menunjukkan arti
khusus, tertentu atau tunggal. Yang dimaksud men-takhsis yang ‘am ialah membatasi
keumuman ayat Al-Qur’an sehingga tidak berlaku pada bagian-bagian tertentu.
Mengingat fungsinya ini, maka ulama berbeda pendapat apabila mukhasis-nya
dengan hadith ahad. Menurut Syafi’i dan Ahmad bin Hambal, keumuman ayat bisa
ditakhsish oleh hadith ahad yang menunjukkan kepada sesuatu yang khash, sedang
menurut ulama Hanafiah sebalikanya. Sebagai contoh:
‫اليرث القتل من المقتول شيأ‬
“Pembunuh tidak berhak menerima harta warisan.” (HR. Ahmad)
Hadith tersebut men-takhsis keumuman firman Allah surat an-Nisa’ ayat 44
berikut:
“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.
Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak
perempuan...”

3. Bayan at-tasyri’
Yang dimaksud bayan al-tasyri’ adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran-
ajaran yang tidak didapati dalam al-Qur’an hanya terdapat pokok-pokoknya
(ashl) saja. Bayan ini oleh Abbas Mutawalli Hammadah dengan “zaa’id ‘ala al-kitab
al-kariim” (tambahan terhadap nash al-Qur’an).

Page | 9
Hadis Rasulullah SAW yang termasuk ke dalam kelompok ini, diantaranya
hadis tentang penetapan haramnya mengumpulkan dua wanita bersaudara (antara
isteri dengan bibinya), hukum syuf’ah, hukum merajam pezina wanita yang masih
perawan, dan hukum tentang hak waris bagi seorang anak. Suatu contoh, hadis
tentang zakat fitrah, sebagai berikut:

‫َأَّن َر ُس وَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَر َض َز َك اَة اْلِفْطِر ِم ْن َر َم َض اَن َع َلى الَّناِس َص اًعا ِم ْن َتْمٍر َأْو َص اًعا‬

‫ِم ْن َش ِع يٍر َع َلى ُك ِّل ُح ٍّر َأْو َع ْبٍد َذ َك ٍر َأْو ُأْنَثى ِم ْن اْلُم ْسِلِم يَن‬
: Artinya
“Bahwasanya Rasul SAW telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada
bulan ramadhan satu sukat (sha’) kurma atau gandum untuk setiap orang, baik
merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuan Muslim.”(HR. Muslim)

Ibnu al- Qayyim berkata, bahwa hadis-hadis Rasul SAW yang berupa
tambahan terhadap al-Qur’an, merupakan kewajiban atau aturan yang harus ditaati,
tidak boleh menolak atau mengingkarinya, dan ini bukanlah sikap (Rasul SAW)
mendahului al-Qur’an melainkan semata-mata karena perintah-Nya.

4. Bayan al-Nasakh
Pada bayan jenis keempat ini, terjadi perbedaan pendapat yang sangat tajam.
Ada yang mengakui dan menerima fungsi hadis sebagai nasikh terhadap sebagian
hukum Al-Qur’an dan ada yang juga yang menolaknya.
Kata nasakh secara bahasa
berarti ibthal (membatalkan), izalah (menghilangkan), tahwil (memindahkan),
dan taghyir (mengubah). Para ulama mengartikan bayan al-nasakh ini banyak yang
melalui pendekatan bahasa, sehingga di antara mereka terjadi perbedaan pendapat
dalam menta’rifnya. Menurut ulama mutaqoddimin, bahwa terjadinya nasakh ini

Page | 10
karena adanya dalil syara’ yang mengubah suatu hukum (ketentuan) meskipun jelas,
karena telah berakhir masa keberlakuannya serta tidak bisa diamalkan lagi,
dan syar’i (pembuat sayari’at) menurunkan ayat tersebut tidak diberlakukan untuk
selama-lamanya (temporal).
Diantara para ulama yang membolehkan adanya nasakh hadith terhadap al-
Qur’an juga berbeda pendapat dalam macam hadith yang dapat dipakai untuk me-
nasakh-nya. Dalam hal ini mereka terbagi menjadi tiga kelompok.
Pertama, yang membolehkan me-nasakh al-Qur’an dengan segala hadith,
meskipun dengan hadith Ahad. Pendapat ini diantaranya dikemukakan oleh para
ulama mutaqaddimin dan Ibn Hazm serta sebagian para pengikut Zahiriyah.
Kedua, yang membolehkan me-nasakh dengan syarat bahwa hadith tersebut
harus mutawatir. Pendapat ini diantaranya dipegang oleh Mu’tazilah.
Ketiga, ulama yang membolehkan me-nasakh dengan Hadith masyhur, tanpa
harus dengan hadith mutawatir. Pendapat ini dipegang diantaranya oleh ulama
Hanafiyah.
Salah satu contoh yang bisa diajukan oleh para ulama ialah sabda Rasul SAW
dari Abu Umamah al-Bahili, yang berbunyi:

)‫إن هللا قد اعطى كل ذي حق حقه فال وصية لوارث (رواه أحمد واألربعة االالنسائ‬
“Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada tiap-tiap orang hak(masing-masing),
maka tidak ada wasiat bagi ahli waris.” (HR. Ahmad dan al arba’ah, kecuali An-
Nasaai’i).5
Hadis di atas dinilai Hasan oleh Ahmad dan At-Tirmidzi. Hadith ini menurut
mereka menasakh isi Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 180, yang berbunyi:

5
http://yuksmile.blogspot.com/2012/04/hadis-sebagai-sumber-ajaran-agama.html

Page | 11
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-
tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan
karib kerabatnya secara ma'ruf....”
Keawajiban melakukan wasiat kepada kaum kerabat dekat berdasarkan surat
al-Baqarah ayat 180 di atas, di-nasakh hukumnya oleh Hadith yang menjelaskan
bahwa kepada ahli waris tidak boleh dilakukan wasiat

Page | 12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hadits berarti segala perkataan, perbuatan dan keizinan Nabi Muhammad SAW
(aqwal, af’al wa taqrir). Akan tetapi para ulama Ushul Fiqh, membatasi pengertian
hadits hanya pada ”ucapan-ucapan Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan
hukum”, sedangkan bila mencakup, pula perbuatan dan taqrir yang berkaitan dengan
hukum, maka ketiga hal ini mereka namai dengan ”Sunnah”.
Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa hadis merupakan salah satu sumber
ajaran Islam menempati kedudukan setelah Al-Qur’an. Bagi umat Islam merupakan
keharusan untuk mengikuti hadis sama halnya dengan mengikuti Al-Qur’an baik
berupa perintah maupun larangan. Sebab Al-Qur’an dan hadis merupakan sumber
syari’at yang saling terkait.
Dalam hubungannya dengan Al-Qur’an, As-Sunnah memiliki beberapa fungsi
seperti; bayan tafsir yang menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan
musytarak; dan Bayan Taqrir, berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat
pernyataan Al-Qur’an.

Page | 13
DAFTAR PUSTAKA

 http://nanda-aceh.blogspot.com/2012/05/makalah-kedudukan-dan-fungsi-
hadist.html

 http://www.pakbendot.com/2012/11/makalah-study-hadits-hadits-
sebagai.html#ixzz2JB4g6dCq

 http://yuksmile.blogspot.com/2012/04/hadis-sebagai-sumber-ajaran-
agama.html

Page | 14

Anda mungkin juga menyukai