MAKALAH
Oleh:
Kelompok: 2
Kelas: A
1. Umasiya’tiyan (1710810005)
2. Kurnia Afrizal Zulkarnaen (1710810013)
3. Dessy Wulansari (1710810015)
4. Mufidatul Khusna (1710810034)
u
i
s
g
n
F
-
l
D
a
e
t
i
r
K
E
S
T
I
D
A
H
B
s
t
i
d
H
a
j
u
h
e
K
A
R
E
B
M
J
U
S
l
a
i
I
A
G
n
a
h
A
N
R
p
d
a
h
r
e
t
s
t
i
d
a
H
L
S
I
M
A
-
l
A
n
a
’
r
u
Q
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara bahasa hadits berasal dari kata hadits, bentuk jamaknya adalah ahadis. Dari
kata tersebut memiliki banyak arti, diantaranya Al-Jadid ( yang baru ), Al-Qarib (yang
dekat), dan Al-Akbar ( kabar berita ). Sedangkan menurut istilah hadis adalah segala
perkataan atau sabda, perbuatan, ketetapan dan persertujuan dari Nabi Muhammad SAW
yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam islam. Kedudukan hadis merupakan
sumber hukum islam kedua setelah Al-Quran. Kedudukan hadis ini sangat penting bagi
umat islam. Hadis merupakan warisan Rasulullah yang sampai sekarang masih dipegang
para umatnya yang senantiasa mengharapkan syafaat pada hari kiamat setelah. Hadis
dikumpulkan oleh sejumlah perawi memiliki peran penting dalam menyampaikan ajaran
islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagimana kedudukan hadits dalam sumber hukum islam?
2. Bagaimana dalil-dalil kehujjahan hadits?
3. Bagaimana fungsi hadits terhadap Al-Qur’an?
4. Bagaimana kriteria hadits yang dapat dijadikan hujjah?
C. Tujuan penulisan
Makalah ini dibuat bertujuan untuk membahas tentang Hadis sebagai sumber hukum
Islam, selain itu tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis kedudukan hadits sebagai sumber hukum islam.
2. Untuk menganalisis dalil-dalil kehujjahan hadits.
3. Untuk menganalisis fungsi hadits terhadap al-Qur’an.
4. Untuk mengnalisis kriteria hadits yang dapat dijadikan hujjah.
D. Metode penulisan
Dalam makalah ini penulis menggunakan studi literature atau kajian pustaka. Penulis
membaca beberapa buku, jurnal,atau literature yang sesuai dengan judul makalah untuk
menjawab permasalahan. Data-data yang sudah diperoleh tersebut kemudian dianalisis,
dikembangkan dan disajikan penulis dalam bentuk tulisan dengan kalimat sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
ب الَّ ِذيِ ب الَّ ِذي نَ َّز َل َعلَى َرسُولِ ِه َو ْال ِكتَا ِ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا آ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه َو ْال ِكتَا
ضالال َ ض َّل َ أَ ْن َز َل ِم ْن قَ ْب ُل َو َم ْن يَ ْكفُرْ بِاهَلل ِ َو َمالئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ْاليَوْ ِم اآل ِخ ِر فَقَ ْد
١٣٦( بَ ِعيدًا
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka Sesungguhnya orang itu telah sesat
sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa’: 136)
Dari ayat diatas telah dijelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada kita
untuk beriman kepada Allah, Rasul-Nya, dan kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Pada akhir ayat Allah mengancam orang-orang yang mengingkari
seruan-Nya.
“Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan sesat
selama kalian berpegang teguh dengan keduanya yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-
Nya.” (HR. Malik)
Hadits tersebut menunjukkan bahwa berpegang teguh pada sunnah nabi hukumnya
sama dengan untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an yaitu wajib.
)32( َُول فَإ ِ ْن ت ََولَّوْ ا فَإ ِ َّن هَّللا َ اَل ي ُِحبُّ ْال َكافِ ِرين
َ قُلْ أَ ِطيعُوا هَّللا َ َوال َّرس
Artinya :
"Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir." (Q.S.Ali Imran/3: 32)
b. Q.S.An Nisa:59
يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آَ َمنُوا أَ ِطيعُوا هَّللا َ َوأَ ِطيعُوا ال َّرسُو َل َوأُولِي اأْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم فَإ ِ ْن تَنَازَ ْعتُ ْم فِي َش ْي ٍء
)59( ك َخ ْي ٌر َوأَحْ َس ُن تَأْ ِوياًل َ ُِول إِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل َ ِخ ِر َذل
ِ فَ ُر ُّدوهُ إِلَى هَّللا ِ َوال َّرس
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q.S. al-Nisa’/4: 59)
2. Dalil Hadits
Artinya:
“Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan
sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya yaitu Kitabullah dan
Sunnah Nabi-Nya.” (HR. Malik)
a. Ketika Abu Bakar dibaiat menjadi khalifah, ia pernah berkata, “saya tidak
meninggalkan sedikitpun sesuatu yang diamalkan oleh Rasulullah,
sesungguhnya saya takut tersesat bila meninggalkan perintahnya.
3
Ibid, hlm.55
b. Saat Umar berada di depan Hajar Aswad ia berkata, “saya tahu bahwa engkau
adalah batu. Seandainya saya tidak melihat Rasulullah menciummu, saya
tidak akan menciummu.”
c. Utsman bin Affan berkata, “saya duduk sebagaimana duduknya Rasulullah
SAW.saya makan sebagaimana makannya dan saya shalat sebagaimana
shalatnya”.
d. Ali bin Abi Thalib berkata, “kami melihat Rasulullah berdiri, lalu kami
berdiri, dan beliau duduk, kami pun duduk”4.
Masih banyak lagi contoh-contoh yang menunjukkan bahwa yang
diperintahkan, dilakukan, dan diserukan oleh Rasulullah SAW, selalu diikuti oleh
umatnya, dan apa yang dilarang selalu ditinggalkan oleh umatnya.
4
Mohammad, Gufron dan Rahmawati, Ulumul Hadits Praktis dan Mudah, (Yogyakarta: Kalimedia, 2017),
hlm.9.
1. Bayan Taqrir
Bayan taqrir disebut juga Bayan Ta’kid atau Bayan Isbat. Bayan dalam hal ini
berfungsi untuk memperkuat atau memperkokoh isi kandungan Al-Qur’an5. Contoh
dari Bayan Taqrir adalah
َإِ َذا َرأَ ْيتُ ُموهُ فَصُو ُموا َوإِ َذا َرأَ ْيتُ ُموهُ فَأ َ ْف ِطرُوا فَإ ِ ْن أُ ْغ ِم َي َعلَ ْي ُك ْم فَ ُع ُّدواثَالَثِ ْين
Artinya :
“ jika kalian melihatnya(bulan) maka berpuasalah, dan jika kalian
melihatnya(bulan) maka berbukalah (hari raya fitri), namun jika bulan tertutup mendung
yang menyulitkan kalian untuk melihatnya, maka sempurnakanlah sampai 30 hari”.
(HR. Muslim).
Hadits diatas menguatkan ayat Al-Qur’an
2. Bayan Tafsir
Bayan tafsir memiliki fungsi menjelaskan makna ayat Al-Qur’an yang masih
samar, merinci ayat Al-Qur’an yang masih global dan mengkhususkan makna ayat
Al-Qur’an yang masih umum6.
Contoh dari Bayan Tafsir:
a. Merinci ayat yang masih mujmal(global)
Bayan tafsir mujmal adalah hadits yang menerangkan kemujmalan ayat-ayat
tentang shalat,puasa,haji,zakat. Dalam Al-Qur’an hanya diterangkan tentang
perintah untuk menjalankannya tetapi tidak diterangkan tata cara pelaksanaannya.
Contoh salah satu ayat yang menerangkan perintah shalat adalah Qs.Al-Baqarah :
43
5
Teungku Muhammad Hasbi, Ash-Shiddieqy, 2009 Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits ( Semarang: Pustaka
Rizki Putra), hlm.
6
Opcit, hlm.61.
Artinya :
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orang-orang
yang ruku”(Qs.Al-Baqarah:43)
Dalam ayat diatas tata cara shalat tidak dijelaskan secara rinci hanya saja
kita diperintahkan untuk mengerjakannya. Oleh karena itu Hadits Nabi turun
untuk menjelaskan tata cara shalat, seperti Hadits yang ada di bawah ini:
ُ َّارقَةُ فَا ْقطَعُوا أَ ْي ِديَهُ َما َجزَا ًء بِ َما َك َسبَا نَ َكااًل ِمنَ هَّللا ِ ۗ َوهَّللا ُ َّار
ِ ق َوالس ِ َوالس
َزي ٌز َح ِكي ٌم
ِ ع
Artinya :
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan dari apa yang ia kerjakan dan sebagai siksaan dari
Allah.dan Allah maha perkasa lagi maha bijaksana”.
أَنَّ َرسُوْ َل هَّللا ِ صّلى هّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم قَطَ َع َسا ِرقًا فِي ِم َج ٍّن قِ ْي َمتُهُ ثَالَثَةُ َد َرا ِه َم
Artinya :
“Bahwa Rasûlullâh memotong tangan seseorang yang mencuri
tameng/perisai, yang nilainya sebesar tiga dirham” [Muttafaqun ‘Alaihi]
3. Bayan Tasyri’
Hadis ini mempunyai fungsi untuk menetapkan hukum yang tidak dijelaskan
dalam Al-Qur’an. Hal ini dilakukan atas inisiatif Nabi SAW atas berkembangnya
permasalahan yang sejalan dengan luasnya daerah penyebaran islam dan beragamnya
pemikiran para pemeluk islam7.
Diantara contoh hukum yang berasal dari inisiatif Nabi SAW adalah:
Larangan Nabi SAW kepada suami memadu istrinya dengan bibi dari pihak ibu atau
bapak sang istri. Yang terdapat dalam QS. An-nisa’ (4): 23
َوأَ ْن تَجْ َمعُوا بَ ْينَ اأْل ُ ْختَ ْي ِن إِاَّل َما قَ ْد َسلَفَ ۗ إِ َّن هَّللا َ َكانَ َغفُورًا َر ِحي ًما
Artinya :
7
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 2009).
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hadist berfungsi sebagai penguat hukum-hukum Al- Qur ‘an. Fungsi hadits
diantaranya sebagai penjelas ayat-ayat Al- Quran yang masih bersifat global atau
umum, dan menetapkan hukum-hukum yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an. Adapun
dalil-dalil kehujjahan Hadits telah dibuktikan oleh Al-Qur’an, Hadits, ijma’ para
sahabat, dan berdasarkan akal/logika. Perincian-perincian tersebut sudah terbagi
menjadi beberapa bagian yaitu bayan tafsir, bayan taqrir, dan bayan tasyri’.
Fungsi hadits sebagai bayan tafsir adalah menjelaskan makna ayat Al-Qur’an
yang masih samar, merinci ayat Al-Qur’an yang masih global dan mengkhususkan
makna ayat Al-Qur’an yang masih umum. Fungsi hadits sebagai bayan taqrir adalah
berfungsi untuk memperkuat atau memperkokoh isi kandungan Al-Qur’an. Adapun
fungsi hadits sebagai bayan tasyri’ adalah untuk menetapkan hukum yang tidak
dijelaskan dalam Al-Qur’an.
B. SARAN
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2009. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits.
Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Gufron, Mohammad dan Rahmawati. 2017. Ulumul Hadits Praktis dan Mudah. Yogyakarta:
Kalimedia.
Kementerian Agama, 2016. Buku Siswa Fikih. Jakarta: Kemenag. cet. Ke-1.
Suparta, Munzier. 2001. Ilmu Hadis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
https://almanhaj.or.id/3946-menentukan-ramadhan.html (3 September 2017)
http://www.academia.edu/10299292/makalah_Hadits_Sebagai_Sumber_Ajaran_Islam
(2 September 2017)
http://www.academia.edu/11883185/MAKALAH_FUNGSI_HADIST_TERHADAP_AL-QURAN (2
September 2017)