Anda di halaman 1dari 13

HADITS SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM

MAKALAH

Dibuat guna memenuhi tugas revisi Ulumul Hadits

Dosen pengampu : Muhammad Miftah, M.Pd.I

Oleh:
Kelompok: 2
Kelas: A

1. Umasiya’tiyan (1710810005)
2. Kurnia Afrizal Zulkarnaen (1710810013)
3. Dessy Wulansari (1710810015)
4. Mufidatul Khusna (1710810034)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2017
PETA KONSEP

u
i
s
g
n
F
-
l
D
a
e
t
i
r
K
E
S
T
I
D
A
H
B
s
t
i
d
H
a
j
u
h
e
K
A
R
E
B
M
J
U
S
l
a
i
I
A
G
n
a
h
A
N
R
p
d
a
h
r
e
t
s
t
i
d
a
H
L
S
I
M
A
-
l
A
n
a

r
u
Q
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara bahasa hadits berasal dari kata hadits, bentuk jamaknya adalah ahadis. Dari
kata tersebut memiliki banyak arti, diantaranya Al-Jadid ( yang baru ), Al-Qarib (yang
dekat), dan Al-Akbar ( kabar berita ). Sedangkan menurut istilah hadis adalah segala
perkataan atau sabda, perbuatan, ketetapan dan persertujuan dari Nabi Muhammad SAW
yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam islam. Kedudukan hadis merupakan
sumber hukum islam kedua setelah Al-Quran. Kedudukan hadis ini sangat penting bagi
umat islam. Hadis merupakan warisan Rasulullah yang sampai sekarang masih dipegang
para umatnya yang senantiasa mengharapkan syafaat pada hari kiamat setelah. Hadis
dikumpulkan oleh sejumlah perawi memiliki peran penting dalam menyampaikan ajaran
islam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagimana kedudukan hadits dalam sumber hukum islam?
2. Bagaimana dalil-dalil kehujjahan hadits?
3. Bagaimana fungsi hadits terhadap Al-Qur’an?
4. Bagaimana kriteria hadits yang dapat dijadikan hujjah?

C. Tujuan penulisan
Makalah ini dibuat bertujuan untuk membahas tentang Hadis sebagai sumber hukum
Islam, selain itu tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis kedudukan hadits sebagai sumber hukum islam.
2. Untuk menganalisis dalil-dalil kehujjahan hadits.
3. Untuk menganalisis fungsi hadits terhadap al-Qur’an.
4. Untuk mengnalisis kriteria hadits yang dapat dijadikan hujjah.
D. Metode penulisan
Dalam makalah ini penulis menggunakan studi literature atau kajian pustaka. Penulis
membaca beberapa buku, jurnal,atau literature yang sesuai dengan judul makalah untuk
menjawab permasalahan. Data-data yang sudah diperoleh tersebut kemudian dianalisis,
dikembangkan dan disajikan penulis dalam bentuk tulisan dengan kalimat sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kedudukan hadits dalam sumber hukum islam


Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa Hadits merupakan sumber hukum islam
yanng ke-2 setelah Al-Qur’an1. Hadits adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi
Muhammad SAW.baik berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapan dari nabi.
Banyak ayat al-Qur’an dan Hadits yang menjelaskan bahwa Hadits merupakan
sumber hukum Islam setelah al-Qur’an yang wajib diikuti dalam bentuk perintah maupun
larangannya2. Untuk mengetahui kedudukan hadits sebagai sumber hukum islam, dapat
dilihat dari beberapa dalil yang ada di bawah ini :
1. Dalil dari Al-Qur’an
Banyak dari ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang kedudukan hadits
sebagai salah satu sumber hukum islam salah satunya dalam surah An-Nisa: 136

‫ب الَّ ِذي‬ِ ‫ب الَّ ِذي نَ َّز َل َعلَى َرسُولِ ِه َو ْال ِكتَا‬ ِ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا آ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه َو ْال ِكتَا‬
‫ضالال‬ َ ‫ض َّل‬ َ ‫أَ ْن َز َل ِم ْن قَ ْب ُل َو َم ْن يَ ْكفُرْ بِاهَلل ِ َو َمالئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ْاليَوْ ِم اآل ِخ ِر فَقَ ْد‬
١٣٦( ‫بَ ِعيدًا‬
Artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka Sesungguhnya orang itu telah sesat
sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa’: 136)

Dari ayat diatas telah dijelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada kita
untuk beriman kepada Allah, Rasul-Nya, dan kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Pada akhir ayat Allah mengancam orang-orang yang mengingkari
seruan-Nya.

2. Dalil dari Hadits


1
Munzier, Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm.49.
2
Ibid.
Salah satu pesan dari Rasulullah SAW.tentang kewajiban menjadikan hadits
sebagai pedoman hidup di samping Al-Qur’an yang menjadi pedoman utama.

‫َاب هَللا ِ َو ُسنَّةَ نَبِيِّ ِه‬ ِ ‫ت فِي ُك ْم أَ ْم َر ْي ِن لَ ْن ت‬


َ ‫َضلُّوا َما تَ َم َّس ْكتُ ْم بِ ِه َما ِكت‬ ُ ‫ت ََر ْك‬

“Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan sesat
selama kalian berpegang teguh dengan keduanya yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-
Nya.” (HR. Malik)

Hadits tersebut menunjukkan bahwa berpegang teguh pada sunnah nabi hukumnya
sama dengan untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an yaitu wajib.

B. Dalil-dalil kehujjahan Hadits


Hadits merupakan salah satu sumber hukum agama islam. Perbedaan antara Al-
Qur’an dengan Hadits terletak pada lafadz dan maknanya. Al-Qur’an makna dan lafaz nya
semua dari Allah SWT. sedangkan Hadits makna dan lafadz nya semua dari Nabi. Al-
Qur’an maupun Hadits dalam mentaatinya hukumnya wajib bagi kaum muslimin.
Beberapa dalil tentang kehujjahan Hadits:
1. Dalil Al-Qur’an
Banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang kehujjahan Hadits diantaranya:
a. Q.S.Ali Imran:32

)32( َ‫ُول فَإ ِ ْن ت ََولَّوْ ا فَإ ِ َّن هَّللا َ اَل ي ُِحبُّ ْال َكافِ ِرين‬
َ ‫قُلْ أَ ِطيعُوا هَّللا َ َوال َّرس‬
Artinya :
"Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir." (Q.S.Ali Imran/3: 32)

b. Q.S.An Nisa:59

‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آَ َمنُوا أَ ِطيعُوا هَّللا َ َوأَ ِطيعُوا ال َّرسُو َل َوأُولِي اأْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم فَإ ِ ْن تَنَازَ ْعتُ ْم فِي َش ْي ٍء‬
)59( ‫ك َخ ْي ٌر َوأَحْ َس ُن تَأْ ِوياًل‬ َ ِ‫ُول إِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل َ ِخ ِر َذل‬
ِ ‫فَ ُر ُّدوهُ إِلَى هَّللا ِ َوال َّرس‬

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q.S. al-Nisa’/4: 59)

2. Dalil Hadits

‫َاب هَللا ِ َو ُسنَّةَ نَبِيِّ ِه‬ ِ ‫ت فِي ُك ْم أَ ْم َر ْي ِن لَ ْن ت‬


َ ‫َضلُّوا َما تَ َم َّس ْكتُ ْم بِ ِه َما ِكت‬ ُ ‫ت ََر ْك‬

Artinya:
“Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan
sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya yaitu Kitabullah dan
Sunnah Nabi-Nya.” (HR. Malik)

Hadits di atas menunjukkan bahwa berpegang teguh kepada hadits atau


menjadikan hadits sebagai pegangan dan pedoman hidup itu adalah wajib,
sebagaimana wajibnya berpegang teguh kepada al-Qur’an3.

3. Ijma’ para sahabat


Ijma’ para sahabat yang mengatakan wajib mengikuti sunnah rasul baik pada
masa hidup Rasulullah SAW. maupun setelah beliau wafat. Pada saat Rasulullah
masih hidup, para sahabat selalu melaksanakan perintah Rasulullah Saw. dan
meninggalkan larangan beliau. Para sahabat tidak membedakan kewajiban
mengikuti kentuan yang diwahyukan Allah Swt. melalui al-Qur’an, maupun
ajaran yang disampaikan Rasulullah Saw.
Umat Islam telah sepakat menjadikan hadits menjadi sumber hukum kedua
setelah Al-Qur’an. Kesepakatan umat muslimin dalam mempercayai, menerima,
dan mengamalkan segala ketentuan yang terkandung di dalam hadits telah
dilakukan sejak jaman Rasulullah, sepeninggal beliau, masa khulafaur rosyidin
hingga masa-masa selanjutnya dan tidak ada yang mengingkarinya.
Banyak peristiwa menunjukkan adanya kesepakatan menggunakan Hadits
sebagai sumber hukum Islam, antara lain adalah peristiwa dibawah ini :

a. Ketika Abu Bakar dibaiat menjadi khalifah, ia pernah berkata, “saya tidak
meninggalkan sedikitpun sesuatu yang diamalkan oleh Rasulullah,
sesungguhnya saya takut tersesat bila meninggalkan perintahnya.

3
Ibid, hlm.55
b. Saat Umar berada di depan Hajar Aswad ia berkata, “saya tahu bahwa engkau
adalah batu. Seandainya saya tidak melihat Rasulullah menciummu, saya
tidak akan menciummu.”
c. Utsman bin Affan berkata, “saya duduk sebagaimana duduknya Rasulullah
SAW.saya makan sebagaimana makannya dan saya shalat sebagaimana
shalatnya”.
d. Ali bin Abi Thalib berkata, “kami melihat Rasulullah berdiri, lalu kami
berdiri, dan beliau duduk, kami pun duduk”4.
Masih banyak lagi contoh-contoh yang menunjukkan bahwa yang
diperintahkan, dilakukan, dan diserukan oleh Rasulullah SAW, selalu diikuti oleh
umatnya, dan apa yang dilarang selalu ditinggalkan oleh umatnya.

4. Sesuai dengan Petunjuk Akal (Ijtihad)


Kerasulan Nabi Muhammad SAW, telah diakui dan dibenarkan oleh umat
Islam. Di dalam mengemban misinya itu kadangkala beliau menyampaikan apa
yang datang dari Allah SWT, baik isi maupun formulasinya dan kadangkala atas
inisiatif sendiri dengan bimbingan wahyu dari Tuhan. Namun juga tidak jarang
beliau menawarkan hasil ijtihad semata-mata mengenai suatu masalah yang tidak
dibimbing oleh wahyu. Hasil ijtihad ini tetap berlaku hingga akhirnya ada nash
yang menasakhnya.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa hadits merupakan salah satu
sumber hukum dan sumber ajaran Islam yang menduduki urutan kedua setelah
Al-Qur’an. Sedangkan bila dilihat dari segi kehujjahannya, hadits melahirkan
hukum dzonni, kecuali hadits mutawatir.

C. Fungsi Hadits terhadap Al-Qur’an


Hadits sebagai sumber hukum islam yang ke 2 setelah Al-Qur’an yang
berfungsi untuk menjelaskan(bayan) keumuman isi A-Qur’an.
Penjelasan tersebut diperinci oleh para ulama’ menjadi beberapa bentuk fungsi
penjelasan diantaranya:

4
Mohammad, Gufron dan Rahmawati, Ulumul Hadits Praktis dan Mudah, (Yogyakarta: Kalimedia, 2017),
hlm.9.
1. Bayan Taqrir
Bayan taqrir disebut juga Bayan Ta’kid atau Bayan Isbat. Bayan dalam hal ini
berfungsi untuk memperkuat atau memperkokoh isi kandungan Al-Qur’an5. Contoh
dari Bayan Taqrir adalah

َ‫إِ َذا َرأَ ْيتُ ُموهُ فَصُو ُموا َوإِ َذا َرأَ ْيتُ ُموهُ فَأ َ ْف ِطرُوا فَإ ِ ْن أُ ْغ ِم َي َعلَ ْي ُك ْم فَ ُع ُّدواثَالَثِ ْين‬
Artinya :
“ jika kalian melihatnya(bulan) maka berpuasalah, dan jika kalian
melihatnya(bulan) maka berbukalah (hari raya fitri), namun jika bulan tertutup mendung
yang menyulitkan kalian untuk melihatnya, maka sempurnakanlah sampai 30 hari”.
(HR. Muslim).
Hadits diatas menguatkan ayat Al-Qur’an

ُ َ‫فَ َمن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال َّش ْه َر فَ ْلي‬


ُ‫ص ْمه‬
“Barangsiapa diantara kamu melihat bulan hendaklah ia berpuasa”. (Qs.Al-Baqarah
:185)

2. Bayan Tafsir
Bayan tafsir memiliki fungsi menjelaskan makna ayat Al-Qur’an yang masih
samar, merinci ayat Al-Qur’an yang masih global dan mengkhususkan makna ayat
Al-Qur’an yang masih umum6.
Contoh dari Bayan Tafsir:
a. Merinci ayat yang masih mujmal(global)
Bayan tafsir mujmal adalah hadits yang menerangkan kemujmalan ayat-ayat
tentang shalat,puasa,haji,zakat. Dalam Al-Qur’an hanya diterangkan tentang
perintah untuk menjalankannya tetapi tidak diterangkan tata cara pelaksanaannya.
Contoh salah satu ayat yang menerangkan perintah shalat adalah Qs.Al-Baqarah :
43

ْ ‫وا ال َّز َكاةَ َوارْ َكع‬


َ‫ُوا َم َع الرَّا ِك ِعين‬ ْ ُ‫صالَةَ َوآت‬ ْ ‫َوأَقِي ُم‬
َّ ‫وا ال‬

5
Teungku Muhammad Hasbi, Ash-Shiddieqy, 2009 Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits ( Semarang: Pustaka
Rizki Putra), hlm.
6
Opcit, hlm.61.
Artinya :
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orang-orang
yang ruku”(Qs.Al-Baqarah:43)

Dalam ayat diatas tata cara shalat tidak dijelaskan secara rinci hanya saja
kita diperintahkan untuk mengerjakannya. Oleh karena itu Hadits Nabi turun
untuk menjelaskan tata cara shalat, seperti Hadits yang ada di bawah ini:

َ ُ‫صلُّوْ ا َك َما َرأَ ْيتُ ُمونِى أ‬


‫صلِّى‬ َ
Artinya : Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku sedang shalat
b. Mengkhususkan makna ayat yang masih umum
Contoh dari mengkhususkan makna ayat yang masih umum adalah masalah
hukuman bagi orang yang mencuri.

ُ ‫َّارقَةُ فَا ْقطَعُوا أَ ْي ِديَهُ َما َجزَا ًء بِ َما َك َسبَا نَ َكااًل ِمنَ هَّللا ِ ۗ َوهَّللا‬ ُ ‫َّار‬
ِ ‫ق َوالس‬ ِ ‫َوالس‬
‫َزي ٌز َح ِكي ٌم‬
ِ ‫ع‬
Artinya :
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan dari apa yang ia kerjakan dan sebagai siksaan dari
Allah.dan Allah maha perkasa lagi maha bijaksana”.

Dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah dijelaskan bahwa hukuman bagi orang


yang mencuri adalah di potong tangannya,akan tetapi dalam hal ini tidak di
jelaskan tentang batasan tangan orang yang akan di potong tangannya.

‫أَنَّ َرسُوْ َل هَّللا ِ صّلى هّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم قَطَ َع َسا ِرقًا فِي ِم َج ٍّن قِ ْي َمتُهُ ثَالَثَةُ َد َرا ِه َم‬
Artinya :
“Bahwa Rasûlullâh memotong tangan seseorang yang mencuri
tameng/perisai, yang nilainya sebesar tiga dirham” [Muttafaqun ‘Alaihi]

3. Bayan Tasyri’
Hadis ini mempunyai fungsi untuk menetapkan hukum yang tidak dijelaskan
dalam Al-Qur’an. Hal ini dilakukan atas inisiatif Nabi SAW atas berkembangnya
permasalahan yang sejalan dengan luasnya daerah penyebaran islam dan beragamnya
pemikiran para pemeluk islam7.
Diantara contoh hukum yang berasal dari inisiatif Nabi SAW adalah:
Larangan Nabi SAW kepada suami memadu istrinya dengan bibi dari pihak ibu atau
bapak sang istri. Yang terdapat dalam QS. An-nisa’ (4): 23

‫َوأَ ْن تَجْ َمعُوا بَ ْينَ اأْل ُ ْختَ ْي ِن إِاَّل َما قَ ْد َسلَفَ ۗ إِ َّن هَّللا َ َكانَ َغفُورًا َر ِحي ًما‬
Artinya :

” (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan


menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah
terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

D. Kriteria Kehujjahan Hadits


Sunnah Nabi Muhammad Saw adalah salah satu sumber tasyri’ penting dalam
Islam. Eksistensi dan urgensinya dibuktikan melalui fungsi-fungsi yang dijalankannya
sebagai penjelas dan penafsir al-Qur’an, bahkan sebagai penetap hukum yang independen
sebagaimana al-Qur‟an itu sendiri.
Sebagai salah satu sumber hukum Islam, hadits yang merupakan periwayatan
dari model kehidupan Nabi saw (sunnah), tentu saja membutuhkan penjustifikasian
terkait tentang kevaliditasan hukum yang terkandung didalamnya. Sehingga muncullah
pengklasifikasian hadits, apakah hadits itu shahih, hasan, maupu dha’if yang berimplikasi
pada kehujjahan hadits apakah hadits tersebut patut untuk dijadikah pedoman atau
sebagai landasan hukum atau tidaknya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka muncullah
kaedah-kaedah tentang keshahihan hadits. Kaedah-kaedah tersebut antara lain para perawi
yang bersifat adil, dhabit, ittisalus sanad atau sanadnya bersambung, terhindar dari ‘illat,
dan juga terhindar dari syadz.
Hadits yang bisa dijadikan dasar (hujjah) adalah hadits yang telah terbukti
otentisitasnya berasal dari Nabi dan berkualitas shahih. Walaupun definisi hadits shahih
secara tegas baru dirumuskan oleh ulama masa Muta’akhirin, namun sebenarnya rumusan
tersebut tetap mengacu pada kriteria-kriteria yang diajukan oleh ulama Mutaqaddimin.

7
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 2009).
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hadist berfungsi sebagai penguat hukum-hukum Al- Qur ‘an. Fungsi hadits
diantaranya sebagai penjelas ayat-ayat Al- Quran yang masih bersifat global atau
umum, dan menetapkan hukum-hukum yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an. Adapun
dalil-dalil kehujjahan Hadits telah dibuktikan oleh Al-Qur’an, Hadits, ijma’ para
sahabat, dan berdasarkan akal/logika. Perincian-perincian tersebut sudah terbagi
menjadi beberapa bagian yaitu bayan tafsir, bayan taqrir, dan bayan tasyri’.
Fungsi hadits sebagai bayan tafsir adalah menjelaskan makna ayat Al-Qur’an
yang masih samar, merinci ayat Al-Qur’an yang masih global dan mengkhususkan
makna ayat Al-Qur’an yang masih umum. Fungsi hadits sebagai bayan taqrir adalah
berfungsi untuk memperkuat atau memperkokoh isi kandungan Al-Qur’an. Adapun
fungsi hadits sebagai bayan tasyri’ adalah untuk menetapkan hukum yang tidak
dijelaskan dalam Al-Qur’an.

B. SARAN

Demikian makalah ini disusun. Semoga apa yang telah penulis uraikan diatas


mengenai Hadist sebagai sumber hukum dalam Islam dapat memberi manfaat kepada
pembaca. Penulis menyadari sebagai manusia biasa memang tidak dapat luput dari
kesalahan tidak terkecuali dengan makalah yang kami buat. Untuk itu, kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik
lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2009. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits.
Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Gufron, Mohammad dan Rahmawati. 2017. Ulumul Hadits Praktis dan Mudah. Yogyakarta:
Kalimedia.
Kementerian Agama, 2016. Buku Siswa Fikih. Jakarta: Kemenag. cet. Ke-1.
Suparta, Munzier. 2001. Ilmu Hadis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
https://almanhaj.or.id/3946-menentukan-ramadhan.html (3 September 2017)

http://www.academia.edu/10299292/makalah_Hadits_Sebagai_Sumber_Ajaran_Islam
(2 September 2017)

http://www.academia.edu/11883185/MAKALAH_FUNGSI_HADIST_TERHADAP_AL-QURAN (2
September 2017)

Anda mungkin juga menyukai