Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DALIL-DALIL KEHUJJAHAN HADITS DAN FUNGSI HADITS TERHADAP

AL-QUR’AN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah ulumul hadits

Dosen pengampu:

Nur Arifuddin, M.Pd.

Disusun Oleh :

EKA PRASETYO NURDIANSYAH

(20220213003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH IBNU SINA

KEPANJEN – MALANG
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana

berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

yang telah membimbing kita dari alam jahiliyah menuju alam yang terang ini, yakni

dengan adanya agama islam. Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih kepada

dosen mata kuliah ulumul hadits yang telah memberikan tugas ini kepada kami,

sehingga bisa menjadi media belajar dan pengalaman yang baik bagi kami.

Kami sebagai penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan

kesalahan dalam penulisan makalah ini, karena keterbatasan pengetahuan dan

pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu kami sangat mengharap kritik dan

saran para pembaca untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah yang

bentuknya sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca .

Malang, 12 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar belakang ...................................................................................... 4

B. Rumusan masalah................................................................................. 5

BAB II: PEMBAHASAN

A. Dalil-Dalil Kehujjahan Hadits .............................................................. 6

B. Fungsi Hadits terhadap Al-Qur’an ....................................................... 10

BAB 3: KESIMPULAN

A. Kesimpulan........................................................................................... 16

B. Daftar pustaka ...................................................................................... 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hadits merupakan sumber hukum utama kedua setelah Al-Qur’an dalam

agama islam. Hadits disampaikan oleh Rosululloh SAW kepada para sahabat

untuk menjawab berbagai permasalahan yang mana permasalahan tersebut

tidak dijelaskan langsung dalam Al-Qur’an. Hadits bukan hanya disampaikan

dalam bentuk ucapan Nabi saja namun hadits juga bisa berupa perilaku dan

ketetapan dari Nabi.

Pada hakikatnya hadits berasal dari Alloh SWT kemudian Alloh menjadikan

Nabi Muhammad SAW sebagai penyampai kepada ummatnya. Untuk

menguatkan bahwa hadits memang benar dari Alloh maka banyak ayat yang

membahas tentang kehujjahan hadits, selain ayat al qur’an ada juga beberapa

dalil-dalil lain yang menguatkan hadits sebagai sumber hukum kedua setelah

al quran. Karena hadits adalah sumber hukum kedua setelah al quran maka ada

beberapa fungsi hadits terhadap al quran. Dalam makalah ini akan kami

jelaskan tentang dalil-dalil kehujjahan hadits dan fungsi hadits terhadap al

quran.

4
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja dalil-dalil tentang kehujjahan hadits ?

2. Apa saja fungsi hadits terhadap Al-Qur’an ?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dalil-dalil kehujjahan hadits

Dalil secara bahasa bahasa adalah petunjuk pada sesuatu baik yang bersifat

material maupun bersifat nonmaterial. Sedangkan menurut istilah adalah suatu

petunjuk yang dijadikan landasan berfikir yang benar dalam memperoleh

hukum syara’ yang bersifat praktis, baik yang kedudukannya qoth’i ( pasti )

atau dhonni ( relatif ) atau bisa dikatakan bahwa dalil adalah segala sesuatu

yang menunjukkan kepada madlul. Sedangkan yang dimaksud kehujjahan

hadits adalah keadaan hadits yang wajib dijadikan hujjah atau dasar hukum (

al-dalil al-syar’i), sama dengan al-qur’an dikarenakan adanya dalil-dalil

syariah yang menunjukkannya.

Menurut Ajaj Al-Khatib dalam kitab ushul al hadits setidaknya ada empat

dalil tentang kehujahan hadits yaitu:

1. Keimanan

Salah satu konsekuensi keimanan terhadap kerasulan Nabi Muhammad

adalah menerima segala sesuatu yang bersumber dari beliau khususnya

pada masalah-masalah yang menyangkut masalah agama. Diantara ayat

Al-qur’an yang menyatakan hal di atas adalah Surat al-‘Araf ayat 158:

‫قل يأيّها الناس إني رسول هللا إليكم الذى له ملك السموات واالرض الاله اال هو يحي و يميت‬

‫ي الذى يؤمن باهلل وكلمته واتبعوه لعلّكم تهتدون‬


ّ ‫ي االم‬
ّ ‫فأمنوا باهلل ورسوله النب‬

“Katakanlah olehmu Muhammad “Hai manusia sesungguhnya aku

adalah utusan Allah kepada kalian semua, yaitu Allah yang mempunyai

langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain dia, yang

6
menghidupkan dan mematikan. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan

rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada

kalimatkalimatnya (kitab-kitab Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu

mendapat petunjuk".

2. Al Qur’an Karim

Dalam al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat menyebutkan keharusan

menta’ati rasul yang berarti harus mengikuti hadits-nya. Diantara ayat-ayat

tersebut adalah Surat al Nisa ayat 59:

‫ياايها الذين امنوا اطيعوا هللا و اطيعوا الرسول و اولى االمر منكم فان تنازعتم في شيئ فردوه الى‬

‫هللا و الرسول ان كنتم تؤمنون باهلل واليوم االخر ذالك خير واحسن تأويال‬

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasuln-Nya

dan ulil amri diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat

tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan

rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari

kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik

akibatnya”.

Selain ayat di atas dalam surat al-Hasr ayat 7 juga terdapat perintah agar

kita selalu melaksanakan segala perintah Rasul dan memenuhi larangan-

larangannya

...‫وما أتاكم الرسول فخدوه وما نهاكم عنه فانتهوا‬...

“…Dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia

dan apa yang dilarang maka tinggalkanlah...”

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menjelaskan kewajiban untuk

mentaati perintah Nabi

7
3. Hadits

Selain dalam al-Qur’an petunjuk untuk berpegang teguh terhadap al-

hadits, juga terdapat dalam nash al-hadits itu sendiri. Diantara hadits-

hadits tersebut adalah sebagai berikut:

a. Hadits yang terdapat dalam kitab al-Muwatha’ karya Imam

Malik (kitab al-qodri hal 899):

‫تركت فيكم أمرين لن تضلّوا ما ان تمسّكتم بهما كتاب هللا والسنّتي‬

“Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara kalian tidak akan

pernah sesat selama berpegang teguh kepada dua perkara

tersebut yaitu Kitabullah (al-Qur’an} dan Sunnahku.”1

b. Hadits yang terdapat dalam sunan Abu Daud

:‫عن المقدام بن معدى كرب رضي هللا عنه عن الرسول هللا صل هللا عليه و سلم أنه قال‬

‫انّي أتيت الكتاب ومثله معه‬

“Dari Miqdam bin Ma’di Kariba Ra dari Rasulullah Saw ia

bersabda: Ingatlah aku telah diberi al-Kitab (al- Qur’an) dan

yang sebanding dengannya".

c. Hadits yang diriwayatkan oleh Irbash bin Sariyah Ra yang

masih terdapat dalam Sunan Abu Daud

‫عليكم بسنّتي وسنة الخلفاء الرشدين المهتدين تمسكوا بها وعضواعليها با النواجد‬

“Kalian harus berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah Khulafa

Al-rasyidin peganglah ia dengan erat-erat”.

1
Malik bin Annas. Al Muwatho’. Dar Al Ihya’ At Turotsi Al Aroby. Beirut Lebanon. 1985

8
4. Ijma’

Yang menjadi dalil kehujahan hadits berdasarkan ijma’ adalah seluruh

seluruh umat Islam sepakat bahwa mengamalkan hadits merupakan suatu

kewajiban. Mengamalkan hadits bagi kaum muslimin sama halnya dengan

kewajiban mengamalkan al-Qur’an, hal tersebut disebabkan kerena al-

Qur’an dan hadits merupakan sumber syari’at Islam yang langsung

dinyatakan oleh Allah dan rasul-Nya baik dalam al-qur’an maupun al-

hadits.

Disamping adanya kesepakatan diseluruh kalangan kaum muslimin

tentang kewajiban mengamalkan hadits, kaum muslimin baik dari

kalangan salaf maupun khalaf juga melakukan berbagai upaya untuk

melestarikannya dengan cara meriwayatkannya dari generasi ke generasi,

menetapkan kaidah-kaidah penerimaan riwayat yang bertujuan menjaga

keontetikan hadits.

Kepatuhan para shahabat terhadap sunah Rasul dalam berbagai aspek

kehidupan terlihat dalam hadits berikut ini:

a. Hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnadnya

ّ ‫وقف عمر ابن الخ‬


,‫ إني العلم أنك حجر‬:‫طا ب على الركن أمام الحجر األسواد ث ّم قال‬

‫(لقد كان لكم في رسول هللا‬,‫ولو لم أرحبني صل هللا علييه و سلم قبلك او استلمك ما استلمتك وال قبلتك‬

‫أسوة حسنة‬

Pada suatu hari Umar bin Khathab duduk dekat hajar aswad

kemudian ia berkata:” sesungguhnya aku tahu bahwa engkau

hanyalah sebuah batu, seandainya aku tidak melihat Rasul

memeluk dan menciummu, maka aku tidak akan memeluk dan

9
menciummu kemudian Umar membaca ayat “ Seseungguhnya

pada diri Rasul terdapat suri tauladan bagi kaum muslimin”.

b. Hadits yang juga masih terdapat dalam Musnad Imam Ahmad

,‫ فدعا بطعام مسّته النار فأكله‬,‫ رأيت عثمان قاعدا في المقاعد‬:‫قال سعيد بن المسيّب‬

‫صالة فصلى ث ّم قال عثمان فقعدت مقعد رسول هللا صم وأكلت طعام‬
ّ ‫ث ّم قام الى ال‬

‫الرسول هللا وصلّيت صالة الرسول هللا‬

Sa’id al-Musyayab berkata: Aku melihat Utsman bin Affan

duduk di suatu tempat kemudian ia disuguhi makanan yang

dipanaskan dengan api kemudian ia pergi melaksanakan shalat

setelah itu Utsman berkata: “Aku duduk ditempat Rasulullah

dan aku makan makanan yang dimakan Rasulullah dan aku

shalat seperti shalatnya Rasulullah”.2

B. Fungsi Hadits terhadap Al Qur’an

Al-Qur’an dan al-Hadits merupakan dua sumber pokok ajaran Islam pada

masa Rasulullah Saw. Dalam al-Qur’an terdapat pokok-pokok ajaran agama

yang mencakup masalah aqidah, ibadah, mu’amalah, akhlaq serta qishah-

qishah yang semuanya disebutkan secara global (umum).

Al-Hadits sebagaimana fungsi utamanya yaitu sebagai bayan (penjelas) bagi

al-Qur’an, seperti dinyatakan dalam Surat al-Nahl ayat 44:

‫وأنزلنا إليك الذكر لتبيّن للناس ما نزل إليهم ولعلّهم يتف ّكرون‬

2
Muhammad Ali dan Didik Hikmawan. “ Peran Hadits Sebagai Sumber Ajaran Agama, Dalil-dalil
Kehujjahan Hadits dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an “. Risalah, Jurnal Pendidikan dan Studi
Islam Vol 5, No 1, March 2019. Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra Indramayu.

10
“Dan Kami turunkan kepda kamu al-Qur’an, agar kamu menerangkan

kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya

mereka memikirkan”.

Ayat diatas menyatakan dengan jelas bahwa fungsi al-Hadits merupakan

penjelas bagi ayat-ayat al-Qur’an yang masih bersifat global seperti disebutkan

di atas. Pembahasan mengenai al-Hadits sebagai bayan biasanya dibahas dalam

kitab-kitab ushul oleh ulama ahli ushul fiqih seperti dalam kitab al-Risalah

karya Imam Syafi’i dan kitab-kitab lainnnya. Dalam kitab-kitab tersebut

disebutkan setidaknya ada 5 bentuk bayan al-Hadits terhadap al-Qur’an.

Bayan-bayan tersebut adalah:

1. Bayan Taqrir

Al-Hadits sebagai bayan taqrir artinya hadits sebagai penetap dan

penguat terhadap hukum yang terdapat dalam al-Qur’an seperti hadits yang

menyatakan melarang melakukan jual beli buah-buahan yang belum terlihat

manfa’atnya yaitu hadits yang diriwayatkan imam bukhori ( hadits no

2044);

ُ ‫ضي َّللاُ ع ْن ُهما أن ر‬


ِ‫سول َّللا‬ ُ ‫سف أ ْخبرنا ما ِلكٌ ع ْن نافِ ٍع ع ْن ع ْب ِد َّللاِ ب ِْن‬
ِ ‫عمر ر‬ ُ ‫حدثنا ع ْبد ُ َّللاِ بْن يُو‬

‫ نهى ْالبائِع و ْال ُمبْتاع‬.‫ار حتى ي ْبد ُو صال ُحها‬


ِ ‫صلى َّللاُ عل ْي ِه وسلم نهى ع ْن بي ِْع ال ِث ّم‬

“Telah menceritakan kepada kami ['Abdullah bin Yusuf] telah

mengabarkan kepada kami [Malik] dari [Nafi'] dari ['Abdullah bin 'Umar

radliallahu 'anhu] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang

jual beli buah-buahan hingga sampai buah itu telah nampak jadinya”. Beliau

melarang untuk penjual dan pembeli.

11
Hadits diatas sebagai salah satu penjelas dari firman Allah Surat al-Nisa

ayat 29 berikut:

... ‫يأ يها الذين أمنوا ال تأ كلوا أموالكم بينكم با البا طل االّ ان تكون تجارةعن تراض منكم‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dan dengan jalan suka sama suka diantara kamu”.

2. Bayan Taqyid

Al-Hadits sebagai bayan taqyid artinya al-Hadits sebagai pembatas ayat

al-Qur’an yang bersifat Muthlak seperti terhadap firman Allah SWT Surat

al-Maidah ayat 38:

... ‫والسا رق والسا رقة فأقطعوا ايديهما‬

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri potonglah

tangan keduanya…”.

Ayat di atas menyatakan bahwa potongan tangan atas pencuri tidak

ditentukan batasannya, tangan disebut secara umum tidak disebutkan batas

yang dipotong apakah sampai pergelangan, sikut, atau keseluruhan.

Terhadap ayat di atas, hadits Nabi memberikan batasan tangan yang harus

dipotong dari seorang pencuri. Hadits tersebut seperti disebutkan oleh Ash-

Shan’ani dalam kitabnya Subul al-Salam berikut:

‫صل الكف‬
ّ ‫أتى رسول هللا السا رق فقطع يداه من مف‬

“Didatangkan kepada Rasulullah Saw. Seorang pencuri kemudian

Rasul memotongnya dari pergelangan tangan”

3. Bayan Tafshil

12
Al-Hadits sebagai bayan tafshil artinya al-hadits sebagai perinci ayat-

ayat al-Qur’an yang bersifat mujmal, seperti tentang kewajiban

melaksanakan shalat lima waktu. Dalam al-Qur’an kewajiban shalat

tersebut tidak disebutkan dengan rinci seperti tata cara pelaksanaanya,

waktu pelaksanaanya dan jumlah rakaatnya. Kemudian Hadits rasul

menjelaskannya , dalam hal ini Rasul bersabda:

‫صلّوا كما رأيتموني أصلي‬

“Shalatlah kalian sebagaimana aku melakukan shalat”.

Sama halnya dengan kewajiban shalat adalah kewajiban melaksanakan

ibadah haji. Didalam al-Qur’an tidak dijelaskan secara rinci tentang tata cara

pelaksanaanya, kemudian Rasul menjelaskannya:

‫خذوا عنّي منا سككم‬

“Contohlah oleh kalian dariku tata cara pelaksanaan ibadah haji kalian”.

4. Bayan Takhsis

Al-Hadits sebagai bayan takhshsish artinya al-Hadits sebagai pen-

takhshish (pengkhusus) ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat umum seperti

dalam masalah waris dalam Surat al- Nisa ayat 11:

‫يو صيكم هللا في أوالدكم للذكر مثل حظ االنثيين‬

“Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian harta pusaka untuk)

anak-anakmu yaitu bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua

anak perempuan.

Ayat di atas bersifat umum artinya setiap anak berhak mendapatkan

warisan atas harta yang ditinggalkan oleh ayah atau ibunya, tetapi

kemudian ada hadits yang mentkhshishnya yang menyatakan bahwa

13
keturunan Rasulullah tidak berhak atas harta yang ditinggalkannya (tidak

mendapat warisan) seperti terdapat dalam kitab Fath Al-bari :

‫ ما تركناه صدقة‬,‫نحن معا شر االنبياء ال نؤارث‬

“Kami golongan para nabi tidak mewariskan harta yang kami

tinggalkan, apa-apa yang kami tinggalkan adalah sebagai shadaqoh”.

Selain hadits di atas, ayat tersebut juga ditakhshish dengan hadits yang

menyatakan bahwa anak yang membunuh ayah atau ibunya tidak

mendapatkan warisan seperti dalam Sunan al-Turmidzi dalam kitab al-

Fara’idh bab ke-17 dan dalam Sunan Ibnu Majah berikut:

‫ال يرث القا تل‬

“Orang yang membunuh tidak mendapatkan warisan”.

5. Bayan Tasyri’

Al-Hadits sebagai bayan tasyri’ artinya Hadits sebagai sumber hukum

tersendiri yang mengatakan huklum yang tidak disebutkan dalam al-

Qur’an. Dalam hal ini sebenarnya Hadits bukanlah sebagai penjelas tetapi

sebagai pemuncul hukum (munsyi al-hukm). Contoh Hadits sebagai tasyri

adalah Hadits-hadits yang menyatakan keharaman himar ashliyah,

keharaman hewan-hewan yang buas, keharaman menikahi seorang bibi

dan yang lainya.

Dari uraian di atas biasanya para ulama menyimpulkan fungsi hadits

terhadap al-Qur’an kedalam tiga bagian,yaitu:

14
1) Hadits sebagai penetap dan penguat terhadap hukum-hukum yang terdapat

dalam al-Qur’an seperti hadits tentang perintah shalat, zakat, keharaman

riba, dan yang lainnya.

2) Hadits sebagai penjelas dan perinci terhadap ayat-ayat al-Qur’an terhadap

ayat-ayat yang bersifat mujmal seperti hadits tentang tata cara shalat, dan

jumlah bilangannya, tentang waris dan lainnya

3) Hadits sebagai pemuncul hukum yang tidak disebutkan dalam al-Qur’an

seperti keharaman menikahi bibi dan lainnya.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Dalil kehujjahan hadits berasal dari empat sumber yaitu; keimanan, al-

qur’an karim, al-hadits, dan ijma’

2. Ada lima fungsi hadits terhadap al qur’an, yaitu; bayan taqrir, bayan

taqyid, bayan tafshil, bayan takhsis, dan bayan tasyri’ atau fungsi hadits

terhadap al qur’an yaitu sebagai penetap dan penguat hukum yang ada di

al qur’an, penjelas dan perinci terhadap ayat-ayat al qur’an, serta sebagai

pemuncul hukum.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al Bukhori. Shohih Al Bukhori. Dar Ibn Katsir.
Beirut. 2002.
Abi Dawud Sulaiman bin Al Asy’ats Al Azdi Al Sijistani. Sunan Abi Dawud. Dar Al
Risalah Al Alamiyah. Beirut.
Abi Isa Muhammad bin Isa At-Turmudzi. Al Jami’ Al Kabir. Dar Al Ghorb Al islami.
Beirut. 1996.
Ahmad bin Ali bin Hajar Al Asqolani. Fath Al Bari. Maktabah Al Salafiyah. Tunisia.
Ahmad bin Hanbal. Musnad Al Imam Ahmad bin Hanbal. Muassasah Al Risalah.
Beirut.
Malik bin Annas. Al Muwatho’. Dar Al Ihya’ At Turotsi Al Aroby. Beirut Lebanon.
1985.
Muhammad Ali dan Didik Hikmawan. “ Peran Hadits Sebagai Sumber Ajaran Agama,
Dalil-dalil Kehujjahan Hadits dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an “. Risalah,
Jurnal Pendidikan dan Studi Islam Vol 5, No 1, March 2019. Fakultas Agama
Islam Universitas Wiralodra Indramayu.
Muhammad bin Ismail Al Amir Ash-Shan’ani. Subulu al salam. Makatabah Al-
Ma’arif. Riyadl.

17

Anda mungkin juga menyukai