Anda di halaman 1dari 9

1

AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM


Makalah ini disusun untuk memenuhitugas mata kuliah:
USHUL FIQIH

Dosen Pengampu:

Darsa Muhammad Assalimy, M.Pd

Disusun Oleh:

Risky Pangestu

Choirotul Anggraini

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM RIYADLOTUL MUJAHIDIN (IAIRM)

PONDOK PESANTREN “WALI SONGO” NGABAR

PONOROGO JAWA TIMUR INDONESIA

2022
2

KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada
bapak Darsa Muhammad Assalimy, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Ushul Fiqih,
dan kami memohon bimbingan dari bapak jika terdapat banyak kekurangan.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca, sehingga dapat berguna dan dapat dijadikan acuan nantinya.

kami merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah, agar nanti kami
dapat memperbaiki jika terdapat banyak kekurangan sehingga lebih baik kedepannya.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua diwaktu nanti dan
menambah ilmu kita bersama.

Ponorogo, 24 September 2022

Penyusun
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW melalui perantara malaikat Jibril dan disampaikan kepada umat manusia untuk
dijadikan pedoman dalam kehidupan di dunia ini. Membaca Al-Qur’an merupakan
ibadah kepada Allah SWT. Al-Qur’an sebagai kitab terakhir dimaksudkan untuk
menjadi petunjuk bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa sampai akhir zaman.
Di dalamnya terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang
beriman dan aturan-aturan manusia di dunia dalam hubungan dengan Allah maupun
hubungan manusia dengan sesama.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian Al-Qur’an ?


2. Bagaimana Al-Qur’an Menurut Pendapat Para Ulama ?
3. Apakah Semua Ulama Sepakat Terhadap Kehujjahan Al-Qur’an?
4. Bagaimana Peran Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum ?
5. Apa Saja Contoh-Contoh Al-qur’an Sebagai Sumber Hukum ?
4

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Al-qur’an
a. PengertianAl-qur’an Secara Bahasa dan Istilah
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW melalui perantara malaikat Jibril dan disampaikan kepada umat manusia
untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan di dunia ini. Membaca Al-Qur’an
merupakan ibadah kepada Allah SWT. Al-Qur’an sebagai kitab terakhir
dimaksudkan untuk menjadi petunjuk bagi orang-orang yang beriman dan
bertaqwa sampai akhir zaman. Di dalamnya terdapat rahmat yang besar dan
pelajaran bagi orang-orang yang beriman dan aturan-aturan manusia di dunia
dalam hubungan dengan Allah maupun hubungan manusia dengan sesama.1
Al-Qur’an menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca. Secara etimologis
Al-Qur’an adalah mashdar (infinitif) dari qara-a--yaqra-u—qirâ-atan—qur’â-nan
yang berarti bacaan. Al- Qur’an dalam pengertian bacaan ini misalnya terdapat
dalam firman Allah SWT :

١٨ ُ‫ فَِإ َذا َقَرْأنَـٰهُ فَٱتَّبِ ْع ُق ْرءَانَهۥ‬١٧ ُ‫إ َّن َعلَْينَا مَج ْ َعهۥُ َو ُق ْرءَانَهۥ‬
“Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya,
maka ikutilah bacaannya itu.” (Q.S. Al- Qiyâmah 75:17-18).2

Al-Quran menurut istilah adalah kalamullah (firman Allah SWT) yang


diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril yang
tertulis dalam mushaf-mushaf yang sampai kepada kita dengan jalan mutawatir
dan membacanya menjadi ibadah dan juga sebagai petunjuk bagi umat manusia.
Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka yang ingin mencapai
kebahagian dunia dan akhirat. Al-Qur’an menggunakan bahasa Arab dan
merupakan mukjizat bagi rasul. Sebagian besar ayat-ayat Al- Qur’an diturunkan di
kota Mekah dan kota Madinah. Isi yang terkandung dalam Al-Qur’an terdapat
6.236 ayat 114 surat dan 30 juz. 3
1
Mutammimul Ula, Risawandi, Rosdian, JURNAL SISTEM PENGENALAN DAN PENERJEMAHAN AL -
QUR’AN SURAH AL - WAQI’AH MELALUI SUARA MENGGUNAKAN TRANSFORMASI SUMUDU, (Jurusan
Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh. Vol. 11, No. 1, April 2019), h.104
2
Mutammimul Ula, Risawandi, Rosdian, Op.cit, h. 105-106
3
Ibid, h.105
5

B. Al-qur’an Menurut Pendapat Para Ulama


Syekh Muhammad Khudari Beik mengatakan dalam Tarikh At-Tasyri Al-
Islami, definisi Al-Quran adalah lafaz berbahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW untuk dipahami isinya dan selalu diingat, disampaikan dengan cara
mutawatir, tertulis dalam mushaf yang dimulai dengan surah Al Fatihah dan diakhiri
surah An Nas.
Definisi Al-Qur'an juga dijelaskan oleh Syekh Muhammad Abduh. Ia
mengatakan, Al-Qur'an adalah bacaan yang tertulis dalam mushaf-mushaf yang
dipelihara dalam hafalan-hafalan kaum muslimin yang berminat untuk
memeliharanya.
Dari penjelasan tersebut, H. Aminudin dan Harjan Syuhada menyimpulkan
ada enam makna yang terkandung dalam definisi Al-Qur'an, sebagai berikut:
1. Al-Qur'an adalah kalamullah.
2. Al-Qur'an adalah mukjizat Nabi Muhammad SAW sebagai bentuk bukti
kenabian dan kerasulannya.
3. Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW bukan karangan beliau.
4. Al-Qur'an merupakan bacaan mulia dan membacanya menjadi ibadah.
5. Al-Qur'an senantiasa dipelihara dari kesalahan dan pemalsuan.
6. Tidak ada seorang pun yang mampu membuat hal yang serupa dengan Al-
Qur'an walau hanya satu surah.

Hukum-hukum yang Terkandung dalam Al-Qur’an, al-Qur’an sebagai


petunjuk hidup secara umum mengandung tiga ajaran pokok, yaitu:

1) Ajaran-ajaran yang berhubungan dengan akidah (keimanan) yang membicarakan


tentang hal-hal yang wajib diyakini, seperti masalah tauhid, masalah kenabian,
mengenai kitab-Nya, malaikat, hari akhir, dan sebagainya yang berhubungan
dengan doktrin akidah.
2) Ajaran-ajaran yang berhubungan dengan akhlak, yaitu hal-hal yang harus
dijadikan perhiasan diri oleh setiap mukalaf berupa sifat-sifat keutamaan dan
menghindarkan diri dari hal-hal yang membawa kepada kehinaan (doktrin
akhlak).
6

3) Hukum-hukum amaliyah, yaitu ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan


amal perbuatan mukalaf (doktrin syariah/fikih).4
C. Kehujjahan Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan hujjah bagi manusia, serta hukum-hukum yang
terkandung di dalamnya merupakan dasar hukum yang wajib dipatuhi, karena Al-
Qur’an merupakan kalam Al-Khaliq, yang diturunkannya dengan jalan qath’i dan
tidak dapat diragukan lagi sedikit pun kepastiannya. Berbagai argumentasi telah
menunjukkan bahwa Al-Qur’an itu datang dari Allah dan ia merupakan mukjizat yang
mampu menundukkan manusia dan tidak mungkin mampu ditiru. Salah satu yang
yang menjadi kemusykilan manusia untuk menandingi Al-Qur’an adalah bahasanya,
yaitu bahasa Arab, yang tidak bisa ditandingi oleh para ahli syi’ir orang Arab atau
siapa pun. Allah SWT berfirman:

ِ ِ ‫ُأعد‬ ِ ُ‫فَِإن مَّل َت ْفعلُواْ ولَن َت ْفعلُواْ فَ َّات ُقواْ النَّار الَّيِت وقُودها النَّاس واحْلِجارة‬
َ ‫َّت ل ْل َكاف ِر‬
‫ين‬ ْ ََ َُ َُ َ َ َ َ َ ْ
“(Dan) apabila kamu tetap dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang kami wahyukan
kepada hamba kami (Muhammad), maka buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-
Qur’an, dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang
benar.” (QS. Al-Baqarah: 23)

Cukup kiranya pernyataan Walid bin Mughirah, salah seorang Quraisy di


masa Rasulullah saw, seorang ahli syair yang tak tertandingi, yang menjadi musuh
nabi pada awalnya berkata:
“Sesungguhnya di dalam Al-Qur’an itu terdapat sesuatu yang lezat, dan pula
keindahannya, apabila di bawah menyuburkan dan apabila di atas menghasilkan buah.
Dan manusia tidak akan mungkin mampu berucap seperti Al-Qur’an.”
Selain dari bahasanya, isi Al-Qur’an sekaligus menjadi hujjah atas
kebenarannya. Misalnya perihal akan menangnya kaum Muslimin memasuki Makkah
dengan aman (QS. Al-Fath), juga tentang akan menangnya pasukan Romawi atas
Parsi (QS. Ar-Ruum) dan sebagainya. Selain isi Al-Qur’an menunjukkan tentang
kejadian sejarah terdahulu yang sesuai dengan fakta, atau kisah tentang sebagian
Iptek, misalnya penyerbukan oleh lebah, terkawinkannya bunga-bunga oleh bantuan

4
Satria effendi m. Zein, USHUL FIQIH (K E N C A N A Jl. Tambra Raya No. 23 Rawamangun - Jakarta
13220: Cetakan ke-7, Januari 2017), h.85-86
7

angin dan sebagainya. Yang pada akhirnya terbukti kebenarannya. Semua itu
menunjukkan bahwa Al-Qur’an memang bukan datang dari manusia melainkan dari
Allah SWT; Sang Pencipta dan Pengatur Alam Semesta. Karenanya memang sudah
menjadi kelayakan bahkan keharusan untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai landasan
kehidupan dan hukum manusia. (Lihat juga pembuktian kesahihan Al-Qur’an pada
materi “Proses Keimanan”.

D. Al-qur’an sebagai sumber hukum


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa sumber (hukum)
adalah segala sesuatu yang berupa tulisan, dokumen, naskah dan lain sebagainya yang
dipergunakan oleh suatu bangsa sebagai pedoman hidupnya pada masa tertentu. 5 Jadi
sumber hukum adalah asal (tempat pengambilan) hukum.6 Sumber biasanya disebut
juga dengan dalil hukum atau pokok hukum atau dasar hukum. Sedangkan kata asal
sendiri berarti semula atau keadaan yang pertama sekali. Dalil berarti dasar atau
keterangan yang dijadikan dasar bukti atas kebenarannya.
Tentang al-qur’an digunakan sebagai sumber hukum, kedudukan al-qur’an
meurut para ulama bersepakat bahwa Al-Qur`an adalah yang paling utama, setelah Al
Qur`an adalah Al Hadis yang kemudian disusul dengan ijma` dan qiyas 7. Saidus
Syahar menyebutkan bahwa sumber-sumber syari`at dapat dibagi dalam dua bagian,
yaitu sumber utama dan deduction atau kesimpulan. Sumber utama adalah wahyu,
yang dapat dibagi kepada wahyu langsung (Al Qur`an) dan wahyu tidak langsung
(sunnah). Sedangkan deduction atau kesimpulan yang ditarik dari wahyu juga terbagi
kepada:
1. Qiyas (analogi), yakni penarikan kesimpulan seseorang mujtahid.
2. Ijma` (persamaan pendapat dari beberapa mujtahid)8.

Hukum yang diperkenalkan Al-Qur’an bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri,


tapi merupakan bagian integral dari Akidah. Akidah tentang Tuhan yang menciptakan
alam semesta, mengaturnya, memeliharanya dan menjaganya sehingga segala
makhluk itu menjalani kehidupannya masing-masing dengan baik dan melakukan

5
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, ed.II, h.973
6
Muhammad Daud Ali, H., Asas-Asas Hukum Islam, (Rajawali Pers, Jakarta, 1990), h.65
7
Saidus Syahar, Drs. S.H.,C.N., Asas-asas Hukum Islam, (Alumni,Bandung, 1983), h.36
8
Abdullah Berahim, ARTIKEL MAHKAMAH AGUNG “AL-QURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM”,
(Palu, Februari:2013), h.13
8

fungsinya masing-masing dengan baik dan melakukan fungsinya masing-masing


dengan tertib. Hukum Allah meliputi segenap makhluk (alam semesta).

Dengan demikian maka jelaslah, Al-Qur’an memperkenalkan satu konsepsi


hukumyang bersifat integral. Di dalamnya terpadu antara sunnatullah dan sunnah
Rasulullah, sebagaimana terpadunya antara aqidah/keimanan dan moral/akhlak,
dengan hukum dalam rumusan yang diajarkan AlQur’an.9

Dalam kajian Ushul-fiqh terdapat sumber hukum –dalil- yang disepakati


maupun yang tidak disepakati penggunaanya oleh para ulama dalam menetapkan
hukum, baik yang berkenaan dengan hukum tentang ibadah maupun muamalah dalam
cakupannya yang luas.10

Ushulul Fiqhil Islamy memiliki tiga macam hukum yang dikandung dalam Al-
Qur’an yaitu:

1) Hukum-hukum Akidah Yaitu hukum yang berhubungan dengan sesuatu yang


harus diyakini oleh manusia tentang Allah SWT, Malaikat, Kitab-kitab dan Rasul-
rasul-Nya serta Hari Akhir.
2) Hukum-hukum Etika Yaitu hukum yang berhubungan dengan sesuatu keutamaan
yang digunakan oleh manusia untuk menghias dirinya seperti kejujuran dan
kedermawanan, dan menghilangkan sifat-sifat yang jelek pada dirinya, seperti
dusta dan bakhil.
3) Hukum-hukum Amaliyah Hukum-hukum yang berhubungan dengan manusia
dalam bentuk ucapan, pekerjaan, kontrak dan beberapa usaha. Hukum ini berisi
dua macam yaitu:
Pertama:Hukum-hukum ibadat, seperti salat, puasa, zakat, haji, nadzar, sumpah
dan yang lainnya dari bentukbentuk ibadat yang bertujuan untuk mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya.
Kedua : Hukum-hukum muamalat, seperti kontrak kerja, hukuman, pidana dan
lainnya, yang berkaitan dengan aturan hubungan manusia yang satu dengan yang
lain. Apakah bersifat pribadi ataupun secara kelompok. Hukum-hukum ini
mencakup hal-hal sebagai berikut: a) Hukum-hukum pernikahan dan talak atau
hal-ihwal, b) Hukum-hukum kerja civil (muamalat), c) Hukum-hukum pidana,
9
Ernawati, Jurnal Wawasan Al-qur’an Tentang Hukum, Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul, Kebon Jeruk-
Jakarta-Lex Jurnalica, Volume 13 Nomor 2, Agustus 2016, h.141
10
Ernawati, Jurnal Wawasan Al-qur’an Tentang Hukum, Op.cit, h.143
9

d) Hukum-hukum pengaduan dan gugatan perdata serta pidana, e) Hukum-hukum


konstitusi, f) Hukum-hukum Internasional.11

11
Ernawati, Jurnal Wawasan Al-qur’an Tentang Hukum, Loc.cit, h.144-145

Anda mungkin juga menyukai