Anda di halaman 1dari 9

SUMBER AJARAN

ISLAM – ALQURAN
Oleh :
Tim Penyusun Modul PAI UNP

Lisensi Dokumen:
Copyright © 2020 Universitas Negeri Padang
Seluruh dokumen di e-Learning Universitas Negeri Padang, hanya digunakan untuk kalangan
Internal Universitas, untuk kebutuhan Perkuliahan Online. Penggunaan dokumen ini di luar UNP tidak
diizinka dan tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang, kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu dari
Penulis dan Universitas Negeri Padang.

1. Deskripsi
Program Learning Outcome 1:
Mahasiswa menunjukkan akhlak mulia berdasarkan nilai-nilai ajaran agama sebagai
pribadi yang unggul berkarakter dan bertanggung jawab
Program Learning Outcome 2:
Mahasiswa menunjukkan sikap cinta tanah air dan setia kepada NKRI
Program Learning Outcome 3:
Mahasiswa mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan
antarumat beragama
Program Learning Outcome 4:
Mahasiswa mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama
yang diserasikan dengan bidang penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni
Course Outcome (CO):
Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisis Al-Qur’an sebagai sumber
utama ajaran Islam

Pokok Bahasan: SUMBER AJARAN ISLAM


Materi Bahasan: AL-QUR’AN

2. Petunjuk
Silahkan anda memahami materi berikut ini dengan seksama, untuk mengidentifikasi
dan menganalisis sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an. Selanjutnya, anda dapat
menjawab pertanyaan yang termuat pada tes di berikutnya. Selamat belajar, semoga
Allah memberikan rahmat dan hidayah ilmu. Aamiin.

3. Materi
SUMBER AJARAN ISLAM
a. AL-QURAN
1) Konsep Al-Qur’an: Pengertian, Sejarah, dan Isi Kandungan Al-Qur’an
a) Pengertian Al-Qur’an
Al-Quran berasal dari bahasa Arab yaitu mashdar dari kata “qa-ra-a”.
Hasbi Ash-Shiddieqy (1974:15) memberikan pengertian kata Al-Quran
dengan bacaan atau yang dibaca. Jadi istilah Al-Quran adalah mashdar
yang diartikan dengan arti isim maf 'ul yaitu “maqru'“ artinya yang
dibaca. Selanjutnya Al-Quran menurut istilah adalah kalamullah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang tidak dapat ditandingi
oleh yang menentangnya walaupun sekedar sesuratnya saja dari padanya
(Hasbi Ash-Shiddieqy, 1974: 16).
Adapun menurut Moenawar Chalil (1969:174) al-Quran ialah firman
Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad dengan bahasa Arab
untuk diperhatikan dan diambil pelajarannya oleh manusia, dinukilkan
oleh (dipindahkan) kepada kita dengan jalan khabar mutawatir, yang
dituliskan dalam mushhaf dimulai dengan surat al-Fatihah dan disudahi
dengan surat al-Nas.
Menurut al-Zarqani (1943:13) Al-Quran adalah kalam yang mu’jizat
diturunkan kepada nabi Muhammad ditulis pada mushhaf dipindahkan
secara mutawatir yang beribadah dengan membacanya.
Berdasarkan beberapa pendapat dan definisi yang telah dikemukakan
sebelumnya dapat dipahami bahwa Al-Quran ialah Firman Allah yang
diturunkan kepada nabi Muhammad dalam bahasa Arab dipindahkan dan
ditulis secara mutawatir (pasti) yang tidak dapat ditandingi oleh yang
menentangnya serta menjadi ibadah dengan membacanya.
Selanjutnya Al-Zarqani, (1943:13) menjelaskan beberapa komponen
istilah definisi antara lain:
 Al-Quran adalah kalamullah atau firman Allah, bukan ucapan Nabi
atau manusia lainnya. Tidak ada sepatah kata pun ucapan Nabi dalam
Al-Quran.
 Diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w, yaitu tahun 611M.
 Diturunkan melalui perantaraan malaikat Jibril secara berangsur-
angsur, yaitu selama 22 tahun 2 bulan 22 hari kepada Nabi
Muhammad.
 Dikumpulkan dalam mushhaf, yang sejak masa turunnya dihafalkan
dan ditulis oleh para sahabat kemudian dikumpulkan dalam satu
mushhaf yang seluruhnya berisi 6.236 ayat atau 114 surat.
 Disampaikan kepada umat Islam secara mutawatir, atau terus-
menerus
 Bernilai ibadah bagi pembaca dan pendengarnya
 Isinya dimulai dengan surat Al fatihah dan diakhiri dengan Surat An-
Nas.

b) Sejarah Pemeliharaan Al-Qur’an


 Pemeliharaan al-Qur’an Periode Nabi Muhammad SAW
Pada masa Nabi SAW Al-quran dipelihara dalam ingatan nabi
Muhammad SAW yang sangat kuat. sebab tradisi hafalan yang telah
membudaya dikalangan bangsa Arab ketika itu memungkinkan
terpeliharanya Al-Quran dalam metode hafalan oleh para sahabat
Nabi SAW. Cara kedua yang dilakukan oleh Nabi pada SAW beliau
adalah penulisan ayat-ayat Al-Quran kedalam media tulis yang ada
waktu itu, seperti pelapah kurma, kulit onta dan tulang belulang.

 Pemeliharaan al-Qur’an periode khalifah Abu Bakar As-Shiddiq.


Periode pemeliharaaan kedua terjadi pada masa khalifah Abu
Bakar as-Shidiq. Atas saran Umar bin Khatab, Abu Bakar
memerintahkan Zaid Bin Tsabit untuk mengumpulkan dan
memeriksa kembali ayat-ayat Al-Quran yang pernah terkumpulkan.
Dalam menjalankan tugasnya ini, Zaid bin Tsabit dibantu tim pencatat
wahyu pada masa Nabi, diantaranya Ubay bin Ka’ab, Ali bin Abi
Talib, da Usman bin Affan. Hasilnya, terkumpul sebuah Al-Quran
dalam bentuk suhuf (lembaran) dari kulit dan pelepah kurma.

 Pemeliharaan Al-Qur’an periode khalifah Usman Bin Affan


Sejalan dengan perluasan daerah Islam, mulai timbul
perbedaan pendapat mengenai qiraah (bacaan) Al-Qur’an. Hal ini
segera ditangapi oleh khlifah Usman bin Affan untuk menuliskan Al-
Qur’an ke dalam satu mushaf. Penulisan ini disesuaikan dengan
tulisan aslinya ( hasil pengumpulan pada masa Abi Bakar RA.).
Khalifah Usman memberikan tanggung jawab penulisan Al-Quran itu
kepada Zaid bin Sabit dengan dibantu Abdullah bin Zubair. Said bin
As dan Abdurahman bin Al-Haris, setelah terkumpul kedalam satu
mashaf, Usman mengirim salinan Al-Qur’an tersebut ke beberapa
kota besar, masing-masing satu buah. Mushaf Al-Qur’an yang ditulis
tanpa titik dan baris ini kemudian dikenal dengan sebutan “ Mushaf
al-Imam” atau “Mushaf Usmani”.

 Pemeliharaan al-Qur’an periode khalifah Ali bin Abi Thalib


Pemeliharaan al-Qur’an pada periode khalifah Ali bin Abi
Thalib dapat disebut sbagai periode penyempurnaan, karena mushaf
Usmani tidak memakai tanda baca titik dan syakal, karena semata-
mata didasarkan pada watak pembawaan orang-orang Arab yang
masih murni, sehingga mereka tidak memerlukan syakal dengan
harakat dan pemberian titik. Ketika bahasa Arab mulai mengalami
kerusakan karena banyaknya percampuran (dengan bahasa non Arab),
maka para penguasa merasa pentingnya ada perbaikan penulisan
Mushaf dengan syakal, titik dan lain-lain yang dapat membantu
pembacaan yang benar. Banyak ulama yang berpendapat bahwa
orang yang pertama yang melakukan hal itu hádala Abul Aswad ad-
Du’ali, peletak pertama dasar-dasar caída bahasa Arab, aatas
permintaan Ali bin Abi Thalib.

c) Isi Kandungan Al-Qur’an


Al-Quran terdiri dari 114 surat, 6236 ayat, 74437 kalimat, dan
325345 huruf, mengandung pokok-pokok berbagai hal di dalamnya.
Kelengkapan kandungan al-Quran diterangkan sendiri di dalam al-
an’am [6] : 38 :
“Dan tidaklah ada yang kami luputkan (tinggalkan) di dalam Al-
Kitab (Al-Quran) sesuatu pun". (Q.S. al-an’aam [6] : 38).

Dalam ayat di atas dapat kita pahami bahwa di dalam Al-


Quran terkandung segala sesuatu yang menjadi pokok-pokok segala
aspek kehidupan manusia. Maksud segala sesuatu pada ayat di atas
adalah bahwa Al-Quran memberikan prinsip-prinsip dasar bagi
manusia dalam mengatur kehidupannya di dunia yang sejalan dengan
arah yang seharusnya dicapai untuk mendapatkan kebahagiaan yang
hakiki di dunia dan akhirat.
Secara umum isi kandungan al-Quran terdiri atas:
 pokok-pokok keyakinan atau keimanan yang kemudian
melahirkan ilmu teologi atau ilmu kalam
 pokok-pokok aturan atau hukum yang melahirkan ilmu hukum,
syariat atau ilmu fiqih.
 pokok-pokok pengabdian kepada Allah (ibadah)
 pokok-pokok aturan tingkah laku (akhlak)
 petunjuk tentang tanda-tanda alam yang menunjukkan adanya
Tuhan. Di sini dapat lahir ilmu pengetahuan.
 petunjuk mengenai hubungan golongan kaya dan miskin.
 sejarah para nabi dan umat terdahulu (Toto, 1997: 47).

2) Kemukjizatan Al-Qur’an dari Berbagai Aspek


Secara etimologis mu’jizat berarti sesuatu yang dapat melemahkan,
sehingga orang lain tidak dapat berbuat yang sama atau melebihi. Setiap
Rasul yang diutus untuk menyampaikan risalah mempunyai mu’jizat.
Mu’jizat adalah sesuatu yang luar biasa yang bertentangan dengan adat dan
keluar dari batas-batas yang telah diketahui. Hal ini berarti ia mempunyai satu
daya atau kekuatan yang dapat melemahkan kekuatan lain sehingga tidak ada
yang mampu berbuat hal yang sama atau melebihinya. Dengan demikian di
mata umatnya, Rasul itu dianggap mempunyai keluarbiasaan.
Bentuk kemukjizatan Al-Qur’an adalah sbagai berikut:
a) Dari segi keindahan bahasa (Q.S. 2:23)
b) Dari segi pemberitaan mengenai kejadian masa lalu yang kemudian
terbukti kebenarannya, dan sesuai pemberitaan kitab suci sebelumnya.
(Q.S. 29:48)
c) Dari segi pemberitaan Al-Qur’an tentang hal-hal yang akan terjadi dan
ternyata kemudian memang terjadi. (Q.S 30: 2-4)
d) Dari segi kandungannya akan hakekat kejadian dengan seisinya serta
hubungan antara satu dengan yang lainnya. (Q.S. 23: 12-14)
e) Dari segi kandungannya mengenai pedoman hidup yang menuntun
manusia mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, tentang halal
dan haram dan sebagainya.

3) Fungsi dan Peranan Al-Qur’an dalam Kehidupan


Bila ditelusuri ayat-ayat yang menjelaskan fungsi turunnya Al-Quran
kepada umat manusia, terlihat dalam beberapa bentuk ungkapan yang
diantaranya adalah:
a) Sebagai huda atau petunjuk bagi kehidupan umat. (Q.S 2 : 2)
b) Sebagai rahmah atau keberuntungan yang diberikan Allah dalam bentuk
kasih sayang-Nya. (Q.S 31 : 2-3)
c) Sebagai furqan yaitu pembeda antara yang baik dengan yang buruk; yang
halal dengan yang haram; yang salah dan yang benar; yang indah dan
yang jelek; yang dapat dilakukan dan yang terlarang untuk dilakukan.
(Q.S 2: 185)
d) Sebagai mau’izhah atau pembelajaran yang akan mengajar dan
membimbing umat dalam kehidupannya untuk mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akhirat. (Q.S. 10: 57)
e) Sebagai busyra yaitu berita gembira bagi orang yang telah berbuat baik
kepada Allah dan sesama manusia. (Q.S. 27: 1-2)
f) Sebagai “tibyan” atau ”mubin” yang berarti penjelasan atau yang
menjelaskan terhadap segala sesuatu yang disampaikan Allah. (Q.S. 16:
89)
g) Sebagai mushaddiq atau pembenar terhadap kitab yang datang
sebelumnya, dalam hal ini adalah: Taurat, Zabur dan Injil. (Q.S. 3:3)
h) Sebagai nur atau cahaya yang akan menerangi kehidupan manusia dalam
menempuh jalan menuju keselamatan. (Q.S. 5: 46):
i) Sebagai tafsil yaitu memberikan penjelasan secara rinci sehingga dapat
dilaksanakan sesuai dengan yang dikehendaki Allah. (Q.S. 12: 111)
j) Sebagai Syifa’ al-shudur atau obat bagi rohani yang sakit. (Q.S. 17 : 82)
k) Sebagian hakim yaitu sumber kebijaksanaan. (Q.S. 31: 2)

4) Kewajiban Muslim Terhadap Al-Qur’an


a) Membaca Al-Quran atau At-Tilawah
b) Menghafal Al-Quran atau Al-Hifzu
c) Memahami atau mentadaburi kandungan isi Al-Quran
d) Mengamalkan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari
e) Mendakwahkan Al-Quran kepada umat manusia

4. Kesimpulan
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW
melalui perantaraan Malaikat Jibril secara berangsur-angsur dan disampaikan kepada
manusia secara mutawatir, beribadah apabila membaca dan mendengarnya dimulai
dengan surat Al-fatihah dan diakhir dengan surat An-nas.
Al-Qur’an haruslah menjadi pedoman hidup bagi setiap muslim, selalu
berusaha semaksimalnya untuk memelihara kemurnian al-Quran dari pihak-pihak
yang selalu berusaha untuk memalsukan al-Quran.

5. Asesment
1. Jelaskan pemahaman anda tentang Al-Quran!
2. Bagaimana anda mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari?!
3. Jelaskan keunggulan Al-Quran dibandingkan dengan kitab-kitab suci lainnya!
4. Jelaskan bagaimana pendapat anda tentang pihak-pihak yang melakukan
pemalsuan terhadap Al-Quran, dan apa tindakan yang seharusnya anda lakukan
selaku mahasiswa muslim?

5. Daftar Bacaan
Depag RI. 1998. Al-Qur'an dan Terjemahannya, Jakarta: CV. Toha Putra Semarang
Imam as-Suyuthi. 1995. Apa itu al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, h. 15-62
Manna' Khalil al-Qattan. 2000. Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, Penterjemah: Mudzakir,
Judul Asli: Mabahits fi Ulumil Qur’an, Bogor: Lentera Antar Nusa, h. 10-17; 72-85;
178-224
Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasni. 1999. Mutiara Ilmu-ilmu al-Qur’an,
Penterjemah: Rosihan Anwar, Judul Asli: Zubdah al-Itqan fi Ulumi al-Qur’an,
Bandung: CV. Pustaka Setia, h. 111-116
Quraish Sihab. 1999. Wawasan al-Qur’an, Bandung: Mizan, h. 3-13
Tim Dosen PAI UNP. 2006. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinngi
Umum, Padang: UNP Press.
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah. 1992. Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta:
Djambatan, h. 794-796

Anda mungkin juga menyukai