Anda di halaman 1dari 8

SUMBER AJARAN

ISLAM - SUNNAH/
HADITS
Oleh :
Tim Penyusun Modul PAI UNP

Lisensi Dokumen:
Copyright © 2020 Universitas Negeri Padang
Seluruh dokumen di e-Learning Universitas Negeri Padang, hanya digunakan untuk kalangan
Internal Universitas, untuk kebutuhan Perkuliahan Online. Penggunaan dokumen ini di luar UNP tidak
diizinka dan tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang, kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu dari
Penulis dan Universitas Negeri Padang.

1. Deskripsi
Program Learning Outcome 1:
Mahasiswa menunjukkan akhlak mulia berdasarkan nilai-nilai ajaran agama sebagai
pribadi yang unggul berkarakter dan bertanggung jawab
Program Learning Outcome 2:
Mahasiswa menunjukkan sikap cinta tanah air dan setia kepada NKRI
Program Learning Outcome 3:
Mahasiswa mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan
antarumat beragama

Course Outcome (CO):


Mahasiswa mampu mengidentifkasi dan menganalisis Sunnah/Hadis sebagai
sumber ajaran kedua Islam setelah al Quran

Pokok Bahasan: Sumber Ajaran Islam


Materi Bahasan: Sunnah/Hadis

2. Petunjuk
Silahkan anda memahami materi berikut ini dengan seksama, untuk menghayati
sunnah/hadis. Selanjutnya, anda dapat menjawab pertanyaan yang termuat pada tes
di berikutnya. Selamat belajar, semoga Allah memberikan rahmat dan hidayah ilmu.
Aamiin.

3. Materi
Sunnah/Hadis
a. Konsep Sunnah/hadis: pengertian, macam, sejarah
1) Pengertian Sunnah/hadis
Menurut bahasa, kata sunnah berarti pekerjaan, tradisi, kebiasaan,
ketentuan. Menurut istilah sunnah berarti semua perkataan, perbuatan, dan
ketetapan (taqrir) yang bersumber dari Rasul SAW (Wahab Khalaf: 1978).
Bagi yang memahaminya lebih luas memasukkah sifat Rasul dalam
pengertian Sunnah. Kata sunnah disamakan dengan hadis (Amir, 1997: 74-
75), bagi yang membedakan sunnah dengan hadis, mengartikan hadis lebih
khusus, yaitu semua ucapan Rasul, sedangkan sunnah bersifat umum, yaitu
semua perbuatan dan tindakan Rasul yang sudah menjadi tradisi dalam
pengamalan agama.
Dalam penggunaan istilah, para ulama sepakat bahwa kata Sunnah
atau Hadis hanya merujuk kepada informasi dari dan tentang Rasul. Kata
sunnah merupakan lawan dari kata bid’ah yang berarti membuat-buat,
maksudnya tradisi atau perbuatan yang tidak pernah ada dalam kehidupan
Rasul.
2) Macam-macam Sunnah atau Hadis
Klasifikasi sunnah atau hadis berdasarkan bentuknya. Berdasarkan
bentuknya, sunnah/hadis terbagi menjadi tiga:
a) Qawliyyah
Sunnah atau hadis qauliyyah yaitu ucapan Rasul yang didengar oleh
sahabat, dan disampaikannya kepada orang lain.
Contoh: sahabat menyampaikan bahwa ia mendengar Nabi bersabda,
“Siapa yang tidak shalat karena tertidur atau karena ia lupa, hendaklah ia
mengerjakan shalat itu ketika telah ingat.”
b) Fi’liyyah
Sunnah atau hadis fi’liyyah yaitu perbuatan yang dilakukan oleh Rasul,
yang dilihat atau diketahui oleh sahabat, kemudian disampaikan kepada
orang lain. Contoh: “sahabat berkata: “Saya melihat Nabi melakukan
shalat Sunnah dua rakaat sesudah shalat zuhur.”
c) Taqririyyah
Sunnah atau hadis taqririyyah, yairu perbuatan atau perkataan sahabat
yang dilakukan di hadapan atau sepengetahuan Rasul, namun tidak ada
respon suruhan, larangan atau pencegahan. Diamnya Rasul menjadi
ketetapan (persutujuan) yang kemudian disampaikna sahabat kepada
orang lain.
Contohnya, seorang sahabat memakan daging binatang dhab, Rasul
mengetahuinya tetapi Nabi tidak melarang atau menyatakan keberatan
atau prrbuatan itu. Kisah tersebut disampaikan oleh sahabat yang
mengetahuinya bahwa: “saya melihat seorang sahabat memakan daging
dhab di dekat Nabi, Nabi mengetahui tetapi Nabi tidak melarang
perbuatan itu.” (Amir, 1997: 76)
3) Klasifikasi sunnah/hadis berdasarkan kualitasnya
a) Shahih
Menurut Ibnu Shalah, sunnah/hadis shahih adalah: hadis musnad yang
bersambung sanadnya dengan periwayatan oleh orang yang adil-dhabith
dari orang yang adil lagi dhabith juga hingaga akhir sanad, serta tidak ada
kejanggalan dan cacat.
b) Hasan
Sunnah/hadis hasan menurut al-Tirmidzi adalah sunnah/hadis yang
diriwayatkan dari dua arah (jalur), dan para perawinya tidak tertuduh
dusta, tidak mengandung syadz yang menyalahi sunnah/hadis shahih.
c) Dha’if
Secara istilah, al-Nawawi mendefinisikannya dengan: sunnah/hadis yang
didalamnya tidak terdapat syarat-syarat sunnah/hadis shahih dan syarat-
syarat sunnah/hadis hasan.
4) Klasifikasi sunnah/hadis berdasarkan jumlah rawinya
a) Mutawatir
Sunnah/hadis Mutawatir, adalah hadis yang diriwayatkan oleh orang
banyak (tiga orang atau lebih di setiap generasi periwayat) kepada orang
banyak lainnya tanpa putus, serta mustahil untuk dapat berbohong.
b) Ahad
Sunnah/hadis Ahad yaitu hadis yang diriwayatkan oleh satu, dua orang
atau lebih di setiap generasi periwayat, tapi tidak mencapai pada tingkat
mutawatir maupun masyhur. (Amir, 1997: 82)
Sunnah/hadis Ahad terbagi menjadi tiga, yakni;
 Masyhur
Sunnah/hadis masyhur adalah: sunnah/hadis yang diriwayatkan oleh
tiga orang atau lebih (dalam satu tingkatannya), namun belum
mencapai derajat mutawatir.
 ‘Aziz
Sunnah/hadis ‘aziz ialah sunnah/hadis yang perawinya berjumlah
tidak kurang dari dua orang rawi diseluruh tingkatannya.
 Gharib
Sunnah/hadis gharib adalah sunnah/hadis yang diriwayatkan oleh
seorang rawi.
5) Sejarah Sunnah atau Hadis
Penulisan sunnah atau hadis pada masa Rasul Saw. dan pada masa
sahabat belumlah bersifat resmi. Pada masa khulafa’ al-rasyidin, para
sahabat banyak yang menahan diri untuk menulis sunnah/hadis
dikarenakan adanya larangan dari Rasulullah Saw. untuk menulisnya.
Sebagaimana sabda Rasul Saw.

‫ال تكتبوا عني ومن كتب عني غير القرآن فليمحه‬


“Janganlah kalian menulis dariku dan barangsiapa yang telah munulis
darikuselain AL-Qur’an, maka hapuslah.”

Pada akhir hayatnya, Rasulullah Saw. mengizinkan beberapa sahabat


untuk menulis hadis dari beliau, seperti hadis yang diriwiyatkan dari
‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash,

ُ ُ ‫ش ْيء ُكل أ َ ْكت‬


ُ‫ب ُك ْنت‬ ُ ‫أ ُ ِريدُ وسلم عليه للا صلى للاِ َر‬
َ ُ‫سو ِل ِم ْن أ َ ْس َمعُه‬
ُ ‫ظه‬ ُ ُ ‫ش ْيء ُكل أَت َ ْكت‬
َ ‫ ِح ْف‬، ‫ َو َقالُوا قُ َريْش َفنَ َهتْ ِني‬: ‫ب‬ َ ُ‫سو ُل ت َ ْس َمعُه‬
ُ ‫للا َو َر‬
ِ
‫ب فِي يَتَ َكل ُم بَشَر وسلم عليه للا صلى‬ ِ ‫ض‬ َ َ‫ ْالغ‬، ‫ضا‬
َ ‫الر‬ َ ‫ع ِن فَأ َ ْم‬
ِ ‫ َو‬، ُ‫س ْكت‬ َ
ِ ‫ ْال ِكتَا‬، ُ‫سو ِل ذَ ِل َك فَذَ َك ْرت‬
‫ب‬ ُ ‫ وسلم عليه للا صلى للاِ ِل َر‬، َ ‫فَأ َ ْو َمأ‬
ْ ُ ‫ ِفي ِه ِإلَى ِبأ‬، ‫ فَقَا َل‬: ْ‫ِإل ِم ْنهُ َي ْخ ُر ُج َما ِبيَ ِد ِه نَ ْفسِي فَ َوالذِي ا ْكتُب‬
‫صبُ ِع ِه‬
‫ َحق‬.
“Dahulu aku menulis semua yang aku dengar dari Rasulullah Saw. karena
aku ingin menghafalnya. Kemudian orang orang Quraisy melarangku,
mereka berkata, “Engkau menulis semua yang kau dengar dari
Rasulullah? Dan Rasulullah adalah seorang manusia, kadang berbicara
karena marah, kadang berbicara dalam keadaan lapang”. Mulai dari sejak
itu akupun tidak menulis lagi, sampai aku bertemu dengan Rasulullah dan
mengadukan masalah ini, kemudian beliau bersabda sambil menunjukkan
jarinya ke mulutnya, “tulislah! Demi yang jiwaku ada di tangan-Nya,
tidak lah keluar dari mulutku ini kecuali kebenaran”. (HR. Adu Dawud,
Ahmad, Al Hakim).

b. Kedudukan dan Fungsi Sunnah/hadis


Al-Qur’an adalah sumber ajaran pokok, sedangkan sunnah/hadis merupakan
sumber kedua setelah Al-Quran. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena
hakekatnya sama-sama bersumberkan wahyu. Keharusan menggunakan Al-
Quran dan sunnah/hadis diungkap dalam Al-Quran, seperti QS 47: 33, 4: 59, yang
memerintahkan orang beriman agar mentaati Allah dan Rasulnya serta QS 33:
21, yang menjelaskan Rasul sebagai teladan yang baik.
Perbedaan Al-Quran dan As-Sunnah
a) Kebenaran Al-Qur’an bersifat mutlak (qath’i), sedangkan sunnah bersifat
dzanni.
b) Semua ayat Al-Qur’an wajib diamalkan sedangkan hadis tidak semuanya
wajib diamalkan.
c) Kebenaran Al-Qur’an bersifat autentik sedangkan sunnah terdapat
kerelatifan seperti perbedaan redaksi dan periwayat. (Toto, 1997: 63-64)

c. Mengenal 9 Kitab Sunnah/Hadis Mu’tamad


1) Kitab Shahih al-Bukhari karangan Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin
Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju’fiy Al Bukhari
2) Kitab Shahih Muslim karangan Imam Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj bin
Muslim bin Kausyaz al Qusyairi al Naysaburi
3) Kitab Sunan Abu Dawud karangan Sulaiman bin Al-Asy’ats ibn Ishaq ibn
Basyir Syadad ibn IShaq ibn Imran ibn Azd As-Sijistani
4) Kitab Sunan al-Tirmidzi karangan Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Saurah ibn
Musa ibn Dlahhak al-Sulamy al-Bughi al-Tirmidzi
5) Kitab Sunan Al-Nasai karya Abu Abd al-Rahman Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali
ibn Sinan ibn Bahr ibn Dinar, dan diberi gelar dengan Abu Abd al-Rahman al-
Nasa’i
6) Kitab Sunan Ibnu Majah karangan Abu Abdillah Muhammad ibn Yazid Al-
Qazwini.
7) Kitab Musnad Ahmad karya Abu Abdullah Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal
ibn Hilal Asy-Syaibani al-Marwazi al-Baghdadi.
8) Kitab Muwaththa’ Malik karya Abu Abdullah Malik ibn Amr ibn al-Haris al-
Asbahi al-Madaniy.
Sunan Al-Darimi karya ‘Abdi al-Rahman ibn al-Fadhl ibn Bahram ibn ‘Abd al-
Shamad.
d. Pengamalan Sunnah/hadis dalam Kehidupan
Rasulullah Saw. telah menjamin umatnya tidak akan tersesat selama ia berpegang
teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah/hadis.

‫اب هللاِ َو سُنَّةَ َرسُ ْو ِل ِه‬ َّ ‫ضلُّ ْوا َما ت َ َم‬


َ َ ‫ ِكت‬: ‫س ْكت ُ ْم بِ ِه َما‬ ِ َ ‫ت َ َر ْكتُ فِ ْيكُ ْم أ َ ْم َري ِْن لَ ْن ت‬

“Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama
berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.”(Hadits
Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm.
Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil
Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).

Sunnah atau hadis merupakan pegangan hidup yang tidak bisa ditinggalkan.
Dengan sunnah atau hadislah manusia bisa memahami ayat-ayat al-Qur’an.
Dengan sunnah atau hadis jugalah manusia bisa menjalani kehidupan sesuai
dengan yang dicontohkan oleh Nabi Saw.

4. Kesimpulan
Sunnah/hadis merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-Qur’an.
Berbeda dengan Al-Qur’an yang telah dijamin oleh Allah Swt. keasliannya sampai
akhir zaman, sunnah/hadis yang sampai kepada kita saat ini perlu pengkajian lebih
lanjut dalam pengamalannya.

5. Asesment
a. Bagaimana posisi sunnah/hadis dalam islam? Menjelaskan
b. Bagaimana pendapat anda tentang pengamalan hadis dha’if dalam kehidupan
sehari-hari? Menjelaskan
c. Kenapa terjadi perbedaan pendapat diantara para ulama mengenai pemahaman
suatu hadis? Analisis
d. Kenapa sunnah/hadis menjadi pegangan penting bagi umat Islam?analisis
6. Daftar Bacaan
Quraisy Syihab. 2002. Membumikan al-Quran. Jakarta: Rajawali Press. Hal.50
Amir Syarifuddin. 1997. Ushul Fiqh, h. 74-79
Hasbi ash Shiddiqy. 1991. Pengantar Ilmu Fiqh, h. 192-200
Tim Dosen PAI UNP. 2017. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi
Umum. Padang: UNP Press
Ibnu Al-Shalah. 1972. ‘Ulum al-Hadis. Madinah: Maktabah al-Islamiyah.
Al-Tirmidzi. 1980. Sunan al-Tirmidzi. Beirut: Dar al-Fikr, 1980.
Al-Nawawi. 1349. Shahih Muslim. Kairo: Syirkah Iqamat al-Din.
Munzier Suparta. 2006. Ilmu Hadis. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Badri Khaeruman. 2010. Ulum Al-Hadis. Bandung: Pustaka Setia.
Ayat Dimyati dan Beni Ahmad. 2016. Teori Hadis. Bandung: Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai