1
Hal1-9
2
Hal9-10
D. SUNNAH
1. Pengertian As-sunah
a. Menurut Asy- Syakauni, sunnah berarti “ jalan, walaupun tidak diridlai
b. Dr Mustafa As-Siba’iy dalam kitabnya As- Sunnah wa makana tuhafit tasry’il
islamiy , mengatakan bahwaarti susnah menurut bahasa ialah jalan, terpuji
maupun tercela
Adapun arti sunah menurut istilah , Para Ulama berbeda pendapat
a. Menurut Ahli Hadist
Sunnah ialah : “segala sesuatu yang dinuklikan dari Nabi saw. Baik berupa
perkataan , taqrir , pengajaran, sifat, keadaan, maupu perjalanan hidup beliau.
b. Menurut Ahli Ushul
Sunnah ialah : “segala yang dinuklikan oleh Nabi saw. Baik berupa , perbuatan
, perkataan, maupun taqrir ( pengakuan ), yang mempunyai hubungnan dengan
hokum
c. Menurut Ahli Fiqih
Ssunnah ialah: “suatu amalan yang di beri pahala apa bila di kerjakan dan tidak
di beri siksa bila tidak di kerjakan :.
d. Menurut Ibnu Taimiyah
Sunnah ialah: “Adat ( tradisi ) yang telah berulang kali yang telah di lakukan
oleh masyarakat . baik yang di pandang ibadat maupun tidak.
e. Menurut Dr. Taufiq Sidiqya
Sunnah ialah: “Thariqat ( jalan ) yang di praktekan oleh Rasullullah saw. Terus
menerus dan di ikiuti oleh para sahabat beliau.
f. Menurut Prof Dr. T. M. Hasbi Ash- Shidiqiey
Sunnah ialah: ‘ suatu amalan yang di laksanakan oleh Nabi saw. Secara terus -
menerus dan di nuklikan kepada kita zaman ke zaman dengan jalanke
mutawatir.
2. Perkembangan pengertian istilah Sunah
a. Mula mula dalam masyarakat Arab dahulu , lafaz sunah mempunyai pengertian
(jalan yang di empuh dalam menjalani kehidupan dan masyarakat ).
3
Hal10
b. Pada abad kedua hijria dengan di pelopori oleh imam syafi’I maka sunnah di
artikan khusus untuk rasul
c. Pada abad keempat hijri , ahli kalam mengartikan sunnah untuk i;tiqat yang di
dasrkan kepada keterangan Allah dan Rasullullah serta tidak kepada rasio (
akal ) semata ( seperti ahli pilsafat ).
3. Perbedaan pengertian istilah Hadist dengan Sunah
Menurut Sulaiman An-Nadwi Hadist ialah: “ segala peristiwa yang di nisbahkan
kepada nabi saw, walapun hanya satu kali saja di kerjakan dan walaupun hanya di
riwayatkan oleh seorang perawai saja”.4
E. UNSUR UNSUR YANG TERKANDUNG DALAM HADITS
1. Rawi ( Periwayatan )
Yang di maksud dengan rawi iala: “ prang yang menyampaikan atau
menuliskan dalam suatu kitab apa yang pernah di dengar atau di terimanya oleh
seseorang 9 gurunya ).
2. Sanad
Menurut bahasa Sanad berarti: sandaran yang dapat di pegangi atau di percayai
kaki bukit atau kaki gunung
Menurut istilah , sanad Hadist berarti: jalan yang menyampaikan kita kepada
matan hadist.
3. Matan
Dari segi bahasa , matan berarti: punggung jalan ( muka jalan ) :atau tanah
yang keras dan tinggi .
Dar segi istilah: matan ( matnul Hadist ) artinya berarti materi atau berupa
sabda, perbuatan atau taqrir Nabi saw. Yang terletak setelah sanad yang terkhir.
Secara umum , matan dapat di artikan selain sesuatu pembicaraan yan berasal/
tentang Nabi, juga berasal/ tentang Sahabat atau tabi’in5
F. HADITS QUDSIY
Yang di maksud dengan Hadist Qudisy ialah: “sesuatu yang di khabarkan Allah
Ta’ala kepada Nabi –Nya dengan melalui ilham atau impian , yang kemudian nabi
menyampaikan makna dari ilham aau impian itu dengan ungkapan kata beliau
sendiri”.
Contoh Hdist Qudsy
4
Hal11-14
5
Hal16-21
Artinya: “Dari Abu Hurairah saw. Berssabda: telah berfirman Allah ‘ Azza Wa Jalla :
setiap amal anak adam adalah menyangkut dirinya pribadi , kecuali puasa .
sesunggunya puasa itu untuk- ku, dank arena itu lah akulah yang langsung
membalasnya.pusa itu ibarat perisai, pada hari melaksanakan puasa , janganlah orang
yang berpuasa mengucapkann kata kata kotor , tidak sopan dan tidak enak di
dengardan jangan rebut hilar binger bertengkar . jika di antara kalian ada yang
memmakinya atau mengajak berkelahi , hendaknya katakana kepadanya : saya sedang
berpuasa.6
6
Hal23-27
BABB II
GELARAN UNTUK PARA SAHABAT DAN ULAMA HADIST,
PENYEBUTANYA DAN SINGKATANNYA
A. GELARAN UNTUK PARA SAHABAT
1. Arti sahabat, mukhadiramin dan tabi;in
a. Arti sahabat
Menurut bahasa, sahabat ( jama dari sahib ) berarti arti: '“yang empunya
dan yang menyertainya”.\
Menurut adat, berarti: “kawan atua teman yang selalu berada bersama sama”.
Menurut istilah, para ulama berbeda pendapat
b. Arti mukhadlrain
Mukhadalriman ialah :orangorang yang mengalami hidup pada zama jahiliyah
dan hidup pada zamanNabi sa. Dalam keadaan islam, tetapi belum sempat
bertemu / melihat langsung Nabi saw.
c. Arti tabi’in
Tabi’in jama dari Tabi’in atau tabi’
Menurut bahasa , arttiya: pengikut
Menurut istilah dari ilmu hadis , sebagaimana yang dinyatakan oleh Ahli
Hadist , seperti: Alhadist
2. Gelaran untuk para shabat sehubungan dengan periwayatan Hadist
Sesungguhnya, banyak macam gelar kehormatan yang dinisbahkan oleh para
ulama kepada terhadap para sahabat tertentu,umpamanya gelar seutama- utama
sahabat, gelar Ahlu Badr, dan sebagainya ( lihat lebih lanjut dalam bukunya Prof.
Hasbi Ash- Shidieqy , sejarah dan penganatar ilmu hadist ,7
B. GELARAN UNTUK ULAMA HADIST
1. Ulama Mutaqaddimin dan Ulama Mutaakhirin
Para Ulama Hadist , bila dilihat dari usaha perannya terhadap pengembangan da
pengkajiannya tentang Hadist serta teknik yang digunaan dalam membina hadist ,
maka di kelompokkan menjadi dua kategori . Yakni , Ulama mutaqaddimin dan
ulama kutaakhirin .
2. Gelar gelar keahlian untuk ulama Hadist
7
Hal29-33
[ara ulama telah memberikan gelar gelar pada para imam Ahli Hadist ,
berhubungan dengan kelebihn dan keahliannya entang hadist dan ilmu hadist
serta kemampuannya dalam menghapal dalam menguasi Hadist hadist Nabi
Gelar gelar tersebut adalah sebagsi berikut:
a. Amirul mu’minin Fil Hadist gelar ini adalah gelar yang tertinggi untuk Ahli
Hadist.
b. Al—Hakim yaitu gelar untukUlama Hadist yang menguasai hadist hadist yang
di riwayatkannya, baik darisegi matanya , sifat sifat riwayatnya , tad’il ( terpuj)
dan tarjrih ( tercela ) na, bahwa untuk setiap rawi diketahui sejarah hidupnya ,
gurunya, sifat- sifatnya , yang dapatdi tolak atau di terimanya dan sebagainya.
c. Al- Hujjah yaitu gelar untuk Ahli Hadist yang sanggup menghapal 300.000
buah hadist , baik, matan sanad maupun perihal perawinya tentang keadilanya
cacatnya.
d. Al-Hafidz yaitu gelar keahlian untyk gelar Ulama Hadist yang telah sanggup
menghapal 100.000 buah Hadist , baik matan ,sanad, maupun seluk beluk para
rawinya tersebut
e. Al- Muhadist yaitu gelar yang dimiliki oleh Ulama Hadist yang telah
menghapal 1000 buah Hadist, baik matan ,sanad, maupeun seluk beluk
riwayatnya jarha’dilnya , tingkat Hadistnya serta memahami Hadist –
hadistyang termaktub dalam kitab kitab Al-kutubus sittah, Musnad Ahmad,
sunan Al- Baihaqy, Mu’jam At-Thabrany.
f. Al- Musnid yakn gelar keahlian untuk orang yang menyat
Kan Hadist beserta sanadnya, baik menguasai ilmunya maupun tidak.8
C. PENYEBUTAN RAWI HADIST DAN SINGKATANYA
8
Hal36-39
9
Hal39-43
BAB III
KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADIST
A. KEDUDUKAN HADIST/ SUNNAH DALAM HUKUM ISALAM
1. Hadit sebagai sumber Hukum Islam
Dr. Mustafa As-Siba’iy dalam “ As-Sunnah wamakanatuha fit tasyri’il islamy”
halaman 343, menyatakan : bahwa umat islamzaman dahulu dan zaman sekaraang
telah sepakat , terkecuali sekelompok orang berpaling menyalinnya , bahwa
sunnah rasul yang berupa sabda , perbuatatan , dan pengakuannya itu, salah satu
sumber hokum islam
2. Kandungan materi hadist
Apabila seluruh materi Hadist dihimpunan dan diperhatikan maksudnya , maka
isi dan kandungannya dapat disimpulkan kepada 4 macam yakni:
a. Berisi sejarah yakni sejarah ( biografi ) Rasul keadaan para sahabat dan usaha
yang telah dilakukan oleh rasul dan sahabatanya di zamanya
b. Berisi Akhlaq
Yakni tentang budi pekerti yang terpuji yang sesui denganfithrah manusia.
c. Berisi aqidah
segala sesuatu yang berhubungan dengan keyakinan.
d. Berisi hokum , baik soal ubudyah maupun mua’amalah
3. Apakah semua hadist rasul bersetatus untuk di teladani oleh umat manusia
Dalam Al-Quran antara lain dinyatakan:
Artinya: “ dan apa yangdi berikan rasul kepadamu maka terimalah dia: dan apa
yang dilarangya bagimu maka tinggalkanlah , ( Al-Hasyr: 7 )
4. Golongan yang menolak Hadist Nabi sebagsi sumber hukum islam
Walaupun telah jelas dlil dalil dan alas an- alas an yang menunjukan bahwa
hadist ( sunnah 0 itu merupakan salah satu sumber hukum islam , akan tetapi ada
juga golongan kecil dari umat islam yang menolak terhadap hadist sebagai sumber
syari’at islam10
B. FUNGSI HADIST/SUNNAH TERHADAP AL-QURAN
Kandungan Al-Quran, ada yang bersifat ijmaly ( global ) dan umum ,ada yang
bersifat fatshily ( detail ).
10
Hal45-51
Ulama ahlu Ra’yi berpendapat , bahwa fungsi hadist /sunnah terhadap Al-qur’an,
ialah
1. Byan Taqrir
Yakni sebagai penjelasan untuk mengkokohkan apa yang terkandung dalam Al-
Qur’an.
2. Bayan Tafsir
Yakni sebagai penjelasan/sebagai peneerangan mujmal ( global ) dan musyatarak (
dubious,yaitu: satu lafasdz yang mengandung beberapa makna ).
3. Baya Tabdilatau bayan naskh
Yakni mengganti suatu hukum atau naskh ( menghapus )suatu hukum11
11
Hal55-57
BAB IV
ILMU HADIST
A. PENGERTIAN ILMU HADIST
Prof. Dr. T.M.. Hasbi Ash-Shiddieqy menyatakan , bahwa yang di maksud dengan “
Ilmu Hadist” ilmu yang berpautan dengan hadist12
B. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN ILJMU HADIST
Kebanyakan ulama Muhaddistin , membagi ilmu hadist kepada dua bagian besar.
Yakni
1. Ilmu Hadist Riwayah
Jumhur ulama memberikan batasan tentang define Ilmu Hadist Riwayah, ialah”
suatu ilmu untuk mengetahui sabda sabda nabi , pebuatan –perbuatan nabi taqrir
dan sifat –sifat beliau”.
2. Imu Hadist Diriwayah
Yang di maksud dengan ilmu hadist Dirayah adalah “ ilmu yang mempelajari
tentang kaidah –kaidah untuk mengetahui hal ihwad sanad.13
12
Hal61
13
Hal61-62
BAB V
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HADIST
14
Hal69-74
BAB VI
PERIODE PERTAMA ( PADA ABAD I HIJRY )
15
Hal75-79
16
Hal80
C. PERISTIWA DAN CARA PENYAMPAYAN HADIST
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa hadist rasul , ada yang berbentuk sabda,
perbuatan ,atu hal ihwal taqrir rasulllulah.
Hadist hadist rsullullah tersebut, telah disampaikan olrh beliau dlam berbagai
peritiwa dan cara . Yakni
1. Pada mejelis –majelis rasullullah
Rasullullah telah secara khusus dan teratur telah mengadakan majelis-majelis
yeng berhubungan dengan kegiatan pengajaran Islam.
17
Hal83-84
E. SEBAB-SEBAB PARA SAHABAT TIDAKa SEDERAJAT
PENGETAHUANNYA TENTANG HADIT
Para sahabat, sangat menghormati dan menaati Rasul.mereka berusaha keras untuk
memperoleh pengetahuan dan mengamalkan pengetahuan yang di perolehnya dari
Nabi itu.
Kenyataanya, ada diantara sahabat yang memilliki kelebihan pengetahuan dan
pemahaman teng Hadist, ada diantara sahabat yang tidak memiliki kelebihan
pengetahuan dan pemahaman tentang Hadist , dibandingkan dengan sahabat lainnya
Yang demikian ini, disebabkan oleh beberapa factor, Yakni:
1. Tempat tingggal yang jauh
2. Kesibukan sehari-hari
3. Intlektual dan kecakapan
4. Keintiman/keakraban pergaulan dengan Nabi
5. Massa cepat atau lambatnya masuk islam
Kelima factor di atas, sudah barang tentu tidaklah berdiri sendiri-sendiri.
Artinya satu sama lain dapat saja saling berpengaruh.19
18
Hal85
19
Hal88-89
BAB VII
PERIODE KEDUA ( PADA ABAD I HIJRY )
Ai Periode ini terjadi pada zaman Khulafa’ur Rasydin, atau zaman sahabat besar.
Yakni dimulai sejak wapatnya Rasul sampai berakhirnya pemerintahan Ali bin Abi
Thalib.
A. KEADAAN POLITIK PADA MASSA KHULAFA’UR RASYIDIN
Sampai Rasullullah wapat, beliau tidak pernah membeli wasiyat kepadapara
sahabatnya, tentang siapa yang akan menjadi khlifahnya sepeninggal beliau.20
B. PEMBINAAN DAN OENGEMBANGA HADIST PADA ZAMAN
KHULAFA’UR RASYDIN
1. Sikap dan kebijaksanaan khulafa’ur Rasydin mengenai Hadist- hadist Rasullullah
a. Khalifah Abu Bhakar dan Umar
Khalifah Abu Bakar dan Umar menyerukan kepada umat islam
Untuk lebih berhati-hati dalam meriwayatkan Hadist, serta meminta kepad par
sahabat untuk menyelidi riwayat.
b. Pada massa Khalifah Ustman dan Ali , keadaannya tidak terlalu berbeda
dengan keadaan massa khalifah Abu Bhakar dan Umar , tentang sikap
pemerintah terhadap periwayatan dan pendewaan Hdist.
2. Sikap dan cara sahabat mengembangkan Hadist pada periode kedua
a. Sikap para sahabat dalam mengembangkan Hadist
b. Cara sahabat menyamapikan Hadist
3. Keadaan Hadist pada periode kedua
Mengingat sikap khulafa’ur Rasyidin dan par Sahabat tidak memperbolehkan
meperbanyak periwayatan Hdist, ditambah lagi dengan diserukan lagi oleh
Khalifah Umar bin Khattab untk menyedikitkan dan menyelidiki periwayatan
Hadist , maka praktis materi-materi Hdist pada periode ini , masih terpelihara dari
pemalsuan-pemalsuan21
20
Hal90
21
Hal94-97
BAB VIII
PERIODE KETIGA ( PADA ABAD I HIJRY )
Periode III ini terjadi pada massa sahabat kecil atau pada zaman tabi’in besar (
massa dinasti ammawiyah sampai kahir abad I Hijry ).
A. KEADAAN POLITIK PADA PERIODE III
Benih perpecahan yang timbul pada periode sebelumnya, lebih berkembang dan
meluas pada periode ketiga ini.
Sebagaiman telah dikemukan di atas , bahwa pada massa kalifah Ali bin Abu Tolib,
umat islam telah terpecah kepada tiga golongan, yakni , golongan yang mendukung
Ali; golongan yang mendukung muawaiyagh dan golongan kawahrij.22
B. SIKAP DAN CARA UMAT ISLAM DALAM RIWAYATAN HADIST PADA
PERIODE KETIGA
1. Sikap umat islam terhadap periwayatan Hadist umat islam, pada periode ini telah
mulai mencurahkan perhatianya terhadap periwayatan Hdist.
a. Al-Qura’an telah dikondifikasikan
b. Peristiwa- peristiwa yang dihadapi oleh umat Islam telah makin banyak
c. Jumlah sahabat yang meninggal dunia telah bertamabah banyak dan yang
masih hidup telah banyak yang terpencar tempatnya di daerah-daerah.
2. Cara umat islammeriwayatkan Hdist
a. Para sahabat telah berhati-hati dalam meriwayatkan dan menerima hadist.
Demikian pula para Tabi’in
b. Bentuk meriwayatkan hadist pada periode ini, masih sama dengan periode
sebelumnya, yakni dengan cara:
1) Dari mulut ke mulut ; jadi, belum secara tertulis dan olehhnya itu belom
dalam bentuk kondifikasi
2) Meriwayatkan dilakukan dengan laf;daziyah dan maq’nawiyah
3) Bersanadar kepada inngatan dan hafalan23
22
Hal98
23
Hal99-100
BAB IX
PERIODE KEEMPAT( ABAD II HIJRY )
Periode kempat ini, dimulai ada massa pemerintahan amawiyah angkata ketua (
mulai khalifah Umar bin Abdul Aziz ) samapi akhir abad II hijry ( menjelang akhir
massa dynasty abasyiah angkatan peratama
24
Hal101
25
Hal106
26
Hal107-109
BAB X
PERIODE KELIMA ( ABAD III HIJRY )
Periode kelima ini dimulia sejak massa akhir pemerintahan dinasti Abbasiyah
angkatan pertama ( Khalifah Al-Ma’mun )sampai awal pemerintahan dinasti
Abbasiyahangkatan kedua ( Khalifah Al-Muqtadir ).
A. KEADAAN UMAT ISALAM PADAA PERIODE INI
1. Pertilain faham di kalangan ulama
Sejak abad kedua hijry, telah lahir para hujtahid di bidang ilmu fiqih dan di
bidang ilmu kalam.kehidupan ilmu pengetahuan islam pada abad ini sangat pesat.
2. Sikap penguasa terhaap Ulam Hadist
Khalifah Al-Mkmum ( wafat 218 H ) merupakan khalifah yangsangat
memperhatikan kepada ilmu pepngetshusn.beliau tekun mempelajari Al-Qur’an ,
As-Sunnah dan filsafat.
3. Kegiatan para pemalsu Hadist
Kaum zindik yang pada dasarnya sangat memusuhi Islam, dalam antar
pertententangan antar mazhab fiqih dan ilmu kalam yang sedang menajam, telah
mendapatkan kesempatan yang baik sekali untuk meruntuhkan islam.27
B. KEGIATAN ULAMA DALAM MELESSTARIKAN HAIST-HADIST
1. Kegiatan yang di tempuh
Dalam menghadapi keadaan seperti tersebut di atas, maka kegiatan ulama
Hadist dalam usaha melestarikan Hadsit-hadist nabi
2. Bentuk penyusunan kitab Hadist pada periode kalmia ( abad II-Hijry )
System pendewaan pada system ini dapat diklarifikasi pada tiga bentuk.Yakni
bentuk penyusunan.
1) Kitab sahih
Yaitu kitab yang disusun oleh penyususnnya dengan car menghimpun
Hadist-hadist yang berkualitas Sahih, tidak di masukkan
2) Kitab Sunan
Yakni kitap yang di sususn oleh penyusunnya, selain diasukkan dalam
kategori Hadist-hadist ang berkualitas sahih , juuga di masukan yang
berkualitas Dhai’if dengan syarat tidak merkualitas mungkar dan tidak terlalu
lemah.
27
Hal111-113
3) Kitab Musnad
Yakni Kitab Hadist yang oleh penyusunnya dihimpun seluruh Hadist yang
diterimannya, dengan bentuk tersusun berdasar nama perawi pertama.28
C. KITAB KITAB STANDAR
Karena banyaknya kitab-kitab Hadist yang di susun oleh ulama sejak permulaan
penewaan Hadist samapipada abad III ini, dan pula dengan mempertimbangkan
kuallitas , serta banyaknya ulama hadist yang memberikan perhatian khusus kepada
kitab-kitab Haddsit tertentu
1. Standar Kitab satndar yang lima ( Al-Kutubul Khamsah )
Ulama sepakat ada lima buah kitab Hadist yang dinyatakakn sebagai kitab standar
( kitab pokok ) yang bisa di sebut dengan Al-Khutubul Khamsah atau Al-Usnulul
Khamsuh. Yakni:
1) Kitab Shalih Bukhori
2) Kruitab Shahih Muslim
3) Kitab Sunan Abi Daud
4) Kitab Sunan Turmudzi
5) Kitab Sunan Nasa’iy
2. Kitab standar yang enam ( AL-Khutubus Sittah )
Ada sebuah kitab Hadist lagi yang oleh ulama dimasukkan juga sebagai kitab
standar dalam keurutan keenam
3. Ktab satandar yang ketujuh ( Al-khutubus Sab’ah )
Diantara ulama ada yang menambah lagi sebuah nama kitab sebuah Hadist
sbagai kitab pokok ( standar ). Srhingga dengan demikiian . kitab standar tersebut
jumlahnya menjadi tuju bauah.29
D. BEBEAPA PERBEDAAN KITAB HADIST
1. Perbedaan antara kitab Shahih dengan Kitab Sunan
a. Bila di lihat dari kualitas Hadistnya
b. Bila dilihat dari kualitas Hadist perawinya
Persyaratan erawi yang di gunakan dalam kitab sahih lebih ketat disbanding
dengankitsb Sunan.
28
Hal113-116
29
Hal116-117
Kitab sahaih lebih lengkap maslah yang dikemukakan nya dari pada kitab
sunnah.
30
Hal117-118
BAB XI
PERIODE KEENAM ( ABAD IV SAPAMAPAI PERTENGAHAN ABAD VII HIJRY )
Periode keenam ini , terjadi pada masa dinasti Abbasiyah angkatan kedua (
Khalifah Al-Muqtakdir sampai Khalifah Al-Mu’tashim)
A. KEADAAN POLITIK DALAM PERIODE INI
Sejakabad VI, Dulah islamiyah mengalami kemunduran . lahirlah beberapa
daulahislamiyah kcil yang tidak berdaya
Antar daulah islamiyah timbul keinginan saling menguasai . mereka saling
menyerang dan saling mengaku sebagai penguasa tertingi dalam daulah Islamiyah
yang ada31
B. KEADAAN ULAMA HADIST PADA PERIODE INI
Walaupun pada periode ini daulah Islamiyah mulai melemahdan akhirnya runtuh,
tetapi kegiatan ulama dalam melestarikan Hdisttidaklah terlalau terpengaruh. sebab
kenyataanya ,tidak sedikit ulama yang tetap menekuni dan bersungguh-sungguh
memelihara dan mengembangkan pembinaan Hadist, sekali lagipun aranya tidak lama
sama denganulama pada periode se;lamanya.32
C. CIRI-CIRI SISTEM PEMBUKAAN HADIST PADA PERIODE INI
Ulama pada periode ini, selain menyusun kitab-kitab Hdist seperti yang ditemukan
oleh Ulama pada periode sebelumnya, minsalnya dengan system mushanaf dan
mus’nad, juga menyusun kitab dengan system baru. Yakni yang dikenal dengan
istilah:
1. Khitsh Ahtrab
Yakni kitab hadist yang hanya menyebut sebagian-sebgian dari Matan-matan
Hadist tertentu kemudian menjelaskann selruh sanad dari matan itu, baik sanad
yang bearsal dari Kitab Hadist yang dikutp Matannya itu maupun dari Kitab-kitab
lainnya
2. Kitab mustakhraj
Yakni kitab hadis-hadist yang memuat matan-matan Hadist ynag diriwayatkan
oleh Bukhoriatau Muslim atau kedua-duanya atau lainnya, kemudian si penyusun
meriwayatkan Matsn-matsn Hadist erdebut dengan sanad senediri yang berbeda.
3. Kitab Mustadarak
31
Hal119
32
Hal120
Yakni kitab Hdist yang menghimpun Hadist-hadist yang memeiliki syarat-
syarat Bukhori dan Muslim atau yang memiliki salah satu syarat dari keduanya.
4. Kitab Jami’
Yakni kitsb Hsdist ysng menghimpun Hadist-hadist nabi yang telah termuat dalam
kitab –kitab yang telah ada.33
33
Hal121-122
BAB XII
PERIODE KETUJUH ( MULAI PERTENGAHAN ABAD VII SAMPAI SEKARANG )
34
Hal124
35
Hal125
36
Hal127-129
BAB XIII
PEMBAGIAN DAN MACAM-MACAM HADIST TINJAUAN PEMBAGIAN HADIST
A. LATAR BELAKANG
Sejarah periwaatan hadist Nabi memang beda dengn sejarah periwayatan Al-
Quran.
Periwayatan Al-Qur’an , sejak Zman Nabi ke generasi-generasi berikutna tetap
terpelihara, baik maupundalam bentuk tulisan mauoun hafalan.
Jadi , Periwayatan Al-Quran dari Nabi kepada para sahabat ber langsung sec
ara terbuka dan umum , sehingg jumlah sahabat yang mendengarkan dan kemudian
dan mengahafalnya, jumlahnya tak tehitung
Di samping itu, Allah swt sendiri telah menjamin akan tetapi terpeliharanya Al-
Qur’an itu, diantara sebagaimana termaktub dalam Firmannya:
Artinya:
“ Sesungguhnya kami yang menurunkan adz-Dzikir ( Al-Qur’an ) dan
sesungguhnya kami tetap memeliharanya “37
B. MACAM-MACAM TINJAUAN ( SEGI ) PEMBAGIAN HADIST
Para ulama Hadist telah berusah membagi Hadist-hadistnya Nabi dilihat dari
berbagai seginya, kemudian dari pembagian itu di bagi lagi kepada beberapa macam.
PEMBAGIANDILIHAT DARI JUMLAH PERAWINYA
Apabila dilihat dari segi jumlahnya, maka Hadsit Nabi dibagi
1. Hadist Mutawatir
2. Hadist Mashur
3. Hadist Ahad
PENYAMAPAINA DILIHAT DARI SEGI YANG MENYAMAPAIKAN BERITA
1. Hadist Marfu’
2. Hadist Maufuq
3. Hadist maqtu
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI PERSAMBUNGAN SANAD
1. Hadist yang bersambung Sanadnya
a. Hadist Musnad
b. Hadist Muttasil
37
Hal130-131
2. Hadist yang tidak bersambung Sadanya.
Hadist ini dibagi kepada:
a. Hadist Mu’allaq
b. Hadist Muntaqhi
c. Hadist Mu’dlal
d. Hadist Mudallas
e. Hadist Mursal
PEMBAGIAN DILIHAT DARI SEGI KUALITAS SANAD, PERAWI DAN
MATAN
1. Hadist Shaih
2. Hadist Hasan, dan
3. Hadist Dha’if.38
38
Hal132-134
BAB XIV
HADIST MUTAWATIR DAN HADIST AHAD
A. Hadist mutawatir
1. Pengertian Hadist mutawatir
Menurut bahasa kata mutawatir berarti: yang dating beriringan antara satu
dengan yang lainnya dengan tidak ada perselangannya
Menurut istilah: Hadist mutawatir adalah Hadist yang diriwayatkan oleh
banyak orang, berdasarkan pancaindera, yang menurut adat , mustahil bagi mereka
untuk sepakat berdusta
2. Syarat-Syarat Hadist Mutawatir
Dengan melihat kepada pengertianistilah tentang Hadist Mutawatir, apabila
telah memenuhu sayarat-syarat sebagai berikut
1) Hadist itu di peroleh oleh Nabi atas dasar pancaindera yang yakin maksudnya,
bahwa perawi dalam memperoleh Hadist Nabi,haruslah benar-benar dari hasil
pengelihatan atau pendengaran sendiri.
2) Bilangan perawinya , dilihat dari segi banyaknya, telah mencapi jumlah adat
mustahil mereka bersepakat dahulu untuk berdusta
3. Ada sejumlah bilangan perawi antarathabaqah bmasiing-masing dengan demikian,
bila jumlah perawi kepada thabaqah pertama sekitar 10 orang
MACAM-MACAM HADIST PERAWI
Hadist mutawatir ada tiga yaitu
1) Hdist mutawatir lafdzy
Yakni Hadist Mutawatir yang diriwayatkan dengan lafadz dan makna yang sama ,
serta kandungan hukum yang sama pula
Contoh:
Artinya: Rasullullah saw. Bersabda:”barang siapa yang berdusta atas namaku, mak
khendaklah dia sipa untuk mendududki tempatnya di api nerak
2) Hadist Mutawatir Ma’nawi
Yakni hadist mutawatir yang berasa dari berbagai Hadist yang die=riwayatkan
dengan lafadz yang berbeda-beda, tetapiapabila di kimpulkan memiliki makna
yang sama
JUMLAH HADIST MUTAWATIR DAN KITAB YANG MEMUATNAYA
Adapun kitab-kitab Hadist yang memuat ( khusus ) Hadist-hadist Mutawatir,
anatar lain
1) Al-Azhar al-Mutanatsirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah, susunan Imam
Suyuthy.
Kitab ini . menurut Dr.Muhammad Ajjaj Al-Khatib, memuat 1513 Hadist.
2) Nadzmu al-Mmutanatsirah ,in al-Hadist al-Mutawatir, susunan Muhammad bin
Ja’far Al-Kattany ( 1345 )
39
Hal135-140
3 Hadist Masyhur di kalangan Ulama Hdist yang bukan Ulama hadist (
misalnya Ulama Fiqih,Ulama, Ushul, dan sebagainya ).
4 Hadist Masyhur di kalangan Masyrakat awan
Berikut ini diemukakan beberapa contoh
a. Contoh Hadist Masyhur di kalangan Ulama Hadist saja
Artinya: Bahwa Nabi saw. Melakukan qunut selama sebulan sesudah
ruku untuk mendoakan keluarga Ri’il dan Dzakwan.
b. Contoh Hadist Masyhur di kalangan Ulama Ushul Fiqih
Artinya: Rasullullah Bersabda :” yang dimaksud dengan ornag islam
( muslim ) adalah oarng yang tidak mengganguorang-orang Islam
lainnya, baik dengan orang yang berhijrah ( Muhajir ) adalah orang
yang pindah dari apa yang dilarang oleh Allah
2. Hadist Ghairu Masyhur
Dalambab sebelumnya telahdi singgung ,Bahwa Hadist Ghaiyru Masyhur
ada dua macam. Yakni : Hadist Aziz dan Hadist Gharib
a. Hadist Aziz
Menurut bahasa kata al-fazirun dapat berarti al-syarifun
Contoh hadis Aziz
Artinya: Bahwasanya Rasullullah saw. Telah Bersabda , tidaklah orang
beriman seorang diantara kamu sehinnga dia lebig mencintai diri Nbi
dari cinta dirinya kepada orang tuanya dari anaknya.
b. Hadist Gharib
Kata al-garibun menurut bahasa berarti al-bapibduanilwadani yang jauh
dari tanah air . bila dinyatakan kalamun kazibun maksudnya adalah
sulit di fahami
Contoh Hadist Gharib
Artinya: Rasullullah saw.telah mewajibkan zakat fithri satu sha’ dari
gandum atas hamba sahaya, orang merdeka, pria, wanita, anak-anak
dan orang tua dari kaum muslimin.
3. Kedudkan Hadist Gharib
Hadist Ahad yang maqbul ( antara lain yang berkualitas Shahih ), apabila
berhubungan dengan masalah hukum, maka menurut jumhur Ulama, wajib diamalkan.40
40
Hal141-158
BAB XV
HADIST MRFU; MAUQUF DAN MAQTHU
A. HADIST MARFU
Para Ulam HaDIS MEMBERIKAN PENGERTIAN TENTANG Hadist Marfu”
adalah segala perkataan , erbuatan dan taqrir yang di sandarkan kepada Nabi
Muhammad saw,baik bersambung sanadnya maupun tidak, baik yang menyandarkan
itu sahabat Nabi ataupun bukan.
1. Hadist marfu’ Quly Haqiqi
Yakni Hadis yang disandarkan kepada Nabi saw.
Artinya: Dari Ummar bin Khatab ra. Berkata: sya telah mendengar Rasullullah
saw. Bersabda:”Allah tidak menerima shalat dari orang yang tidak dalam keadaan
suci dan tidak menerima shadaqah dari tipu daya
2. Hadist Marfu Fi’iy Haqiqy
Yakni Hadist Mar’fu yang jelaskan perbuatan Rasullullah
Contoh:
Artinya dar aisya ra berkata “ Nabi saw. Pada masih subuh masih dalam keadaan
hadast junub , kemudan beliau mandi janabah dan pergi shalat shubuh, saya
mendengar bacaan beliu pada waktu itu beliau dalam keadaan puasa
3. Hdist Marfu’ Taqririy Haqiqiy
Yakni Hadist Marfu’ yang menjelaskan tentang perbuatan sahabat yang di
lakukan di hadapan Rasullullah saw.41
B. HADIST MAUQUF
YANG DI MAKSUD DENGAN Hadist mauquf yakni perkataan atau perkataan yang
di sandarkan kepad sahabat baik sanadnya tersambung maupun terputus
Contoh:
Artinya: “Barang siapa mendapatkan harta, maka tidak ada zakat atasnya, terkecuali
setelah lewat atasnya satu tahun” ( Riwayat Turmuzi )42
C. HADIST MAQTHU
Yang dimaksud dengan Hadist maqthu ialahperkataan atau perbuatan yang
disandarkan kepada tabi’in ,baik sanadnay bersambung ataupun tidak
Contoh:
41
Hal160-161
42
Hal164
Artinya:
” Bahawa Said bin Musayab , keluar darah dari hidungnya, sedang dia dalam
keadaan shalat . Makka dia dating ke bilikUmmun Salamah, salah seorang istri Nabi
saw, lalu ketempat wudlu, . Dia lalu berwudhu kmudian kembali berdir untuk shalat
di tempat di mana dia tadi Shalat”
(Riwayat Malik)
BAB XVI
HADIST YANG BERSAMBUNG DAN TERPUTUS SANDNYA
A. HADIST YANG BERSAMBUNG SANADNYA
Hadist yang bersambung sandnya ada dua macam. Yakni
1. Hadist Musnad
Pengertian Hadsit Musnad ini , banyak perbedaan pendapat di kalanagan ulama.
2. Hadist Mutasil
Yitu Hadist yang sanadnya beersambung ,, baik persambungan itu sampai
kepada Nabi ataupun hanya sampai kepada Sahabat.43
B. HADIST YANGurutan TEPPUTUS SANADNYA
Bila dinyatakan, bahwa suatu Hadist terputus sanadnya, itu berartiada rawi di sanad
Hadist itu yang gugur, mungkin dalam satu thabaqah dan mungkin lebih, mungkin
secara berurutan dan mungkin tidak secara ber
Terhadap Hadist yang terputus snadnya, Para ulama telah membaginya kepada
beberapa macam. Diantara yang terpentingialah:
1. Hdist Mu’allaq
Yakni Hadist yang gugur dan yang dibuang permulaan sandnya, seorang atau
lebihatau seluruh sandnya kecuali sahabat
2. Hadist munqathi’
Yakni Hadist yang gugur sanadnya sebelum Shahaby, seoramg atau dua
orang dengan tidak berturut-turut
3. Hdist Muqdlal
Yakni, hadis yang gugur Sanadnya dua orang atau lebih sanadnya secara
berturut-turut di pertengahan sanad
4. Hadist Mudallas
Yakni sandnyaada yang di ggurkan , atau disifatkan dengan maksud untik
menimbulkan kesan Bahwa Hadist tersebut lebih baik nilai sanadnya dari yang
sebenarnya.
5. Hadist Mursal
Menurut fuqaha Empat, yang dimaksud dengan Hadist Mursal ialah dengan
adis yang sanadnya gugurbaik sebelum dan sesudah Tabi’in44
43
Hal168
44
Hal169-172
BAB XVII
HADIST SHAHIH, HASAN DAN DHAI;IF
A. METODE PENELITIAN KUALITAS HADIST
Dalam rangka meneliti kualitasHadist, motede penelitian yang dipergunakan oleh
Ualma. Terbagi menjad itiga golongan
1. Golongan yang menelitikberatkan peneitiannya kepada Sanad ( termasuk rawi )
Saja
2. Golongan yang menitik beratkan penelitiannya kepada amatan ( materi ) saja.
3. Golongan yang selain meneliti Sanad ( termasuk rawi ) , juga meneliti matannya45
B. HADIS SAHIH
1. Pengertian dan syarat-syarat Hadis Shahih
Menurut bahasa , shahih berarti: sehat;;selamat dari aib; benar atu betul
Berdasarkan Hadist ini, maka syarat-syarat Hadist shahih ada lima macam,.
Yakni
a. Sanad Hadist itu harus bersambung ( ittishaul isnad )
b. Para perawi yang meriwayatkan Hadist itu , harus lah orang yang berarti Adil
( kepercayaan )
c. Para perawi yang meriwayatkan Hadist itu , haruslah bersifat dlabith ,Arti dlabith
disi ialah memiliki ingatan dan hafalan yang sempurna
d. Apa yangberkenan dengan periwayatanHadist itu,tdk ada kejangkalan-kejangkalan
( syudzuddz ).
2. Pembgian Hadis Shahih
Hadist Shahih ,Dada dua macam. Yakni
a. Hadist Shahih Li-zhatini
Yaitu hadist yang karenakeadaan dirinya sendiri telah memenuhi
sepenuhnya lima syarat Hadist Shaihih sebagaiman telah di kemukakan di
atas46
C. HADIST HASAN
1. Pengertian Hadist Hasan
Yakni,hadis sebagaiman yang telah jelaskan pada pengertian Hadist Hasan di
atsas.
2. Hdist Li-ghairi
45
Hal176
46
Hal179-180
Yakni, Hadist yang sandnya ada rawi yang tidak di akui keahliannya, teteapi
dia bukanlah orang yang terlalu banyak kesalahan bukan karena adanya petunjuk
atau penguat lain, tetapi karena sebab dirinya sendiri.47
D. HADIST DHA’IF
1. Pengertian Hadsit Dha’if
Yakni yang dimaksud dengan Hadist Dha’if ialah Hadist yang tidak memeiliki
salah satu syarat atau lebih dari syarat-syarat Hadis Shahih dan Hadist Hasan.
2. Pembagian Hadist Dha’if
Sebagaiman telah di singgung dalam pembahasa terdahulu, baha Ulama Hadist
telah ada yang membagi Hadist Dha’if itu kepada 42 macam ( sebagaiman telah
dilakukan oleh Al-Iraqy ). Bahkanada yang mebginya sampai 129 macam.48
E. KEHUJJAHAN HADIST SHAHIH, HASAN DAN DHA’IF
Untuk Hadis yang berkualitas Shahih, paraulama sepakat daptat di jaadikan hujjah
untuk masalah hukum dan lain-lainnya, terkecuali untuk bidang aqidah.
Adapun tentang Hadist Dha’if ada dua pendapat tentang boleh atau tidaknya
diamalakan , atau dijadika hujjah. Yakni:
1. Imam Bukhari, Muslim, Ibnu Hazm dan Abu Bakar ibnul araby, menyatakan,
Hadist Dha’if sam sekali tidak boleh diamalakan , atau dijadikan hujjah, baik
untuk masalah yang berhubungan dengan hukum maupun keutamaan amal
2. Imam Ahmad bin Hambal, Abdul rahman bin Mahdi dan Ibnu Hjjar Al-Asqalany
menyatakan , bahwa Hadist Dh’if dapat dijadikan hujjah ( diamalkan ) Hnya untuk
dasar keutamaaan amal ( Fadla’il amal ), dengan syarat
a. Prara Rawi yang meriwayatkanHadist itu, tidak terlalu lemah.
b. Masalah yang di kemukkan oleh Hadist itu, mempunyai dasar pokok yang di
tetapkan oleh Al-Qur’an dan Hadist Shahih
c. Tidak bertentangan dengan dalil yang lebih kuat.49
47
Hal182
48
Hal183
49
Hal186-187
PENGANTAR ILMU HADIS
Dosen pengampu:
MUH ZAKARIA MSI
Di susun oleh:
PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2017