Disusun
Kelompok 7 :
1. Wilda Razaqna
2. Zahra Audina
3. Tri Ayu Anggriyani
4. Tengku Muhammad Rizky
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu wata’ala yang telah memberikan
hidayah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini sebagaimana yang
diharapkan. Shalawat bertangkaikan salam kepada Nabi Muhammad Shollallahu ‘Alai Wa
Sallam yang telah membawa risalahnya kepada seluruh ummat manusia.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan
ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
baik dalam penulisan maupun isi pokok pembahasan. Kami berharap saran maupun kritikan dari
Bapak yang sifatnya membangun, sehingga makalah ini mencapai kesempurnaan. Dan semoga
makalah ini dapat berguna bagi pembaca, khususnya bagi kami sendiri. Sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Syahadat adalah salah satu syarat utama keislaman seseorang. Tanpa syahadat dalam hati,
fikira, ucapan dan tindakan mereka, maka tiada pula islam dalam kehidupannya. Di dalam agama
islam, kedua kalimat syahadat tersebut merupakan sebuah rangkaian utuh yang harus diimani
secra menyeluruh. Agar umat islam dapat memaksimalkan kualitas syahadat dalam
kehidupannya, maka terlebih dahulu mereka haruslah mengetahui makna yang terkandung dalam
dua kalimat tersebut.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Pembahasan
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. MAKNA SYAHADATAIN
Makna Syahadat Laa ilaaha illallah Yaitu beri tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada
yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala, menta’ati hal
tersebut dan mengamalkannya. La ilaaha menafikan hak penyembahan dari selain Allah, siapa
pun orangnya. Illallah adalah penetapan hak Allah semata untuk disembah. Jadi makna kalimat
ini secara ijmal (global) adalah, Tidak ada sesembahan yang hak selain Allah. Khabar Laa harus
ditaqdirkan bi haqqi (yang hak), tidak boleh ditaqdirkan dengan maujud (ada). Karena ini
menyalahi kenyataan yang ada, sebab tuhan yang disembah selain Allah banyak sekali. Hal itu
akan berarti bahwa menyembah tuhan-tuhan tersebut adalah ibadah pula untuk Allah. Ini Tentu
kebatilan yang nyata. Firman Allah dalam surah Ali Imran : 18
ََو َالَ عَ َز ي َز َالََ َح َك ي م َ َ َط َ ََو أَو لَ وَالَ َع لَ َم َ قَ ا ئَ َم اَ بَ الَ قَ س َ َ ََّللاَ َ أَنَ ه
َ َََل َ إَ لَ هَ َ إَ ََل َ ه َ ََو الَ َم ََل ئَ كَ ة َ َََل َ إَ لَ هَ َ إَ ََل َ ه
َ َو َ َشَ َه د
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang
menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang
demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (Q.S Ali Imran Ayat 18)
5
َج وَ لَ قَ ا ءَ َ َر بَ هَ َ فَ لَ يَ عَ َم َل َ عَ َم ََل َ صَ الَ َح ا َ َ
َ اح دََََ فَ َم َن َ كَا َن َ يَ َر َ ي َ أَنَ َم اَ إَ لَ هَ كَ َم َ إَ لَ ه
َ ََو َ َقَ َل َ إَ نَ َم اَ أَنَاَ بَ شَ َر َ َم ثَ لَ كَ َم َ يَو َح َى َ إَ ل
َو ََل َ يَ شَ َر َك َ بَ َع بَ ا دَ ةَ َ َر بَ هَ َ أَ َح دَا
”Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
"Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah
ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (Q.S Al Kahfi Ayat 110)
B. KEUTAMAAN SYAHADATAIN
Ketahuilah, jika seseorang telah bersaksi dengan dua kalimat syahadat, ada keutamaan
yang didapatkan. Diantara keutamaan yang didapatkannya adalah :
2. RUKUN SYAHADATAIN
A. Rukun “Laa ilaaha illallah” Laa ilaaha illallah mempunyai dua rukun:
An-Nafyu atau peniadaan: “Laa ilaha” membatalkan syirik dengan segala bentuknya
dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah.
Al-Itsbat (penetapan): “illallah” menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah
kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya. Makna
dua rukun ini banyak disebut dalam ayat Al-Qur’an, seperti firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala yang artinya : “..Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan
beri-man kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepa-da buhul tali
yang amat kuat …” [Al-Baqarah: 256]
6
Firman Allah, “siapa yang ingkar kepada thaghut” itu adalah makna dari “Laa ilaha”
rukun yang pertama. Sedangkan firman Allah, “dan beriman kepada Allah” adalah makna dari
rukun kedua, “illallah”.
3. SYARAT-SYARAT SYAHADATAIN
Syarat-syarat syahadatain harus bersaksi dengan laa ilaaha illallah.Tanpa syarat-syarat itu
syahadatain tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya. Secara global tujuh syarat
syahadatain itu adalah:
1. Ilmu (Mengetahui)
Yaitu memahami makna dan maksudnya. Mengetahui apa yang ditiadakan dan apa yang
ditetapkan, yang menafikan ketidaktahuannya dengan hal tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
“Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa`at ialah) orang yang mengakui yang hak
(tauhid) dan mereka meyakini (nya). [Az-Zukhruf : 86]".
7
Maksudnya orang yang bersaksi dengan laa ilaaha illallah, dan memahami dengan hatinya apa
yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya ia mengucapkannya, tetapi tidak mengerti apa
maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.
2. Yaqin (Yakin)
Orang yang mengikrarkannya harus meyakini kandungan sya-hadat itu. Manakala ia
meragukannya maka sia-sia belaka persaksian itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“”Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu” [Al-Hujurat : 15] .
Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“”Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebon) ini, yang menyaksikan bahwa tiada
ilah selain Allah dengan hati yang meyakininya, maka berilah kabar gembira dengan (balasan)
Surga.”” [HR. Al-Bukhari].
Maka siapa yang hatinya tidak meyakininya, ia tidak berhak masuk Surga.
3. Qabul (menerima)
Menerima kandungan dan konsekuensi dari syahadat,menyembah Allah semata dan
meninggalkan ibadah kepada selainNya. Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan
Menta’ati, maka ia termasuk orang-orang yang difirmankan Allah:
“ “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: ‘Laa ilaaha illallah’
(Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. dan mereka
berkata: Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena
seorang penyair gila?”” [Ash-Shafat: 35-36].
4. Inqiyaad
(Tunduk dan Patuh dengan kandungan Makna Syahadat). Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman: “Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang
berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.””
[Luqman : 22].
5. Shidq (jujur)
8
Yaitu mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkan-nya. Manakala lisannya
mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik dan pendusta. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepa-da Allah dan Hari
kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak
menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri
sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya,
dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” [Al-Baqarah: 8-10].
6. Ikhlas
Yaitu membersihkan amal dari segala debu-debu syirik, dengan jalan tidak
mengucapkannya karena mengingkari isi dunia, riya’ atau sum’ah. Dalam hadits ‘Itban,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“ “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas Neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha
illalah karena menginginkan ridha Allah.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim].
7. Mahabbah (Kecintaan)
Maksudnya mencintai kalimat ini serta isinya, juga mencintai orang-orang yang
mengamalkan konsekuensinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman sangat cinta kepada Allah.” [Al-Baqarah: 165].
Maka ahli tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan ahli syirik
mencintai Allah dan mencintai yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan dengan isi kandungan
laa ilaaha illallah.
4. KONSKUENSI SYAHADATAIN
a. Kewajiban setelah bersaksi Asyahadu alla ilaaha illallah
Konsekuensi orang yang bersaksi Asyahadu alla ilaaha illallah adalah wajib
meninggalkan segala bentuk peribadahan dan ketergantungan hati kepada selain Allah. Seluruh
ibadah haruslah ia lakukan ikhlas kepada Allah semata. Dan juga, ia wajib mencintai orang yang
9
bertauhid (menyembah Allah semata) dan membenci orang yang berbuat syirik (menyekutukan
Allah).
5. MEMPERTAHANKAN SYAHADATAIN
10
Syahadat seseorang akan batal jika seseorang melakukan ibadah kepada selain Allah.
Misalnya memohon sesuatu, melakukan ritual ibadah kepada selain Allah. Misalnya
menyembelih hewan yang ditujukan untuk jin atau penghuni kubur. Perilaku tersebut disertai
dengan keyakinan bahwa objek yang mereka sembah atau ibadahi itu dapat memberikan manfaat,
misalnya menolak bala atau memberikan keuntungan tertentu.
Syirik adalah dosa yang tidak diampuni oleh Allah. Dalam surat An Nisa ayat 48, Allah
berfirman,”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”
Perbuatan syirik juga bisa menyebabkan seseorang diharamkan masuk surga. Sebagaimana
dijelaskan surat Al Maidah ayat 72, “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu
dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.
11
bahwa apa yang mereka yakini adalah benar. Sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya agama
(yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam” (QS.Ali Imran: 19).
12
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Makna Syahadat “Laa ilaaha illallah” Yaitu beri’tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada
yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala, menta’ati hal
tersebut dan mengamalkannya. La ilaaha menafikan hak penyembahan dari selain Allah, siapa
pun orangnya. Illallah adalah penetapan hak Allah semata untuk disembah. Jadi makna kalimat
ini secara ijmal (global) adalah, “Tidak ada sesembahan yang hak selain Allah”. Khabar “Laa ”
harus ditaqdirkan “bi haqqi” (yang hak), tidak boleh ditaqdirkan dengan “maujud ” (ada). Karena
ini menyalahi kenyataan yang ada, sebab tuhan yang disembah selain Allah banyak sekali. Hal
itu akan berarti bahwa menyembah tuhan-tuhan tersebut adalah ibadah pula untuk Allah. Ini
Tentu kebatilan yang nyata.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://almanhaj.or.id/2101-makna-syahadatain-rukun-syarat-konsekuensi-dan-yang
membatalkannya.html.
https://www.google.com/amp/s/m.brilio.net/amp/wow/rukun-syahadat-bahasa-arab-
beserta-maknanya-200508r.html
https://www.google.com/buletin.muslim.or.id/makna-dua-kalimat-syahadat
https://books.google.co.id/books?id=H2w5D9gNvsMC&pg=PA36&dq=Keutamaan+sya
hadat&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiejrz5juvsAhVSjuYKHfVcDIEQ6AEwAHoECAQQAg#v=
onepage&q=Keutamaan%20syahadat&f=true
14