Abstract
Secara etimologi istilah ekonomi dari bahasa Yunani “oikonomia” yang terdiri dari kata
“oikos” berarti rumah tangga dan “nomos” yang berarti aturan. Kata “oikonomia”
mengandung arti aturan yang berlaku untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam suatu
rumah tangga. Ekonomi Islam mengacu pada kepentingan dunia dan akhirat
sedangkan ekonomi Konvensional hanya mengacu pada kepentingan duniawi. Di
tengah ekonomi global seperti sekarang, kontribusi cendekiawan-cendekiawan muslim
terhadap pemikiran ekonomi hampir di lupakan, yang nampak hanya lah pemikiran
cendekiawan barat yang sebenarnya masih sangat baru.Thomas Kuhn mengatakan:
Masing-masing sistem memiliki paradigma, maka inti paradigma ekonomi Islam sudah
tentu bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah.
Pendahuluan
Sebagai peta kehidupan manusia, konsep ekonomi Islam sudah ada semenjak
kehadiran agama Islam di atas bumi ini. Al Quran dan Al Hadits kaya akan hukum-
hukum dan pengarahan kebijakan ekonomi yang harus diambil dan disesuaikan
dengan perkembangan zaman serta perbedaan kawasan regional (Said, 2007: 21).
Ekonomi Islam sesungguhnya secara inheren merupakan konsekuensi logis dari
kesempurnaan Islam itu sendiri. Islam haruslah di peluk secara kafah dan
komprehensif oleh umatnya. Islam menuntut kepada umatnya untuk mewujudkan
keislamannya dalam seluruh aspek kehidupannya. Sangatlah tidak masuk akal,
seorang muslim yang menjalankan sholat lima waktu, lalu dalam kesempatan lain ia
juga melakukan transaksi keuangan yang menyimpang dari ajaran Islam (Mustafa,
2007: 2).
Tulisan ini berangkat dari fenomena menjamurnya sistem ekonomi barat atau
konvensional yang di dalamnya jauh dari kaidah-kaidah Islam, padahal kita ketahui
penduduk Muslim terbanyak di dunia adalah Indonesia yang seharusnya dalam
segala aspek kehidupannya termasuk aspek ekonomi harus berdasarkan kaidah Al
Quran dan Al Hadits.
Pengertian Ekonomi
Ekonomi adalah pengetahuan tentang peristiwa dan persoalan yang berkaitan
dengan upaya manusia secara perorangan atau pribadi, atau kelompok, keluarga,
suku bangsa, organisasi, negara dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas
yang dihadapkan pada sumber daya pemuas yang terbatas. Secara etimologi istilah
ekonomi dari bahasa Yunani “oikonomia” yang terdiri dari kata “oikos” berarti rumah
tangga dan “nomos” yang berarti aturan. Kata “oikonomia” mengandung arti aturan
yang berlaku untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam suatu rumah tangga. Dalam
bahasa Arab ekonomi sepadan dengan kata “اقتصدIqtishad” yang artinya umat yang
pertengahan, atau bisa juga menggunakan rezeki atau sumber daya yang ada di
sekitar kita (Ismail, 2009: 1).
Menurut Dr. Muhammad Abdullah al-‘Arabi, ekonomi Islam merupakan
sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang kita simpulkan dari al-Qur,an dan as-
Sunah, dan merupakan bagian perekonomian yang kita dirikan di atas landasan
dasar-dasar tersebut sesuai tiap lingkungan dan masa. (Mardani, 2011: 1). Ia
terangkan bahwa ekonomi Islam terdiri dari dua bagian: salah satu tetap, sedang yang
lain dapat berubah-ubah.
Yang pertama adalah yang diistilahkan dengan “sekumpulan dasar-dasar umum
ekonomi yang disimpulkan dari Al Quran dan As-Sunah”, yang ada hubungannya
dengan urusan-urusan ekonomi, semisal firman Allah Taala:
هو جميعا االرض فى ما لكم خلق ي الذ
"Dia lah Allah yang menjadikan segala sesuatu yang ada di bumi untukmu” (Al Baqarah:
29).
Ayat ini meletakkan prinsip ekonomi yang paling penting, memutuskan bahwa
segala cara usaha asalnya adalah boleh.
الربا م حر و البيع ىلله حل ا و
“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”(Al Baqarah: 275).
Ayat ini meletakkan fungsi umum, yaitu dihalalkannya berjual beli dan
diharamkannya riba.
Dan firman-Nya
االغنياءمنكم بين دولة يكون ال كى. . . .
“. . .Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu
sekalian” (Al-Hasyr: 7)
Firman ini meletakkan kaidah umum, dengan memutuskan pemimpin harus dapat
mengembalikan distribusi kekayaan dalam masyarakat manakala tidak ada
keseimbangan di antara mereka yang dipimpinnya.
Ciri asas prinsip-prinsip umum adalah bahwa prinsip-prinsip ini tidak berubah
ataupun berganti serta cocok untuk setiap saat dan tempat, tanpa peduli dengan
tingkat kemajuan ekonomi dalam masyarakat.
Yang kedua adalah “Bangunan perekonomian yang kita dirikan di atas landasan
dasar-dasar tersebut sesuai dengan tiap lingkungan dan masa”.
Dengan kata tersebut di atas ia maksudkan cara-cara penyesuain atau penyelesaian
masalah ekonomi yang dapat dicapai oleh para ahli dalam Negara Islam, sesuai dan
sebagai pelaksanaan dari prinsip-prinsip yang lalu itu. Seperti keterangan tentang
riba yang diharamkan, batas harta yang cukup hubungannya dengan zakat dan
sebagainya.
Perbedaan Dasar Sistem Ekonomi Islam Dan Konvensional
Perbedaan dasar antara ekonomi Islam dan Konvensional boleh dilihat dari beberapa
sudut yaitu:
1. Sumber (Epistemology)
Sebagai sebuah addin yang syumul, sumbernya berasaskan kepada sumber yang
mutlak yaitu Al Qur’an dan As Sunnah. Kedudukan sumber yang mutlak ini
menjadikan Islam itu sebagai suatu agama (addin) yang istimewa dibanding
dengan agama-agama ciptaan lain. Al Qur’an dan As Sunnah ini menyuruh kita
mempraktikkkan ajaran wahyu tersebut dalam semua aspek kehidupan termasuk
soal muamalah. Perkara-perkara muamalah dijelaskan di dalam wahyu yang
melipiti suruhan dan larangan.
Suruhan seperti makan dan minum menjelaskan tentang tuntutan keperluan asasi
manusia. Penjelasan Allah SWT tentang kejadian-Nya untuk dimanfaatkan oleh
manusia (QS. Yasin ayat 34-35, 72-73) (QS. an-Nahl ayat 5-8, 14, 80) menunjukkan
bahwa alam ini disediakan begitu untuk manusia sebagai khalifah Allah SWT
(QS. al-Baqarah ayat 30).
Larangan-larangan Allah seperti riba (QS al-Baqarah ayat 275) perniagaan babi,
arak, dan lain-lain karena perkara-perkara tersebut mencerobohi fungsi manusia
sebagai khalifah tadi. Kesemuanya itu menjurus kepada suatu tujuan yaitu
pembangunan seimbangrohani dan jasmani berasaskan tauhid.
Sedangkan ekonomi konvensional tidak bersumber atau berlandaskan wahyu.
Oleh karena itu, ia lahir dari pemikiran manusia yang bisa berubah berdasarkan
waktu atau masa sehingga diperlukan maklumat yang baru. Kalau ada ketikanya
diambil dari wahyu tetapi akal memprosesnyamengikuti selera manusia sendiri
karena tujuannya mendapat pengiktirafan manusia bukan mengambil
pengiktirafan Allah SWT. Itu bedanya antara sumber wahyu dengan sumber akal
manusia atau juga dikenal sebagai falsafah yang lepas bebas dari ikatan wahyu.
2. Tujuan Kehidupan
Tujuan ekonomi Islam membawa pada konsep al-falah (kejayaan) di dunia dan di
akhirat, sedangkan ekonomi sekuler untuk kepuasan di dunia saja. Para pakar
ekonomi konvensional mencoba menyelesaikan segala permasalahan yang
timbul tanpa ada pertimbangan-pertimbangan mengenai soal ketuhanan dan
keakhiratan tetapi lebih mengutamakan untuk kemudahan manusia di dunia saja.
3. Konsep Harta Sebagai Wasilah
Di dalam Islam harta bukanlah sebagai tujuan hidup tetapi sekedar wasilah atau
perantara bagi mewujudkan perintah Allah SWT. Tujuan hidup yang sebenarnya
adalah seperti firman Allah SWT. QS Al-An’am ayat 162:
لمين العا رب هلل ومماتي محماي و نسكي و تي صال ان قل
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku untuk Allah,
Tuhan semesta alam”.
Merealisasikan perintah Allah SWT yang sebenarnya ini akan membawa kepada
ketenangan hidup yang hakiki. Setiap Muslim percaya bahwa Allah SWT
merupakan Pencipta yang memberikan ketenangan hakiki. Maka dari itu harta
bukanlah tujuan utama kehidupan tetapi sebagai jalan mencapai nikmat di dunia
hingga ke alam akhirat.
Ini berbeda dengan ekonomi konvensional yang meletakkan keduniaan sebagai
tujuan yang tidak ada kaitannya dengan Tuhan dan akhirat sama sekali. Ini sudah
tentu berlawanan dengan Islam. Mereka membentuk sistem yang mengikuti
selera nafsu mereka guna memuaskan kehendak materiil mereka semata. Oleh
karena itu sistem konvensional memiliki tujuan keuntungan tanpa
mempedulikan nilai wahyu, maka mereka mementingkan kepentingan individu
atau kepentingan golongan-golongan tertentu serta menindas golongan atau
individu yang lemah dan berprinsip siapa kuat dialah yang berkuasa (survival at
the fittest)(Mustafa, 2007: 8-10).
Simpulan
Umat Islam harus mewujudkan keislamannya dalam segala aspek kehidupan,
termasuk kehidupan ekonomi. Karena sesungguhnya, umat Islam telah memiliki
sistem ekonomi tersendiri di mana garis-garis besarnya telah digambarkan secara
utuh dalam Al-Qur’an dan A-Sunnah. Wajarlah kita sebagai umat Islam, melakukan
aktivitas-aktivitasekonomi sesuai dengan aturan dan kaidah Islam. Haruslah diakui
perkembangan peradaban hingga saat ini sangatlah luar biasa. Demikian pula pola
kehidupan sangat lah kompleks. Sehingga umat islam pada umumnya dan ilmuwan
Muslim pada khususnya perlu sangat proaktif dalam upaya melakukan revitalisasi
konsep-konsep muamalah, melalui penggalian nilai-nilai yang ada dalam Al-Quran
dan A-Sunnah.
Daftar Pustaka
Azwar K. Adiwarman. 2006. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Marthon S. Said. 2007. Ekonomi Islam Di Tengah Krisis Ekonomi Global. Jakarta: Zikrul.
Mardani. 2011. Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Muhammad A. dan Karim A. Fathi. 1980. Sistem Ekonomi Islam Prinsip-Prinsip dan
Tujuannya. Terjemahan oleh Ahmad, Abu dan Umar S. Anshori. Semarang: PT
Bina Ilmu.
Nasution E. Mustafa. 2007. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana.
Nawawi, Ismail. 2009. Ekonomi Islam: Perspektif Teori, Sistem dan Aspek Hukum.
Surabaya: ITS Press.
Zainudin. 2008. Hukum Ekonomi Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.
Artikel Ekonomi Islam
Oleh :
Dhea Aldona Oktaviani S
Kelas : X AKL 2