Anda di halaman 1dari 33

LANDASAN FILOSOFIS

ILMU EKONOMI SYARI’AH • • •

A. Pendahuluan
”It has become apperent that Islam as a
rule of life and a system of thought is
more populer than ever......(the new
avtivism) shares the sane vision of a
return to pure, pristine Islam and the
same desire that all aspects of life be
ruled Islamic norms”.58

Pernyataan di atas dibuat lebih dari


seperempat abad yang lalu. Pernyataan yang
menggambarkan getaran semangat dunia
Islam pada masanya dan masih berlanjut
hingga kini. Kaum Muslimin terus menerus
menggelorakan persepsi bahwa Islam bukan
hanya sekedar agama yang membimbing
kehidupan individual dari aspek keimanan
dan ibadah ritual belaka. Islam adalah
pandangan hidup sebagaimana juga ia
adalah suatu sistem pemikiran dan filsafat.
Dengan kata lain, Islam meliputi petunjuk

58
Elie Kedourie, “Islam Resurgent”, Britanica Book of
the Year 1980 (t.t: Encyclopedia Britanica. 1980), p.
61-62
2 Landasan Filosofis Ekonomi Syari’ah

yang memadai untuk membangun tatanan


masyarakat, kesatuan entitas politik, etika
serta memberikan solusi bagi masalah-
masalah manusia yang multidimensi.59
Perhatian yang paling menarik kaum
Muslimin sejak kutipan itu dibuat adalah
bidang ekonomi Islam. Pemikiran di bidang ini
belum tuntas atau baru dibahas secara
parsial. Padahal, peradaban Islam yang
gemilang di masa silam tidak mungkin
terwujud tanpa dukungan kekuatan
ekonominya. Sementara itu, perlunya
membangun pemikiran dan disiplin ekonomi
Islam dalam kerangka kerja pembangunan
sosial budaya dan politik didasarkan atas dua
argumentasi utama.60
Pertama, argumentasi teologi yang
menyatakan bahwa Islam adalah agama
samawi. Islam, sebagaimana dinyatakan
dalam Qur’an, antara lain: membimbing
kehidupan umat manusia, baik sosial, politik,
maupun ekonomi (QS. Al-Baqarah (2) : 2 dan
185); Qur’an adalah ”criterion” (al-furqan)
59
H. A. R. Gibb, The Modern Trends in Islam,
menyatakan Islam is more than a system of theology,
it’s a complete civilization.
60
Irfan al-Haq, Economic Doctrine of Islam (Herndon:
The International Institute of Islamic Thought (IIIT).
1996) , hlm. 5-6 dengan modifikasi dari penulis.
3

pembeda antara yang hak dari yang batil


(QS. Al-Furqan (25) : 1); Qur’an mengandung
aturan hukum yang terinci (QS. Hud (11): 1);
Islam adalah agama yang sempurna yang
merupakan karunia Tuhan (QS. Al-Maidah (5):
3)61
Kedua, argumentasi filosofis empiris dan
faktual. Pertama, ada kesenjangan dan
kelangkaan literatur di bidang ilmu ekonomi
yang dapat menjelaskan filsafat,
kelembagaan, prinsip, nilai, norma dan
hukum ekonomi Islam; dan kedua, kenyataan
menunjukkan diperlukannya perkembangan
ekonomi bagi negara-negara Islam. Dewasa
ini kebanyakan dunia Islam masih tergolong
negara berkembang bahkan terbelakang
dilihat dari ukuran dan kriteria kekayaan,
lapangan kerja, pendidikan dan kesehatan.
Suatu kenyataan yang bertolak belakang
dengan doktrin, nilai serta norma Islam itu
sendiri.

B. Definisi Ekonomi Syari’ah dan


Implementasinya
Ekonomi Islam atau ekonomi syari’ah
telah didefinisikan oleh para sarjana Muslim
61
Lihat al-Qur’an terjemah, sebagaimana surat dan
ayat-nya yang tertera di atas.
4 Landasan Filosofis Ekonomi Syari’ah

dengan berbagai ragam. Keragaman dalam


definisi suatu disiplin ilmu seringkali terjadi
karena serta perbedaan perspektif setiap
pakar dalam bidangnya. Definisi ekonomi
syari’ah yang dibuat para ahli tersebut
menekankan pada karakter komprehensif
tentang subyek dan didasarkan atas nilai
moral ekonomi syari’ah bertujuan untuk
mengkaji kesejahteraan manusia yang
dicapai melalui pengorganisasian sumber-
sumber alam berdasarkan kooperasi dan
partisipasi. Definisi ini memiiki tiga kunci
konsepsional: (1) al-falah yakni
kesejahteraan; (2) resources atau sumber-
sumber daya; dan (3) kooperasi dan
partisipasi.
Tampaknya sulit mencari padanan istilah
al-falah yang akurat, baik dalam bahasa
Indonesia, maupun dalam bahasa Inggris.
Istilah ini secara harfiah mengandung makna
menjadi bahagia; berhasil, atau menjadi
orang yang berhasil.62 Namun demikian, kata
al-falah mengandung makna kesejahteraan
dunia dan akhirat sebagaimana makna doa

62
Muhammad Akram khan, An Introduction to Islamic
Economics (Islamabad: International Institute of
Islamic Thought and Institutes of Policy Studies, IIIT,
1994), hlm. 33-34
5

”sapu jagat” rabbana atina fi dunya hasanah


wa fi al-ahirati hasanah waqina azab al-
naar.63 Dengan demikian perlu uraian
pengertian al-falah dalam pengertian duniawi
dan ukhrawi atau temporal dan spiritual.
Pengertian al-falah dalam pengertian konsep
kesejahteraan di dunia mengandung tiga
makna utama: (1) al-baqa’ (survive); (2) al-
gana (freedom from want): dan (3) ’izz
(power and honour).
Sedangkan makna konsepsional
kesejahteraan di akhirat mengandung
makna: (1) baqa bila fana (eternal survival);
(2) gana bila faqr (eternal prosperity); (3) ’izz
bila dull (everlasting glory); dan (4) ’ilm bila
jahl (knowledge from ignore).64
Konsep al-falah secara duniawi
mempunyai konsekwensi logis sebagaimana
dalam tabel berikut:

Tabel 1
Konsep, Makna, dan Implikasinya pada
Mikro dan Makro Ekonomi
Konse Makna Implikasi Implikasi Makro
p Mikro

63
QS. 2:201
64
Khan , An Introduction, hlm. 34.
6 Landasan Filosofis Ekonomi Syari’ah

Al-  S Kehidupan Keseimbangan


falah urvival biologis, yakni ekologis
kesehatan fisik lingkungan yang
dan terbatas hygenis, dan
dari berbagai bantuan medis
penyakit untuk seluruh
economic rakyat.
survival: pengelolaan
memiliki sumber daya
sarana untuk alam untuk
dapat hidup menciptakan
social survival lapangan kerja
Persaudaraan untuk seluruh
dan hubungan rakyat.
interpersonal Inner social
yang harmonis cohesion:
Tidak terjadi
konflik di antara
kelompok yang
berbeda

 Fr Political Kebebasan dan


eedom survival hak menentukan
from kebebasan nasib sendiri
want berpartisipasi sebagai suatu
dalam urusan entitas politik
kenegaraan

 P Alleviating Provisioning bagi


ower property seluruh rakyat.
and Self reliance, Menciptakan
Honou yakni bekerja sumber daya bagi
7

r dan tidak generasi


menjadi mendatang
gangguan
seperti benalu Kekuatan ekonomi
Self respect: yang terbebas dari
Kebebasan sipil hutang Kekuatan
(civil liberties) militer

Tabel di atas mempertegas konsep al-


falah yang komprehensif serta meliputi
keseluruhan kehidupan manusia. Term al-
falah dan derivansinya di dalam Qur’an ada
pada empat puluh tempat. Dengan demikian,
konsep ini memungkinkan kita menentukan
syarat-syarat untuk mencapai al-falah dalam
berbagai tingkatanya.

Kondisi atau syarat-syarat kesejahteraan


yang harus dicapai dalam ilmu ekonomi
syari’ah meliputi : (1) kesejahteraan spiritual;
(2) kesejahteraan ekonomi; (30
kesejahteraan kultural; dan (4) kesejahteraan
politik.
Sementara itu, syarat untuk mencapai
kesejahteraan spiritual adalah: (1) khusyuk
dalam beribadah (salat)65; (2) bertakwa
kepada Allah (al-taqwa)66; (3) berdzikir
65
QS. 23: 1.
66
QS. 2: 189; 3: 130, 200; 5: 35, 100.
8 Landasan Filosofis Ekonomi Syari’ah

kepada Allah (al-dzikir), (4) bertobat dari


segala bentuk dosa (al-tawbat); dan (5)
melakukan pembersihan jiwa (tazkiyat al-
nafs).67
Syarat-syarat untuk mencapai
kesejahteraan ekonomi adalah:
1. Infaq dalam konsepsi
Islam adalah membelanjakan harta untuk
orang lain atau untuk kepentingan ibadah
sosial dengan semata-mata menharapkan
keridoan Allah. Oleh karena itu, infaq
sangat berbeda dengan alms atau charity
atau trustee dalam sistem sosial dunia
barat. Konsep infaq lebih luas dari konsep
tersebut di atas dengan berbagai
ragamnya, yaitu. Pertama, infaq yang
bersifat keharusan yang kemudian disebut
zakat bagi mereka yang mempunyai harta
yang mencapai jumlah minimal wajib
zakat; kedua, infaq meliputi kewajiban
yang merupakan hak kelompok fakir dan
miskin dalam harta yang dimiliki oleh
orang kaya; keempat, infaq yang sama
sekali hanya ditunjukkan untuk
memperoleh keridoaan Allah dan pahala-
nya di akhirat kelak. Dengan demikian,
infaq dalam Islam adalah suatu
67
QS. 7: 69; 8: 45; 62: 10.
9

mekanisme penumbuhan dan peningkatan


kualitas spiritual seseorang. Oleh karena
itulah infaq , dalam kasus-kasus
tertentu,labih dirahasikan. Maka tidak lagi
diragukan kebenaran Qur’an yang
menyatakan bahwa infaq adalah salah
satu syarat untuk mencapai al-falah.68
2. Anti riba. Islam menyatakan bahwa riba
adalah penghalang bagi pencapaian
kejahteraan dan keadilan ekonomi
masyarakat. 69

3. Mememenuhi janji dan memelihara


kepercayaan atau amanat adalah bagian
penting dari proses dan mekanisme
pencapaian al-falah dalam pengertian
luas. Memenuhi janji dan melaksanakan
amanat itu meliputi kehidupan dan
interaksi personal; kehidupan keluarga:
kehidupan bermasyarakat dan bernegara
di mana kekuasaannya untuk mencapai
kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial.70
4. Adil adalah bagian dari sarat pencapaian
kesejahteraan. Sedangkan lawannya
adalah zalim. Apabila elemen masyarakat
dan atau pemerintah berlaku zalim, maka

68
QS. 24- 31; 28: 67
69
QS. 87: 14; 91: 9.
70
QS. 2: 3, 25, 219; 64; 23:4
10 Landasan Filosofis Ekonomi Syari’ah

tidak akan pernah tercapai kesejahteraan


rakyat dan masyarakat.71
5. Enterprise atau kerja keras dalam
mengelola sumber daya alam untuk
mencapai kesejahteraan hidup adalah
bagian penting dari etos kerja ekonomi
Islam. Kesalehan seorang muslim, antara
lain, ditandai kemampuan mengelola alam
dan bersafari menjemput karunia Allah di
muka bumi ini melalui perniagaan dan
industri parisata.72
Adapun syarat-syarat untuk mencapai
kesejahteraan kultural adalah:
1. Mendirikan salat, baik lima sehari
semalam atau shalat jum’at tidak mungkin
dilakukan secara berjamaah tanpa mesjid.
Mesjid tidak bisa dibangun tanpa biaya,
keterampilan serta seni bangunan.
Mendirikan shalat pun tidak bisa sempurna
tanpa bantuan ilmu astronomi untuk
mendapat ketepatan arah kiblat.
2. Ilmu adalah alat untuk mencapai
kesejahteraan hidup yang sangat
dianjurkan dalam kehidupan kaum
muslimin. Oleh karena itu, ajaran Islam
mengharamkan hurafat dan tahayyul serta
71
QS. 3: 130
72
QS. QS. 23: 28
11

menganjurkan setiap Msulim untuk


menuntut ilmu ke dan di manapun juga.
3. Islam mengatur tata-cara hubungan
seksual yang sah (sexual chasty) melalui
pernikahan. Nikah adalah suatu perjanjian
yang amat sakral (misaq galiza) yang
berbeda dengan filsafat perkawinan Barat
sekuler yang bersifat kontrak sosial.
4. Tidak meminum khamar dan berjudi.
Larangan minum khmar bertujuan untuk
melindungi kesehatan akal manusia.
Sedangkan larangan berjudi untuk
menekankan betapa pentingnya kerja
produktif bagi tercapainya kesejahteraan
ekonomis dan sekaligus kesejahteraan
kultural.
5. membersihkan lingkungan hidup adalah
syarat lain bagi tercapaiannya
kesejahteraan kultural yang bukan hanya
semata-mata meliputi kebersihan harta
dan pakaian, melainkan juga lingkungan
hidup secara keseluruhan.
6. Melakukan al-amar bi al-ma’ruf wa nahy
’an al-munkar adalah bagian penting dari
syarat tercapainya kesejahteraan kultural
agar masyarakat terus menerus
terpelihara dari berbagai kemungkaran
dan bencana.
12 Landasan Filosofis Ekonomi Syari’ah

7. Menghindari tabzir serta tidak membuang


waktu dengan sia-sia dan membiarkan
kesempatan berlalu tanpa dimanfaatkan
dengan baik dan maksimal. Efisiensi dan
efektifitas usaha dan segala bentuk
aktivitas adalah syarat penting bagi
terciptanya kesejahteraan kultural.
Sementara syarat-syarat untuk
mencapai kesejahteraan politik adalah
sebagai berikut:
1. Berdasarkan atas niat untuk berjuang di
jalan Allah (jihad) dalam pengertian
melawan kezaliman dan melindungi yang
lemah dari kesewenang-wenangan
penguasa.
2. Pemerintah memainkan perannya untuk
memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya.

C. Sumber Daya Alam


Kata kuncil setelah al-falah dalam
definisi ekonomi syari’ah ialah resource yakni
sumber daya alam. Premis sumber daya alam
dalam ekonomi Islam ialah bahwasanya
manusia dapat mencukupi keseluruhan
hidupnya karena Allah telah menciptakan
13

seluruh alam ini untuk kepentingan


manusia. 73
Kelangkaan (scarcity) dalam
ekonomi barat dilihat dari sudut pandang
ekonomi syari’ah adalah ditimbulkan oleh
dan karena tidak imbangnya distribusi, bukan
karena tidak memadainya atau tidak
adekuasi barang dan jasa (adequacy).
Pandangan definitif ini tiada lain karena
tujuan ekonomi syari’ah adalah untuk
kesejahteraan umat manusia. Maka
premisnya ialah bahwa sumber daya alam itu
sudah adekuat untuk mencapai
kesejahteraan manusia. Jika terjadi
kelangkaan barang dan jasa, maka ilmu
ekonomi syari’ah harus mengupayakan
keseimbangannya.

D. Kooperasi dan Partisipasi


Islam menekankan kerjasama antar
sesama umat manusia Alam semesta
ciptakan tuhan ini menjadi model kehidupan
dan keseimbangan yang harmonis dan
kooperatif. Semangat partisipasi dan
kooperasi ini telah dijelaskan secara

73
QS. 2: 30; 38: 26 yang menyatakan bahwa manusia
adalah khalifah Tuhan di muka bumi ini yang bertugas
meneggakan hukum dengan adil, membudidayakan
alam, dan berkarya dengan sebaik mungkin.
14 Landasan Filosofis Ekonomi Syari’ah

konsepsional di dalam Qur’an, baik yang


mengacu kepada keterarutan alam semesta
maupun pelapisan sosial dalam kehidupan
umat manusia, antara lain:
1. Kooperasi alam antara siang dan malam,
bulan, bintang dan matahari masing-
masing berjalan pada porosnya dan tidak
saling bertabrakan (QS. 7:54)
2. Bulan dan matahari beredar pada
porosnya sesuai dengan sunnatullah (QS.
36:40).
3. Pelapisan dan stratifikasi sosial diciptakan
Tuhan agar satu sama lain saling tolong
menolong dan bekerjasama saling
memenuhi kebutuhan hidupnya masing-
masing (QS. 43:32).
4. Sesungguhnya orang beriman itu
bersaudara (QS. 43:32).
5. Gunung-gunung diciptakan dan para
penghuninya diberikan kehidupan (QS.
41:10).

E. Sumber Ilmu Ekonomi Islam


Prinsip-prinsip ekonomi Islam dipandu oleh
sumber sebagai berikut:
1. Qur’an
2. Sunnah Rasul
15

3. Hukum Islam dan metodologinya


4. Sejarah masyarakat Islam; dan
5. Data yang berhubungan dengan
kehidupan ekonomi

F. Pendekatan dan Metodologi Ilmu


Ekonomi Islam
Pendekatan dalam pengertian prinsip,
teori, metode dan teknis penelitian ilmu
ekonomi Islam didasarkan pada dan terikat
oleh konten ideologi Islam itu sendiri. Premis-
premis utamanya didefinisikan berdasarkan
hukum Islam. Ahli-ahli ekonomi Islam
mengembangkan analisisnya dengan
menggabungkan kekuatan rasional dengan
data kehidupan yang tak terpisahkan dari
bimbingan wahyu.
Para ahli ekonomi memahami bahwa
perilaku manusia dalam suatu totalitas yang
kompak dan terdiri dari multiple mutually-
reinforcing sub-systems, suatu sub-sistem
berganda yang saling menguatkan satu sub-
sistem dengan lainnya. Oleh karena itu, ilmu
ekonomi hanyalah bagian dari sub-sistem,
melainkan hanya penopang dari sistem itu
sendiri. Sementara sistem utamanya (core
system) terletak pada kesatuan iman,
kesatuan manusia atau (tawhidullah dan
16 Landasan Filosofis Ekonomi Syari’ah

tawhid al-ummat. Oleh karena itu, metodologi


ilmu ekonomi sIslam dapat diperlakukan
dalam gambar berikut di bawah ini:

Gambar 1
Skema: Hubungan sistem keimanan dengan sub
sistem
dan hubungan berbagai subsistem dengan sub sistem
ekonomi

Sub-sistem
sosial
Sub-sistem Ihsan
kultural adl
iqtishad
Sub-sistem
Sub-sistem ekonomi
Islam:
Keimanan

Sub-sistem Sub-sistem
Hukum
Pendidikan Sub-sistem Sub-sistem
Politik Etika
17

Fungsi utama metodologi adalah untuk


membantu manusia mencapai postulat-
postulat berdasarkan al-Qur’an dan Al-
sunnah. Pustulat-postulat ini diyakini para
ahli ekonomi Islam sebagai kebenaran yang
tak perlu diperdebatkan lagi. Oleh karena itu
ekonomi Islam selalu merujuk kepada
postulat-postulat yang bersumber pada dua
sumber tersebut. Hanya saja jika tidak
terdapat postulat dari dua sumber tersebut,
rasio manusia bekerja menyusun postulat
yang dijadikan kendali metodologi ilmu ini. 74
Sementara itu, pembahasan ilmu ekonomi
Islam pun masih menimbulkan kontroversial,
setidaknya ada tiga masalah yang harus
dijawab terlebih dahulu : (1) Apakah ilmu
ekonomi Islam itu adalah suatu ilmu
pengetahuan yang normatif, positif, atau
kedua-duanya; (2) apakah teori ilmu ekonomi
Islam diperlukan, mengingat tidak adanya
suatu ekonomi Islam yang aktual; dan (3)
apakah ilmu ekonomi Islam itu suatu sistem
atau ilmu pengetahuan.
Ilmu ekonomi Islam adalah ilmu normatif
karena ia terikat oleh norma-norma yang
telah ada dalam ajaran dan sejarah
masyarakat Islam. Ia juga ilmu positif karena
74
Khan, An Introduction, IIIT, 1981, hlm. 33.
18 Landasan Filosofis Ekonomi Syari’ah

dalam beberapa hal ia telah menjadi panutan


masyarakat Islam. Dengan demikian, tentu
saja ilmu ekonomi Islam sangat diperlukan
terutama ketika muncul kesadaran akan
keunggulan sistem ekonomi Islam, seperti
perbankan syari’ah yang dewasa ini semakin
aktual dan marak di negeri ini. Ilmu ekonomi
pun merupakan suatu disiplin ilmu
sebagaimana makalah ini ditulis untuk
menopang argumentasi tersebut.
Berikut di bawah ini postulat-postulat
yang secara metodologis menjadi prinsip-
prinsip dan prediksi atas berbagai gejala
ekonomi:
1. Langit dan bumi adalah milik Allah. (QS.
Al-Baqarah (2): 284; ’Ali ’Imran (3): 109,
129, 180, dan 189; al-Nisa’ (4): 131) dan
132; al-ma’idah (5):17, 18, dan 120; al-
An’am (6): 12; al-Tawbah (9): 116, Yunus
(10): 68: Ibrahim (14): 23). Hak milik yang
diperoleh manusia adalah hak relatif,
sedangkan hak milik mutlak hanya ada
pada Tuhan melalui institusi duniawi yang
mencerminkan pemegang hak Allah yakni
negara dan pemerintah. Dengan demikian,
pemerintah berhak mengatur lalu lintas
status kepemilikan atas tanah, baik dalam
19

bentuk hak milik, hak guna pakai, hak


guna bangunan, dan sebagainya.
2. Allah menciptakan langit dan bumi, bulan
dan matahari, daratan dan lautan,
gunung, angin, burung-burung, untuk
memenuhi keperluan hidup manusia. (QS.
Ibrahim (14): 32-33; al-Nahl (16): 12 dan
14; al-Hajj (22): 65; Lukman (31): 29-30;
al-Zuhruf (43): 1; al-Jasiyah (45):12-13; al-
Anbiya’ (21): 79; Sad (38):18). Pada
dasarnya semua keperluan manusia telah
disediakanTuhan. Tetapi, kecerdasasan itu
berserakan di muka bumi sehingga terjadi
kelangkaan atau minus barang dan jasa di
suatu tempat dan surplus di tempat lain.
Dengan demikian, maka terbukalah
pertumbuhan ekonomi dan perdagangan
yang mendinamisasikan dan memobilasasi
kehidupan umat manusia yang saling
memerlukan antara satu dengan lainnya.
Maka harga barang dan jasa mengikuti
hukum suplai dan kebutuhan atas barang
dan jasa.
3. Memperoleh harta melalui perniagaan
dengan saling merekan, tidak dengan cara
yang batil: mencatat utang piutang dan
jatuh temponya serta akuntabilitas; jujur
dalam berusaha; dan, menghindari jual
20 Landasan Filosofis Ekonomi Syari’ah

beli gharar, riba dan maysir, (QS. Al-Nisa


(4):29. segala bentuk usaha, baik yang
dilakukan secara individual maupun
kolektif, seperti lembaga dan atau institusi
pemerintahan, mesti dapat
dipertanggungjawabkan atau memenuhi
persyaratan akuntabilitas. Dengan
demikian, setiap kegiatan perniagaan
harus mendapat kepercayaan masyarakat
dan negara untuk meraih kualitas bay’
mambrur, antara lain dengan bantuan
ilmu akuntansi untuk menjamin
akuntabilitasnya.
4. Harta tidak boleh hanya beredar di antara
orang kaya saja. (QS. al-Hasy (45):7).
Pengaturan dan regulasi distribusi barang
dan jasa adalah bagian dari tugas institusi
pemerintahan dan negara dalam rangka
memakmurkan dan mensejahterakan
rakyat secara adil.
5. Orang miskin mempunyai hak atas harta
orang kaya (infaq dan zakat, atau
sadaqah). (QS. al-An’am (6); 141; al-Isra’
(17): 26; al-Rum (30): 38) kalimat perintah
(fil amr) dalam ayat-ayat tersebut
mengindikasikan bahwa pengelolaan harta
yang menjadi hak orang miskin yang ada
21

pada orang kaya harus dilakukan oleh


institusi negara dan pemerintahan.
6. Pada dasarnya segala bentuk transaksi
adalah dibolehkan kecuali yang secara
tegas dan tekstual diharamkan. Kaidah
hukum Islam menyatakan: al-’asl fi al-
muamalat al-ibahat illa ma dalla al-dalil
’ala tahrimih.
7. Jual beli adalah halal, sedangkan riba
adalah haram; infaq dan sadaqah
ditumbuhsuburkan, sedangkan riba
dimusnahkan (QS. al-Baqarah (2): 275-
278; ’Ali ’Imran (3): 130; al-Rum (30):39).
8. Negara dan pemerintah mempunyai hak
pengendalian pengawasan distribusi
barang dan jasa, mekanisme pasar dan
melarang menopoli.

G. Peranan Rasio: Deduktif dan Induktif


(al-qiyas al-tamtili wa al-qiyas al-
sumuli)
Mengingat masalah ilmu ekonomi Islam
termasuk ke dalam katagori ijtihadiyyat,
maka dapat dipahami mengapa praktek
ekonomi di dunia Islam pada umumnya
mengacu kepada kaidah hukum al-asl fi al-
22 Landasan Filosofis Ekonomi Syari’ah

mu’amalat al-ibahat.75 Penalaran yang


digunakan pun seperti penalaran pada
umumnya bertumpu pada deduktif dan
induktif yang dalam karya Ibn Taimiyyah dan
Ibn Qayyim disebut al-qiyas al-sar’i.76 Namun
demikian, pengembangan ilmu ekonomi
syari’ah baru tumbuh seteleh munculnya ide
dan gagagasan mendirikan Bank Islam dalam
keputusan Konfrensi Negara-negara Islam se-
Dunia bulan April 1968 di Kula Lumpur.
Sementara itu, konsep teoritis tentang Bank
Islam baru muncul pada tahun 1940-an.
Sedangkan pendirian bank Islam pertama
baru dapat dilaksanakan tahun 1975.77
Ilmu ekonomi Islam dibangun di atas
dasar asumsi-asumsi pada lapis atas, yakni
al-Qur’an dan al-Sunnah dan pada lapis
bawahnya, yakni sebagai berikut:
berdasarkan asumsi lapis atas, penalaran
rasional manusia menangkap asumsi level
atas secara deduktif dan mengujinya dalam
fakta kehidupan nyata secara induktif.

75
Kitab, I’dah al-Qawa’id al-Fiqhiyyah.
76
Ibn Taimiyyah dan Ibn Qayyim al-Jawziyyah, al-Qiyas
fi al-Syar’i al-Islami.
77
Sutan Remy Syahdeini, Perbankan Islam dan
Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan
Indonesia (Jakarta: Grafiti. 1999) hlm. 4-5 dengan
mengutip berbagai sumber.
23

Pertama, manusia tidak hanya selfish,


melainkan juga altruistic; kedua, perilaku
alturitic dapat dibentuk melalui pendidikan;
Ketiga, manusia mempunyai pengetahuan
yang terbatas. Oleh karena itu, analisis
ekonomi harus ditempatkan pada suatu posisi
ruang yang tidak mempunyai kepastian yang
tepat. Keempat, pencapaian kesejahteraan
ukhrawi lebih diutamakan dengan cara
memaksimalkan kesejahteraan hidup di
dunia.78
Mengingat masalah ilmu ekonomi
termasuk katagori ijtihadiyyat, maka para
pemikir dan aktivis ekonomi Islam lebih
menekankan pada pemecahan masalah
ekonomi. Mereka menulis buku ekonomi
sesuai dengan zamanya. Dapat dijumpai
pemecahan masalah ekonomi sekitar
kekayaan, keadilan sosial, perpajakan,
keseimbangan ekonomi, mekanisme pasar,
dan peran-peran pemerintah dan negara
dalam mekanisme pasar, intervensi harga
dan sebagainya. Pembahasan mereka lebih
dikaitkan dengan kondisi zamannya;
membahas perilaku ekonomi individual,
rumah tangga, perusahaan, peran negara
dengan fokus kajian pada hal-hal berikut; (1)
78
Khan, An Introduction, hlm. 66-67
24 Landasan Filosofis Ekonomi Syari’ah

memahami perilaku dan proses pengambilan


keputusan; (2) menghubungkan perilaku
manusia dengan kesejahteraan, pemilik
modal, pegawai, client, penduduk negeri dan
masyarakat luas; dan (3) membuat hipotesis
alternatif strategi untuk memaksimalkan
kesejahteraan pada setiap lapisan
masyarakat. Berdasarkan deskripsi di atas,
maka ilmu ekonomi Islam adalah disiplin ilmu
normatif dan sekaligus positif.

H. Proses Pembentukkan Teori Ilmu


Ekonomi Syari’ah
Proses pembentukkan teori ekonomi
Islam berbeda dengan proses pembentukkan
teori yang pada umumnya digunakan dalam
ilmu-ilmu sosial. Para peneliti ilmu sosial,
seperti halnya peneliti ilmu kealaman
berusaha mencapai sesuatu yang belum
diketahuinya berdasarkan premis-premis
yang telah diketahui. Fakta menunjukkan
bahwa cara seperti ini tidak banyak
membantu dalam ilmu ekonomi. Kehidupan
nyata ini ternyata amat rumit dan kompleks
sehingga hampir mustahil memprediksi suatu
kebijakan dengan tepat. Sementara itu,
25

doktrin Islam dalam bidang ekonomi


mengintervensi semua proses
pembentukkan teorinya. Kondisi masa depan
yang diharapkan memang telah dapat
terumuskan dan diketahui dengan baik, yakni
berpusar pada al-falah. Akan tetapi, metode
untuk mencapai kondisi al-falah merupakan
tugas ilmu ekonomi Islam. Dengan demikian,
tugas pertama teori ekonomi Islam ialah
merumuskan metode awal hingga akhir
dalam upaya merealisasikan kondisi al-falah.
Kiranya ada gunanya jika disajikan
perbandingan seluruh lingkaran aktivitasnya
ekonomi dalam dua bentuk grafik di bawah
ini:79

Mannan, Teori dan, hlm. 20 dengan modifikasi dari


79

penulis
26 Landasan Filosofis Ekonomi Syari’ah

Gambar 2
Grafik Aktivitas Ilmu Ekonomi Syari’ah
dan Ilmu Ekonomi Modern

A B
Ilmu Ekonomi Islam Ilmu Ekonomi
Modern
(1) Manusia: sosial (1) Manusia: sosial
namun religius (2) Kebutuhan
(2) Kebutuhan tidak terbatas
tidak terbatas (3) Kekurangan
(3) Kekurangan sarana
sarana Masalah-masalah
Masalah-masalah ekonomi (E)
ekonomi (E) (4) Pilihan diantara
(4) Pilihan di antara alternatif
alternatif dituntun ditentukan oleh
oleh nilai Islam kepentingan
(5) Pertukaran individu
terpadu dan (5) Pertukaran
transfer satu arah ditentukan oleh
dituntut etika kekuatan pasar
Islam, kekuatan
pasar dan
kekuatan bukan
27

pasar

Grafik di atas mempertegas bahwa ilmu


ekonomi Islam tidak hanya mengkaji individu
sosial, melainkan juga manusia yang
beragama (A.1). hal ini dilakukan karena
banyaknya kebutuhan (A.2:B.2) dan
kekurangan sarana (A.3; B.3), maka timbullah
(E) masalah ekonomi. Pada dasarnya
masalah dalam ekonomi Islam dan ekonomi
modern adalah sama. Namun kemudian
timbul perbedaan berkenaan dengan
masalah pilihan. Ilmu ekonomi modern Islam
dikendalikan oleh nilai Islam (A.4). ilmu
ekonomi modern dikendalikan oleh
kepentingan individu (B.4). maka, perbedaan
mendasar di antara dua aktivitas ekonomi
adalah: ilmu ekonomi Islam menganut sistem
pertukaran dan transfer satu arah dan
terpadu mempengaruhi alokasi kekuarangan
sumber-sumber daya. Dengan demikian,
proses pertukaran langsung relevan dengan
kesejahteraan seluruh umat manusia (A.5)
yang berbeda dengan ilmu ekonomi modern
dari segi kesejahteraan ekonomi saja (B.5).
Lebih jelas perbedaan dua ilmu ekonomi
dengan dua latar belakang filsafatnya
28 Landasan Filosofis Ekonomi Syari’ah

masing-masing, yakni antara kapitalisme dan


Islam terlihat dalam tabel di bawah ini.80
Gambar 3
Perbedaan Kapitalisme dan Islam

Kapitalisme Islam
Manusia adalah Manusia dalam waktu
anniyah atau selfish yang sama adalah
selfish dan altruistic
Supremasi nilai ada Materialisme harus
pada materialisme dikendalikan
Kepemilikkan pribadi Kepemilikkan pribadi
bersifat mutlak dalam kerangka
moral
Konteksnya nation- Konteksnya ekonomi
state global
Kekuatan ekonomi Kekuatan ekonomi
bagi minoritas didefinisikan
melalui: Bunga, ownership, law and
limited liability, gaji inheritance, free
buruh, primogeniture, market flows.
market imperfections
Menciptakan Menciptakan
kebutuhan melalui kebutuhan melalui
iklan infaq, equitable laws,

Dikutip dari Khan, An Introduction, hlm. 26-27


80

dengan modifikasi penulis.


29

dan kewarisan
Uang sebagai Uang sebagai alat
komoditas disamping tukar dan penyimpan
sebagai alat tukar nilai, tetapi bukan
dan penyimpan nilai komoditas
Konsumerisme suatu Hidup sederhana
nilai suatu nilai
Pertumbuhan Pertumbuhan
ekonomi berdasarkan ekonomi berdasarkan
pertumbuhan pisikal pertumbuhan jiwa
dan material dan raga manusia
Urbanisasi Keseimbangan antara
rural-urban
Teknologi tak Teknologi terencana
terencana
Sistem jaminan Sistem jaminan
keamanan soail keamanan sosial
melalui perpajakan melalui: keluarga,
sekuler komunitas (jamaah)
dan negara
Deficit-suatu Balance budget suatu
pandangan hidup pandangan hidup
Mistifikasi dan Difusi dan sharing of
proteksi pengetahuan knowledge

Berdasarkan berbagai uraian di atas,


maka apabila suatu negara berencana
30 Landasan Filosofis Ekonomi Syari’ah

menerapkan ekonomi Islam, tentu saja harus


diawali dengan penelitian sebagai langkah
awal Islamisasi ekonominya. Suatu teori
transisi dari teori ilmu ekonomi konvensional
menuju ke ekonomi Islami. Berdasarkan
perkiraan seperti ini, maka proses
penyusunan teorinya dapat digambarkan
dalam table berikut di bawah ini:

Gambar 4
Proses Penyusunan Teori Ekonomi
Syari’ah

Kesadaran Analisis Peranan Lembaga


akan realitas Kebijakan Pendidikan dan Sosial
Publik

Hipotesis
untuk
Perubahan

Aplikasi Teori Transisi Masyarakat


Syari’ah Islam

Masyarakat
Islam

Masyarakat
Islam
31

Keterangan:
Tanda panah menunjukkan hubungan kausalitas

Sebagaimana telah dinyatakan pada


awal tulisan ini, ilmu ekonomi Islam adalah
ilmu normatif dan sekaligus ilmu positif. Ia
menjadi normatif karena dipandu dan
diarahkan oleh norma-norma hukum Islam
yang bersumberkan wahyu dan akal.
Sedangkan ia menjadi positif karena menjadi
kenyataan sejarah umat manusia. Dengan
demikian, ilmu ekonomi Islam dapat
melahirkan teori-teori yang diedukasi dari
sistem norma Islam dan diinduksi dari
kenyataan-kenyataan dan fakta-fakta
kehidupan ekonomi umat manusia. Hal ini
sejalan dengan paradigma ilmu al-haqiqah fi
al-yan la fi al-azhan. Ini berarti bahwa
kebenaran itu bukanlah terletak di alam
pikiran melainkan alam kenyataan sosial.

I. Penutup
Uraian-uraian di atas mengantarkan kita
kepada beberapa kesimpulan sebagai
berikut: Pertama, ilmu ekonomi syari’ah
32 Landasan Filosofis Ekonomi Syari’ah

berlandaskan kepada filsafat Islam dengan


menggunakan asumsi, postulat, dan prinsip-
prinsip yang dideduksi dari al-Qur’an dan al-
Sunnah serta dikembangkan melalui
penalaran induktif berdasarkan fakta-fakta
sejarah kemudian dianalisis dengan
menggunakan metodologi hukum Islam,
walaupun tidak terlepas dari aspek teologis.
Proses ini telah menempatkan ilmu ekonomi
syari’ah sebagai ilmu normatif dan positif
sekaligus.
Kedua, kelembagaan ekonomi syari’ah
sebagaimana ditunjukkan fakta sejarahnya
sangat fleksibel dengan menerima berbagai
tradisi insititusi ekonomi yang pernah ada
dan dapat mengembangkannya sesuai
dengan pertumbuhan ekonomi dan
perkembangan peradaban umat manusia.
Ketiga, ilmu ekonomi syari’ah jika
dilaksanakan secara global, maka diduga
kuat dapat menyelesaikan masalah ekonomi
dunia sebagaimana dinyatakan juga oleh M.
Umar Chapra.
33

Anda mungkin juga menyukai