Anda di halaman 1dari 6

RESUME MATERI KULIAH

diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas Ekonomi Kelembagaan


pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Dosen Pengampu :
Rachmat Udhi Prabowo, S.P., M.P.

Oleh:
Agung Prakuso
171510601122
Kelas H

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
1. Depresi dan Rehabilitasi Ekonomi
Dalam kurun waktu yang sangat lama paradigma ekonomi semakin
berkembang entah itu dengan perkembangnya zaman atau perubahan sang pelaku
ekonomi itu sendiri. Menjadi titik awal untuk mengemas tentang ekonomi
kelembagaan denganberdasarkan sejarah terlebih dahulu untuk memperoleh suatu
informasi yang berkelanjutan. Dalam sub bab materi depresi dan rehabilitasi ada
rentan tahun yang berhubungan dengan kurun waktu globalisasi menjadi dua
periode. Menuerutseorang ilmuwan yang bernama Walerstain.
a. Pertama, angka waktu 1940- saat ini : pembangunan ekonomi dan siklus hidup
ekonomi yang normal tetapi dalam kondisi kritis.
b. Kedua, kurun waktu 1945 – saat ini : sdisebut transisi yang membafi 2
fenomena ekonomi dalam abad ke 20 yakni
1. Fase A (1945-1967-1973) ekonomi dalam keadaan puncak
2. Fase B ( 1967-1973) perekonomian semakin krisiss
Disebutkan bahwa kisaran tahun 1945 terjadi kolonialme atau penjajahan
dengan mencaplok negara satu dengan negara lain supaya luas negara tersebut
semakin bertambah. Dengan tujuan dengan luasnya kekuasaan mereka maka
kesejahteraan penduduknya juga akan terjamin. Dengan menguasai sumber daya
ekonomi di setiap negara jajahanya dan keuntunganya bagi negara yang menjajah.
Contohnya Indonesia yang dijajah Jepang dan Belanda pada saat itu.
Sistem kolonial melahirkan suatu sistem tata ekonomi diunia berubah dengan
adanya negara maju dan terbelakang. Karena sumber daya yang ada di negara
jajahan akan dikuras habis dengan harga murah dan hanya diberi upah.
Derterminan penting untuk menentukan pendapatan
Ciri khas Jenis Kebijakan
Persepsi statis mengenai Semua kegiatan ekonomi dipsatkan untuk politik,
pertumbuhan ekonomi untuk mengkuatkan kebangsaan yang baru
terbentuk dibawah kekuasaan raja
Doktrin state power Pemupukan untuk biaya militer dan teritorial di
eropa
Regulasi kegiatan ekonomi Pengembangan AU untuk tetitorial di luar eropa
Retriksi perdagangan logam Regulasi dalam maritim dan pelayaran
mulia
Monopoli dalam Pengembangan wilayah kolonial untuk metropele
perdagangan
Regulasi dalam pelayaran Monopoli dan regulasi kegiatan perdagangan dan
retriksi logammulia
Pengembangan teritolial Untuk melaksanaakan profesi dan pengambangan
wilayah kolonial keahlian teknis dan ekonomis.

2. Globalisasi Definisi Arti Penting Globalisasi bagi Negara maju dan negara
berkembang
Di negara-negara yang sebagian hidup di wilayah selatan, semakin tertinggal
tigkat kemakmurannya dibandingkan dengan negara-negara yang sudah maju.
Kamun neoliberalis dan hiperglobalis mengemukakan bahwa kemunduran yang
terjadi di negara-negara wilayah selatan atau Dunia Ketiga disebabkan oleh
kurangnya merka membuka pasar-pasar nasional terhadap pasar-pasar global.
Dengan kata lain, mereka miskin dan terbelakang karena tidak tersentuh
globalisasi.
Globalisasi akan menjadi sebuah peluang yang menjanjikan kemakmuran,
demokrasi, dan keadilan jika dikelola ddengan baik. Gobalisasi aan dapat
memberikan manfaat terbesar bagi masyarakat, jika penyelenggara negara mampu
mengelola globalisasi dengan baik, sekaligus menangani masalah birokrasi
dengan serius. Dengan logika sederhana, dapat dikatakan bahwa tantangan yang
muncul di era globalisasi ekonomi sekarang tidak mungkin dapat diselesaikan
tanpa mereformasi birokrasi publik, terlebih dalam sistem birokrasi patrimonial
seperti Indonesia.
Dalam penelitian James Petras Kebangkitan “Ideologi Gobalisme” pada
awalnya ditemukan dalam jurnal-jurnal bisnis di akhir tahun 1960 an dan awal
tahun 1970 an. Kemudian istilah globalisasi diambil alih oleh dunia akademik
(ekonomi, sosiologi, kebudayaan, dan politik internasional) dan menjadi sebuah
kerangka kerja yang diterima luas ketika berbicara tentang perluasan pasar modal
internasional ranpa terlalu membahas asal-usulnya. Kaitannya dengan posisi
negara Dunia Ketiga, seperti Indonesia, juga diyakini bahwa negara-negara mana
pun tidak akan selamat bia menolak globalisasi kapitalis. Sebagaimana dikatakan
Felix Wilfred:
“Tidak akan mengalami keselamatan (kemakmuran, kemajuan) bila berada
diluar globaliasi, diluar jalur kapitalisme dan ekonomi pasar...”

Proses globalisasi yang pada saat ini tengah melanda berbagai belahan
dunia, dan ini merupakan suatu gelombang besar yang beum ernah terjadi
sebelumnya, digerakaan oleh perkembangan teknologi yang cepat dan mundcul
hampir serentak, yang telah mengubah pola dan sifat kehidupan umat manusia di
berbagai bidang dan tingkatan lewat dampaknya yang sangat uas dan intensif di
ketiga sektor yaitu transportasi, turisme (travel), dan telekomunikasi.
Tantangan-tantangan lain yang cukup berat adalah dalam dimensi politik-
keamanan. Tidaklah diragukan bahwa investasi dan perdagangan telah
memainkan peran yang meningkat dalam pertumbuhan ekonomi negara-negara
anggota ASEAN, khusunya Indonesia. Secara umum, investasi asing berpusat di
sektor-sektor ekonomi kapitalis. Oleh karena itu, investasi di sektor manufaktur,
misalnya, cenderung padat moal (capital intensive), laborsaving technologies
(teknologi hemat pegawai) yang dapat memperburuk masalah-masalah
pengangguran, dan distribusi pendapatan yang tidak merata. Dengan strategi
pertumbuhan yang menjadi landasan kebijakan pembangunan Indonesia,
modernisasi ekonomi telah menciptakan kesenjangan yang meluas antara sektor
kappitalis dan sektor nonkapitalis, antara sektor masyarakat modern dan
tradisional, lebih umumnya lagi, antara sektor industri dengan sektor pertanian di
wilayah-wilayah Indonesia atau kawasan Indonesia Timut dan kawasan Indonesia
Barat. Dalam suatu pembangunan ekonomi yang cepat dengan penetrasi investasi
asing yang cepat dan mendalam, masalah ini tidak hanya menjadi keprihatinan
yang besar, tetapi msalah ini juga dapat menggerogoti stabilitas politik dan
keamanan Indonesia, ataupun integrasi Nasional.

3. Perspektif Kelembagaan dari sudut pandang ekonomi


Ekonomi kelembagaan sistem ekonomi sosialis hanya didasarkan pada dua
prinsip berikut. Pertama, negara menyiapkan seluruh regulasi yang diperlukan
untuk menggerakkan kegiatan ekonomi, seperti investasi, dari mulai proses
perencanaan, operasionalisasi, pengawasan, sampai ke evaluasi. Kedua, pelaku
ekonomi tidak membuat kesepakatan dengan pelaku ekonomi lainnya, tetapi
setiap pelaku ekonomi membuat kontrak dengan negara sesuai dengan aturan
yang telah diterapkan (institutional environment).
Perbedaan mendasar antara sistem ekonomi kapitalis dan sosialis terletak
pada peran pemerintah.Dalam sistem ekonomi kapitalis peran pemerintah sangat
terbatas bahkan perannya diminimalisir, sedangkan dalam sistem ekonomi sosialis
pemerintah/negara memegang peranan penting dalam perekonomian, bahkan
hampir seluruh kegiatan ekonomi dikendalikan oleh negara. Peran pemerintah
dalam pemerintah dapat kita lihat melalui poin-poin berikut :
 Segala keputusan produksi dan investasi tidak dilakukan melalui pasar dan para
kapitalis (sektor privat), akan tetapi dipegang sepenuhnya oleh negara melalui
perencaan terpusat (central plan). Perencanaan ini meliputi target peningkatan
pertumbuhan ekonomi nasional dan aspek yang dibutuhkan untuk mencapai
target tersebut.
 Pemerintah/negara memegang kendali sepenuhnya atas tersedianya sumber
daya demi memenuhi kebutuhan warga negara (the entire society) berdasarkan
tindakan kolektif bukan kepentingan pribadi.
 Berbeda dengan kapitalisme, negara tidak hanya sebagai agen yang
mengalokasikan/fasilitator kegiatan ekonomi namun juga sebagai pelaku
aktivitas ekonomi itu sendiri.
 Hak kepemilikan pribadi tidak dianggap serta diubah strukturnya menjadi hak
kepemilikan negara. Hal ini terjadi di negara Kuba pada masa pemerintahan
Fidel Castro yang menjadikan segala faktor produksi swasta menjadi milik
negara. Ini dilakukan dengan harapan dapat memangkas ketimpangan
pendapatan yang terjadi sebelumnya.

4. Sistem Ekonomi Kelembagaan dan cabang-cabang


Ekonomi kelembagaan merupakan rule of the game yaitu aturan main
yang mencakup regulasi tentang aktivitas ekonomi masyarakat secara makro dan
mikro. Ekonomi kelembagaan non fisik yang berarti ekonomi kelembagaan
berupa rule atau sistem. Dalam ilmu kelembagaan terdapat cabang cabang yaitu :
1.      Sejarah Ekonomi Baru (North, Fogel, Rutherford)
2.      Pilihan Publik dan Ekonomi Politik (Buchanan, Tullcok, Olson, Bates)
3.      Ekonomi Sosial Baru (Becker)
4.      Ekonomi Biaya Transaksi (Coase, North, Williamson)
5.      Teori Tindakan Kolektif (Ostrom, Olson, Hardin)
6.      Ekonomi dan Hukum (Posner)
Daftar Pustaka
Winarno, Budi. 2008. Globalisasi Peluang atau Ancaman Bagi Indonesia.
Jakarta. Penerbit Erlangga

Soyomukti, Nurani. 2010. Pendidikan Berperspektif Globalisasi. Jogjakarta. Ar-


Ruzz Media

Anda mungkin juga menyukai