Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 2

PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT MENURUT


EKONOMI KLASIK DAN KEYNES

NAMA KELOMPOK :

- MUHAMMAD ASWAR (16.012.014.025)


- AKHMAD BADWY (16.012.014.007)

AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR


PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT MENURUT EKONOMI
KLASIK DAN KEYNES

Penawaran agregat (aggregat suply) dan permintaan agregat (aggregat


demand) sebagai model analisis dalam teori makro ekonomi, terutama dalam
kaitannya dengan bagaimana tingkat harga ditentukan. Selain itu, juga akan dibahas
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dan menentukan permintaan agregat
(AD) dan penawaran agregat (AS).

Dalam analisis AD-AS istilah penawaran agregat mempunyai pengertian yang


sedikit berbeda. Pertama, dalam analisis AD-AS penawaran agregat diartikan sebagai
penawaran barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dalam suatu
Negara. Berarti penawaran agregat sama dengan barang dan jasa yang ditawarkan
(diproduksikan) perusahaan-perusahaan dalam perekonomian. Perbedaan lainnya,
yang merupakan perbedaan yang lebih penting, bersumber dari ciri pokok konsep
tersebut. Dalam analisis AD-AS cirri penawaran agregat dikaitkan dengan tingkat
harga.

1. Penawaran Agregat

Adapun yang dimaksud dengan penawaran agregat adalah (aggregate


supply,AS) adalah jumlah seluruh barang akhir dan jasa-jasa di dalam
perekonomian yang dijual atau ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan
(firms) pada berbagai tingkat harga. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan
bahwa penawaran agregat itu pada dasarnya merupakan nilai total dari seluruh
barang akhir dan jasa yang dihasilkan di dalam perekonomian.

Penawaran agregat didalam suatu perekonomian di pengaruhi oleh beberapa factor


sebagai berikut :
 Besarnya angkatan kerja (size of the labor force).
 Besarnya stok kapital (size of capital stock).
 Keadaan atau tingkat teknologi (state of technology).
 Tingkat pengangguran alamiah (natural rate of unemployment).
 Harga faktor-faktor produksi.

Berkaitan dengan penawaran agregat ini barangkali penting untuk


dibedakan antara penawaran agregat jangka panjang (short-run aggregate
supply,SRAS) dan penawaran agregat jangka panjang (long-run aggregate
supplay,LRAS).pengertian yang telah dikemukakan di atas adalah dalam
artian penawaran agregat jangka pendek (short-run aggregate supply).
Sedangkan penawaran agregat jangka panjang( lomg run aggregate supply )
lebih menunjuk kepada jumlah output riil yang ditawarkan ketika upah dan
harga-harga telah disesuaikan sedemikian rupa sehingga masing-masing
perusahaan memproduksi output yang memaksimumkan keuntunganya dan
perekonomian berada pada tingkat kesempatan kerja penuh (full employment
level).[1]

2. Permintaan Agregat

Permintaan agregatif adalah seluruh permintaan terhadap barang dan


jasa yang terjadi dalam suatu perekonomian, baik yang berasal dari dalam
negeri maupun yang berasal dari luar negeri.

Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya permintaan agregatif,


diantaranya tingkat harga secara umu, jumlah uang yang beredar nominal,
jumlah obligasi pemerintah, defisit tertimbang dan pemanfataan tenaga kerja
secara penuh dan lain-lain.
Dalam pembahasan ini, akan menganalisis pengaruh perubahan harga
secara umum terhadap permintaan agregatif disini di tunjukkan oleh besarnya
pendapatan nasional (Y).

Dengan demikian kurva permintaan agregatif dapat digunakan untuk


melihat hubungan antara tingkat harga dengan besarnya pendapatan nasional.

Perubahan tingkat harga akan mempengaruhi keseimbangan melalui


pengaruhnya terhadap penawaran uang riil. Jumlah penawaran uang riil
adalah sebagai berikut :

M’s = Ms

Dimana Ms adalah penawaran uang mnominal dan p adalah tingkat


harga. Jelas bahwa kenaikan tingkat harga akan menurunkan penawaran uang
riil dan penurunan tingkat harga umum akan meningkatkan penawaran uang
yang sesungguhnya. Pada ekonomi islam, peningkatan penawaran uang riil
karena penurunan tingka harga akan berakibat meningkatnya jumlah uang
tunai yang di pegang oleh perorangan maupun perusahaan. Oleh karena
mereka berkepentingan untuk mengurangi jumlah uang tunai agar zakat dab
biaya lainya yang di kenakan atas penarikan modalnya dapat di bayar dari
keuntungan, bukan dari modal itu sendiri, maka mereka akan mencairkan
tabunganya.

Dengan begitu investasi berhubungan dengan tingkat keuntungan yang


di harapkan, dan melalui proses pengandaan akan meningkatkan pendapatan
nasional. Sebagian dari uang yang diiaktifkan itu mungkin diarahkan kepada
peningkatan konsumsi dan ini juga akan menaikkan pendapatan nasional.[2]
A. PERMINTAAN-PENAWARAN AGREGAT DALAM PANDANGAN
KLASIK

Model klasik didasarkan pada asumsi bahwa perekonomian beroperasi


ibarat sebuah mekanisme yang dapat melakukan pengaturan, penyesuain, atau
koreksi secara otomatis (self-regulating,self –adjusting, atau self- correcting),
cenderung bergerak menuju kepada keseimbangan pada tingkat kesempatan
kerja penuh (full employment level). Mengenai factor yang mempengaruhi
permintaan agregat (AD) menurut pandangan kaum klasik secara actual
hanyalah faktor jumlah uang beredar (money supply). Perubahan di dalam
permintaan agregat.

Kebijakan fiskal (perubahan di dalam pengeluaran pemerintah dan atau


pajak) menurut kaum klasik tidak mempunyai pengaruh terhadap permintaan
agregat dan output. Hal tersebut disebabkan karena adanya crowding-outeffect
dari ekspansi fikal terhadap investasi swasta. Kenaikan di dalam pengeluaran
pemerintah (G) atau penurunan di dalam pajak (T) menurut kaum Klasik akan
menyebabkan tingkat bunga naik, yang pada gilirannya menurunkan investasi
swasta (I), dan bahkan juga pengeluaran konsumsi (C).

Sedangkan menyangkut penawaran agregat (AS), kaum klasik tidak


membuat pembedaan antara kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS)
dan kurva penawaran jangka panjang (LRAS). Bagi kaum klasik hanya ada
satu kurva penawaran agregat yaitu kurva peenawaran agregat yang tegak
lurus atau vertical, yang menunjukkan bahwa jumlah output barang atau jasa
yangsama akan ditawarkan berapapun harganya. Dengan perkataan lain,
jumlah output barang atau jasa yang ditawarkan itu tidak bergantung pada
tingkat harga. Kurva penawaran agregat kaum klasik didasarkan pada asumsi
bahwa pasar tenaga kerja berada pada kseimbangan dengan kesempatan kerja
(employment) berada dalam kondisi full employment. Dalam pandangan
klasik, kurva SRAS selaulu bergerak ka arah tingkat output full employment
untuk berpotongan antara kurva LRAS. Dengan perkataan lain, keseimbangan
di tentukan oleh perpotongan antara kurva AD dan kurva LRAS.

Dengan perkataan lain, keseimbangan ditentukan oleh perpotonngan


antara kurva permintaan agregat (AD) dengan kurva penawaran agregat
jangka panjang (LRAS). Di dalam model makro ekonomi klasik,
keseimbangan terjadi dimana kekuatan permintaan agregat (AD) dan
penawaran agregat (AS) adalah seimbang. Permintaan agregat menurut kaum
klasik hanya bergantung pada tingkat teknologi dan sekaligus merupakan
tingkat output atau GNP riil kesempatan kerja penuh (full employment level
of real GNP).

B. PERMINTAAN-PENAWARAN AGREGAT DALAM PANDANGAN


KEYNES

Di dalam model makro ekonomi Keynes, faktor paling penting yang


menentukan tingkat permintaan agregat (AD) adalah kebijakan fiskal (fiscal
policy). Sedangkan kebijakan moneter atau perubahan dalam jumlah uang
beredar (money supply) menurut Keynes pengaruhnya terhadap permintaan
agregat adalah lemah dan bahkan dapat dikatakan tidak ada. dalam model
Keynes, perubahan dalam jumlah uang beredar mempengaruhi permintaan
agregat melalui efeknya atas investasi. Pengaruh uang beredar terhadap
investasi bersifat tidak langsung (indirect), yaitu melalui tingkat bunga.
Menurut Keynes, suatu kenaikan di dalam jumlah uang beredar tidak
mepunyai pengaruh yang berarti terhadap penurunan dalam tingkat bunga,
dan tingkat bunga itu sendiri menurut Keynes pengaruhnya terhadap investasi
adalah lemah.
Sedangkan berkaitan dengan penawaran agregat, Keynes dan
pengikut-pengikutnya (Keynesian) mengatakan bahwa kurva penawaran
agregat jangka pendek (SRAS) adalah horizontal (perfectly elastic), yang
berarti bahwa suatu jumlah output riil akan ditawarkan pada suatu tingkat
harga tertentu. Dengan perkataan lain, perusahaan akan menawarkan
berapapun jumlah barang yang diminta pada tingkat harga yang berlaku.
Pemikiran yang melandasi kurva penawaran agregat Keynes dan pengikutnya
(Keynesian) disebabkan oleh terdapatnya penganguran, perusahaan dapat
memperoleh sebanyak mungkin tenaga kerja tingkat upah yang berlaku. Biaya
produksi rata-rata mereka karenanya diasumsikan tidak berubah walau
terjaddi perubahan dalam tingkat outputnya. Mereka menawarkan berapapun
yang diminta pada tingkat harga yang berlaku. Kurva penawaran agregat
jangka pendek (short-run aggregate supply curve,SRAS) menurut Keynes
hanya akan bergeser secara perlahan apabila suatu perekonomian berada di
luar tingkat pengangguran alamiah (natural rate of unemployment).
Pergeseran yang lamban dari kurva penawaran agregat jangka pendek
menurut Keynes terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan upah dan harga
yang lamban (ingat asumsi ‘sticky prices and wages’). Menurut model
Keynes, kalau jumlah pengangguran besar (berada di atas natural rate), akan
menyebabkan atau mendorong penyesuain yang sangat lambat di dalam upah
relative terhadap harga-harga. Hal yang sama terjadi apabila jumlah
pengangguran berada dibawah tingkat alamiah dimana tekanan bagi upah
untuk meningkatkan lebih cepat kecil sekali.

Keynes percaya bahwa instabilitas di dalam permintaaan investasi


merupakan penyebab utama dari fluktuasi siklis di dalam tingkat pendapatan.
Perubahan otonom didalam permintaan investasi yang di sebabkan oleh
perubahan di dalam ekspektasi menyebabkan pergeseran di dalam fungsi
permintaan agregat, yang pada giliranya juga mempengaruhi instabilitas di
dalam tingkat harga dan output. Oleh karena itu, kebijakan fiscal menurut
Keynes harus digunakan untuk menciptakan stabilitas dalam permintaan
agregat, meskipun permintaan investasi tidak stabil.

Anda mungkin juga menyukai