Anda di halaman 1dari 9

THE SHORT RUN TRADE OFF BETWEEN INFLATION AND

UNEMPLOYMENT

( TRADE OFF JANGKA PENDAK ANTARA INFLASI DAN


PENGANGGURAN )

PENDAHULUAN

Infalasi dan pengangguran merupakan suatu masalah yang biasa terdapat dalam
masyarakat. Kedua masalah tersebut bisa mengakibatkan efek terhadap ekonomi ,
politok , dan sosial. maka pemerintah harus membuat kebijakan untuk
menghadapi kedua masalah diatas agar perekonomian dapat membaik dan dapat
berjalan sebagaimana mestinya. Dalam jangka pendek pemerintah memiliki peran
yang sangat penting terhadap perekonomian disuatu Negara , maka inflasi dan
pengangguran adalah permasalahan yang harus dipikirkan oleh pemerintah.

Inflasi sebagai salah satu dinamika perekonomian adalah yang harus di


prioritaskan oleh pemerintah. Ketika inflasi meningkat, maka harga-harga barang
akan meningkat , dan ketika harga barang-barang meningkat masyarakat tingkat
menengah kebawah akan sulit untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka. Jadi
sederhananya , inflasi yang dialami oleh masyarakat ini dirasakan dalam jangka
pendek dan berdampak langsung.

Berbeda dengan inflasi , walaupun tingkat pengangguran mengalami peningkatan


yang signifikan dilingkungan masyarakat , tapi dampaknya tidaklah dirasakan
secara langsung oleh masyarakat secara keseluruhan melainkan hanya segaian
atau bahkan beberapa masyarakat yang mungkin saling terkait. Karena hal ini
pula, pengangguran tidak menjadi prioritas utama pemerintah meski menjadi salah
satu prioritas penting yang juga harus ditangani oleh pemerintah.

PEMBAHASAN

Asal Mula Kurva Philips


Kurva Philip dikemukakan oleh A.W Philips pada tahun 1958 dalam sebuah artikel
pada jurnal Inggris, artikel tersebut berjudul “ The Relationship
betweenUnmeployment and The Rate of Change of Money Wages in The
UnitedKingdom1861-1957."
Dalam artikel tersebut, Philips menunjukkan kolerasi negative antaratingkat
pengangguran dan tingkat infsi. Dengan kata lain, Philips menunjukkan bahwa
tahun-tahun dengan tingkat pengangguran rendah cenderung memiliki inflasi
tinggi, sedangkan tahun-tahun dengan pengangguran tinggi cenderung memiliki
inflasi rendah.

Infalsi dan pengangguran kurva philips


Kurva Phillips menggambarkan ciri perhubungan diantara tingkat kenaikan
upah dengan tingkat pengangguran, atau di antara tingkat harga dengan tingkat
pengangguran. Nama kurva tersebut diambil dari orang yang mula-mula sekali
membuat studi dalam aspek tersebut. Dalam tahun 1958 A.W Phillips, yang pada
waktu itu menjadi Profesor di london school of economics, menerbitkan satu studi
mengenai ciri-ciri perubahan tingkat upah di inggris. Studi tersebut meneliti sifat
hubungan diantara tingkat pengangguran dan kenaikan tingkat upah. Kesimpulan
dari studi tersebut adalah : terdapat suatu sifat hubungan yang negatif (berbalikan)
diantara kenaikan tingkat upah dengan tingkat pengangguran. Pada ketika tingkat
pengangguran tinggi, persentasi kenaikan tingkat upah adalah rendah dan apabila
tingkat pengangguran rendah, persentasi kenaikan tingkat upah adalah
tinggi.Pasar tenaga kerja didasarkan atas dua asumsi sebagai berikut:
a) Penawaran dan permintaan tenaga kerja akan menentukan tingkat upah.
b) Perubahan tingkat upah ditentukan oleh besarnya kelebihan permintaan tenaga
kerja yang disebut excess Demand.
Kuva phillips adalah kurva yang menghubungkan antara inflasi dan pengangguran
dalam jangka pendek. Pada artikel ini Phillips memperlihatkan hubungan negatif
antara tingkat pengangguran dengan tingkat inflasi.

Pada curva phillips diatas menunjukkan terdapat hubungan negatif antara tingkat
inflasi dan tingkat pengangguran. Pada point A inflasi rendah dan pengangguran
tinggi , pada point B inflasi tinggi dan pengangguran rendah.
Peningkatan kuantitas barang dan jasa yang diminta, dalam jangka pendek, akan
meningkatkan output yang dihasilkan dan harga barang. Output yang semakin
besar berarti pengangguran makin sedikit. Dan semakin tinggi barang tersebut
berarti semakin tinggi tingkat inflasi. Jadi pergeseran kurva permintaan aggregat
akan mendorong inflasi ke atas dan akan menurunkan tingkat pengangguran.
Sehingga kita dapat melihat bahwa :

Price Inflation
Level SRAS rate
(percent
per year)
104 B B
Peningkatan 7
AD
100 A
A
3
AD2
Phillips
AD1 Curve

Quantity of 2 6 Unemployment
output Rate (percent)

 Sebagai contoh, tingkat harga awal adalah 100. Kemudian pada tahun
berikutnya permintaan aggregat mengalami peningkatan. Sehingga kurva
permintaan aggregat bergeser ke kanan, hingga mencapai keseimbangan
baru di titik B. Titik B ini juga berhubungan dengan titik B di kurva
Phillips. Jadi, ketika permintaan aggregat meningkat, tingkat inflasi relatif
tinggi dan tingkat pengangguran relatif rendah.

Pergeseran kurva permintaan ke kanan dikarenakan kebijakan pemerintah.


Kebijakan yang diambil pemerintah dapat merubah posisi perekonomian
sepanjang kurva Phillips, misalnya dengan peningkatan jumlah uang beredar,
peningkatan pengeluaran pemerintah, atau penurunan pajak, merupakan
kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan kurva permintaan aggregat dan
menggerakkan ekonomi ke titik pada kurva phillips dengan pengangguran
yang lebih rendah dan inflasi yang lebih tinggi. Dan ketika mengurangi jumlah
uang yang beredar, mengurangi pengeluaran pemerintah, atau meningkatkan
pajak , maka akan menggerakkan ekonomi ke titik pada kurva dengan inflasi
lebih rendah dan meningkatkan jumlah pengangguran. Maka , kurva phillips
ini menawarkan pembuat kebijakan sebuah pilihan dari kombinasi inflasi dan
pengangguran.

Pergeseran Kurva Phillips : Peran Ekspektasi


Kurva phillips jangka panjang

Kurva phillips jangka panjang adalah vertikal , pengangguran tidak


bergantung pada pertumbuhan uang dan inflasi dalam jangka panjang. Kami
selalu kembali pada tingkat pengangguran ilmiah, tetapi pada tingkat harga
yang lebih tinggi. Jika pemerintah meningkatkan jumlah uang yang beredar :

a) Dalam jangka pendek, pengangguran akan turun tetapi tingkat inflasi


tinggi
b) Dalam jangka panjang, pengangguran akan kembali ke tingkat
alamiahnya.

Pada kurva (a) menunjukkan model dari permintaan agregat dan penawaran
agregat denngan kurva penawaran agegat vertikal. Ketika kebijakan moneter
ekspansif menggeser kurva permintaan agregat ke kanan , dari AD1 ke AD2,
titik keseimbangan bergerak dari titik A ke titik B. Dan ketika tingkat harga
naik dari P1 ke P2 maka output tetap sama. Pada kurva (b) menunjukkan
kurva jangka panjang phillips curve, yang mana berada pada tingkat
pengangguran alamiah (vertikal). Kebijakan moneter ekspansif menggerakkan
ekonomi dari inflasi yang lebih rendah (titik A) ke inflasi yang lebih tinggi
(titik B) tanpa mengubah tingkat pengangguran.

Harapan dan kurva phillips jangka pendek

Tingkat ekspektasi inflasi merupakan faktor yang paling penting dalam


memahami perbedaan antara kurva Phillips jangka panjang dengan jangka
pendek. Ekspektasi inflasi mengukur berapa besar ekspektasi masyarakat
tentang perubahan harga. Tingkat ekspektasi inflasi merupakan satu variabel
yang menentukan posisi kurva penawaran aggregat dalam jangka pendek. Hal
ini dikarenakan ekspektasi harga mempengaruhi persepsi harga relatif yang
dibentuk oleh masyarakat, dan juga mempengaruhi upah dan harga yang
mereka buat.

Jadi, ketika pemerintah meningkatkan jumlah uang beredar, permintaan


aggregat akan meningkat dan bergeser ke kanan. Hasilnya, output akan
meningkat (pengangguran menurun) dan harga naik (inflasi naik). Masyarakat
akan merespon kondisi seperti ini dengan mengubah tingkat ekspektasi harga
mereka. Mereka akan mulai berekspektasi dengan tingkat inflasi yang lebih
tinggi.

Misalkan perekonomian berada titik A, dan pemerintah ingin menurunkan


tingkat pengangguran. Kebijakan moneter atau fiskal yang ekspasif digunakan
untuk menggeser kurva permintaan aggregat ke kanan. Sehingga
perekonomian bergeser dari titik A ke titik B, dengan tingkat inflasi yang lebih
tinggi dan tingkat pengangguran menurun. Maka bisa kita ilustrasikan pada
kurva sebagai berikut :
Pergeseran Kurva Phillips : Peran supply shocks

Supply shock adalah kejadian yang secara langsung mempengaruhi biaya


produksi perusahaan dan harga, serta menggeser kurva penawaran aggregat
dan hasilnya menggeser kurva Phillips juga. Salah satu contoh dari supply
shock adalah peningkatan harga minyak di dunia secara besar-besaran.
Misalnya pada tahun 1974, OPEC meningkatkan harga dengan sangat tajam.
Peningkatan harga ini meningkatkan biaya produksi bagi negara-negara lain di
luar negara OPEC, sehingga harga barang dan jasa pun meningkat. Supply
shock biasanya menggeser kurva penawaran aggregat jangka pendek ke kiri.

Peningkatan harga minyak dapat meningkatkan biaya produksi, sehingga akan


menurunkan jumlah barang yang dihasilkan pada berbagai tingkat harga.
Sehingga kurva penawaran akan bergeser ke kiri, hasilnya di dalam
perekonomian output akan ber kurang dan harga barang akan naik.
Keadaan diatas disebut dengan stagflasi. Bagi pemerintah kondisi seperti ini
sangat tidak disukai. Karena, jika pemerintah membuat kebijakan yang dapat
menggeser kurva penawaran aggregat ke kanan, dengan tujuan mengurangi
pengangguran, maka yang dihasilkan adalah tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Sedangkan jika pemerintah ingin menurunkan inflasi dengan menggeser kurva
permintaan aggregat ke kiri, maka hal ini akan meningkatkan tingkat
pengangguran.

Biaya – biaya untuk menurunkan inflasi

Rasio Pengorbanan

Untuk mengurangi inflasi, bank sentral harus menjalankan kebijakan moneter


yang serba mengecil. Ketika bank sentral memperlambat laju pertumbuhan
uang, permintaan agregat akan mengalami penurunan. Hal ini akan
mengurangi jumlah barang dan jasa yang diproduksi oleh perusahaan yang
akan menyebabkan kenaikan pengangguran. Untuk mengurangi inflasi,
ekonomi harus bertahan menjalani periode pengangguran tinggi dan output
yang rendah. Ketika bank sentral memerangi inflasi, perekonomian bergerak
turun jangka pendek Phillips curve.

Dari kurva diatas menunjukkan bahwa perekonomian bergerak sepanjang


kurva Phillips jangka pendek pertama, yaitu dari titik A ke B. Pada titik B
inflasi sudah menurun, tapi pengangguran makin banyak. Dari waktu ke waktu
masyarakat mulai memperbaiki atau menyesuaikan ekspektasi inflasi kebawah
dan akan menggeser kurva Phillips jangka pendek ke kiri. Kemudian
perekonomian bergerak dari titik B ketitik C dimana tingkat inflasi sudah
rendah dan pengangguran kembali ke tingkat natural. Akibat kebijakan
kontraksi pemerintah, output dalam perekonomian menurun, dan pengangguran
meningkat.
Rasio pengorbanan adalah jumlah poin persentase dari produksi tahunan yang
hilang dalam proses penurunan inflasi sebesar satu persen. Estimasi rasio
pengorbanan umumnya adalah 5. Dengan kata lain, untuk setiap poin persentase
yang dikurangi dari inflasi, 5 persen dari hasil produksi tahunan harus
dikorbankan. Untuk mengurangi inflasi dari sekitar 10% pada tahun 1979-1981
menjadi 4% akan diperlukan sebuah pengorbanan diperkirakan 30% dari output
tahunan.
Harapan yang Rasional dan Kemungkinan Disinflasi Tanpa Biaya
Teori harapan rasional mengatakan bahwa orang-orang secara optimal
menggunakan semua informasi yang mereka miliki, termasuk informasi tentang
kebijakan pemerintah, ketika memperkirakan masa depan. Inflasi yang diharapkan
adalah variabel penting yang menjelaskan mengapa terjadi tradeoff antara inflasi
dan pengangguran dalam jangka pendek tetapi tidak dalam jangka panjang.
Seberapa cepat tradeoff jangka pendek ini menghilang bergantung pada seberapa
cepat ekspektasi masyarakat menyesuaikan diri. Teori ekspektasi rasional
menunjukkan bahwa pengorbanan-rasio bisa menjadi jauh lebih kecil dari yang
diperkirakan.
Disinflasi Volcker
Ketika Paul Volcker menjabat sebagai ketua Fed pada tahun 1970, inflasi secara
luas dipandang sebagai salah satu masalah utama bangsa. Volcker berhasil
mengurangi inflasi (dari 10% menjadi 4%), tetapi pada biaya tenaga kerja yang
tinggi (sekitar 10% pada tahun 1983).
Era Greenspan
Era greenspan ini terjadi pada tahun 1984-2002 yang diambil dari nama Alan
Greenspan-pada tahun 1980 menggantikan Paul Vocker. Periode ini dimulai
dengan guncangan penawaran yang menguntungkan. Pada tahun 1986, anggota
OPEC meninggalkan kesepakatan mereka untuk membatasi pasokan minyak. Hal
ini menyebabkan penurunan inflasi dan pengangguran.

KESIMPULAN
Inflasi dan pengangguran adalah masalah jangka pendek dalam perekonomian.
Inflasi sendiri diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus
menerus. Kenaikan dari satu atau dua barang saja tidak dapat dikatakan sebagai
inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan kenaikan harga pada
barang lainnya. Inflasi yang terjadi pada suatu negara dapat digunakan sebagai
indikator baik buruknya perekonomian suatu negara. Sedangkan pengangguran
adalah istilah untuk orang yang masuk dalam angkatan kerja yang sedang mencari
perkerjaan dan belum mendapatkannya. Dalam teori Kurva Phillips,
pengangguran yang tinggi akan cenderung mengurangi inflasi, begitu pula
sebaliknya. Hal ini kemudian menunjukan bahwa antara tingkat inflasi dan tingkat
pengangguran terdapat hubungan yang negatif.

Pergeseran dan perubahan pada Kurva Phillips utamanya dipengaruhi oleh tingkat
Inflasi dan Pengangguran sebagai faktor utama terbentuknya Kurva Phillips itu
sendiri. Kedua faktor utama tersebut yaitu, inflasi dan pengangguran tidak terkait
dalam jangka panjang melainkan saling terkait dalam jangka pendek karena
adanya perbedaan kenaikan tingkat dalam periode waktu yang cepat. Seberapa
cepat pertukaran (Trade Off) jangka pendek menghilang tergantung pada seberapa
cepat pemerintah sebagai penentu kebijakan menyesuaikan harapan atau
keinginan.

REFERENSI
# Sadono Sukirno (2011). Makro Ekonomi – Teori Pengantar Edisi 3 (Pengangguran,
Inflasi dan Kebijakan Pemerintah). Jakarta: Rajawali Pers
# N. Gregory Mankiw (2003) - Principles of Economics (3rd Edition)
# http://ratianjellah.students.uii.ac.id/2014/06/21/57/
# https://ayutyasgotocampus.wordpress.com/2015/07/16/trade-off-jangka-pendek-
inflasi-pengangguran/
# http://flashmedia.glynn.k12.ga.us/webpages/dlandinguin/files/chapter/2035_the-
short-run-tradeoff-between-inflation-and-unemployment_new.pptx/
#http://player.slideplayer.info/download/16/4877828/gThWvI1G1Vr6HgbTupmhp
Q/1525969929/4877828.ppt/

Anda mungkin juga menyukai