Anda di halaman 1dari 7

Analisis Keseimbangan (bagian 1) : Model Keseimbangan Klasik

NAMA : Istiqlal Ramadhan Rasyid

NIM : 11180820000040

Mata Kuliah: Ekonomi Makro

Analisis keseimbangan adalah analisis ekonomi makro tentang terbentuknya tingkat


harga dan jumlah output berdasarkan asumsi bahwa pada setiap pasar (barang dan jasa, tenaga
kerja, uang) permintaan telah sama dengan penawaran, sehingga permintaan agregat telah sama
dengan penawaran agregat.

Analisis keseimbangan merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk


membangun dasar dasar kemampuan analisis ekonomi makro yang baik. Dalam analisis
keseimbangan, kita memperbanyak asumsi-asumsi dan faktor-faktor ceteris paribus. Tujuannya
adalah agar analisis dapat menjadi lebih focus. Jika sudah terbiasa dengan analisis yang terfokus,
kemampuan akan ditingkatkan untuk dapat melakukan analisis yang lebih benar dan realistis.
Pada saat itulah asumsi-asumsi dan faktor-faktor ceteris paribus dikurangi. Peralatan analisis
yang dipakai menjadi lebih kompleks,dinamis, dan tidak perlu mengasumsikan pasar selalu
berada dalam keseimbangan.

1. Karakteristik Analisis Keseimbangan Klasik

a. Asumsi-asumsi

Perekonomian tersusun dari pasar-pasar yang berstruktur persaingan sempurna (perfect


competition) dan uang bersifat netral (money neutrality). Konsekuensi asumsi ini adalah harga
bersifat fleksibel, dalam arti mampu melakukan penyesuaian. Dengan demikian pasar akan
berada dalam keseimbangan.

b. Pentingnya Fondasi Analisis Keseimbangan Mikro

Analisis keseimbangan makro klasik merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis
keseimbangan mikro. Perekonomian secara makro akan berada dalam keseimbangan jika
individu-individu dalam perekonomian terlebih dahulu, artinya setiap konsumen telah mencapai
kondisi kepuasan/ kegunaan maksimum.

c. Pentingnya Analisis Sisi Penawaran

Yang perlu diperhatikan adalah sisi penawaran, jika penawaran terganggu, konsumen
atau produsen tidak atau belum mencapai keseimbangan. Pentingnya analisis penawaran dari
teori klasik dapat dipahami bila melihat situasi dan kondisi masyarakat.

d. Analisis Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Analisis jangka pendek umumnya berdimensi waktu < 5 tahun. Dalam jangka panjang
semua input bersifat variabel.Dilihat dari sisi penawaran, dalam jangka panjang perekonomian
dianggap berada dalam kondisi dimanfaatkan secara penuh (full-employment). Full-employment
adalah kondisi dimana faktor-faktor produksi yang ada, terutama barang modal dan tenaga kerja,
tingkat pemanfaatannya 96%.

2. Fungsi Produksi Agregat

Dalam model klasik, produksi merupakan fungsi dari jumlah barang modal yang tersedia
(K) dan jumlah tenaga kerja (L).

Y= f(K,L)

Dimana: Y = output atau produksi agregat (PDB)

K = stok barang modal

L = tenaga kerja

Dalam jangka pendek stok barang modal dianggap tetap, sehingga fungsi produksi menjadi:

Y =f(k,L)

dimana: k = stok barang modal dengan jumlah konstan


Karena itu tingkat produksi agregat semata-mata ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
digunakan:

Y=f(L)

Dimana : ∂Y/ ∂L > 0 dan ∂2Y/ ∂2L < 0

Artinya, pada awalnya penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi agregat, tetapi
karena berlakunya hukum pertambahan hasil yang makin menurun, sampai jumlah tertentu
penambahan tenaga kerja justru akan menurunkan prodiksi agregat. Ditujukkan oleh Kurva:

Fungsi produksi agregat jangka pendek, dengan input variabel adalah tenaga kerja.Bentuk kurva
yang seperti huruf S (kurva S)menunjukkan berlakunya hukum penambahan hasil yang makin
menurun.

3. Kesempatan Kerja Dalam Keseimbangan


Yang dimaksud dengan kesempatan kerja dalam keseimbangan adalah jumlah
kesempatan kerja yang tersedia pada saat pasar tenaga kerja dalam keseimbangan. Kesempatan
kerja yang tersedia ditentukan oleh permintaan tenaga kerja. Sedangkan kesempatan kerja dalam
keseimbangan merupakan interaksi antara kekuatan permintaan dengan penawaran tenaga kerja.

a. Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja dalam keseimbangan adalah jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan perusahaan untuk mencapai lba maksimum. Karena beroperasi dalam pasar
persaingan sempurna , maka posisi perusahaan adalah pricetakaer, dimana haraga tyang
ditetapkan pasar merupakan penerimaan marjinal ( marginal revenue, disingkat MR) perusahaan.
Untuk mencapai kondisi laba maksimum, perusahaan harus menyamakan MR dengan MC
(MR=MC).

Pada saat belajar tentang teori biaya, biaya marjinal atau marginal cost MC adalah
tambahan biaya yang harus dikeluarkan karena menambah output sebanyak satu unit. Juga MC
mempunyai hubungan terbalik dengan produksi marjinal tenaga kerja (MPL), sehingga jika upah
per orang tenaga kerja adalah W, maka biaya marjinal (MC) adalah:

MC = W/ MPL

Karena laba maksimum tercapai pada saat MR=P=MC, maka:

P = W/MPL

Dan MPL = W/P

Persamaan menggambarkan fungsi permintaan tenaga kerja,yang secara umum ditulis sebagai:

DL = f(W/P)

(W/P) disebut sebagai upah riil (real wage). Misalnya, awalnya upah nominal adalah Rp
10.000/hari,sedangkan harga jual perunit output adalah Rp 1000 maka upah riil tenaga kerja
adalah 10. Bila harga jual perunit naik manjadi Rp 2000 maka upah riil menjadi 5. Dengan
asumsi upah nominal tetap, maka kenaikan harga jual output menyebabkan upah riil menjadi
lebih murah.

Bila upah riil turun , produsen akan mau menambah tenaga kerja yang akan digunakan.
Sebab, misalnya jika harga jual naik, produsen mau meningkatkan produksinya, yang dapat
berarti meningkatkan permintaan tenaga kerja. Dengan kata lain, permintaan terhadap tenaga
kerja berhubungan terbalik dengan tingkat upah riil:

∂L/∂(W/P) < 0

b. Penawaran Tenaga Kerja

Penawaran tenaga kerja adalah jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh individu
(konsumen) pada berbagai tingkat upah(nominal), dalam upaya memaksimumkan utilitas
hidupnya. Jadi, dalam analisis makro klasik, penawaran tenaga kerja merupakan konsep
keseimbangan konsumen.

Untuk memaksimumkan kegunaan utilitasnya, konsumen harus memaksimumkan utilitas


kegiatan konsumsinya. Untuk memaksimumkan kegiatan konsumsinya, konsumen harus
mempunyai pengahasilan agar dapat membeli barang dan jasa. Dia harus bekerja!

Dalam kondisi normal,konsumen tidak ingin menambah jam kerjanya jika upah riil tidak
meningkat. Sehingga hubungan positif antara upah riil dengan penawaran tenaga kerja(jam kerja)
adalah :

SL = f (W/P); ∂SL/ ∂(W/P) > 0

Dimana :

SL = penawaran tenaga kerja

(W/P) = upah riil

Hubungan positif antara penawaran tenaga kerja dengan tingkat upah riil dapat divisualisasikan
dalam kurva penawaran tenaga kerja berikut ini.
c. Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja dan Tingkat Output

Keseimbangan pasar tenaga kerja tercapai pada saat jumlah kesempatan kerja adalah L*,
dengan upah riil adalah (W/P)*.

4. Jumlah Uang Beredar, Keseimbangan Ekonomi dan Tingkat Harga

a. Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Permintaan Agregat


b. Penawaran Agregat

Misalkan saja, kondisi full employment menghasilkan output riil sebesar 2000 unit(YF)

c. Pengaruh Proporsional Jumlah Uang Beredar terhadap Inflsi

Persamaan kuantitas uang menyatakan bahwa:

MV = PT, dimana M= Jumlah Uang Beredar,V= Velositas Uang,P= Tingkat Harga Umum,

T= Kuantitas Produksi atau output(PDB) riil.

Anda mungkin juga menyukai