“PERILAKU KONSUMEN”
Dosen Pembimbing
M. YUSUF KURNIAWAN, S.E., M.M.
Disusun Oleh
Dwi Nurcahyo - NIM
21120001
I
BAB I
PENDAHULUAN
Kepribadian dan emosi akan mempengaruhi individu didalam sebuah organisasi. Maka dari
itu sangat diperlukan seseorang untuk tahu dan mengerti apa itu kepribadian dan emosi baik
dari segi pengertian, ciri – ciri, dll. Dengan penguasaan materi tentang Kepribadian dan
Emosi ini diharapkan setiap individu akan bisa menempatkan dirinya didalam sebuah
organisasi setelah menguasai materi tersebut. Keberhasilan sebuah organisasi sangat
ditentukan oleh setiap individu di dalamnya.
1
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan dua pendekatan Kardinal dan Ordinal dalam teori perilaku konsuman !
2. Jelaskan apa yang dimaksud bahwa sifat subyektif dari daya guna dan tidak adanya
alat ukur yang tepat yang sesuai, maksudnya asumsi dasar bahwa kepuasan konsumen
dapat diukur dengan satuan rupiah atau util penerapannya akan sulit dalam
pendekatan cardinal ?
3. Jelaskan mengapa Diminishing Marginal Utility sangat sulit sebagai pernyataan yang
dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian (Aksioma) dalam pendekatan
Kardinal ?
4. Jelaskan dengan Gambar kurva baagaimana hubungan antara harga dengan garis
anggaran !
5. Jelaskan bagaimana kurva indeverens dapat digunakan untuk menurunkan kurva
permintaan, baik secara grafis maupun matemaatis !
6. Dari penjelasan konsep cardinal dan ordinal diatas, menurut pemahaman saudara,
manakah yang paling mendekati realita (sesuai dengan keadaan saat ini) ? M
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan
pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi
memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari
konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-
involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk
barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan
dengan pertimbangan yang matang. (Wikipedia: 2016,
https://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_konsumen)
Teori perilaku konsumen (Consumer behaviour) adalah teori yang mempelajari pola
tingkah laku konsumen dalam memilih barang-barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya.
Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat
membeli barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu. Teori ini dikembangkan dalam
dua bentuk, yaitu: teori nilai guna (utiliti) dan analisis kepuasan sama.
3
Pendekatan ini menganggap bahwa kepuasan konsumen yang diperoleh dari
pengonsumsian barang – barang dan jasa dapat diukur dengan cara yang sama seperti
untuk berat atau tinggi badan seseorang. Pendekatan ini disebut juga pengukuran kardinal.
Pendekatan kardinal adalah suatu daya guna atau nilai guna yang bisa diukur
dengan satuan uang atau utilitas, nilai guna tersebut memiliki tingkatan yang sesuai dengan
subjek yang menilainya. Pendekatan memiliki asumsi bahwa sebuah produk yang memiliki
kegunaan lebih bagi konsumen maka itulah yang paling diminati. Untuk itu pendekatan ini
sering disebut dengan pendekatan dengan penilaian yang subjektif.
Pada subjudul di atas pendekatan nilai utilitas, dimana istilah utilitas ini berhubungan
dengan nama seorang filosof Inggris yang bernama Jeremy Benthem (1748-1832). Utilitas
berhubungan dengan kepuasan seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang. Adam Smith
(1723-1790) membedakan nilai guna (value in use) dengan nilai tukar (value in exchange).
William Stanley Jevons (1835-1882) yang menjelaskan hubungan antara utilitas dan harga
(atau nilai tukar). Dia memperkenalkan konsep utilitas marginal (marginal utility).
Asumsi-asumsi Pendekatan Utilitas.
1. Tingkat utilitas total yang dicapai seseorang konsumen merupakan fungsi dari
kuantitas berbagai barang yang dikonsumsinya :
Utilitas = U(barang X, barang Y, barang Z, …)
2. Konsumen akan memaksimumkan utilitasnya dengan tunduk pada kendala
anggarannya.
3. Utilitas dapat diukur secara cardinal. Artinya tambahan kepuasan untuk tambahan
konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan
maka akan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan
yang besar maka dia akan bersedia membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang
dirasakan konsumen redah maka dia hanya akan bersedia membayar dengan harga
murah.
4. Laju pertambahan utilitas semakin lama semakin rendah dengan semakin banyaknya
barang tersebut dikonsumsi oleh konsumen ini dikenal sebagai The Law Of
Deminishing Marginal Utility. Marginal utility (MU) dari setiap unit tambahan barang
yang dikonsumsi akan menurun. MU adalah perubahan total utility (TU) yang
disebabkan oleh tambahan satu unit barang yang dikonsumsi, ceteris paribus.
4
Seorang konsumen akan memilih barang-barang yang dapat memaksimumkan
utilitasnya dengan tunduk kepada kendala anggarannya. Utilitas tersebut akan maksimum
jika perbandingan antar MU dan harga adalah sama untuk setiap barang yang
dikonsumsi, misalnya barang X, Y, Z
MUx = MUy = MUz
Px Py Pz
Hukum Gossen I
”Jika pemenuhan kebutuhan akan satu jenis barang dilakukan secara terus-menerus,
utilitas yang dinikmati konsumen akan semakin tinggi, tetapi setiap tambahan konsumsi satu
unit barang akan memberikan tambahan utilitas yang semakin kecil.”
Contoh:
Utilitas dari meminum air dapat dinyatakan dalam angka. Misalnya, pada saat Anda
pertama kali minum, tingkat utilitas Anda baru mencapai nilai 6 util. Demikian juga, pada
saat Anda meminum air dalam gelas ketiga nilai tingkat utilitas Anda naik lagi menjadi 15
util. Selanjutnya, secara berturut-turut untuk gelas keempat nilai tingkat utilitasnya menjadi
18 util, untuk gelas kelima nilai tingkat utilitasnya menjadi 20 util, untuk gelas keenam nilai
tingkat utilitasnya adalah 21 util, untuk gelas ketujuh juga nilai tingkat utilitasnya adalah 21
util. Apabila situasi tersebut digambarkan dalam tabel akan tampak sebagai berikut.
5
Dari Tabel 2.1. terlihat bahwa utilitas total akan naik sejalan dengan kenaikan konsumsi
air, tetapi laju kenaikannya yang semakin menurun. Tabel 1. juga memperlihatkan bahwa
utilitas total dari mengkonsumsi sejumlah air sama dengan jumlah seluruh utilitas marjinal
yang diperoleh hingga ke titik tertentu. Coba Anda perhatikan. Pada saat Anda mengonsumsi
4 gelas air minum, utilitas total adalah 18 util. Jumlah dari utilitas marjinal hingga Anda
mengonsumsi 4 gelas air minum adalah 6 + 5 + 4 + 3 = 18 util. Jadi, utilitas total adalah
jumlah seluruh utilitas marjinal yang diperoleh hingga ke titik tertentu. Jika data dari Tabel 2.
1. dibuat kurva akan tampak sebagai berikut.
GAMBAR 2.2
6
Hukum Gossen II
“Jika konsumen melakukan pemenuhan kebutuhan akan berbagai jenis barang dengan
tingkat pendapatan dan harga barang tertentu, konsumen tersebut akan mencapai tingkat
optimisasi konsumsinya pada saat rasio marginal utility (MU) berbanding harga sama untuk
semua barang yang dikonsumsinya.”
Adapun untuk barang yang memiliki harga berbeda berlaku rumus sebagai berikut:
Sebagai contoh, barang yang dikonsumsi Fatimah memiliki harga yang berbeda-beda,
yaitu barang X harga per unit Rp 500,00, barang Y harga per unit Rp 5.000,00, dan harga
barang Z harga per unit Rp 10.000,00. Utilitas maksimum akan dicapai oleh Fatimah jika
setiap unit barang memberikan utilitas marjinal yang sama untuk setiap rupiah yang
dibelanjakan. Kondisi tersebut tercapai pada saat nilai MU barang X adalah 5, nilai MU
barang Y adalah 50, dan nilai MU barang Z adalah 100.
7
Penyelesaian:
5 50 100
= =
= 500 5 . 000 10 .000
=
0,1=0,1=0,1
8
8
Skala atau Fungsi Preferensi
Fungsi preferensi adalah suatu sistem atau serangkaian kaidah dalam menentukan
pilihan. Setiap individu dianggap memiliki fungsi preferensi.
Kurva Indiferens Mencerminkan Preferensi Konsumen
Kurva indiferens adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi (pembelian)
barang-barang yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama. Artinya konsumen tidak akan
lebih suka (prefer) kepada suatu titik disbanding titik-titik yang lain yang terletak pada kurva
tersebut. Kumpulan kurva indiferens disebut indifference maps dari setiap konsumen.
Tabel 2.4
Marginal Rate of Subtitution
Kelompok barang Tongseng (piring) Sate (tusuk)
A 1 20
B 2 15
C 3 11
D 4 8
E 5 6
Gambar 2.5
9
30
20
U=9
U=8
10
U=7
U=6
TONGSENG
1 2 3 4 5 6 7 8
10
2.3 GARIS ANGGARAN
Garis anggaran (budget line) adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua
macam barang yang membutuhkan biaya (anggaran) yang sama besar (Wibowo dan Supriadi,
2013:241).
Garis anggaran adalah suatu kurva yang berbentuk garis lurus yang menggambarkan
kombinasi dua barang yang dapat dibeli oleh sejumlah terentu pendapatan.
Budget line adalah suatu garis anggaran pengeluaran yang memperlihatkan hubungan-
berbagai titik kombinasi dari dua macam barang yang dikonsumsi dengan batas anggaran
tertentu yang nilainya sama. Bentuk budget line dapat dijelaskan berikut:
11
Keterangan
1. Garis lurus AF menunjukkan garis anggaran pengeluaran sebesar Rp. 100.000 untuk
membeli dua barang konsumsi makanan dan pakaian. Titik A memperlihatkan semua
dana dihabiskan untuk membeli makanan dan titik F semua dana dibelikan untuk pakaian.
2. Titik-titik yang lain seperti titik B, C, D, E merupakan macam-macam kombinasi
yang mungkin dapat dibeli dengan dana yang sama.
Secara matematik budget line merupakan fungsi linier yang dapat dinyatakan sebagai berikut:
Contoh:
Dengan dana Rp 100.000 harga barang x Px=Rp 10.000, dan harga barang Y Py=Rp 4.000.
Fungsi budget line sebagai berikut:
I=X Px + Y Py
100.000= X(10.000) +Y (4.000)
100.000=10.000x+4.000Y
100.000-10.000x=4.000Y
Y=25-2.5x (Fungsi Budget Line-BL)
12
Ciri-ciri Garis Anggaran
Garis anggaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berslope negative
2. Berbentuk linier selama harga tidak berubah
3. Nilai dan garis anggaran semakin ke kanan semakin besar
4. Garis anggaran akan bergeser jika terjadi perubahan anggaran atau harga
Gambar 2.6
13
Pilihan Konsumen
QY
50
40 B
F
30
20 C
10 U=17
U=12
B U=8 Qx
10 20
Kurva indiferens dapat digunakan untuk menurunkan kurva permintaan, baik secara
grafis maupun matematis. Penurunan tersebut dilakukan dengan dua tahap yaitu:
14
14
PCC
U=20
U=12
U=8
U=7
QX
Kurva Permintaan
15
P4
P3
P2
P1
x4 x3 x2 x1
16
1.4 RUMUSAN MASALAH
A. Penjelasan dua pendekatan kardinal dan ordinal dalam teori perilaku konsumen
B. Penjelasan apa yang dimaksud bahwa sifat subjektif dari daya guna dan tidak
adanya alat ukur yang tepat dan sesuai, maksudnya asumsi dasar bahwa kepuasan
konsumen dapat diukur dengan satuan rupiah atau util penerapannya akan sulit
dilakukan dalam pendekatan kardinal?
C. Penjelasan mengapa Diminishing marginal utility sangat sulit diterima sebagai
pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian (aksioma)
dalam pendekatan kardinal?
D. Penjelasan dengan gambar kurva bagaimana hubungan antara harga dengan garis
anggaran !
E. Penjelasan bagaimana kurva indiferens dapat digunakan untuk menurunkan kurva
permintaan, baik secara grafis maupun matematis!
F. Penjelasan konsep kardinal dan ordinal di atas yang paling mendekati realita
(sesuai dengan keadaan saat ini)?
17
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 a. Penjelasan dua pendekatan kardinal dan ordinal dalam teori perilaku konsumen
Tokoh Ekonomi
Hermann Heinrich Gossen Gossen ialah orang yang kali pertama memperkenalkan hukum
tambahan utilitas yang semakin berkurang (the law of diminishing marginal utility). Gossen
hidup pada masa 1810–1858. Pada 1854, beliau menulis karya ilmiah yang berjudul
Enwicklung der Gesetze des Menschlichen Verkers und die Darausfliessenden Regeln fuer
Menschliches Handeln. Karya ilmiah tersebut merupakan pendahulu dari pemikiran-
pemikiran yang dikembangkan oleh para pakar Neo-Klasik. Di antara pemikiran-pemikiran
beliau, terdapat dua pemikiran dasar yang menonjol, yang dikenal dengan dua hukum Gossen
yaitu Hukum Gossen I dan Hukum Gossen II.
b. Penjelasan apa yang dimaksud bahwa sifat subjektif dari daya guna dan tidak adanya alat
ukur yang tepat dan sesuai, maksudnya asumsi dasar bahwa kepuasan konsumen dapat diukur
dengan satuan rupiah atau util penerapannya akan sulit dilakukan dalam pendekatan kardinal?
18
Sifat subjektif dari daya guna dan tidak adanya alat ukur yang tepat dan sesuai, maksudnya
asumsi dasar bahwa kepuasan konsumen dapat diukur dengan satuan rupiah atau util
penerapannya akan sulit dilakukan. Di samping itu, nilai dari daya guna suatu barang sangat
bergantung pada penilainya, sehingga akan sulit untuk membuat generalisasi dari analisis
seseorang atau sekelompok orang
c. Penjelasan mengapa Diminishing marginal utility sangat sulit diterima sebagai pernyataan
yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian (aksioma) dalam pendekatan
kardinal?
. Law of Diminishing Marginal Utility atau hukum tentang nilai guna tambahan yang terus
turun menurun adalah menunjukkan suatu ukuran kepuasan konsumen pada setiap tambahan
konsumsi baik itu berupa barang atau jasa. dengan demikian bisa dikatakan jikalau konsumen
mengkonsumsi barang atau jasa secara berulang-ulang , maka tingkat kepuasan yang diterima
konsumen tersebut akan terus turun.Law of Diminishing Marginal Utility sangat sulit
diterima sebab penilaian dari segi psikologis yang sangat sukar.
d. Penjelasan dengan gambar kurva bagaimana hubungan antara harga dengan garis anggaran !
Apabila harga salah satu barang berubah maka garis anggaran akan berotasi, slope-nya
berubah. Misalnya, harga barang X turun, sedangkan harga Y tetap maka garis anggaran akan
berotasi berlawanan arah jam (berpindah dari K menuju K’). Sebaliknya apabila harga X naik
sedangkan harga Y tetap maka akan berotasi searah jarum jam (berpindah dari K menjadi
K”). Apabila harga X berubah, sedangkan harga Y tetap maka garis anggaran akan berotasi
sepanjang sumbu X. Apabila harga barang Y berubah, sedangkan harga X tetap maka garis
anggaran akan berotasi sepanjang sumbu Y. Gambar 1.8. Rotasi Garis Anggaran
Gambar 3.1
19
e. Penjelasan Penjelasan bagaimana kurva indiferens dapat digunakan untuk
menurunkan kurva permintaan, baik secara grafis maupun matematis!
Kurva indiferen adalah grafik yang menunjukkan kombinasi dua barang yang memberikan
kepuasan atau utilitas yang sama kepada konsumen. Kurva indiferen menunjukkan perilaku
konsumen yang acuh tak acuh (ketidakpedulian) antar dua buah produk yang memberikan
kepuasan sama. Sehigga kurva indiferen sering disebut dengan peta ketidakpedulian.
Kurva indiferen menghubungkan titik-titik kombinasi dari pembelian produk berbeda dengan
tingkat kepuasan yang sama. Dalam kumpulan kurva indiferen, kurva yang lebih tinggi
menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi pula.
Ciri-ciri kurva indiferen, yaitu:
Kurva indeferen memiliki kemiringan negatif, sehingga kurvanya selelu menjulur dari kiri
dan menurun ke kanan. Dilansir dari Economics Concepts, hal tersebut dikarenakan saat
konsumen meningkatkan konsumsi suatu produk, berarti ia harus melepaskan produk lainnya
untuk mempertahankan kepuasan. Dalam ilmu ekonomi, hal tersebut disebut dengan
diminishing marginal rate of substitution. Cembung ke arah titik asal (origin) Ciri-ciri
selanjutnya dari kurva indiferen adalah bentuk grafiknya cembung ke aras asal atau
membungkuk ke dalam. Posma Sariguna Johnson Kennedy dalam Modul Ekonomi Mikro:
teori Perilaku Konsumen Dengan Pendekatan Ordinal (2016) menyebutkan kecembungan
menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus dikorbankan untuk mengubah
kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi. Definisi, Aturan, dan Jenisnya
Tidak saling berpotongan Garis grafik kurva indiferen juga tidak mungkin saling
berpotongan. Hal tersebut karena setiap kurva indiferen bersifat konsisten dalam
menunjukkan tingkat kepuasan yang berbeda atau tidak mungkin diperoleh kepuasan yang
sama dari kurva yang berbeda. Grafik tidak menyentuh sumbu Pada kurva indiferen, grafik
tidak menyentuh sumbu horizontal maupun sumbu vertikal. Hal ini dikarenakan konsumen
membeli produk yang berbeda (lebih dari satu barang).
f. Penjelasan konsep kardinal dan ordinal di atas yang paling mendekati realita (sesuai
dengan keadaan saat ini ?
Pendekatan kurva indiferens menggunakan pengukuran ordinal dalam menganalisis pilihan
konsumen dan menurunkan fungsi permintaan. Tingkat-tingkat utilitas yang ditetapkan pada
beberapa kelompok barang menunjukkan peringkat dari barang-barang tersebut.
20
Contoh Kasus :
Misalkan harga Neymar 60 milyar euro, sedangkan harga Silva 50 milyar euro. Saat Real
Madrid ingin membeli seorang pemain, maka Thiago Silva yang akan dibeli oleh Real
Madrid. Meskipun harga Neymar lebih tinggi daripada Silva, akan tetapi Real Madrid bukan
memilih pemain berdasarkan harga akan tetapi berdasarkan kualitas permainan yang lebih
bagus, Neymar atau Silva. Maka demi memaksimalkan kepuasan Silva-lah yang akan dibeli
Real Madrid.
Jadi pendekatan kardinal lebih melihat pada nilai kuantitas (jumlah) sedangkan pendekatan
ordinal pada nilai kualitas (mutu) yang banyak diterapkan pada masa kini.
21
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Model pilihan konsumen dapat dikembangkan dengan menggunakan asumsi
pengukuran kardinal dan ordinal. Pendekatan kardinal menganggap bahwa utilitas bisa diukur
dengan cara penjumlahan. Pendekatan ordinal menganggap bahwa utilitas tidak dapat diukur
dengan cara penjumlahan. Utilitas yang lebih banyak atau lebih tinggi hanya menunjukkan
kepuasan yang lebih besar saja. Selain itu, pendekatan kardinal menganggap bahwa tingkat
kepuasan marginal dalam pengkonsumsian suatu barang adalah menurun.
Pendekatan kurva indiferens (ordinal) ini menganggap bahwa konsumen memiliki
suatu skala preferensi dalam memilih barang-barang yang akan dikonsumsinya. Kurva
indiferens ini berslope negatif, tidak berpotongan dan naik menjauhi titik asal (origin).Garis
anggaran menunjukkan jumlah barang yang dapat dibeli konsumen dengan sejumlah
pendapatan dan anggaran tertentu, pada tingkat harga tertentu.
Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang disaat kondisi
yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori
Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang
diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu
sesuai dengan apa yang diharapkannya.
Menurut pendekatan kardinal kepuasan seorang konsumen diukur dengan satuan kepuasan
(misalnya:uang). Sedangkan menurut pendekatan Ordinal daya guna suatu barang tidak perlu
diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuaturutan tinggi rendahnya daya
guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang.
22
DAFTAR PUSTAKA
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Mikro: suatu pengantar, Buku
Seri Teori Ekonomi, Edisi ketiga, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta,
2004.
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Edisi Ketiga, Penerbit PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2002.
23