Anda di halaman 1dari 8

2.

1 Definisi Aset Tetap


Menurut pajak, sesuai dengan pasal 11 UU PPh Nomor 36 tahun 200, asset tetap adalah
harta berwujud yang dapat disusutkan dan terletak atau berada di Indonesia, dimiliki dan
dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek
pajak.
2.2 Perolehan Aset Tetap
Aset tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai dicatat sejumlah
harga beli ditambah dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat perolehan atau konstruksidan jika
dapat diterapkan jumlah yang dapat didistribusikan ke asset pada saat pertama kali diakui.
Biaya-biaya tersebut seperti
 Biaya pengiriman  biaya bea masuk,
 biaya bongkar muat  pajak masukan yang tidak boleh dikreditkan
 biaya pemasangan, dan lain-lain.
 biaya professional
Pembelian Dalam Negeri
Pembelian yang dilakukan didalam negeri oleh perusahaan atau orang pribadi.
Pembelian Impor dari Luar Negeri
Pembelian yang dari luar negeri dilakukan oleh perusahaan atau orang pribadi.
Sewa

AKUNTANSI
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009: 83-88), klasifikasi sewa adalah sebagai berikut:
A. Sewa Pembiayaan (finance lease)
Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan, apabila seaw tersebut mengalihkan
secara substansial seluruh manfaat dan resiko kepemilikan asset.
Ciri-ciri sewa pembiayaan adalah:
a) Sewa mengalihkan kepemilikan asset kepada lessee pada akhir masa sewa.
b) Lessee mempunyai opsi untuk membeli asset pada harga yang cukup rendah
dibandingkan dengan nilai wajar tanggal opsi mulai dilaksanakan sehingga pada
awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan.
c) Masa sewa adalah untuk sebagian besar unsur ekonomis asset meskipun hak milik
tidak dialihkan yaitu masa sewa sama atau lebih dari 75% umur ekonomis asset
sewaan.
d) Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara
substansial mendekati nilai wajar asset sewaan yaitu sama atau lebi dari 90% nilai
wajar asset sewaan.
e) Asset sewaan bersifat khusus dan dimana hanya lessee yang dapat
menggunakannya tanpa perlu modisikasisecara material.
B. Sewa Operasi (Operating lease)
Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi, apabila dalam sewa tersebut tidak
mengalihkan secara substansial seluruh manfaat dan resiko kepemilikan asset.
Transaksi Jual dan Sewa-Balik
Transaksi ini harus diperlakukan sebagai dua transaksi yang terpisah yaitu transaksi
penjualan dan transaksi sewa. Selisih antara harga jual dan nilai buku asset yang dijual harus diakui
sebagai keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan.
Laporan Keuangan Lessee
a. Sewa Pembiayaan
1. Pada awal sewa pembuiayaan, leassee akan mencatat asset dan kewajiban sewa
pembiayaan dalam neraca sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa ditambah
nilai residu yang harus dibayar oleh leassee pada akhir masa sewa,
2. Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran
sewa adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh lessor atau tingkat bunga yang
berlaku pada awal masa sewa.
3. Sewa pembiayaan menimbulkan beban penyusutan untuk asset sewaan berdasarkan
umur manfaat asset sewaan dan beban bungs berdasarkan tingkat bunga yang
diperhitungkan dalam setiap periode akluntansi.
4. Jika tidak ada kepastian yang memadai bahwa lessee akan mendapatkan hak
kepemilikan pada akhir masa sewa, maka asset sewaan harus disusutkan selama
jangka waktu yang lebih pendek antara masa sewa dengan umur manfaat asset
sewaan.
5. Apabila asset sewaan dibeli sebelum berakhirnya masa sewa, maka perbedaan antara
pembayaran yang dilakukan dengan sisa kewajiban diakui sebagai keuntungan dan
kerugian pada periode terjadinya.

bSewa Operasi
Pembayaran sewa merupakan beban sewa yang diakui berdasarkan metode garis lurus
selama masa sewa, meskipun pembayaran sewa dilakukan dalam jumlah yang tidak sama
setiap periode.
Laporan Keuangan Lessor
a. Sewa Pembiayaan
1. Pada awal masa sewa pembayaran, asset yang disewakan oleh lessor harus
diperlakukan sebagai penanaman neto sewa, yang terdiri dari jumlah piutang sewa
ditambah niali residu dikurangi dengan pendapatan sewa yang belum diakui dan
simpanan jaminan.
2. Selisih antara piutang sewa ditambah nilai residu dengan harga perolehan asset yang
disewakan diakui sebagai pendapatan sewa yang belum diakui.
3. Pendapatan sewa yang belum diakui harus dialokasikan secara konsisten sebagai
pendapatan tahun berjalan berdasarkan suatu tingkat pengembalian berkala atas
penanaman neto sewa.
4. Apabila asset yang disewakan dijual sebelum berakhirnya masa sewa, maka
perbedaan antara harga jual dengan penanaman neto sewa pada saat penjualan
dilakukan harus diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada periode berikutnya.
b. Sewa Operasi
1. Pembayaran sewa merupakan pendapatan sewa yang harus diakui dan diukur
berdasarkan garis lurus selama masa sewa, meskipun pembayaran sewa mungkin
dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode.
2. Aset yang disewakan harus disustkan.
3. Apabila asset yang disewakan dijual, maka perbedaan antara nilaibuku dan harga jual
harus diakui sebagai keuntungan atau ketentuan pada periode terjadinya.
PERPAJAKAN
sewa guna usaha (SGU) adalah suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara SGU dengan hak opsi (finance lease) maupun SGU tanpa hak opsi untuk
dipergunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Jenis SGU yang diakui menurut perpajakan ada 2 yaitu :
a. Sewa guna usaha dengan hak opsi (Finance lease)
Kegiatan SGU digolongkan sebagai SGU dengan hak opsi apabila memenuhi karakteristik
sebagai berikut:
1. Jumlah pembayaran SGU selama masa SGU pertama ditambah dengan nilai sisa
barang modal dan keuntungan lessor.
2. Masa SGU ditetapkan sekurang-kurangnya 2 tahun untuk barang modal golongan 1, 3
tahun untuk golongan barang II dan III dan 7tahun untuk golongan bangunan.
3. Perjanjian SGU memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.

Perlakuan perpajakan untuk lessor dan lessee sebagai berikut:


Lessor Lessee
Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan
 Penghasilan = angusran pokok =  Beban sewa = angsuran pokok +
bunga. bunga.
Penghasilan -> bukan objek PPh 23 Beban sewa-> bukan opjek PPH
tetapi pengenaan pajaknya 23.
dilakukan dengan perhitungan  Beban penyusutan asset teap->
akhir tahun dalam SPT tahunan. beban yang tidak boleh
 Beban penyusunan asset tetap -> dikurangkan.
beban tidak boleh dikurangkan.
 Beban penyisihan piutang tak
tertagih -> beban yang dapat
dikurangkan.
 Mekanisme angsuran pajak PPh 25
diatur oleh UU PPh.
Pajak Petambahan Nilai Pajak pertambahan Nilai
 Memungut PPN atas penyerahan -
barang modal kepada lessee

b. Sewa guna usaha tanpa hak opsi


Kriteria suatu transaksi digolongkan sebagai SGU tanpa hak opsi adalah sebagai berikut
1. Jumlah pembayaran SGU selama periode SGU selama periode SGU pertama tidak
dapat menutup harga perolehan asset tetap yang di-SGU kan ditambha keuntungan
yang diperhitungkan lessor.
2. Perjanjian SGU tidak memuat ketentuan tentang opsi untuk lessee.

Lessor Lessee
Pajak Penghasilan Pajak penghasilan
 Beban penyusutan asset tetap->  Beban sewa-> beban yang dapat
beban yang dapat dikurangkan. dikurangkan untuk penyewaan
 Penghasilan sewa-> objek pajak yang barang modalnya termasuk
PPh pasal 15 atau PPh 23 objek PPh 23.
 Memotong PPh 23 atas
pembayaran sewa.
Pajak Pertambahan Nilai Pajak Pertambahan Nilai
 Memungut PPN atas jasa sewa -
yang diberikan

Laporan Keuangan Lessor


Berikut jurnal yang dibuat apabila SGU tidak memiliki hak opsi atau dikategorikan sebagai
sewa-menyewa biasa:
Keterangan Debit Kredit
Lessor (Wajib pungut PPN)
Kas/Bank xxx -
PPh 23 dibayar di muka xxx -
Pajak Keluaran - xxx
Penghasilan Sewa - xxx
Lessee (Wajib pungut PPh 23)
Beban Sewa xxx -
Pajak Masukan xxx -
Utang PPh 23 - xxx
Kas/Bank - xxx

2.3 Penyusutan Aset Tetap


metode-metode penyusutan yang dapat digunakan adalah sebagai berikut.
a. Metode garis lurus (straight line method) menghasilakn pembebanan yang tetap selama
umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah.
b. Metode saldo menurun (diminishing balance method) menghasilkkan pembebanan
yang menurun selama umur manfaat aset.
c. Metode jumlah unit produksi (sum of the unit of production method) menghasilakn
pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu
aset.
Metode penyusutan yang diperbolehkan dalam ketentuan perpajakan adalah sebagai
berikut.
1. Metode garis lurus (straight line method) untuk kelompok bangunan dan bukan
bangunan.
2. Metode saldo menurun (declining balance method) untuk kelompok bukan bangunan
saja, dan pada akhir masa manfaat disusutkan sekaligus (closed ended).

Kelompok Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan

Kelompok Harta Masa Manfaat Tarif Penyusutan


Berwujud
Garis Lurus Saldo Menurun
I. Bukan Bangunan
- Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
- Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
- Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
- Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
II. Bangunan
- Permanen 20 tahun 5% -
- Tidak 10 tahun 10% -
Permanen

2.4 Pertukaran Aset Tetap


Apabila aset tetap diperoleh melalui pertukaran dengan aset nonmoneter atau kombinasi
aset moneter dan aset nonmoneter maka biaya perolehan diukur pada nilai wajar, kecuali:
a. Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau
b. Nilai wajar aset yang diterima atau aset yang diserahkan tidak dapat diukur secara andal,
maka biaya perolehan diukur pada jumlah tercatat aset yang diserahkan.

Harta yang diperoleh berdasarkan transaksi tukar menukar dengan harta lain, maka nilai
perolehan atau nilai penjualan adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima
berdasarkan harga pasar. Selisih antara harga pasar dengan nilai sisa buku harta yang
dipertukarkan merupakan keuntungan yang dikenakan pajak.

2.5 Penghentian Aset Tetap


Pelepasan Aset Tetap
Dalam setiap penjualan aset, dapat timbul laba atau rugi sebesar selisih antara harga
pasar dengan nilai buku aset. Namun, karena perbedaan metode penyusutan dan estimasi
masa manfaat, laba atau rugi penjualan aset dapat berbeda jumlahnya antara akuntansi
dengan perpajakan.
Tidak Memiliki Masa Manfaat
Menurut SAK-ETAP, entitas harus menghentikan pengakuan aset tetap ketika tidak
ada manfaat ekonomi masa depan yang diekspektasikan dari penggunaannya. Entitas dapat
mencatat aset tetap sebesar nilai tercatat aset tetap (Rp1), apabila aset tetap masih bisa
digunakan untuk operasional sehari-hari. Tetapi, apabila aset tetap sudah tidak dapat
digunakan lagi maka entitas harus mengakui keuntungan atau kerugian atas penghentian
pengakuan aset tetap dalam laporan laba rugi ketika aset tersebut dihentikan pengakuannya.
Keuntungan tersebut tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan.
2.6 Revaluasi Aset Tetap
Revaluasi aset tetap adalah penilaian kembali atas aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan
sehingga sesuai dengan harga pasar saat dilakukannya revaluasi. Dalam akuntansi, revaluasi aset
tetap umumnya tidak diperkenankan karena SAK-ETAP menganut penilaian aset tetap
berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran. Namun, penyimpangan ketentuan ini mungkin
dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah.

Perhitungan dapat dilakukan dengan membandingkan:


Harga Pasar (penilaian dari jasa penilai atau ahli penilai) xxx
Nilai tercata aset tetap xxx
Surplus Revaluasi Aset Tetap xxx
PPh Final yang terutang atas selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk
tujuan perpajakan wajib dibayaar lunas ke Kas Negara dengan SSP paling lama 15 hari setelah
tanggal diterbitkannya keputusan persetujuan atau paling lama tanggal jatuh tempo setiap angsuran
pembayaran dalam hal perusahaan memperoleh keputusan persetujuan pembayaran secara
angsuran. Keterlambatan peunasan PPh terutang Final akan dikenakan sanksi administrasi berupa
bunga sesuai UU KUP Nomor 28 Tahun 2007.
Perhitungan dapat dilakukan dengan membandingkan:
Harga Pasar (penilaian dari jasa penilai atau ahli penilai) xxx
Nilai buku fiskal xxx
Selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan xxx

Atas selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusahaan tersebut dikenakan tarif PPh Final
sebesar 10%.
Aset tetap yang telah dilakukan revaluasi tidak diperbolehkan dilakukan revaluasi kembali
pada tahun yang sama, sehingga setelah revaluasi dilakukan dalam suatu tahun, aset tetap tersebut
tidak dapat dinilai kembali walaupun terjadi inflasi lebih dari satu kali dalam setahun.

Anda mungkin juga menyukai