Disusun oleh :
1. Nydia Gusniar (1620210006)
2. Christine (1620210039)
3. Vania Hediyanto (1620210045)
1
Kata Pengantar
Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan
judul “AKUNTANSI ISTISHNA DAN ISTISHNA PARAREL”dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
mengetahui maksud dari makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini dan kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui
masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang.
Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istishna merupakan salah satu bentuk jual beli dengan pemesanan yang mirip
dengan salam yang merupakan jual beli untuk forwardkedua yang dibolehkan oleh
syariah.
Jika perusahaan mengerjakan untuk memproduksi barang yang dipesan
dengan bahan baku dari perusahaan, maka kontrak/akad istishnamuncul. Agar
akad istishna menjadi sah, harga harus ditetapkan di awal sesuai kesepakatan dan
barang harus memiliki spesifikasi yang jelas yang telah disepakati bersama.
Dalam istishna pembayaran dapat di muka, dicicil sampai selesai, atau dibelakang,
serta istishna biasanya diaplikasikan untuk industry dan barang manufatur.
Kontrak istishna menciptakan kewajiban moral bagi perusahaan untuk
memproduksi barang pesanan pembeli. Sebelum perusahaan mulai
memproduksinya, setiap pihak dapat membatalkan kontrak dengan
memberitahukan sebelumnya kepada pihak yang lain. Namun demikian, apabila
perusahaan sudah memulai produksinya, kontrak istishna tidak dapat diputuskan
secara sepihak.
B. Tujuan Penulisan
Selain untuk memenuhi tugas dari dosen, makalah ini juga dibuat agar para
pembaca dapat lebih mengerti bagaimana itu istishnamaupun istishna paralel.
Yang mana praktek akuntansinya di dalam bank syariah maupun perusahaan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
qabul yang menunjukkan pernyataan kehendak jual beli istishna kedua belah
pihak.
b. Rukun Transaksi Istishna Paralel
Berdasarkan Fatwa DSN Nomor 6 tahun 2000 disebutkan bahwa
akad istishna kedua (antara bank sebagai pembeli dengan petani sebagai penjual)
harus dilakukan terpisah dari akad pertama. Adapun akad kedua baru dilakukan
setelah akad pertama sah. Rukun-rukun yang terdapat pada akad istishna pertama
juga berlaku pada akad istishna kedua
3. Pengawasan Syariah Transaksi Istishna dan Istishna Paralel
Untuk memastikan kesesuaian syariah terhadap praktik jual
beli istishna dan istishna parallel, DPS biasanya melakukan pengawasan syariah
secara periodic. Berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,
pengawasan tersebut dilakukan untuk:
a. Memastikan barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariat
Islam
b. Meneliti apakah bank membiayai pembuatan barang yang diperlukan
nasabah sesuai pesanan dan kriteria yang disepakati
c.Memastikan akad istishna dan akad istishna paralel dibuat dalam akad yang
terpisah
d. Memastikan bahwa akad istishna yang sudah dikerjakan sesuai kesepakatan
hukumnya mengikat, artinya tidak dapat dibatalkan kecuali memebuhi kondisi,
antara lain: (i) kedua belah pihak setuju untuk menghantikan akad istishna, dan
(ii) akad istishna batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat
menghalangi pelaksanaan aau penyelesaian akad.
Adanya pengawasan syariah yang dilakukan oleh DPS menuntut bank syariah
untuk hati-hati dalam melakukan transaksi jual beliistishna ddan istishna paralel
dengan para nasabah. Disamping itu, bank juga dituntut untuk melaksanakan
tertib administrasi agar berbagai dokumen yang diperlukan DPS dapat tersedia
setiap saat dilakukan pengawasan.
6
C. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ISTISHNA
1. Akuntansi untuk Penjual
a. Penyatuan dan Segmentasi Akad
PSAK 104 (2007) mengatur tentang penyatuan dan segmentasi
akad istishna, yang dimaksud dengan penyatuan akad disini adalah suatu
kelompok akad istishna dengan satu atau beberapa pembeli, maka hal tersebut
disebut dengan penyatuan akad/satu akad dengan syarat tertentu. Sedangkan
segementasi akad adalah suatu akad istishna yang mencakup sejumlah aset, maka
akadnya dipisah antara aset yang satu dengan yang lainnya dengan syarat tertentu.
b. Biaya Perolehan Istishna
PSAK telah mengatur pengakuan dan pengukuran biaya istishna biaya
peroleh istishna yang terdiri dari:
1. Biaya langsung yaitu bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat
barang pesanan
2. Biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan
prakad
Jurnal yang dibuat oleh entitas produsen untuk mencatat biaya
perolehan istishna adalah sebagai berikut:
Tgl Aset istishna dalam penyelesaian Rp xx
Kas/rekening supplier/bahan, dsb Rp xx
7
Jurnal yang dibuat oleh entitas syariah adalah:
Tgl Aset istishna dalam penyelesaian Rp xx
Rekening kontraktor/kas Rp xx
Dalam hal ini, jurnal yang dibuat bank adalah sebagai berikut:
Tgl Aktiva istishna dalam penyelesaian Rp xx
Utang istishna Rp xx
8
b. Aset istishna yang diperoleh melalui transaksi istishna dengan pembayaran
tangguh lebih dari satu tahun diakui sebesar biaya perolehan tunai. Selisih
antara harga beli yang disepakati dalam akad istishna tangguh dan biaya
perolehan tunai diakui sebagai beban istishna tangguhan.
Untuk masalah ini entitas syariah akan mencatat dengan jurnal sebagai
berikut:
1. Apabila kerugian lebih kecil dari garansi penyelesaian proyek
Pada saat penjual menyerahkan uang garansi kepada pembeli (bank):
Tgl Kas Rp xx
Uang garansi penyelesaian proyek Rp xx
Pada saat pembebanan kerugian pembeli (bank):
Tgl Uang garansi penyelesaian proyek Rp xx
Rekening lain-lain Rp xx
9
2. Apabila kerugian lebih besar dari garansi penyelesaian proyek
Pada saat penjual menyerahkan uang garansi kepada pembeli (bank):
Tgl Kas Rp xx
Uang garansi penyelesaian proyek Rp xx
Pada saat pembebanan kerugian pembeli (bank):
Tgl Uang garansi penyelesaian proyek Rp xx
Piutang jatuh tempo Rp xx
Rekening lain-lain Rp xx
f. Jika pembeli (bank) menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan
spesifikasi, maka barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih
rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui
sebagai kerugian pada periode berjalan.
10
Dalam hal ini, bank akan mencatat sebagai berikut:
Tgl Aset istishna Rp xx
Kerugian penurunan nilai aktiva istishna Rp xx
Aset istishna dalam penyelesaian Rp xx
Kerugian penurunan nilai aktiva istishna dilaporkan laba rugi sebagai beban
lain-lain.
g. Dalam istishna paralel, jika pembeli akhir menolak menerima barang
pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi yang disepakati, maka
barang pesanan diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar
dan harga pokok istishna. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada
periode berjalan.
11
assemble (kendaraan/mesin), instalasi (mesin atau sofware). Adapun skema
transaksi istihna paralel ditunjukkan pada figur berikut:
12
6. Bank syariah melakukan tagihan kepada nasabah pembeli berdasarkan
tingkat penyelesaian barang
7. Pemasok menyerahkan barang kepada nasabah pembeli
8. Pemasok mengirimkan bukti pengiriman barang kepada bank syariah
9. Nasabah melunasi pembayaran barang istishna sesuai dengan akad yang
telah disepakati.
E. CONTOH KASUS
13
Pada saat Penandatangan akad dengan pembeli
Termin 1
Aset istishna dalam penyelesaian Rp.26.000.000
Utang Istishna Rp.26.000.000
Termin 2
Aset istishna dalam penyelesaian Rp.39.000.000
Utang istishna Rp.39.000.000
Termin 3
Aset istishna dalam penyelesaian Rp.65.000.000
Utang istishna Rp.65.000.000
Termin 1
Utang istishna Rp.26.000.000
Rekening pemasok Rp.26.000.000
Termin 2
Utang istishna Rp.39.000.000
Rekening pemasok Rp.39.000.000
Termin 3
Utang istishna Rp.65.000.000
Rekening pemasok Rp.65.000.000
14
Pengakuan pendapatan istishna
Pada tahap ini, biasanya terdapat dua metode dalam pengkuan
pendapatan, yaitu metode persentase penyelesaian dan metode akad
selesai. Jika kita menggunakan metode akad selesai, maka pendapatan
hanya akan diakui sekali yaitu pada saat barang selesai. Pada kasus
diatas, jurnalnya adalah sebagai berikut:
Termin 1
Aset istishna dalam penyelesaian Rp. 4.000.000
Harga pokok istishna Rp.26.000.000
Pendapatan margin istishna Rp.30.000.000
Termin 2
Aset istishna dalam penyelesaian Rp. 6.000.000
Harga pokok barang istishna Rp.39.000.000
Pendapatan margin istishna Rp. 45.000.000
Termin 3
Aset istishna dalam penyelesai Rp.10.000.000
Harga pokok barang istishna Rp.65.000.000
Pendapatan margin istishna Rp.75.000.000
15
Termin istishna Rp.30.000.000
Aset istishna dalam penyelesaian Rp.30.000.000
16
Pada saat pengakuan pengeluaran untuk memperoleh istishna:
Jika cicilan istishna dibayar perbulan selam 3 tahun maka jurnalnya adalah
sebagai berikut: (190 jt : 36 bln)
Kas/rekening nasabah Rp.5.277.778
Piutang istishna Rp.5.277.778
Pendapatan istishna tangguhan Rp.1.111.111
Pendapatan istishna Rp.1.111.111
17
Jika pilihan jatuh pada alternatif pertama, maka jurnalnya adalah sebagai
berikut:
Kas Rp.53.333.333
Potongan Rp.10.000.000
Piutang istishna Rp. 63.333.333
Namun jika pilihan jatuh pada alterbatif kedua, maka jurnalnya adalah:
Kas Rp.6.333.333
piutang istishna Rp.6.333.333
pendapatan istishna tangguh Rp.13.333.333
rekening nasabah Rp.10.000.000
pendapatan istishna Rp. 3.333.333
18
BAB III
KESIMPULAN
Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesan dan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dengan persyaratan tertentu yang di sepakati
antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat/shani’) (fatwa DSN
MUI) shani akan menyiapkan barang yang di pesan dengan spesifikasi yang
telah di sepakati di mana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain.
Istishna paralel adalah suatu bentuk akad istishna dimana penjual dan
pemesan untuk memenuhi kewajibanya kepada pemesan, penjual melakukan
akad istishna dengan pihan lain (sub kontraktor) yang dapat memenuhi asset yang
di pesan pemesan, syarat akad istishna pertama antara penjual dan pemesan tidak
bergantung pada istishna, kedua antara penjual dan pemasok, selain itu akad
antara pemesan dan penjual dan akad antara penjual dan pemesan harus
terpisah dan penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama kontruksi.
Istishna hukumnya boleh karena hal itu telah dilakukan oleh masyarakat
muslim sejak masa awal tanpa ada ulama yang mengingkarinya. Ketentuan syar’i
transaksi istishna diatur dalam Fatwa DSN Nomor 06/DSN/MUI/IV/2000 tentang
jual beli istishna. Fatwa tersebut mengatur ketentuan pembayaran dan ketentuan
barang. Karena istishna mirip dengan transaksi salam, beberapa ketentuan salam
juga berlaku pada transaksi istishna.
Dengan adanya pengawasan syariah yang dilakukan oleh DPS menuntut
bank syariah untuk hati-hati dalam melakukan transaksi jual
beli istishna ddan istishna paralel dengan para nasabah. Disamping itu, bank juga
dituntut untuk melaksanakan tertib administrasi agar berbagai dokumen yang
diperlukan DPS dapat tersedia setiap saat dilakukan pengawasan.
19
DAFTAR PUSTAKA
20