Anda di halaman 1dari 18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas


1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas merupakan satu model penelitian yang dilakukan
pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan pekerjaannya, baik di
bidang pendidikan, kesehatan maupun pengelolaan sumber daya manusia. Salah
satu contoh pekerjaan utama dalam bidang pendidikan adalah mengajar di kelas,
menangani bimbingan dan konseling, dan mengelola sekolah. Dengan demikian
yang menjadi subyek penelitian adalah situasi di kelas, individu siswa atau di
sekolah. Para guru atau kepala sekolah dapat melakukan kegiatan penelitiannya
tanpa harus pergi ke tempat lain seperti para peneliti konvensional pada
umumnya. Penelitian tindakan diartikan PTK dapat didefinisikan sebagai suatu
bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan
tertentu, untuk memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek
pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Oleh karena itu PTK terkait erat
dengan persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dialami guru. (Suyanto,
1997)
Sedangkan menurut Kasihani (1999), yang menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan PTK adalah penelitian praktis, bertujuan untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di kelas dengan cara melakukan
tindakan-tindakan. Upaya tindakan untuk perbaikan dimaksudkan sebagai
pencarian jawab atas permasalahan yang dialami guru dalam melaksanakan
tugasnya sehari-hari. Pada pelaksanaannya, setiap masalah yang diungkap dan
dicarikan jalan keluar haruslah masalah yang benar-benar ada dan nyata dialami
oleh guru.
Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa  penelitian
tindakan kelas adalah partisipan yang terdiri dari guru, murid, maupun kepala
sekolah dalam bidang pendidikan guna memperbaiki rasionalitas serta kebenaran
terkait praktik pendidikan yang dilakukan sendiri, pengertian mengenai praktik
tersebut, hingga situasi tempat dilaksanakannya praktik.
2. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Suyanto (1997). Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
meningkatkan dan/atau memperbaiki praktik pembelajaran di sekolah,
meningkatkan relevansi pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan, dan efisiensi
pengelolaan pendidikan. Selain itu, Suyanto (1999) Tujuan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dapat digolongkan atas dua jenis, yaitu :
a. Tujuan utama pertama, melakukan perbaikan dan peningkatan layanan
profesional Guru dalam menangani proses pembelajaran. Tujuan tersebut
dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis kondisi,
kemudian mencoba secara sistematis berbagai model pembelajaran alternatif
yang diyakini secara teoretis dan praktis dapat memecahkan masalah
pembelajaran. Dengan kata lain, guru melakukan perencanaan,
melaksanakan tindakan, melakukan evaluasi, dan refleksi.
b. Tujuan utama kedua, melakukan pengembangan keteranpilan Guru yang
bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai persoalan aktual
yang dihadapinya terkait dengan pembelajaran. Tujuan ini dilandasi oleh
tiga hal penting, (1) kebutuhan pelaksanaan tumbuh dari Guru sendiri,
bukan karena ditugaskan oleh kepala sekolah, (2) proses latihan terjadi
secara hand-on dan mind-on, tidak dalam situasi artifisial, (3) produknyas
adalah sebuah nilai, karena keilmiahan segi pelaksanaan akan didukung oleh
lingkungan.

3. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas


Menurut Cohen dan Manion (1980) serta Winter (1989) ada beberapa
langkah penelitian tindakan kelas, yaitu :
1.  Mengidentifikasi dan Merumuskan Masalah
Dalam konteksnya dengan langkah pertama ini, yakni mengidentifikasi dan
merumuskan masalah, lebih dahulu disajikan uraian tentang ruang lingkup
masalah dalam penelitian tindakan kelas. Ini penting agar dalam
mengidentifikasi dan merumuskan masalah menjadi lebih focus pada objek
penelitian yang akan diteliti.
1) Ruang lingkup masalah
Penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengubah perilaku
penelitinya yaitu guru, perilaku orang lain yaitu siswa, atau merubah
kerangka kerja yaitu kegiatan pembelajaran yang pada gilirannya
menghasilkan perubahan dan peningkatan kualitas keseluruhan aspek
tersebut. Singkatnya, penelitian tindakan kelas dilakukan untuk
meningkatkan kualitas keseluruhan praktik pembelajaran dalam situasi
nyata.
2) Identifikasi masalah
Masalah yang akan diteliti harus dirasakan dan identifikasi oleh guru
sendiri sebagai peneliti, meskipun dapat juga dilakukan dengan bantuan
seorang fasilitator, supaya merasa betul – betul terlibat dalam proses
penelitiannya. Masalahnya terdapat berupa kekurangan yang dirasakan
dalam penerapan model pembelajaran, penggunaan metode, penggunaan
alat peraga, rendahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran, kreativitas
belajar siswa, dan sebagainya. Pendek kata, masalahnnya berupa
kesenjangan antara kenyataan dan keadaan yang diinginkan.
3) Perumusan masalah
Masalah – masalah dalam penelitian tindakan kelas hendaknya
dideskripsikan dengan jelas agar perumusan masalahnya dapat dibuat secara
jelas pula. Pada intinya, rumusan masalah harus mengandung deskripsi
secara jelas tentang kesenjangan antara kenyataan yang ada dengan keadaan
yang diinginkan.
2.  Menganalisis Masalah
Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui dimensi – dimensi
penting yang ada dalam masalah itu dan untuk memberikan penekanan
secara lebih jelas. Analisis masalah melibatkan beberapa jenis kegiatan,
tergantung kepada tingkat kesulitan yang ditunjukkan dalam perumusan
masalah. Di antara analisis masalah yang dapat dilakukan adalah analisis
sebab – akibat tentang kesulitan yang dihadapi, pemeriksaan asumsi yang
dibuat, kajian terhadap data penelitian yang tersedia, atau mengamankan
data pendahuluan untuk mengklarifikasi persoalan atau untuk mengubah
cara pandang individu yang terlibat dalam penelitian tentang masalahnya.
Kegiatan analisis masalah ini dapat dilakukan melalui diskusi dengan teman
sejawat, dengan fasilitator peneliti dari perguruan tinggi kependidikan, dan
juga kajian pustaka yang relevan.
3.  Merumuskan Hipotesis Tindakan Kelas
Dalam penelitian tindakan kelas, rumusan hipotesisnya bukan hipotesis
tentang perbedaan atau hubungan antarvariabel, melainkan hipotesis
tindakan. Rumusan hipotesis tindakan memuat tindakan yang diusulkan
untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan.
4.  Merumuskan Rencana Tindakan
Dalam merumuskan rencana tindakan hendaknya memuat informasi sebagai
berikut :
1) Apa yang diperlukan untuk menentukan kemungkinan terpecahnya
masalah yang telah dirumuskan.
2) Alat – alat dan teknik yang diperlukan untuk mengumpulkan data.
3) Rencana perekaman atau pencatatan data dan pengolahannya.
4) Rencana untuk melaksanakan tindakan dan mengevaluasi hasilnya.
5.  Melaksanakan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang direncanakan hendaknya bersifat fleksibel untuk
mencapai perbaikan yang diinginkan. Pada saat tindakan dilaksanakan inilah
pengumpulan data dilakukan. Data yang dikumpulkan mencakup semua
yang dilakukan, pengaruh tindakan terhadap peserta penelitian, pola
interaksi yang terjadi, dan proses yang berlangsung.
6.  Menganalisis dan Memaknai Data
Isi semua catatan atau rekaman data hendaknya dicermati untuk
dijadikan landasan melakukan refleksi. Di sini peneliti harus
membandingkan berbagai isi catatan atau rekaman agar dapat menentukan 
suatu temuan yang relative valid dan reliable. Dengan perbandingan ini,
unsur kesubjektifan dapat dikurangi. Penggolongan dapat dilakukan juga
untuk dapat menyimpulkan dan memberikan pemaknaan data.
Data yang diperoleh melalui tes akan sangat membantu untuk
menentukan adanya perbaikan yang diinginkan. Semua yang terjadi, baik
yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan perlu dianalisis untuk
menentukan apakah ada perubahan kea rah perbaikan atau peningkatan
kualitas di segala aspek praktik dalam situasi yang terkait dengan kegiatan
pembelajaran. Hasil data dapat disajikan secara kualitatif deskriptif.
7.  Membuat Laporan Hasil
Hasil analisis data dilanjutkan dengan penyusunan laporan. Laporan
hendaknya mencakup ulasan lengkap tentang pelaksanaan tindakan sesuai
dengan yang telah direncanakan, pelaksanaan pemantauannya, dan
perubahan atau peningkatan kualitas yang terjadi sebagai akibat dari
tindakan yang dilakukan.

4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas


Adapun manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Secara umum, yaitu :
1. Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan
guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK
yang dilaporkan dapat menjadi bahan artikel ilmiah atau makalah untuk
berbagai kepentingan, antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan
dimuat di jurnal ilmiah.
2. Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti
dan menulis artikel ilmiah di kalangan guru. Hal ini telah ikut mendukung
profesionalisme dan karir guru.
3. Mampu mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antar-guru
dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama
memecahkan masalah pembelajaran dan meningkatkan mutu
pembelajaran.
4. Mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum
atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal,
sekolah, dan kelas. Hal ini memperkuat dan relevansi pembelajaran bagi
kebutuhan siswa.
5. Dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan , kegairahan,
ketertarikan, kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran di kelas yang dilaksanakan guru. Hasil belajar
siswa pun dapat meningkatkan.
6. Dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik,
menantang, nyaman, menyenangkan, dan melibatkan siswa karena
strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam
pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.
B. Belajar dan Pembelajaran
1. Belajar
Belajar merupakan perubahan tingkah laku dengan serangkaian
kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru
dan lain sebagainya. Belajar akan lebih bermakna apabila subjek belajar
mengalami atau melakukan sendiri kegiatan belajar tersebut (Sardiman,
2011).
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil
atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi mengalami. Hasil
belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan
kelakuan (Hamalik, 2008).
Slameto (2010), Menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan. Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar,
yaitu
a. Faktor Internal
Meliputi faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis
contohnya keadaan anggota tubuh dan kesehatan. Sedangkan faktor
psikologis meliputi intelegensi atau tingkat kecerdasan, perhatian,
minat, bakat motif, kematangan, dan kesiapan sesorang.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar meliputi faktor
keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Siswa yang belajar
akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua
mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan
keadaan ekonomi keluarga. Hal yang paling mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa di sekolah mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan
secara konsekuen dan konsisten. Lingkungan masyarakat yang dapat
menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah lembagalembaga
pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes,
pengajian remaja dan lain-lain.
Sedangkan pembelajaran merupakan upaya guru untuk menciptakan
iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan
kebutuhan siswa yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara
guru dan siswa serta antarsiswa (Hamdani, 2011).
Sugandi (2006) menyebutkan bahwa pembelajaran merupakan suatu
kumpulan proses yang bersifat individual, yang mengubah stimuli dari
lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi, yang selanjutnya
dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka
panjang.
2. Hasil Belajar
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002), Hasil belajar adalah
perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah
dilakukan oleh individu. Hasil belajar merupakan realisasi atau
pemahaman dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang
dimiliki dan dapat dilihat dari perilakunya dalam bentuk penguasaan
pengetahuan, keterapilan berpikir dan keterampilan motorik.
Purwanto (2011), Mengemukakan hasil belajar merupakan perubahan
perilaku disebabkan karena pencapaian penguasaan atas sejumlah bahan
yang diberikan dalam proses belajar mengajar yang hasil itu dapat berupa
perubahan aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dalam penelitian
ini, bentuk hasil belajar yang di lihat adalah nilai yang didapat subjek
dalam ranah kognitif.
3. Pembelajaran Matematika
Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang
berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda
disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan
penalaran. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu
kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis
dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan
dalam matematika bersifat konsisten. Namun demikian, pembelajaran dan
pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman
peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat digunakan
untuk mempelajari konsep matematika (Dananjaya, 2013).
Menurut Shadiq (2014), ada beberapa kompetensi atau kemampuan
yang harus dipelajari dan dikuasai siswa sebagai berikut :
a. Berpikir dan bernalar secara sistematis.
b. Beragumentasi secara matematis. Dalam arti memahami pembuktian,
mengetahui bagaimana membuktikan, mengikuti dan menilai
rangkaiann argumentasi, memiliki kemampuan menggunakan
heuristics (strategi), dan menyusun argumentasi.
c. Berkomunikasi secara sistematis. Dapat menyatakan pendapat dan ide
secara lisan, tulisan, maupun bentuk lain serta mampu memahami
pendapat dan ide orang lain.
d. Pemodelan. Menyusun model matematika dari suatu keadaan atau
situasi, menginterpretasi model matematika dalam konteks lain atau
pada kenyataan sesungguhnya, bekerja dengan model-model,
memvalidasi model, serta menilai model matematika yang sudah
disusun.
e. Penyusunan dan pemecahan masalah. Menyusun, memformulasi,
mendefinisikan, dan memecahkan masalah dengan berbagai cara.
f. Representasi. Membuat, mengartikan, mengubah, membedakan, dan
menginterpretasi dan bentuk matematika lain, serta memahami
hubungan antar bentuk atau representasi tersebut.
g. Simbol. Menggunakan bahasa dan operasi yang menggunakan simbol
baik formal maupun teknis.

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture


1. Pengertian Model Picture and Picture
Menurut Hamdani (2011), Model Pembelajaran Picture and Picture
merupakan suatu metode belajar yang menggunakan gambar yang
dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Model ini memiliki ciri
aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan. Model pembelajaran
hendaknya selalu menekankan aktifnya siswa setiap proses pembelajaran.
Inovatif artinya setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru,
berbeda san selalu menarik minat siswa. Kreatif artinya setiap
pembelajaran harus menimbulkan minat kepada siswa untuk
menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan
menggunakan metode, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu
sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran. Model pembelajaran
kooperatif tipe picture and picture mengandalkan gambar sebagai media
dalam proses pembelajaran.

2. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and


Picture
Menurut Shoimin (2014), Langkah-langkah dalam model
pembelajaran kooperatif tipe picture and picture yaitu:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Menyajikan materi sebagai pengantar.
c. Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan
berkaitan dengan materi.
d. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang
atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urusan yang logis.
e. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar
tersebut.
f. Dari alasan urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan
konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan dan rangkuman.

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Picture and Picture
Menurut Shoimin (2014), ada beberapa kelebihan dan kekurangan
dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture.
Kelebihan kooperatif picture and picture, sebagai berikut:
a. Memudahkan siswa untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh
guru ketika menyampaikan materi pembelajaran.
b. Siswa cepat tanggap atas materi yang disampaikan karena diiringi
dengan gambar-gambar.
c. Siswa dapat membaca satu per satu sesuai dengan petunjuk yang ada
pada gambar-gambar yang diberikan.
d. Siswa lebih berkonsentrasi dan merasa asyik karena tugas yang
diberikan oleh guru berkaitan dengan permainan mereka seharihari,
yakni bermain gambar.
e. Adanya saling kompetensi antarkelompok dalam penyusunan gambar
yang telah dipersiapkan oleh guru sehingga suasana kelas terasa
hidup.
f. Siswa lebih kuat mengingat konsep-konsep atau bacaan yang ada pada
gambar.
g. Menarik bagi siswa dikarenakan melalui audio visual dalam bentuk
gambar-gambar
Kelemahan kooperatif picture and picture, sebagai berikut:
a. Memakan banyak waktu.
b. Harus mempersiapkan banyak alat dan bahan yang berhubungan
dengan materi yang akan diajarkan dengan model tersebut.
c. Guru khawatir akan terjadi kekacauan di kelas.
d. Membutuhkan biaya yang tidak sedikit
Menurut Trianto (2009), Ada beberapa teori yang mendukung
penerapan model pembelajaran Picture and Picture yaitu:
a. Teori Belajar Vigotsky
Dukungan teori Vigotsky terhadap model pembelajaran kooperatif
adalah penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif. Vigotsky
menekankan siswa mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi
sosial dengan orang lain.
b. Teori Belajar Piaget
Piaget mengatakan bahwa perkembangan kognitif manusia terdiri
atas empat tahap berdasarkan usia dan cara berpikir yang berbeda.
Tahap-tahap itu antara lain tahap sensorimotorik, tahap
praoperasional, tahap operasional konkrit dan tahap operasional
formal. Penggunaan media gambar pada model Picture and Picture
mendorong minat rasa ingin tahu anak.

c. Teori Belajar Konstruktivisme


Teori kontruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus
menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kelompok,
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya
apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Siswa benar-benar
memahami dan dapat memecahkan masalah, menemukan segala
sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

D. Deskripsi Sekolah
1. Profil Sekolah
Lokasi penelitian tindakan kelas adalah sekolah dasar negeri 205
Palembang. Sekolah ini terletak dikota Palembang, tepatnya di Jl.
Abikusno Cokro Suyoso, Kel. Kemang Agung Kec. Kertapati Kota
Palembang Provinsi Sumatera Selatan.
Sekolah ini termasuk salah satu sekolah negeri yang terakreditasi A
(Sangat Unggul). SD Negeri 205 Palembang memiliki 30 rombongan
belajar dimana pada kelas 6 yaitu memiliki kelas A,B,C,D dan E. Kelas 5
memiliki kelas A,B,C,D,E, dan F. Kelas 4 memiliki A,B,C,D, dan E.
Kelas 3 memiliki A,B,C dan D. Serta kelas 2 memiliki kelas A,B,C,D,E,
dan F. kelas 1 memiliki kelas A,B,C dan D.
Gambar 2.1 Sekolah Dasar Negeri 205 Palembang
2. Deskripsi Kelas
Penelitian ini dilakukan pada kelas V yang terdiri dari 6 rombongan
belajar. Namun kelas yang menjadi objek PTK adalah kelas V.F SDN 205
Palembang, yang memiliki siswa sebanyak 28 orang. Dimana 9 orang
perempuan dan 19 orang laki-laki.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi


Aksara.
Basuki, As’adie. 2009, Desain Pembelajaran Berbasis Penelitian Tindakan Kelas.
Ponorogo: STAIN Ponorogo Press.
Dananjaya, Utomo. 2013. Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Nuansa Cendikia
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Grafika.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Sanjaya, Wina. (014. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan Edisi Pertama. Jakarta : Kencana
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Shadiq, Fadjar. 2014. Pembelajaran atematika Cara Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Siswa. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugandi, Achmad. 2006. Teori Pembelajaran. Semarang: Universitas Negeri
Semarang Press.
Staffnew.Uny.Ac.Id/Upload/132048521/Pengabdian/Makalah-Ppm-Ptk-2015.Pdf.
Diakses 07 Mei 2020.
Suyadi. 2012. Buku Panduan Guru Profesional Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta : Andi.
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Trianto. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia
Dini, TK/RA, & Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Kencana.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SD Negeri 205 Palembang


Kelas / Semester : V F/2
Mata pelajaran : MATEMATIKA
Alokasi Waktu : 2 x Pertemuan (2 x 35 menit)

A. Kompetensi Inti
KI I : Menerima dan menjalankan ajaran Agama yang dianutnya.
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan
guru
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah,
sekolah.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan
logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian


Kompetensi Dasar Indikator pencapaian kompetensi
8.2. menentukan jaring-jaring 8.2.1. siswa dapat membuat macam-
balok dan kubus macam jaring-jaring kubus dan balok.
8.2.2. siswa dapat mengetahui contoh
benda-benda jaring-jaring kubus dan
balok.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat membuat macam-macam jaring-jaring kubus dan balok.
2. Siswa dapat mengetahui contoh benda-benda jaring-jaring kubus dan
balok.
D. Materi Pembelajaran
1. Jaring-jaring kubus dan balok

E. Metode Pembelajaran
1. Metode = Picture and picture
2. Teknik = Cooprative learning.

F. Media, Alat/Bahan, Sumber Pembelajaran


1. Media : Gambar jaring-jaring kubus dan balok.
2. Alat/Bahan : Spidol, Papan Tulis, Pena, Penggaris.
3. Sumber : Buku ESPS Erlangga Matematika Kelas V untuk SD/MI.

G. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


No Pendahuluan Alokasi
Waktu
1. a. Guru mengucapkan salam dan meminta salah satu 10 menit
peserta didik memimpin doa.
b. Guru menanyakan keadaan peserta didik.
c. Guru mengabsen kehadiran peserta didik.
2. Kegiatan Inti 50 menit
Mengamati
a. Guru menjelaskan jaring-jaring kubus dan balok
melalui benda konkret.

Jaring Kubus Jaring Balok


b. Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang
jaring-jaring kubus dan balok.
c. Peserta didik melihat bentuk-bentuk disekitar
macam-macam jaring-jaring kubus dan balok.
Menanya
a. Siswa melihat bagaimana jaring-jaring tersebut
dapat terbentuk menjadi kubus dan balok.
Mengeksplorasi
a. Siswa berdiskusi kepada sesama kelompok masing-
masing.
Mengasosiasi
a. Guru membagi mereka menjadi beberapa
kelompok.
b. Guru menyuruh siswa berkelompok untuk
membuat bentuk jaring-jaring balok dan kubus.
c. Guru menyuruh perwakilan kelompok untuk
menjelaskan hasil diskusi mereka yang membuat
jaring-jaring kubus dan balok.
d. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok
yang memberikan jawaban dengan baik.
Mengkomunikasikan
a. Guru menyampaikan kesimpulan terhadap materi
jaring-jaring kubus dan balok.
3. Penutup 10  menit
a. Guru mengadakan refleksi hasil pembelajaran.
1. Apa yang dimaksud jaring-jaring kubus dan
balok ?
2. Benda apa saja di kehidupan nyata yang
berbentuk kubus dan balok ?
3. Bagaimana cara membuat jaring-jaring ?
b. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil
pembelajaran tentang bentuk-bentuk dan pengertian
jaring-jaring kubus dan balok.
c. Guru mengajak siswa untuk mengakhiri
pembelajaran dan berdoa.
H. Penilaian
1. Tes Lisan
Menilai proses dan hasil belajar siswa tentang sikap terhadap jaring-
jaring kubus dan balok.
2. Portofolio
Menilai pekerjaan individu dari tugas terhadap bentuk-bentuk jaring-
jaring kubus dan balok.
3. Observasi
Menilai keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
didalam kelas atau saat mengerjakan tugas.
4. Tes Tertulis
Menilai proses dan hasil belajar siswa saat menjelaskan atau
menyampaikan dengan tertulis tentang bentuk-bentuk jaring-jaring kubus
dan balok.
Soal tes tertulis
1) Apa yang dimaksud dengan jaring-jaring kubus dan balok ?
2) Dibawah ini yang mana termasuk jaring-jaring kubus ?

3) Berikut yang mana termasuk jaring-jaring balok ?

Rubik Penilaian
Indikator pencapaian kompetensi 1 2 3 4
1.       
2.       
3.       
Catatan:
4 = Sangat baik                                   2 = Sedang/cukup
3 = Baik                                              1 = Kurang baik
Rentang Soal = Skor maksimal – skor minimal
Keterangan:
BT : Belum terlihat (apabila peserta diidk belum terlihat tanda-tanda awal perilaku
yang dinyatakan dalam indikator)
MT : Mulai terlihat (apabila peserta didik mulai memperlihatkan dalam indikator
tapi belum konsisten)
MB : Mulai berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan tanda-tanda
awal perilaku yang dinyatakan dan mulai konsisten)
MK: Membudayakan (peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang
dinyakatan dalam indikatir secara konsisten)

Mengetahui,
Kepala Sekolah SD N 205 Palembang Wali Kelas V.f

Sunaryo, S.IP Ristarina, S.Pd


NIP. 19621024 198308 1 001 NIP.

Anda mungkin juga menyukai