Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sebagai seorang profesional, guru harus mampu membuat prefessional


judgement yang didasarkan pada data sekaligus teori yang akurat. Selain itu
guru juga harus melakukan peningkatan mutu pembelajaran secara terus
menerus agar prestasi belajar peserta didik optimal. Untuk mewujudkan hal
tersebut guru dituntut memiliki kemampuan melakukan penelitian sederhana
dalam rangka meningkatkan kualitas profesional guru, khususnya kualitas
pembelajaran. Penelitian sederhana tersebut dinamakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK).
Menurut Elliot (dalam Sulipan, 2008) PTK adalah kajian tentang situasi
sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya.
Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart
(1988) yang mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri
secara kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi
sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik tertentu
maupun terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, jelaslah bahwa PTK dilakukan
dalam rangka agar seorang guru bersedia untuk mengintrospeksi, bercermin,
merefleksi, atau mengevaluasi dirinya sendiri sehingga kemampuannya
sebagai guru bisa ditingkatkan.

Untuk selanjutnya dari peningkatan kemampuan diri tersebut dapat


berpengaruh terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran;
baik dalam aspek: penalaran, keterampilan, hubungan sosial, maupun
aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi siswa. Sebab selama ini kinerja
guru dalam menjalankan proses pembelajaran kurang ---kalau tidak boleh
dikatakan tida ada yang mengontrol; dalam artian apakah aktivitas yang
dijalankan guru dalam kelas sudah benar, sesuai dengan kaidah-kaidah

1
maupun konsep teori pembelajaran yang ideal. Dengan dilaksanakannya PTK,
berarti guru juga berkedudukan sebagai peneliti, yang senantiasa bersedia
meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan
kualitas tersebut diharapkan dapat dilakukan secara sistematik, realistik,
dan rasional; dengan cara meneliti semua aksinya di depan kelas
sehingga gurulah yang tahu persis kekurangan-kekurangannya. Apabila
dalam pelaksanaan “ aksinya” masih terdapat kekurangan, guru tadi
diharapkan bersedia melakukan perubahan, perbaikan, dan atau
penyempurnaan-penyempurnaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas?
2. Bagaimanakah karakteristik penelitian tindakan kelas?
3. Apakah manfaat penelitian tindakan kelas?
4. Apa sajakah model penelitian tindakan kelas?
5. Bagaimanakah langkah-langkah Penelitian tindakan kelas?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui penelitian tindakan kelas
2. Mengetahui karakteristik penelitian tindakan kelas
3. Mengetahui manfaat penelitian tindakan kelas
4. Mengetahui model penelitian tindakan kelas
5. Mengetahui langkah-langkah penelitian tindakan kelas

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakam Kelas (PTK) merupakan salah satu bentuk penelitian


yang bersifat tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam PTK, penelitian
berfokus pada pengembangan pendidikan dalam skala mikro, atau berfokus
pada aktivitas pembelajaran di dalam kelas. Upaya PTK diharapkan dapat
menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture) di kalangan para guru.
Dalam bidang pendidikan, khususnya dalam praktik pembelajaran, penelitian
tindakan berkembang menjadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Reserach (CAR). PTK adalah penelitian tindakan yang
dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung.

Menurut Kemmis dan Taggart (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk
penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi- 3
situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang
dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang
komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana praktik tersebut
dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu
perbaikan dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian
tindakan ke dalam tiga area yaitu; (1) untuk memperbaiki praktik; (2) untuk
pengembangan profesional dalam arti meningkatkan pemahaman para praktisi
terhadap praktik yang dilaksanakannya; serta (3) untuk memperbaiki keadaan
atau situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan. Menurut Kemmis,
sebagaimana dikutip oleh Wina Sanjaya menyebutkan penelitian tindakan
adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh
peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial
mereka. Secara etimologis PTK dapat diartikan sebagai proses pengkajian

3
masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk
memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang
terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari
perlakuan tersebut.

Kurt Lewin dalam Kunandar mengatakan bahwa, “penelitian tindakan adalah


suatau rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi”.

Selanjutnya menurut Kemmis dan Mc. Taggart dalam Kunandar bahwa


“penelitian tindakan adalah suatu bentuk self –inquiry kolektif yang dilakukan
oleh para partisipan di dalam situasi untuk meningkatkanrasionalitas dan
keadilan dari praktik sosial atau pendidikan yang mereka lakukan ....”.

Suharsimi (2002) menjelaskan bahwa PTK merupakan gabungan definisi dari


tiga kata yaitu “Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”. Penelitian dapat diartikan
sebagai kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat
dalam memecahkan suatu masalah. Tindakan yaitu sesuatu gerak kegiatan
yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan
dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan. Sedangkan Kelas yaitu
sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang
sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam
sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang
melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat lain di
bawah arahan guru.

Selain pengertian di atas, penelitian tindakan kelas dapat dikatakan juga


sebagai sarana untuk penilaian proses pembelajaran, dan bahkan proses
pendidikan dalam skala makro. Hasil penelitian ini akan memberikan masukan
yang bermanfaat untuk memperbaiki praktek pembelajaran di kelas, sehingga
proses pembelajaran menuju ke arah yang lebih profesional. Penelitian
tindakan kelas dapat dilakukan oleh setiap guru untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran tanpa meninggalkan tugas utama sebagai pengajar. Penelitian

4
tindakan kelas harus dilakukan secara logis, sistematis, serta jujur dalam
laporan, sehingga akan diperoleh data yang valid sesuai dengan fakta di
lapangan. Data yang diperoleh dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan efektifitas pembelajaran.

2.2 Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Beberapa ciri berikut mungkin saling bertumpang tindih, namun agar dapat
mendapatkan kejelasan yang rinci, maka dituangkan secara menyeluruh.

a. Situasional, praktis, dan secara langsung gayut (relevan) dengan situasi


nyata dalam dunia kerja. Ia berkenaan dengan diagnosis suatu masalah
dalam konteks tertentu dan usaha untuk memecahkan masalah dunia kerja
yang bersangkutan.

b. Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah.


Action research bersifat empiris dalam hal bahwa ia mengandalkan
observasi nyata dan data perilaku, dan tidak lagi termasuk kajian panitia
yang subyektif atau pendapat orang berdasarkan pengalaman masa
lalunya.

c. Fleksibel dan adaptif, memungkinkan adanya perubahan selama masa


percobaan dan mengabaikan pengontrolan karena lebih menekankan sifat
tanggap dan pengujicobaan dan pembaharuan di tempat kejadian.

d. Partisipatori, dimana peneliti atau anggota tim peneliti sendiri ambil bagian
secara langsung atau tidak langsung dalam melaksanakan penelitiannya
bersama khalayak sasaran.

e. Self-Evaluatif, yaitu modifikasi secara kontinyu dievaluasi dalam situasi


yang ada, yang tujuan akhirnya untuk meningkatkan praktik dalam cara
tertentu bersama khalayak sasaran.

f. Dalam hal temuan tindakan memiliki validitas external yang lemah.

5
g. Penelitian dan pengambilan keputusan selalu dikelola secara desentralisasi
dan diregulasi.

h. Kooperatif dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi atas aksi antara


peneliti, praktisi dan khalayak sasaran

i. Action Research mengembangkan pemberdayaan, demokrasi, keadilan,


kebebasan, dan kesempatan partisipasif sebagai berikut: 1) Melibatkan
masyarakat 2) Mengajarkan keadilan 3) Memberikan kebebasan 4)
Mengembangkan potensi manusia

j. Menerapkan teori dalam skala kecil (terbatas)

k. Mengutamakan pendekatan tindakan.

l. Mengembangkan suatu model, baik sebagian menyeluruh.

2.3 Tujuan dan Manafaat Penelitian Tindakan Kelas

Dalam pelaksanaannya, PTK diawali dengan kesadaran akan adanya


permasalahan yang dirasakan mengganggu, yang dianggap menghalangi
pencapaian tujuan pendidikan sehingga ditengarai telah berdampak kurang
baik terhadap proses dan atau hasil belajar pserta didik, dan atau implementasi
sesuatu program sekolah. Bertolak dari kesadaran mengenai adanya
permasalahan tersebut, yang besar kemungkian masih tergambarkan secara
kabur, guru kemudian menetapkan fokus permasalahan secara lebih tajam
kalau perlu dengan mengumpulkan tambahan data lapangan secara lebih
sistematis dan atau melakukan kajian pustaka yang relevan.

Kunandar (2008), dalam bukunya “Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas


Sebagai Pengembangan Profesi Guru” , menyatakan bahwa tujuan dari PTK
adalah sebagai berikut:

1. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang


dipahami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang

6
belajar, meningkatkan profesinalisme guru, dan menumbuhkan budaya
akademik dikalangan guru.

2. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran dikelas secara terus-menerus


mengingat masyarakat berkembang secara cepat.

3. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini mulai dicapai melalui


peningkatan proses pembelajaran.

4. Sebagai alat training in service, yang memperlengkapi guru dengan skill


dan metode baru,mempertajamkekuatan analitisnya dan mempertinggi
kesadaran dirinya

5. Sebagai alat untuk lebih inovatif terhadap pembelajaran.

6. Peningkatan mutu hasilpendidikan melalui perbaikan praktik


pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis
keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

7. Meningkatkan sifat profesional pendidik dan tenaga kependidikan.

8. Menubuh kembangkan budaya akademik dilingkungan akademik.

9. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan dan perbaikan


prosespembelajaran disamping untuk meningkatkan relevansi dan mutu
hasil pendidikan juga untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-
sumber daya yang terintegrasi di dalamnya (Kunandar 2008:63).

Seperti penelitian pada umumnya, ada sejumlah tujuan yang ingin di capai dari
pelaksanaan PTK. Menurut Grundy dan Kemmis, tujuan penelitian tindakan
meliputi tiga hal, yakni peningkatan praktik, peningkatan pengembangan
profesional, dan peningkatan situasi tempat praktek berlangsung.

Suyanto (1997). Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah meningkatkan


dan/atau memperbaiki praktik pembelajaran di sekolah, meningkatkan relevansi
pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan, dan efisiensi pengelolaan

7
pendidikan. Selain itu, Suyanto (1999) Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dapat digolongkan atas dua jenis, yaitu :

a. Tujuan utama pertama, melakukan perbaikan dan peningkatan layanan


profesional Guru dalam menangani proses pembelajaran. Tujuan tersebut
dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis kondisi,
kemudian mencoba secara sistematis berbagai model pembelajaran alternatif
yang diyakini secara teoretis dan praktis dapat memecahkan masalah
pembelajaran. Dengan kata lain, guru melakukan perencanaan, melaksanakan
tindakan, melakukan evaluasi, dan refleksi.

b. Tujuan utama kedua, melakukan pengembangan keteranpilan Guru yang


bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai persoalan aktual yang
dihadapinya terkait dengan pembelajaran. Tujuan ini dilandasi oleh tiga hal
penting, (1) kebutuhan pelaksanaan tumbuh dari Guru sendiri, bukan karena
ditugaskan oleh kepala sekolah, (2) proses latihan terjadi secara hand-on dan
mind-on, tidak dalam situasi artifisial, (3) produknyas adalah sebuah nilai,
karena keilmiahan segi pelaksanaan akan didukung oleh lingkungan.

c. Tujuan sertaan, menumbuh kembangkan budaya meneliti di kalangan Guru.

Daryant (2011 : 13-14). Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas(PTK) harus


sesuai dan konsisten dengan permasalahan yang akan diteliti. Perumusan
tujuannya haruslah dilakukan dengan jelas, baik dan terencana. Harus jelas
untuk apa dan siapa penelitian ini ditujukan. Tujuan dari PTK disini berbeda
dengan tujuan formal yang artinya, tujuan dari PTK ini bukan dari apa yang
tampak untuk diteliti melainkan proses dan hasil yang ingin kita capai dalam
penelitian tersebut, Misalnya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
akan diterapkan strategi proses belajar mengajar yang baru salah satunya
dengan meningkatkan pemanfaatan lingkungan sebagai medianya. Dalam hal
ini pengembangan PBM tersebut bukanlah rumusan dari tujuan PTK tetapi
hasil yang akan dicapai yaitu meningkatnya hasil belajar peserta didik lah yang
merupakan tujuan dari penelitian tindakan kelas itu sendiri.

8
Arikunto, dkk . Tujuan utama Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah untuk
perbaikan dan peningkatan layanan profesional pendidik dalam menangani proses
belajar di dalam kelas. Tujuan itu dapat dicapai dengan melaukakan tindakan
alternatif dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Fokus penelitian ini
terdapat pada tindakan yang direncanakan oleh guru, yang selanjutnya akan
diterapkan pada peserta didik, kemudian dievaluasi apakah berhasil atau tidak.

Jadi dengan kata lain tujuan khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai
persoalan nyata guna memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses
pembelajaran di kelas. Hasil yang diharapkan melalui PTK adalah peningkatan
atau perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran, diantaranya peningkatan
kinerja siswa, perbaikan mutu proses pembelajaran, peningkatan kualitas
penggunaan media dan alat bantu belajar, perbaikan kualitas prosedur dan alat
evaluasi, perbaikan masalah-masalah pendidikan di sekolah, dan peningkatan
kualitas dalam penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa.

Dengan memperhatikan tujuan yang dapai dapat dicapai melalui PTK, terdapat
sejumlah manfaat PTK antara lain sebagai berikut:

1. Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan bagi


para pendidik (guru) untuk meningkatkan kulitas pembelajaran. Selain itu
hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat dijadikan sebagai bahan artikel ilmiah
atau makalah untuk berbagai kepentingan antara lain disajikan dalam forum
ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah.

2. Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan


menulis artikel ilmiah di kalangan pendidik. Hal ini ikut mendukung
professionalisme dan karir pendidik.

3. Mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antar pendidik dalam satu
sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah
dalam pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.

9
4. Meningkatkan kemampuan pendidik dalam upaya menjabarkan kurikulum atau
program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan
kelas. Hal ini turut memperkuat relevansi pembelajaran bagi kebutuhan peserta
didik.

5. Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan,


kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di
kelas. Di samping itu, hasil belajar siswa pun dapat meningkat.

6. Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang,


nyaman, menyenangkan, serta melibatkan siswa karena strategi, metode,
teknik, dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian
bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.

Peran Guru dan Tuntutan Proesionalisme

Guru merupakan pihak yang paling sering dituding sebagai orang yang paling
bertanggung jawab terhadap kualitas pendidikan. Tudingan seperti ini tidak
sepenuhnya benar karena masih banyak sekali komponen pendidikan yang
berpengaruh terhadap kualitas pendidikan. Namun demikian, guru merupakan
komponen yang paling strategis dalam proses pendidikan. Oleh karena itu,
banyak pihak menaruh harapn besar terhadap guru dalam meningkatkan
kualitas pendidikan.

Guru profesional, menurut Lawrence Stenhouse dalam kutipan Nurkamto


(1990) adalah guru yang memiliki kemandirian dalam melaksanakan tugas
profesinya . Konsekuensi logis dari kemandirian itu adalah bahwa guru yang
profesional akan senantiasa melakukan refleksi atas apa yang dilakukannya
dan mengambil refleksi itu.

Kondisi seperti itulah yang membebaskan guru, atau emansipator, dan


kekakuan melaksanakan pembelajaran yang menurut pengetahuan dan
pengalamannya sebaiknya harus bagaimana dikerjakannya ( Hokins, 1993 ).
Selama ini guru harus melakukan sesuatu sesuai dengan petunjuk dari atas

10
setiap kali mengajar. Apabila hasil PTK menunjukkan arah yang sebaliknya
maka kebeneran yang berasal dari akar rumput ini harus diperhatikan.
Semangat inilah yang akan menumbuhkan kesadaran guru akan pentingnya
kemandirian, karena guru sebagai pengembang kurikulum di kelas, dibenarkan
kemandiriannya dan keberanian mengambil prakarsa.

Penelitian tindakan kelas cukup potensial untuk membantu memecahkan


masalah guru dalam menjalankan profesinya sekaligus meningkatkan
kinerjanya. Akan tetapi, dalam melaksanakan tindakan penelitian tindakan
kelas, masih banyak kendala yang dihadapi oleh guru.

Menurut Proyono ( 1999 ), kendala-kendala itu adalah :

1) Masih lemahnya pemahaman guru tentang konsep penelitian tindakan


kelas.
2) Belum diyakininya penelitian tindakan kelas sebagai strategi
pengembangan proesi guru.
3) Belum membudayanya reflektif Thingking di kalangan guru.

Kapan Penelitian Tundakan Kelas Diperlukan ?

Apabila anda sedang sibuk menyajikan bahan pembelajaran kepada peserta


didik, kemudian anda merasakan ada sesuatu yang kurang, atau tidak beres,
sesuatu yang tidak seharusnya, atau sesuatu yang mengganjal pada proses
belajar mengajar tersebut, maka kemungkinan anda sedang menghadapi
persoalan. Ada kemungkinan peserta didik tidak merespon sesuai dengan yang
anda harapkan, atau kelas kurang kondusi untuk pembelajaran yang anda
tampilkan, atau siswa kurang memahami apa yang anda kemukakan, atau sebab
lain. Inilah suatu pertanda bahwa anda kemungkinan menghadapi persoalan
dalam pembelajaran, dan sebaiknya anda memberikan perhatian dalam hal itu.
Cobalah anda diskusikan dnegan sejawat, kemungkinan anda sudah
menemukan sesuatu yang sudah dapat dijadikan permasalahan penelitian,

11
Hopkins menolong dengan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan berikut
untuk mencari okus permasalahan anda :

a. Apa yang sekarang sedang terjadi ?

b. Apakah yang sedang berlangsung itu mengandung masalah ?

c. Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasinya ?

d. Saya ingin memperbaiki......

Apabila dengan menjawab pertanyaan tersebut membantu anda dalam mencari


fokus permasalahn, maka ada beberapa hal yang juga perlu anda perhatikan,
misalnya :

Jangan mengambil permasalahan yang tidak mungkin anda sendiri dapat


menyelsesaikannya, contohnya mengubah kriteria penggolongan apakah ke
IPA atau IPS. Di perguruan tinggi maslaah seperti pemindahan mahasiswa
dari satu jurusan ke jurusan lain akibat kegagalan akademis, merupakan
masalah kompleks yang memerlukan kerjasama antar jurusan dan antar
masalah kompleks yang memerlukan kerjasama antar jurusan dan antar

akultas. Karenanya, pilihlah masalah yang sekalanya lebih kecil, yang dapat
dicari solusinya dalam waktu tersedia untuk penelitian.

2.4 Model Penelitian Tindakan Kelas

Untuk penelitian tindakan kelas, model yang dipilih sama dengan model
penelitian tindakan. Akan tetapi, permasalahan penelitian tindakan kelas ini
diokuskan pada strategi guru untuk memperbaiki layanan kependidikan yang
harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran dikelas. Dengan demikian,
pada model penelitian tindakan kelas terdapat penegasan pada fokus
permasalahannya. Berikut ini adalah beberapa model penelitian tindakan
kelas.

12
a. Model elliot dengan Modiikasi ( Hopkins, 1993: 49 )

Menurut John Elliot, yang dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang
situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di
dalamnya (Elliot, 1982). Model PTK dari John Elliot ini lebih rinci jika
dibandingkan dengan model Kurt Lewin dan model Kemmis-Mc Taggart.
Dikatakan demikian, karena di dalam setiap siklus terdiri dari beberapa
aksi, yaitu antara tiga sampai lima aksi (tindakan). Sementara itu, setiap
tindakan kemungkinan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi dalam
bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada
PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi
antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar.

Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau


tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran
terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam
kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan
dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam
beberapa hal tersebut itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun
model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model
sebelumnya.

Ada hal penting yang perlu diperhatikan dalam memahami langkah-langkah


yang dikembangkan oleh Ebbut, Elliot, dan Kemmi. Bila guru akan
menerapkan atau mengadopsi untuk penelitian tindakan kelas dalam praktik
di kelasnya, guru harus memahami betul apa yang dimaksud oleh masing-
masing penulis. Di samping itu, guru atau peneliti harus mengetahui
bagaimana penggunaan data dan keterbatasan skema-skema tersebut bila
dipraktikkan dalam penelitian tindakan.

Beberapa keterbatasan langkah-langkah di dalam model penelitian tindak


kelas ini antara lain :

a.Skema – skema kelihatannya rapuh dan membingungkan ‘

13
b. Skema-skema tersebut tidak dapat disesuaikan dengan hal-hal yang baru
yang menjadi pokus utamanya.

b. Model Penelitian Tindakan Kelas Ebbut

Dalam perkembangannya, Dave Ebbut kurang begitu sependapat dengan


interpretasi Elliot tentang karya Kemmis. Perasaan kurang setuju Ebbut (1983)
disebabkan Kemmis menyamakan penelitiannya dengan hanya temuan pakta,
Adapun kenyataannya, Kemmis dengan jelas menunjukkan bahwa penelitian
terdiri atas diskusi, negosiasi, menyelidiki, dan menelaah kendala-kendala yang
ada, Jadi, sudahb jelas ada elemn-elemen analisisnya dalam model Kemmis.

Lebih lanjut, Ebbot berpendapat bahwa langkah-langkah yang dikembangkan


oleh Kemmis ( Spiral Kemmis ) bukanlah yang paling baik untuk
mendeskripsikan adanya tindakan proses reflekasi. Memang, pada
kenyataannya, Ebbut sangat memperhatikan alur logika penelitian tindakan
dan beliau juga berusaha memperlihatkan adanya perbedaan antara teori,
sistem, dan membuat sistem-sistem tersebut ke dalam bentuk operasional.

Perlu diketahui bahwa sebenarnya model-model ini lebih memberikan


gambaran garis besar proses dari suatu teknologi, urutan langkah-langkah
memang diperlihatkan, tetapi hanya sedikit yang menyinggung soal “ apa “
dan “ bagaimana “ antara langkah-langkah ini. Tudak mengherankan apabila
model-model ini bisa aja membingungkan para praktis. Bahkan Ebbut
mengakui gambar Elliot cendrung sulit dimengeti.

2.5 Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas

Pelaksanaan tindakan dalam PTK terdiri dari beberapa siklus, bahwa dalam
satu siklus terdiri empat langkah, yaitu perencanaan, aksi atau tindakan,
observasi dan refleksi. Layaknya sebuah penelian, PTK juga memiliki prosedur
atau desain atau aturan yang perlu diperhatikan. Prosedur tersebut berguna bagi
para guru yang akan melaksanakan PTK. Menurut Arikunto menjelaskan

14
bahwa satu siklus PTK terdiri dari empat langkah yaitu: (1) Perencanaan, (2)
Pelaksanaan, (3) Pengamatan dan (4) Refleksi.

Sedangkan menurut Supardi (Hani, 2012. Hlm. 44) “Dalam Penelitian


Tindakan Kelas dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang
berurutan”. Informasi dari siklus yang terdahulu sangat menentukan bentuk
siklus berikutnya. Maka dari itu siklus yang kedua dan ketiga tidak dapat
dirancang sebelum siklus pertama terjadi. Hasil refleksi garus digunakan
sebagai bahan masukan untuk perencanaan siklus berikutnya.

Kemmis dan Mc Taggart, (1992) menyatakan prosedur PTK dilaksanakan


dengan 4 kegiatan utama atau tahapan yaitu Plan (perencanaan). Action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Alur
pelaksanaan PTK seperti berikut: Secara ringkas tahapan kegiatan di atas dapa
dijelaskan sebagai berikut:

1. Planning (Rencana) Rencana merupakan kegiatan pokok pada tahap awal


yang harus dilakukan guru sebelum melakukan PTK. Dengan perencanaan
yang baik guru pelaksana PTK akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitan
dan mendorong guru untuk bertindak dengan lebih efektif. Sebagai bagian
dari perencanaan, guru sebagai peneliti harus berkolaborasi (bekerja sama)
dan berdiskusi dengan teman sejawat untuk membangun kriteria dan
kesamaan bahasa dan persepsi dalam merancang tindakan perbaikan.
Tahapan yang dilaksaksanakan pada tahap perencanaan meliputi Identifikasi
masalah, analisis masalah, perumusan masalah, dan formulasi tindakan
dalam bentuk hipotesis tindakan.

a. . Identifikasi Masalah

b. Analisis Masalah

Setelah memperoleh permasalahan-permasalahan melalui proses


identifikasi tersebut, maka guru peneliti selanjutnya melakukan analisis
terhadap masalah-masalah tersebut untuk menentukan urgensi

15
penyelesaiannya. Beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan bagi
guru dalam menganalisis permasalahan adalah sebagai berikut: Pilih
permasalahan yang dirasa penting oleh guru sendiri dan siswanya, atau
topik yang melibatkan guru dalam serangkaian aktivitas yang memang
diprogramkan oleh sekolah; Jangan memilih masalah yang berada di luar
kemampuan dan/atau kekuasaan guru untuk mengatasinya; Pilih dan
tetapkan permasalahan yang skalanya cukup kecil dan terbatas; Usahakan
untuk bekerja sama dalam pengembangan fokus penelitian; dan Kaitkan
PTK yang akan dilaksanakan dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan
dalam rencana pengembangan sekolah.

c. Perumusan Masalah

Setelah mengidentifikasi dan menganalisisnya, maka guru selanjutnya


perlu merumuskan permasalahan secara lebih jelas, spesifik, dan
operasional. Perumusan masalah yang jelas akan membuka peluang bagi
guru untuk menetapkan tindakan perbaikan ( anya ative solusi) yang perlu
dilakukannya, jenis data yang perlu dikumpulkan termasuk prosedur
pengumpulan data serta cara menginterpretasikannya. Disamping itu,
penetapan tindakan perbaikan yang akan dicobakan itu juga memberikan
arahan kepada guru untuk melakukan berbagai persiapan. Termasuk yang
berbentuk latihan guna meningkatkan keterampilan untuk melakukan
tindakan perbaikan yang dimaksud.

d. Persiapan Pelaksanaan Tindakan

Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti perlu melakukan berbagai


persiapan sehingga komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan
baik.

2. Action (Pelaksanaan Tindakan)

Jika semua perencanaan tindakan telah disiapkan, maka langkah selanjutnya


adalah melaksanakan tindakan perbaikan yang telah direncanakan dalam situasi

16
yang ocus . Kegiatan pelaksanakan tindakan dilaksanakan sesuai jadwal yang
ditetapkan dan pada saat yang bersamaan kegiatan pelaksanaan tindakan ini juga
diikuti dengan kegiatan observasi

3. Observation (Pengamatan)

Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-


pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini
merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan
harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan,
hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek
tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang muncul.

Mulai memahami dan melatih keterampilan mengobservasi kelas. Observasi


adalah penafsiran dari teori, seperti yang dikemukaan oleh Karl Popper
(Hopkins, 1993:77). Kesalahan umum yang dapat menyebabkan kesalahan
penafsiran yaitu dengan cenderung melakukan penilaian, atau menafsirkan,
atau memeberikan vonis terlalu cepat.hal yang perlu diperhatikan saat
pengamatan :

1. Memperhatikan fokus penelitian, apabila yang diobservasi adalah kegiatan


khusus, maka observasi difokuskan kepada kegiatan tertentu, sesuai yang
didiskusikan sebelumnya. Apabila fokus observasi bersifat umum dan
luas, ada kemungkinan komentar yang diberikan bersifat subjektif.
2. Menentukan criteria yang diobservasi dalam diskusi di anatara para
peneliti, secara cermat ukuran-ukuran baik, sedang, lemah, efesien, tidak
efesien, dan pertimbangan lainnya dibicarakan terlebih dahulu, kemudian
disetujui. Beberapa bentuk observasi yang dapat dilakukan antara lain :
a. Observasi terbuka
b. Observasi terfokus
c. Observasi terstruktur
d. Observasi sistematik.

17
4. Melakukan Wawancara
Pengumpulan data untuk PTK, kecuali melalui observasi juga dengan
melakukan wawancara. Orang-orang yang diwawancarai termasuk sisa,
guru lain, kepala sekolah, pegawai tata usaha, atau orang tua siswa.
Dalam diskusi guru mendengarkan atau membaca laporan wawancara
dengan sikap terbuka atau tidak berpihak. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar wawancara berjalan efektif, yaitu sebagai berikut :
1. Bersikap sebagai pewwancara yang baik dan simpatik, perhatian dan
pendengar yang baik, tidak berperan terlalu aktif, dan menunjukkan sikap
yang menghargai siswa.
2. Bersikap netral dalam relevansinya dengan pelajaran.
3. Yakinlah pendapat siswa penting dan yakin bahwa jawaban siswa bukan
hasil tes atau ujian
4. Perhatikan bahasa yang digunakan, selalu ingat fokus wawancara, dan
ulangi pertanyaan apabila siswa menjawab terlalu umum atau kabur.

Wawancara ada yang terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur


dilakukan apabila sudah mempersiapkan bahan wawancara, tidak terstruktur
apabila prakarsa untuk memilih topic bahasan wawancara dilakukan oleh
siswa atau orang yang diwawancarai.

5. Dokumen Sebagai Sumber Data


Data Penelitian yang bersumber pada dokumen antara lain :
1) Silabus dan rencana pembelajaran
2) Laporan diskusi-diskusi tentang kurikulum
3) Macam-macam tes dan ujian
4) Laporan rapat
5) Lap oran tugas siswa
6) Bagian-bagian buku teks yang dipakai dalam pembelajaran
7) Contoh esai yang ditulis siswa, gambar, dll (Elliot,1991:78)

18
6. Rekaman Foto, Slides, Tape,, dan Video
Alat-alat elektronik dapat dipakai untuk menggambarkan suasana kelas,
atau untuk ilustrasi episode tertentu pada waktu pembelaajaran
berlangsung namun jangan sampai alat eletronik mengganggu siswa dan
guru yang sedang terlibat dalam pembelajaran. Alat pengabil foto, slides,
dan kamera video sebaiknya dipegang oleh mitra peneliti dan bukan
penyaji bahan pembelajaran atau pengamat.

7. Analisis Data
Dalam PTK analisis data sudah dilakukan peneliti sejak awal, pada setiap
aspek penelitian. Peneliti langsung menganalisis segala yang dilihat dan
diamatinya, situasi dan Susana kelas, cara guru mengajar, bagaimana guru
mengelola siswa dan kelasnya, hubungan guru dengan siswa, pertanyaan
guru dan jawaban siswa, dsb.

Cara lain yang dipakai peneliti untuk menganalisis data ynag terkumpul
dalam catatan lapangan, dapat dilihat yang paling dibutuhkan atau sesuai
dengan tema penelitian. Backer (Hopkins, 1993) mengemukakan ada tiga
langkah analisis yang perlu dilakukan di lapangan, dan analisis ke empat
dilakukan setelah kegiatan lapangan selesai. Langkah satu sampai tiga
dilakukan secara bertahap, secara sekuensial dan logis. Tahapan kedua
akan sangat ditentukan oleh tahapan pertama. Selanjutnya berbagai
kesimpulan diambil dan dipakai ditahapan berikutnya. Langkah ketiga
meliputi beberapa criteria yang dipakai untuk analisis di lapangan, anatara
lain pemilihan dan definisi permasalahan dan konsep, perhitungan
frekuensi dan distribusi kejadian atau fenomena, dan dimasukannya
temuan-temuan individual ke dalam analisis yang sedang dilakukan.
Analisis ke empat setelah kegiatan lapangan adalah bagaimana evidensi
dan bukti dalam penelitian ini dipresentasikan (Hopkins, 1993:148-149).

19
8. Validasi
Untuk menguji kebenaran penelitian PTK, langkah-langkah berikut dapat
diambil:
1) Melakukan member check yaitu memeriksa kembali keterangan
atau informasi dat yang diperoleh selama observasi atau
wawancara.
2) Melakukan triangulasi yaitu memeriksa kebenaran hipotesis,
konstruk, atau analisis dengan membandingkannya dengan ornag
lain. Menurut Elliot triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut
pandang yaitu guru, siswa, dan observer.
3) Melakukan validasi dengan saturasi yaitu saat waktu sudah jenuh,
atau tidak ada lagi data lain yang perlu dikumpulkan. Pemeriksaan
atau tes yang berulang kali untuk memvalidasi hipotesis atau
kategori yang kasar dengan upaya modifikasi, memperhalus, atau
dengan amplikasi dapat dilakukan atau dapat dicoba dengan
falsifiksi (uji Popper)
4) Menggunakan audit trail untuk memvalidasi penelitian
5) Mencari expert opinionatau nasihat pakar.

9. Menafsirkan dan Interpretasi Data


Langkah-langkah yang perlu diambil untuk menafsirkan data yang telah
terkumpul menurut Zuber Skerrit (1992) ada lima langkah yaitu :
1.Diskusi-diskusi yang berlangsung sesduah siklus-siklus tindakan
dilakukan selama penelitian sduah mengandung penafsiran data.
2.Unsure falfikasi terdapat dalam kepedulian yang diungkapkan dalam
forum terntang perkembangan actual dibidang profesi yang terjadi
3.Implikasi atau dampak ataupun pengaruh dari penelitian terhadap
kemajuan belajar siswa didiskusikan
4.Kesadaran akan perubahan dan permasalahan yang ditimbulkannya
dibahas dalam dikusi sesuai dengan spektif masing-masing peneliti
5.Keterbatasan penelitian yang dilakukan dibahas dalam diskusi, dan
penelitian-penelitian lanjutan ynag perlu dilakukan untuk mengejar

20
solusi permasalahan yang belum digarap dalam penelitian
direkomendasikan.

21
BAB III
SIMPULAN

Langkah-langkah dalam PTK merupakan satu daur atau siklus yang terdiri
dari: 1.merencanakan perbaikan, 2.melaksanakan tindakan, 3.mengamati, dan
4.melakukan refleksi. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang
sangat besar untuk meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan
dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik di sini berarti pihak
yang terlibat (guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan
dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dan
pembelajaran melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat
memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat
mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
Diimplementasikan dengan benar berarti sesuai dengan kaidah-kaidah
penelitian tindakan.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://lpmpjogja.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2015/02/Penelitian-
Tindakan-Kelas-PTK-legiman.pdf
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/dr-dwi-rahdiyanta-mpd/23-
penelitian-tindakan-kelas-pengertian-prinsip-karakteristik.pdf
https://makalahnih.blogspot.com/2017/03/makalah-penelitian-tindakan-kelas.html
Sanjaya, Wina.2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada. Syamsudin dan Vismaia S. Damaianti. 2015. Metode Penelitian Bahasa.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset

23

Anda mungkin juga menyukai