Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH EKONOMI MAJERIAL

TEORI PERILAKU KONSUMEN

Disusun Oleh :

Mutia Nurhaliza (1702121589)

JURUSAN ILMU EKONOMI


PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2020

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Teori Perilaku
Konsumen”. Pada makalah ini penulis mengambil dari berbagai sumber dan referensi oleh
sebab itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari sempurna untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi
penyusun dan bagi pembaca umumnya.

Pekanbaru, April 2020

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Ilmu ekonomi mikro (sering juga ditulis mikroekonomi) adalah cabang dari ilmu
ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan harga-harga
pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro
meneliti bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut memengaruhi penawaran dan
permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga, pada
gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya. Di dalam
pembahasan ilmu ekonomi mikro terdapat materi mengenai Teori Perilaku Konsumen.

Sebagai pelaku ekonomi, konsumen akan membuat keputusan melalui pertimbangan


tertentu saat membeli barang untuk dikonsumsi. Salah satu pertimbangan utama adalah
besarnya penghasilan (income) yang diterima. Semakin tinggi harga suatu barang, semakin
sedikit permintaan pada suatu barang itu. Sebaliknya, semakin rendah harga barang tersebut,
semakin banyak permintaan pada suatu barang itu.

Dalam pembahasan ini akan menerangkan alasan para pembeli/konsumen untuk


membeli lebih banyak barang pada harga yang lebih rendah dan mengurangi pembeliannya
pada harga yang lebih tinggi, dan bagaimana seorang konsumen menentukan jumlah dan
komposisi dari barang yang akan dibeli dari pendapatan yang diperolehnya dan mencapai
kepuasan maksimum. Analisis seperti itu dinamakan teori perilaku konsumen.

Teori perilaku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan:


pendekatan nilai guna (utiliti) kardinal dan pendekatan nilai guna ordinal. Perilaku
konsumen untuk memilih barang-barang yang akan memaksimumkan kepuasannya
ditunjukkan dengan bantuan kurva kepuasaan sama (indifference curve) yaitu kurva yang
menggambarkan gabungan barang yang akan memberikan nilai guna (kepuasaan) yang sama.
Analisis kurva kepuasan sama meliputi penggambaran dua macam kurva yaitu kurva
kepuasan sama dan garis anggaran belanja konsumen.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Teori Perilaku Konsumen?


2. Apa saja pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam teori perilaku konsumen?

3
3. Bagaimana menentukan tingkat kepuasan konsumen yang maksimum dengan kurva
indiferen dan budget line (keseimbangan konsumen)?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu teori perilaku konsumen
2. Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan dalam teori perilaku konsumen
3. Untuk mengetahui keseimbangan konsumen sehingga konsumen mencapai tingkat
kepuasan maksimum.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan
pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa
demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang
mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual
rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah,
sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan
keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang. (Wikipedia: 2016)

Teori perilaku konsumen (Consumer behaviour) adalah teori yang mempelajari pola
perilaku konsumen dalam memilih barang-barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya.
Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat
membeli barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu. Teori ini dikembangkan
dalam dua bentuk, yaitu: teori nilai guna (utiliti) dan analisis kepuasan sama.
Teori perilaku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan, yakni;
pendekatan nilai guna (utiliti) kardinal dan pendekatan nilai guna ordinal
Perilaku seorang konsumen untuk memilih barang-barang yang akan
memaksimumkan kepuasannya ditunjukkan dengan bantuan Kurva kepuasan sama yaitu
kurva yang menggambarkan gabungan barang yang akan memberikan nilai guna
(kepuasan) yang sama.

2.2 Pendekatan dalam Teori Perilaku Konsumen


1. Pendekatan utiliti (nilai guna) kardinal atau Marginal Utility
Bertitik tolak pada anggapan bahwa kepuasaan (utility) setiap konsumen dapat
diukur dengan uang atau dengan satuan lain (utility yang bersifat kardinal) seperti kita
mengukur volume air, panjang jalan, atau berat sekarung beras.
Dalam membahas mengenai nilai guna perlu dibedakan di antara dua pengertian
yaitu nilai guna total dan nilai guna marjinal. Nilai guna total dapat diartikan
sebagai jumlah seluruh kepuasaan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah
barang tertentu, sedangkan nilai guna marjinal berarti penambahan (atau
pengurangan) kepuasan sebagai akibat dan pertambahan (atau pengurangan)
penggunaan satu unit barang tertentu. Nilai guna marjinal (Marginal Utility) ini

5
diturunkan dari Total Utility, di mana Total Utility menunjukkan jumlah kepuasan
yang diperoleh dari mengkonsumsi berbagai jumlah barang.
TU = f (X1, X2, ...., Xn)
 Apabila hanya ada satu barang yang dikonsumsi maka: TU = f (X)

Berdasarkan fungsi Total Utility di atas dapat diturunkan marginal utilitysebagai


berikut: MU = dTU / dX
Gambaran sederhananya sebagai berikut: karena konsumen A menyukai sate
padang, maka ia akan mendapatkan kepuasaan setelah mengkonsumsi satu porsi sate
padang. Setelah itu ia mengkonsumsi lagi hingga habis tiga porsi sate padang. Disini
marginal utility menunjukkan tambahan (atau pengurangan) kepuasan yang diterima
konsumen A setelah menikmati sate padang porsi pertama, kedua, dan ketiga.

Pada pendekatan Kardinal terdapat beberapa asumsi yang dapat digunakan untuk
menunjukan bahwa tingka konsumennya, yaitu :

 Konsumen bersifat rasional konsumen bertujuan memaksimalkan kepuasannya


dengan batasan pendapatannya.
 Tujuan konsumen adalah memaksimumkan utilitas
 Berlaku hukum Gossen (The Law Of Diminishing Marginal Utility) yaitu :
semakin banyak sesuatu barang dikonsumsikan, maka tambahan kepuasan
(marginal utility) yang diperoleh dari setiap tambahan yang dikonsumsikan
akan menurun.
 Konsumen memililki sejumlah pendapatan tertentu.
 Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai
dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika
konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau
membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen rendah
maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah.

Hukum Gossen I
Hukum ini menyatakan:

”Jika pemenuhan kebutuhan akan satu jenis barang dilakukan secara terus-menerus,
utilitas yang dinikmati konsumen akan semakin tinggi, tetapi setiap tambahan
konsumsi satu unit barang akan memberikan tambahan utilitas yang semakin kecil.”

6
Contoh:
Utilitas dari memakan mangga dapat dinyatakan dalam angka. Misalnya, pada saat
Anda pertama kali makan, tingkat utilitas Anda baru mencapai nilai 30 util. Demikian
juga, pada saat Anda memakan mangga ketiga nilai tingkat utilitas Anda naik lagi
menjadi 65 util. Selanjutnya, secara berturut-turut untuk mangga keempat nilai tingkat
utilitasnya menjadi 75 util, untuk mangga kelima nilai tingkat utilitasnya menjadi 83
dan seterusnya. Apabila situasi tersebut digambarkan dalam tabel akan tampak
sebagai berikut:

Jika data dari di atas dibuat kurva akan tampak sebagai berikut:

Hukum Gossen II

Hukum ini menyatakan:

7
“Jika konsumen melakukan pemenuhan kebutuhan akan berbagai jenis barang dengan
tingkat pendapatan dan harga barang tertentu, konsumen tersebut akan mencapai
tingkat optimisasi konsumsinya pada saat rasio marginal utility (MU) berbanding
harga sama untuk semua barang yang dikonsumsinya.”
Adapun untuk barang yang memiliki harga berbeda berlaku rumus sebagai berikut:

MUx MUy MUz


= =. .. .=
Px Py Pz
Keterangan:
MUX = marginal utility barang X
MUY = marginal utility barang Y
MUZ = marginal utility barang Z
PX = price (harga) barang X
PY = price (harga) barang Y
PZ = price (harga) barang Z
Sebagai contoh:
Barang yang dikonsumsi Fatimah memiliki harga yang berbeda-beda, yaitu barang X
harga per unit Rp 500,00, barang Y harga per unit Rp 5.000,00, dan harga barang Z
harga per unit Rp 10.000,00. Utilitas maksimum akan dicapai oleh Fatimah jika setiap
unit barang memberikan utilitas marjinal yang sama untuk setiap rupiah yang
dibelanjakan. Kondisi tersebut tercapai pada saat nilai MU barang X adalah 5, nilai MU
barang Y adalah 50, dan nilai MU barang Z adalah 100.
Penyelesaian:

MUx MUy MUz


= = =
Px Py Pz
5 50 100
= = =
500 5 . 000 10 .000

= 0,1=0,1=0,1

Contoh :

8
1. Diketahui fungsi nilai guna total suatu produk yang dikonsumsi seseorang adalah
TU=1000 x−5 x 2
a) Berapa unit X harus dikonsumsi agar tercapai kepuasan maksimum?
b) Jika harga X per unit Rp. 100, berapa unit X harus dikonsumsi agar tercapai
kepuasan maksimum?
Jawab :

a) DIK : TU =1000 x−5 x 2

syarat kepuasan maksimum adalah MU x = 0


1000 – 10X = 0
X = 1000/10 = 100
Jadi harus konsumsi sebanyak 100 unit X , dengan total utility sebesar :

TU=1000 (100)−5(100)2
TU = 50.000
b) Jika ada harga, maka syarat kepuasan maks
MU x =P x

1000-10X = 100
900 = 10X
X = 90
Jadi, kepuasan maksimum pada X=90 dengan P=100

TU=1000 (90)−5( 90)2


TU = 49.500

2. Pendekatan Utility Ordinal atau kurva kepuasan sama (indifference curve)


Bertitik tolak pada anggapan bahwa tingkat kepuasan konsumen dapat dikatakan
lebih tinggi atau lebih rendah tanpa mengatakan berapa lebih tinggi atau lebih rendah
(utiliti yang bersifat ordinal). Pendekatan marginal utility, dinilai mempunyai
kelemahan, karena menganggap nilai utiliti/kepuasan dapat diukur dengan angka-
angka. Kepuasan adalah sesuatu yang tidak mudah diukur sehingga tidak mungkin
diukur dengan angka. Untuk menghindari kelemahan itu Sir John R. Hicks
mengembangkan pendekatan baru, yang dikenal dengan pendekatan kurva kepuasan
sama (Indifference Curve).

9
Pendekatan indifference curve menekankan pada perbandingan kepuasan yang
diperoleh konsumen terhadap berbagai pilihan konsumsi, tanpa perlu mengetahui
seberapa besar kepuasan itu sendiri.
Dalam teori utilitas ordinal digunakan pendekatan kurva utilitas sama
(indifference curve) dan garis anggaran (budget line). Dalam teori perilaku
konsumen dengan pendekatan ordinal asumsi dasar seorang konsumen menurut
Koutsoyiannis (1985:17) teori indifference-curves adalah :
 Rasionalitas. Konsumen diasumsikan rasional: ia berusaha memaksimumkan
utilitinya, berdasarkan pendapatannya dan harga pasar tertentu. Ia juga
diasumsikan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang semua informasi yang
relevan.
 Utiliti adalah ordinal. Konsumen dianggap dapat menyusun secara urut (rank)
pilihan-pilihannya terhadap berbagai kelompok barang (basket’s of goods)
berdasarkan tingkat kepuasan setiap kelompok.
 Tingkat substitusi marginal yang menurun (diminishing marginal rate of
substitution). Pilihan-pilihan (preferences) disusun dalam bentuk kurve indiferen,
yang diasumsikan cembung (convex) pada titik origin. Hal ini menunjukkan
bahwa slope kurve indiferen adalah menaik. Slope kurve indiferen ini disebut
tingkat substitusi marginal dari suatu komoditi. Teori kurve indiferen didasarkan
pada aksioma ini.
 Total utiliti tergantung pada kuantitas komoditi yang dikonsumsi. Secara
matematis ditulis: U = f(q1 ,q2 ,q3, ……, qn).
 Konsintensi dan transitivitas dalam pilihan. Konsumen diasumsikan dalam
pilihannya, yaitu, jika pada suatu waktu ia memilih kelompok barang A dari pada
kelompok B, ia tidak akan memilih kelompok barang B dari pada kelompok A
pada saat yang lain. Asumsi konsistensi dapat ditulis dengan simbol: Jika A>B,
maka B > A. Sifat transitivitas : jika A lebih disukai dari pada B, dan B lebih
disukai dari pada C, maka A lebih disukai dari pada C. Asumsi ini dapat ditulis
dengan simbol: Jika A>B, dan B>C, maka A>C.

Kurva Indifferen (Indifference Curve)


Kurva indifferen adalah kurva yang menggambarkan kombinasi 2 macam barang
konsumsi yang sama-sama disukai oleh konsumen, yaitu tidak ada pilihan untuk satu
kombinasi dengan barang lain karena semuanya memiliki tingkat utilitas yang sama

10
(atau jumlah utilitas yang sama) untuk konsumen. Dalam teori ini terdapat asumsi
yang menyatakan bahwa konsumen dapat memilih kombinasi konsumsi tanpa harus
mengatakan bagaimana ia memilihnya.

Terdapat ketentuan terkait kurva indifferen, yaitu:


1. Posisi kurva indifferen yang lebih tinggi selalu menjadi pilihan bagi
konsumen, karena menandakan kemampuan untuk mengkonsumsi lebih banyak
barang dan pada saat yang sama menghasilkan tingkat kepuasan yang lebih
tinggi.
2. Slope dari kurva indifferen selalu menurun atau negatif
Penjelasannya, katakanlah konsumen menyukai dua barang (X dan Y). Jika ia
menghendaki untuk mengkonsumsi lebih banyak barang X, maka ia harus
mengorbankan sejumlah barang Y sebagai ganti.
3. Kurva indifferen tidak mungkin bersilangan satu sama lain.
Karena jika trerjadi demikian, maka kepuasan maksimal konsumen menjadi tidak
konsisten.
4. Kurva indifferen semakin mendatar (flat) saat mendekati sumbu horizontal.
Ini adalah prinsip Marginal Rate of Substitution (MRS). MRS adalah kesediaan
konsumen untuk melepaskan satu satuan barang X untuk mendapatkan satu
satuan barang Y dengan tingkat kepuasan yang sama.
−∆ Y
MRS(x for y) =
∆X
Contoh sederhana, konsumen memiliki pilihan untuk mengkonsumsi 20 buah
apel dan 8 buah mangga. Karena jumlah apel masih banyak, ia bersedia menukar
7 buah apel untuk mendapatkan tambahan 1 buah mangga, namun ketika jumlah
apel menjadi semakin sedikit, ia cenderung hanya mau menukar kurang dari 7
buah apel untuk 1 buah mangga.

Secara sederhana kurva indifferen dapat dilihat pada gambar di bawah ini,

11
Keterangan :
Titik A (X1,Y1), B(X2,Y2), C(X3,Y3), dan titik lain di sepanjang kurva indiferen
menunjukkan pilihan konsumen atas konsumsi barang X dari barang Y, yang
memberikan kepuasan setara.

Contoh perhitungan :

Dalam hal ini, asumsinya adalah bahwa konsumen akan memperoleh tingkat
utilitas yang lebih tinggi dengan menambah jumlah konsumsi kedua jenis barang.

12
Penambahan konsumsi kedua barang tersebut akan menyebabkan pergeseran ke kanan
atas. Hal ini, kurva indiferen akan semakin jauh dari titik nol. Dengan kata lain,
semakin jauh kurva indiferen dari titik nol, semakin tinggi tingkat utilitas yang
diberikan oleh kombinasi kedua barang.

Tingkat substitusi marginal adalah besarnya pengorbanan/pengurangan jumlah


konsumsi barang yang satu untuk menaikkan konsumsi satu satuan barang lainnya,
dengan tetap mempertahankan tingkat kepuasannya. Tingkat substitusi marginal yang
semakin kecil, mengandung arti sebagai berikut:

 ketika konsumen mempunyai barang Y relatif banyak dan barang X relatif sedikit
maka untuk menaikkan konsumsi satu unit barang X diperlukan pengorbanan atau
pengurangan konsumsi barang Y yang banyak; akan tetapi semakin banyak
barang X yang telah diperoleh, semakin sedikit pengorbanan barang Y untuk
memperoleh tambahan satu unit barang X berikutnya.

Garis Anggaran Belanja Konsumen (Budget Line)


Konsumen di dalam mengkonsumsi barang-barang untuk mencapai tingkat kepuasan
yang maksimum dibatasi oleh jumlah penghasilan konsumen yang bersangkutan. Dengan
demikian persoalan yang dihadapi konsumen adalah menentukan berapa banyak masing-
masing barang harus dikonsumsi atau dibeli dengan penghasilannya, sehingga diperoleh
tingkat kepuasan yang maksimum. Untuk analisis ini tidak cukup hanya dengan kurve
kepuasan sama. Namun, perlu diketahui garis anggaran pengeluaran konsumen.
Keterbatasan pendapatan konsumen digambarkan dengan Budget Line. Garis anggaran
belanja konsumen (budget line) adalah tempat kedudukan titik-titik kombinasi barang-
barang yang dapat dibeli dengan sejumlah penghasilan tertentu.
Kurva budget line :

13
Perubahan harga dan pendapatan pada budget line
 Apabila terjadi perubahan pada harga akan menyebabkan perubahan pada budget
line maka garis anggaran akan berayun ke atas atau ke bawah. Misal, harga
barang X naik sedangkan harga barang Y dan penghasilan (M) tidak berubah
maka garis anggaran akan berayun ke bawah. Jika harga barang X turun
sedangkan harga Y dan penghasilan (M) tidak berubah maka garis anggaran
berayun ke atas (lihat gambar di bawah). Apabila harga barang Y dan X berubah
secara proporsional maka garis anggaran akan bergeser sejajar.

 Apabila terjadi perubahan penghasilan sedangkan harga barang tidak berubah,


maka perubahan garis anggaran akan digambarkan oleh pergeseran sejajar ke
bawah atau ke atas. Bergeser ke atas jika terjadi kenaikan penghasilan dan
sebaliknya akan bergeser ke bawah jika terjadi penurunan penghasilan.

14
Contoh : Jika dana yang dimiliki konsumen untuk konsumsi dua barang adalah Rp.
200.000, sedangkan harga barang X adalah Rp. 20.000 dan harga barang Y adalah Rp.
8.000, maka fungsi anggarannya adalah?

Jawab :

I Px
Fungsi garis anggaran Y =
Py ( )

Py
X

I = Rp. 200.000

Px = Rp. 20.000

Py = Rp. 8.000

I Px
Sehingga, Y =
Py
−( )
Py
X

200.000 20.000
Y=
8.000
− (
8.000
X )
Y =25−2,5 X

Perhitungan kombinasi, kombinasi barang X dan Y dapat dibuat dengan menggunakan


fungsi budget line. Kombinasi dapat dimulai dengan menentukan nilai X terlebih dahulu.

15
Misal X adalah 0, 2, 4, 6, 8, dan 10. Lalu disubtitusikan nilai X pada fungsi budget line.
Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Membuat kurva, fungsi garis anggaran berbentuk linear sehingga untuk membuat
kurvanya dengan menghubungkan dua titik akhir kurvanya. Untuk titik akhir 1 pada X =
0 dan titik akhir 2 pada Y = 0.
Membuat titik akhir 1 dengan mensubtitusikan X = 0 ke fungsi budget line berikut:
Y = 25-2,5X
Y = 25-2,5(0)
Y = 25
Jadi, titik akhir 1 adalah (0,25).
Membuat titik akhir 2 dengan mensubtitusikan Y=0 ke fungsi budget line
Y = 25-2,5X
0 = 25-2,5X
2,5X = 25
X = 25/2,5 = 10
Jadi, titik akhir 2 adalah (10,0)

16
2.3 Keseimbangan Konsumen
Keseimbangan konsumen akan digambarkan dengan persinggungan antara Budget
Line dan Indefference curve. Persinggungan antara Budget Line dan Indefference curve
ini akan menggambarkan kombinasi barang yang diinginkan konsumen, berarti dicapai
kepuasan maksimum.
Tingkat kepuasan konsumen maksimum dicapai pada konsumsi kombinasi barang Y
dan X yang terletak pada titik singgung antara garis anggaran dan kurve kepuasan sama
(indifference curve) dari konsumen yang bersangkutan.

Pada titik keseimbangan itu berlaku : slope budget line = slope IC (indifference curve)

MUx Px MUx MUy


= atau =
MUy Py Px Py

Jika fungsi utilitas U = f (X,Y) dan I = X .Px + Y . Py.


Ditanya kapan kepuasan maks. tercapai? Dapat dipakai formula :
MUx Px MUx MUy
= atau =
MUy Py Px Py

Selain itu dapat dipakai Lagrange equation:

M = U = f (X,Y) + λ( I –X . Px –Y .Py )

Penyelesaiannya adalah:

dM / dX = 0 atau U x– λPx = 0

dM / dY = 0 atau U x– λPy = 0

17
dM / dI = 0 atau I – X . Px –Y . Py = 0

Contoh syarat pemaksimuman konsumen :

1. Misalkan konsumen berkeinginan untuk mengkonsumsi dua jenis barang yaitu


makanan (x) dan pakaian (y) dengan kombinasi sebagai berikut :

Dimisalkan konsumen tersebut akan berbelanja sebanyak Rp. 150.000. Barang yang
dikonsumsinya adalah makanan dan pakaian dimana harga masing-masing barang
tersebut adalah Rp. 2500 dan Rp. 3000. Tentukanlah kombinasi keseimbangan yang
dapat memberikan kepuasan paling tinggi dengan anggaran yang tersedia.

Jawab :
Anggaran yang dibutuhkan untuk setiap kombinasi dapat dihitung dengan rumus
berikut : I = X .Px + Y . Py.
 Kombinasi 1 = (10×2500) + (10×3000) = Rp. 55.000
 Kombinasi 2 = (20×2500) + (20×3000) = Rp. 110.000
 Kombinasi 3 = (30×2500) + (25×3000) = Rp. 150.000
 Kombinasi 4 = (40×2500) + (40×3000) = Rp. 220.000
 Kombinasi 5 = (50×2500) + (50×3000) = Rp. 275.000
 Kombinasi 6 = (60×2500) + (60×3000) = Rp. 330.000

18
Dari tabel dan perhitungan di atas diketahui bahwa kombinasi 3 membutuhkan
anggaran 150.000. Kebutuhan anggaran ini sama dengan anggaran atau dana yang
disediakan oleh konsumen. Kombinasi 3 terdiri dari 30 barang x (makanan) dan 25
barang y (pakaian). Artinya, anggaran Rp. 150.000 digunakan untuk membeli 30 unit
makanan dan 25 unit pakaian.

Kurva memberi
U4

kepuasaan yang lebih tinggi daripada kurva kepuasan sama lainnya. Tetapi kurva ini
berada di atas garis anggaran pengeluaran. Dengan demikian gabungan makanan dan
pakaian yang ditunjukkannya tidak dapat dibeli oleh pendapatan yang tersedia. Jadi
kurva U 4 menunjukkan tingkat kepuasan yang tidak dapat dijangkau oleh konsumen.

19
Sekiranya konsumen ingin mengkonsumsi gabungan barang seperti yang ditunjukkan
oleh titik A, B, C atau D maka kepuasannya belum mencapai tingkat yang maksimum.
Karena, kalau konsumen itu bergerak sepanjang garis anggaran pengeluaran masih ada
titik lain yang berada pada kurva kepuasan sama yang lebih tinggi. Titik tersebut adalah
titik E yang terletak pada kurva U 3. Tidak ada titik lain yang terletak pada garis anggaran
pengeluaran dan terletak pula pada kurva kepuasan sama yang lebih tinggi dari U 3. Titik
E menunjukkan bahwa gabungan barang yang memberi kepuasan maksimum terdiri dari
30 unit makanan dan 25 unit pakaian.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Perilaku konsumen menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang


diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan
tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.

Pendekatan Perilaku Konsumen :

1) Pendekatan marginal utility (kardinal), kepuasan konsumen dari mengkonsumsi


barang dapat dinyatakan secara kuantitatif, sehingga konsumen berusaha
memaksimumkan kepuasannya.
2) Pendekatan indifference curve (ordinal), kepuasan konsumen dari mengkonsumsi
barang tidak dapat dinyatakan secara kuantitatif, sehingga perilaku konsumen dalam
memilih barang yang akan memaksimumkan kepuasan ditunjukkan dalam kurva
kepuasan sama.

Konsumen diasumsikan selalu memaksimalkan kepuasannya dengan kata lain


konsumen ingin berada di kurva indiferen yang paling jauh dari titik origin. Namun,
untuk mencapai kurva indiferen ini, konsumen tidak bisa bebas karena dibatasi oleh
kendala anggaran yang tersedia. Selain itu, harga barang juga turut mempengaruhi
konsumen sehingga konsumen tidak bebas untuk mencapai tingkat kepuasan yang
maksimal.

20
DAFTAR PUSTAKA

Sukirno, Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada

Paul A. Samuelson, William D. Nordhaus. Ekonomi, Edis Keduabelas, 1997, Jakarta,


Penerbit Erlangga

http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_konsumen
https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_mikro
Engel, James F, BlackWell Roger D, Miniard Paul W..1994. Perilaku Konsumen,
Jakarta, Binarupa Aksara.

21
22

Anda mungkin juga menyukai