Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEORI PERILAKU KONSUMEN DAN ORDINAL


D
I
S
U
S
U
N
Oleh:

NAMA: RUTIMBARASI WAU


NIM:2032150047
PRODI:AKUNTANSI

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA


KATA PENGANTAR
Puji Tuhan banyak nikmat yang Allah berikan,
tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak
untuk Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat,
serta hidayah-nya yang tiada terkira besarnya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul TEORI
PRILAKU KONSUMEN PENDEKATAN KARDINAL DAN ORDINAL.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang
kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna. Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini
dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
di masa depan.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Teori konsumen mengenai dua macam
pendekatan, yaitu pendekatan guna kardinal atau cardinal
utility approach dan pendekatan guna ordinal atau ordinal
utility approach. Pendekatan guna kardinal menggunakan
asumsi bahwa guna atau kepuasan seseorang tidak hanya
dapat dibandingkan, akan tetapi juga dapat diukur. Oleh
karena menurut kenyataan kepuasan seseorang tidak dapat
diukur, maka asumsi tersebut dengan sendirinya dapat
dikaitkan tidak realistik. Inilah yang biasanya ditonjolkan
sebagai kelemahan dari pada teori konsumen yang
menggunakan pendekatan guna kardinal, yang terkenal pula
dengan sebuah teori konsumen dengan pendekatan guna
marginal klasik atau classical marginal utility approach.
Sedangkan pendekatan guna ordinal berasumsi bahwa
tingkat utilitas total yang dapat dicapai oleh konsumen
merupakan fungsi dari kuantitas barang.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Teori Perilaku Konsumen
Teori perilaku konsumen yaitu teori yang
menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi
barang-barang,dengan pendapatan tertentu dan harga
barang tertentu pula sedemikian rupa agar konsumen
mencapai tujuannya.Tujuan konsumen untuk
memperoleh manfaat atau kepuasan sebesar-besarnya
dari barang-barang yang dikonsumsi (maximum
satisfaction). Dan,teori ekonomi menganggap bahwa
maximum satisfaction itu adalah tujuan akhir
konsumen.
       Sebelum kita mempelajari tentang tingkah laku
konsumen lebih lanjut, ada baiknya kita mengetahui
beberapa anggapan - anggapan sederhana yang biasa
menjadi patokan untuk menganalisa pembentukan garis
permintaan dari suatu barang secara lebih tepat, tanpa
menyimpang dari realitas ekonomi.
1.      Barang dan jasa yang dikonsumsi biasanya disebut
komoditi. Komoditi adalah sesuatu yang memberikan
jasa konsumsi ( consumption services ) terhadap
konsumen persatuanwaktu tertentu.
2.      Setiap konsumen dianggap tahu macam barang dan
jasa yang tersedia di pasar, kapasitasteknis masing -
masing barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan
konsumen dan tingkat harga masing - masing.
3.      Konsumen dianggap tahu secara pasti mengenai
jumlah uang yang akan dibelanjakanya selama periode
perencanaan tertentu.
      
       Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan
dalam dua macam pendekatan yaitu:
1. Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
2. Pendekatan nilai guna ordinal

1.   Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal


       Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal atau sering
disebut dengan teori nilai subyektif : dianggap manfaat
atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen
dapat dinyatakan secara kuantitif/dapat diukur, dimana
keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan
kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang,
dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan untuk
membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan
memberikan nilai guna marginal yang sama
besarnya. Oleh karena itu keseimbangan konsumen
dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.
       Para ahli ekonomi mempercayai
bahwa utility merupakan ukuran
kebahagian. Utility dianggap bahwa ukuraan
kemampauan barang / jasa untuk memuaskan
kabutuhan. Besar kecilnya utility yang dicapai konsumen
tergantung dari jenis barang atau jasa dan jumlah
barang atau jasa yang dikonsumsi. Sehingga dapat
ditunjukan oleh fungsi sebagai berikut :
U = f ( X1, X2, X3………, Xn )
U : besar kecilnya kepuasan:
X : jenis dan jumlah barang yang dikonsumsi.

2.   Pendekatan nilai guna ordinal


       Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga
disebut analisis Kurva indeference: manfaat yang
diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-
barang tidak kuantitif / tidak dapat diukur. Pendakatan
ini muncul karena adanya keterbatasan - keterbatasan
yang ada pada pendekatan cardinal, meskipun bukan
berarti pendekatan cardinal tidak memiliki kelebihan.
3.   Persamaan kardinal dan ordinal
       Persamaan cardinal dan ordinal yaitu sama-sama
menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi
barang-barang yang harganya tertentu dengan
pendapatan konsumen yang tertentu pula agar
konsumen mencapai tujuannya (maximum utility) .
B. TEORI NILAI GUNA ( UTILITY )
1.   Pengertian Teori Nilai Guna (utility)
      Teori nilai guna atau utility yaitu teori ekonomi yang
mempelajari kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh
seorang konsumen dari mengkonsumsikan barang-
barang. Kalau kepuasan itu semakin tinggi maka
semakin tinggi nilai guna atau utility-nya. Sebaliknya
semakin rendah kepuasan dari suatu barang maka
utilitynya semakin rendah pula.
      Nilai guna dibedakan diantara dua pengertian:
a.       Marginal utility (kepuasan marginal). Yaitu
pertambahan/pengurangan kepuasan sebagai akibat
adanya pertambahan/pengurangan penggunaan satu
unit barang tertentu.
b.      Total utility (total utility). Yaitu keseluruhan kepuasan
yang diperoleh dari mengkonsumsi sejumlah barang-
barang tertentu.
      Sementara M Abraham Garcia-Torres
dalam Consumer Behaviour Theory: Utility Maximization
and the seek of Novelty membagi nilai guna menjadi dua.
Berdasarkan dua tindakan ekonomi yang dilakukan
konsumen, Dua tindakan ini saling berhubungan :
a.       Nilai Guna Keputusan (Decision Utility) yang
berhubungan dengan Tindakan pembelian (Action of
Purchasing). Dalam tindakan pembelian konsumen
membeli beberapa barang pada waktu yang bersamaan.
dan sebelum melakukan pembelian konsumen harus
memutuskan barang yang mana yang akan dia beli.
b.      Nilai Guna Pengalaman (Experienced Utility) Yang
berhubungan Dengan Tindakan Konsumsi (Action of
Consumption) dengan kapasitas pemenuhan kepuasan
dari barang tersebut.

2.  Marginal utility ( kepuasan marginal )


      Yaitu pertambahan / pengurangan kepuasan sebagai
akibat adanya pertambahan/pengurangan penggunaan
satu unit barang tertent
Secara matematis dapat dicari dengan rumus :
MUx = Marginal Utility pada kepuasan barang ke-x (n
barang)
MU   = Marginal Utility
U = utility
X = barang yang dikonsumsi
      Hukum marginal utility yang semakin menurun/Law
of Diminishing Marginal Utility: “apabila tambahan nilai
guna yang akan diperoleh dari seseorang dari
mengkonsumsi suatu barang akan menjadi semakin
sedikit apabila orang tersebut terus menerus
menambah konsumsinya dan pada akhirnya tambahan
nilai guna tersebut akan menjadi negative”.
      Konsep nilai guna (utility) bisa menjelaskan
kelemahan berupa paradok antara kegunaan suatu
barang dengan harganya. Seperti tentang durian,
dimana sampai titik tertentu Anda tidak mau lagi
memakannya, bahkan jika buah durian itu diberikan
secara gratis. Hal ini menunjukkan bahwa tambahan
kepuasan yang diberikan dari tiap tambahan unit barang
yang dikonsumsi semakin berkurang. Inilah yang
disebut Law of Diminishing Marginal Utility.
Contoh ;
      Surplus konsumen terjadi jika harga yang dibayarkan
oleh konsumen terhadap suatu barang lebih tinggi dari
harga pasarnya. Surplus konsumen akan terus naik jika
konsumen terus membeli produk sampai unit tertentu
dan menghentikannya, karena jika diteruskan konsumen
tidak akan mendapatkan surplus lagi.
3.   Pemaksimuman Nilai Guna
      Setiap orang berusaha memperoleh dan untuk
memaksimumkan kepuasan dari barang yang dikonsumsinya.
Jika hanya terdapat 1 jenis barang pemaksimuman nilai guna
tidaklah rumit dalam pengukurannya. Tetapi pemaksimuman
nilai guna akan rumit apabila lebih dari 1 jenis
barng. Kerumitan tersebut diakibatkan oleh adanya perbedaan
harga masing-masing barang. Oleh karena itu syarat
pemaksimuman nilai guna tidak lain adalah setiap rupiah yang
dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis
barang,harus memberikan nilai guna yang sama besarnya.

4.   Efek Penggantian
      Perubahan harga suatu barang akan mengubah nilai
marjinal utility/rupiah dari barang yang mengalami perubahan
harga tersebut apabila harga suatu barang makin naik maka
nilai marginal rupiah akan semakin rendah dan sebaliknya
apabila suatu barang mengalami penurunan harga maka nilai
marginal utility/rupiah akan semakin tinggi.
      Beberapa alasan yang menyebabkan suatu barang
harganya menjadi mahal adalah kelangkaan dan biaya
produksi. Air jauh lebih mudah didapat dari barang lain, intan
misalnya. Sehingga wajar jika intan lebih mahal daripada air
karena intan jauh lebih langka. Demikian juga dengan biaya
produksi untuk mendapatkan air jauh lebih murah daripada
biaya produksi intan.

5.   Efek Pendapatan
      Efek pendapatan terjadi dari berubahnya harga suatu
barang (naik atau turun). Jika harga barang X naik, maka
tambahan kepuasan dari mengkonsumsi satu unit barang
tersebut menjadi turun per harga barangnya. Hal ini
menyebabkan turunnya permintaan akan barang X.
Sebaliknya jika harga barang Y turun, maka tambahan
kepuasan dari mengkonsumsi satu unit barang tersebut
menjadi naik per harganya, sehingga permintaan akan barang
Y naik. Jika pendapatan tidak berubah (tetap) sedangkan
harga barang mengalami kenaikan maka pendapatan rillnya
mengalami penurunan.
6.   Keseimbangan Konsumen
      Seorang konsumen dikatakan dalam kondisi seimbang jika
telah mengalokasikan dananya yang terbatas diantara berbagai
macam barang dan jasa sedemikian rupa sehingga realokasi
dana tidak akan menaikan total utility yang diperolehnya dari
konsumsi barang tersebut. Berarti dalam konsdisi ini
konsumen telah membelanjakan semua dananya dan kepuasan
yang diperoleh adalah maksimum.
M = Qx . Px + Qy . Py
U = f (Qx, Qy)
Q = jumlah barang yang dikonsumsi
P = harga barang
U = total Utility
M = Kepuasan Maksimal
      Jadi bisa dikatakan bahwa pada saat konsumen mencapai
keseimbangan semua dana telah dibelanjakan dan
memberikan suatu tingkat kepuasan maksimum, sehingga
kepuasan yang didapat dari tiap rupiah terakhir yang
dibelanjakan pada berbagai komoditi adalah sama karena
berlakunya hokum Law of Diminishing Marginal Utility.
7.   Menurunkan Fungsi Permintaan
      Untuk dapat menurunkan fungsi permintaan linier
suatu barang kita memerlukan dua kondisi
keseimbangan konsumen . dimana keseimbangan
berubah karena adanya perubahan harga barang
tersebut Cateris Paribus. Kondisi Cateris
Paribus diperlukan disini karena adanya fungsi
permintaan yang berubah hanya harga barang dan
jumlah yang diminta dari barang tersebut. Sedangkan
variable – variable lain dianggap tetap.

Kurva permintaan suatu barang dapat diturunkan


dengan mencari 2 titik keseimbangan konsumen
dimana yang berubah hanya harga barang
tersebut, sedangkan hal – hal yang lain tetap.

C. TEORI PREFERENSI KONSUMEN


      Ketika mengkonsumsi sejumlah komoditi dalam
periode tertentu, Setiap konsumen akan mendapatkan
kepuasan (satisfaction) atau guna (utiliTy). Setiap
konsumen selalu berusaha untuk mendapatkan tingkat
kepuasan semaksimal mungkin dari sejumlah
pengeluaran yang sudah mereka lakukan. untuk
keperluan tersebut setiap konsumen harus bisa
membuat urutan (rank) dari semua untaian komoditi
yang ada. Mereka harus bisa menentukan untaian
komoditi mana yang lebih mereka pilih, mana yang tidak
dan mana yang relatif jika dibandingkan dengan yang
lain.
      Di dalam membuat Urutan preferensi ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi :
1.      Untuk setiap dua untai komoditi, misalkan A dan B,
jika A memberi kepuasan yang lebih besar Maka A yang
harus dipilih dan bukan B, dan sebaliknya. Bila A dan B
memberikan kepuasan yang sama Maka konsumen bisa
memilih A atau B ( A dan B indiferen )
2.      Bila A dipilih dan bukan B, sedangkan B harus dipilih
dan bukan C, maka A harus dipilih dan Bukan C. (berlaku
hubungan yang bersifat Transitif )
3.      Bila untaian komoditi A terdiri dari unsur - unsur yang
sama dengan B, sedangkan untuk setiap unsurnya A
lebih besar daripada B, maka A harus dipilih dan bukan
B. tapi bila sebagian unsur - unsur saja yang lebih besar
sedangkan unsur - unsur yang lain lebih kecil atau sama,
maka belum tentu A harus dipilih jika dibandingkan B.

BAB III
KESIMPULAN

Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan


jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
pendapatan, selera konsumen, dan harga barang disaat
kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku
konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang
menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang
diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa
sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang
diharapkannya. Menurut pendekatan kardinal kepuasan
seorang konsumen diukur dengan satuan kepuasan
(misalnya:uang). Sedangkan menurut pendekatan Ordinal
daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk
diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi
rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi
sekelompok barang.

Referensi
Lukman. 2007. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: UIN
Jakarta Press Eko Suprayitno. 2008. Ekonomi Mikro
Perspektif Islam. Malang: UIN-
http://senjayakertiawan.wordpress.com/2012/12/05/perilak
u-konsumenpendekatan-ordinal-dan-kardinal/ 16september
2013
http://iwakbakar.wordpress.com/2012/03/29/pendekatan-
perilaku-konsumen/ 18 september2013

Anda mungkin juga menyukai