KELAS BA
Dalam buku Ekonomi karya Alam S, diterangkan bahwa perilaku konsumen sarat dengan
kegiatan konsumsi. Konsumsi adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau
menghabiskan faedah suatu benda, baik barang maupun jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan.
Dalam kegiatan konsumsi, akan ada sesuatu yang diinginkan atau disebut juga dengan utilitas.
Dijelaskan kembali dalam buku Ekonomi karya Alam, S yang menyatakan bahwa utilitas
merupakan derajat seberapa besar suatu barang atau jasa dapat memenuhi kebutuhan seseorang.
Utilitas merupakan ukuran dari seberapa besar kepuasan yang didapat oleh konsumen atas
penggunaan barang dan jasa. Selanjutnya adalah bagaimana penerapan utilitas pada teori
permintaan?
Dalam buku MIKROEKONOMI, diasumsikan jika kita pertama kali mengkonsumsi suatu
unit barang, kita akan mendapatkan tingkat kepuasan atau utilitas tertentu. Kemudian, kita
mengkonsumsi unit kedua barang yang sama. Maka, total utilitas kita akan meningkat karena
unit kedua memberikan tambahan utilitas. Tetapi, bagaimana dengan unit ketiga atau keempat
dari barang yang sama? Kini kita menghadapi suatu konsep baru yang mendasar, yaitu utilitas
marjinal. Saat memakan unit kue yang kedua, maka akan terdapat tambahan kepuasan atau
utilitas. Tambahan utilitas itulah yang disebut dengan utilitas marjinal (marginal utility). Kata
marjinal merupakan istilah dalam ilmu ekonomi yang digunakan dalam pengertian “tambahan”.
Terkait dengan hal ini, para pakar ekonomi telah menemukan suatu teori atau hukum utilitas
marjinal yang semakin berkurang. Hukum ini menyatakan bahwa jumlah tambahan utilitas
marjinal akan menurun ketika seseorang semakin banyak mengkonsumsi barang yang sama.
Utilitas akan cenderung meningkat apabila kita mengkonsumsi lebih banyak barang, tetapi
menurut hukum utilitas marjinal yang semakin berkurang (law of diminishing marginal utility),
semakin banyak kita mengkonsumsi barang, total utilitas akan tumbuh dengan laju semakin
menurun. Pertumbuhan total utilitas akan menjadi lambat karena utilitas marjinal semakin
berkurang sejalan dengan makin banyaknya unit barang yang dikonsumsi.
Dalam buku Ekonomi karya Alam S, pendekatan kardinal disebut juga sebagai pendekatan
marginal utility. Pendekatan cardinal dalam analisis konsumen didasarkan pada asumsi bahwa
tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen dari konsumsi suatu barang dapat diukur/
dikuantifikasi dengan satuan tertentu, seperti uang, jumlah, atau buah. Semakin besar jumlah
barang yang dikonsumsi, semakin besar pula tingkat kepuasan konsumen. Konsumen yang
rasional akan berusaha memaksimumkan kepuasannya dengan pendapatan yang dimilikinya.
Gagasan mengenai konsep nilai guna yang berkaitan dengan kepuasan konsumen telah
dikembangkan oleh beberapa pakar, salah satunya oleh Herman Heinrich Gossen. Hasil
penelitiannya mengenai nilai guna total dan nilai guna marjinal terkandung dalam Hukum
Gossen I dan Hukum Gossen II.
1. Hukum Gossen I
Konsumen selalu membuat pilihan yang akan memberi mereka kepuasan paling besar.
Namun demikian, menurut penelitian Heinrich Gossen, apabila pemenuhan kebutuhan atas suatu
barang dilakukan secara terus-menerus, kenikmatan dari mengonsumsi barang tersebut mula-
mula tinggi, tetapi makin lama akan semakin menurun sampai akhirnya mencapai titik jenuh.
Bunyi dari hukum ini adalah “Jika pemenuhan kebutuhan akan suatu jenis barang dilakukan
secara terus-menerus, maka rasa nikmatnya mula-mula tinggi, namun pada akhirnya akan sampai
pada batas jenuh (titik nol). Karena Hukum Gossen I juga mengandung nilai guna marginal,
kadang-kadang Hukum Gossen I disebut juga hukum nilai guna marjinal yang semakin menurun.
Jika digambarkan maka akan seperti berikut.
2. Hukum Gossen II
Hukum Gossen II dijelaskan dalam buku Ekonomi karya Alam S bahwa dalam memenuhi
kebutuhannya, manusia tidak hanya mengonsumsi satu jenis barang, tetapi juga menggunakan
berbagai jenis barang. Karena pendapatan terbatas, maka pemenuhan berbagai kebutuhan akan
didasarkan pada pertimbangan mendesak-tidak mendesaknya suatu kebutuhan.
Dalam menyikapi hal ini, Gossen mengatakan bahwa “Konsumen akan melakukan konsumsi
sedemikian rupa sehingga nilai guna marjinal setiap barang dan jasa yang dikonsumsi akan
sama.” Artinya, unit terakhir dari tiap produk yang dikonsumsi memiliki nilai yang sama.
Pernyataan inilah yang disebut sebagai Hukum Gossen II.
b) Pendekatan Ordinal
Di samping pendekatan cardinal, dalam hal konsumsi juga mengenal pendekatan ordinal.
Pendekatan ordinal digunakan karena pendekatan cardinal memiliki kelemahan, antara lain
karena pendekatan cardinal bersifat subjektif dalam penentuan nilai guna total dan nilai guna
marjinal. Para ahli ekonom mengenalkan pendekatan ordinal yang lebih memberi penekanan
pada preferensi, yaitu bahwa “Barang A lebih saya sukai dibanding barang B”. Pendekatan
ordinal memberi peringkat atau urutan kombinasi barang yang dikonsumsi dengan didasarkan
pada kurva indiferensi. Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai titik
kombinasi dua barang yang memberikan kepuasan yang sama. Mengukur kepuasan konsumen
melalui pendekatan ordinal dengan menggunakan kurva indiferensi didasarkan pada empat
asumsi, yaitu sebagai berikut.
D. TEORI PERMINTAAN
I. Penyebab Kurva Permintaan Negatif
(Penjelasan……………………)
DAFTAR PUSTAKA