Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Konsumsi

Konsumsi adalah kegiatan menghabiskan atau mengurangi nilai guna suatu barang
dan jasa. Makan nasi adalah kegiatan konsumsi karena menghabiskan nilai guna nasi, memakai
baju juga merupakan kegiatan konsumsi karena mengurangi nilai guna baju. Kedua contoh di
atas merupakan contoh sederhana dari kegiatan konsumsi. Dengan demikian, kegiatan
pemenuhan kebutuhan yang sifatnya menghabiskan atau mengurangi nilai guna barang atau jasa
tersebut yang disebut dengan konsumsi. Adapun konsumen adalah orang atau pihak yang
melakukan kegiatan konsumsi tersebut.
Tujuan Konsumsi
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa sebenarnya konsumsi
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia guna memperoleh kepuasan. Jadi tujuan
akhir dari kegiatan konsumsi adalah kepuasan. Jika kita lapar makan akan merasa puas jika
sudah makan, begitu juga kita akan merasa puas jika kita haus memperoleh minuman yang segar.

Nilai Suatu Barang


Nilai suatu barang yang dimaksud adalah kemampuan pakai barang untuk memenuhi kebutuhan
manusia dan kemampuan tukar barang terhadap yang lain. Dari pengertian tersebut, maka nilai
suatu barang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan nilai pakai dan nilai tukar.

Penggolongan Nilai
Nilai barang dapat digolongkan sebagai berikut.
a.      Nilai Pakai  (Value in Use)
Suatu barang dikategorikan memiliki nilai pakai apabila barang tersebut dapat memenuhi
kebutuhan pemiliknya secara langsung. Nilai pakai dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut.
1.    Nilai pakai ,objektif yaitu kemampuan suatu barang dalam memenuhi kebutuhan setiap
orang. Misalnya, air memiliki nilai pakai yang tinggi bagi setiap orang.
2.    Nilai pakai ,subjektif yaitu nilai yang diberikan seseorang karena barang tersebut dapat
memenuhi kebutuhannya. Misalnya, kursi roda bagi orang yang tidak dapat berjalan memiliki nilai
pakai yang tinggi, tetapi bernilai pakai rendah bagi orang yang sehat.
b.      Nilai Tukar (Value in Exchange)
Suatu barang dapat dikatagorikan memiliki nilai tukar apabila mempunyai kemampuan untuk
ditukarkan dengan barang lain. Nilai tukar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1.         Nilai tukar ,objektif yaitu kemampuan suatu barang apabila ditukarkan dengan barang lain
(sering disebut harga). Misalnya, semua orang mengakui bahwa berlian memiliki nilai tukar
yang tinggi maka berlian akan memiliki harga yang tinggi di setiap tempat.
2.         Nilai tukar ,subjektif yaitu nilai tukar yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu
barang. Misalnya, bagi seseorang nilai tukar sebuah lukisan tertentu lebih tinggi dari nilai
tukar sebuah mobil baru, tetapi tidak demikian bagi yang lain.
c.       Paradoks Nilai
Barang yang memiliki nilai tukar yang tinggi seharusnya memiliki nilai pakai yang tinggi pula, begitu
juga sebaliknya, akan tetapi pada kenyataannya tidak demikian.
Dua nilai yang telah diuraikan di atas berbeda sudut pandangnya sehingga hal ini dapat
menyebabkan pertentangan penilaian pada suatu barang yang sama disebut Paradoks .nilai Bisa
jadi nilai guna suatu barang sangat tinggi, tetapi nilai tukarnya rendah, atau sebaliknya. Seperti pada contoh
di atas, air memiliki nilai guna yang sangat tinggi, tetapi nilai tukarnya rendah. Begitu juga dengan berlian
yang memiliki nilai guna rendah, tetapi memiliki nilai tukar yang sangat tinggi.

Teori Nilai

a.    Teori Nilai Objektif


Beberapa ahli ekonomi melakukan penelitian tentang bagaimana terjadinya nilai terhadap barang/jasa
melahirkan teori nilai objektif sebagai berikut.
1.    Teori nilai biaya produksi dari Adam Smith
Menurut Adam Smith nilai suatu barang/jasa ditentukan oleh biaya yang dikeluarkan produsen
untuk memproduksi barang/jasa tersebut. Semakin tinggi biaya produksi semakin tinggi pula nilai dari
barang tersebut. Jika biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen untuk memproduksi suatu
barang adalah Rp450.000,00 maka nilai dari barang tersebut sebesar Rp450.000,00 pula.
2.    Teori nilai biaya produksi tenaga kerja dari David Ricardo
Menurut teori ini, nilai suatu barang ditentukan oleh biaya tenaga kerja yang digunakan untuk
memproduksi barang tersebut. Tenaga kerja yang dimaksud meliputi tenaga kerja manusia, mesin, dan
peralatan lain yang digunakan.
3.    Teori nilai lebih dari Karl Marx
Menurut Karl Marx, barang dinilai berdasarkan pada biaya rata-rata tenaga kerja di masyarakat. Karl
Marx juga berpendapat bahwa upah yang diberikan kepada buruh tidak sesuai dengan harga barang yang
dijual sehingga terjadi pemerasan terhadap buruh. Laba yang diterima pengusaha didapat dari selisih
nilai jual dengan biaya produksi yang rendah karena pemerasan terhadap buruh disebut nilai lebih. Oleh
karena itu, teori ini disebut teori nilai lebih.
4.    Teori nilai reproduksi dari eyCar
Menurut teori ini, nilai suatu barang ditentukan oleh biaya pembuatan kembali (biaya reproduksi)
barang tersebut. Oleh karena itu, nilai barang ditentukan oleh harga-harga bahan pada saat barang
tersebut akan dibuat kembali.
5.    Teori nilai pasar dari Hummed and Locke
Menurut teori ini, nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah permintaan dan penawaran yang ada di
pasar atau nilai suatu barang ditentukan oleh harga pasar.

b.    Teori Nilai Subjektif


Menurut teori ini nilai suatu barang ditentukan oleh utilitas dari barang tersebut. Setiap orang akan
mempunyai utiitas yang berbeda untuk suatu barang yang sama. Teori nilai subjektif yang terkenal berasal dari
Herman Heinrich Gossen dan Carl Menger.
1.    Hukum Gossen I
Hukum Gossen I ini mengemukakan tentang gejala tambahan kepuasan yang tidak proporsional yang
dikenal dengan The Law of Diminishing Marginal Utility  (Hukum Tambahan Kepuasan  yang
Semakin Menurun). Hukum Gossen I berbunyi sebagai   berikut. ”Jika jumlah suatu barang yang
dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu terus ditambah maka kepuasan total yang diperolah juga bertambah,
akan tetapi kepuasan marjinal (tambahankepuasan yang diperoleh jika dikonsumi ditambah dengan
satu unit) pada titik tertentu akan semakin berkurang. Bahkan jika konsumsi terus dilakukan, pada akhirnya
tambahan kepuasan yang diperoleh akan menjadi negatif dan kepuasan total menjadi berkurang.”
2.    Hukum Gossen II
Uraian di atas mengemukakan perilaku konsumen terhadap satu macam barang saja. Pada kenyataannya,
konsumen membutuhkan beraneka macam barang. Masalahnya adalah berapa pengorbanan yang harus
dilakukan agar bermacam-macam kebutuhannya dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya dan tercapai kepuasan
maksimal. Hal ini dikemukakan dalam Hukum Gossen II, yaitu sebagai berikut. ”Manusia akan berusaha
memuaskan yang beraneka ragam sampai mencapai tingkat intensitas yang sama.”
Artinya manusia akan membagi-bagi pengeluaran uangnya sedemikian rupa sehingga kebutuhannya
terpenuhi secara seimbang.
3.    Teori Nilai Subjektif Carl Menger
Menurut Menger, nilai ditentukan oleh faktor subjektif dibandingkan faktor objektif. Nilai berasal dari
kepuasan manusia. Karena kebutuhan manusia lebih banyak daripada barang/jasa yang tersedia maka
untuk memuaskan kebutuhannya manusia akan memilih secara rasional di antara barang/jasa alternatif
yang tersedia.
Dalam teori ini dikemukakan tentang prinsip-prinsip pengkatagorian barang /jasa menurut tingkat
intensitasnya. Katagori I adalah barang-barang untuk mempertahankan hidup, katagori II barang/jasa untuk
kesehatan, dan katagori III adalah barang/jasa untuk memberikan kesejahteraan individu. Semakin penting
barang/jasa tersebut bagi seorang individu maka nilai barang/jasa tersebut semakin tinggi.

Teori Perilaku Konsumen


Konsumen harus berpikir tentang cara ia membelanjakan pendapatannya untuk memperoleh barang/jasa
guna memuaskan kebutuhan. Seorang konsumen akan berperilaku subjektif dalam mengonsumsi
barang/jasa. Artinya, konsumen hanya akan mengonsumsi barang yang memiliki nilai guna.
Pada dasarnya konsumen berperilaku ingin memanfaatkan uang yang dimilikinya seekonomis mungkin,
akan tetapi kebanyakan konsumen tidak akan berhasil. Faktor penyebabnya, antara lain, sebagai
berikut.
1) Pengetahuan konsumen tentang kualitas barang terbatas.
2) Adanya persaingan dari para konsumen.
3) Kecenderungan konsumen bersifat masa bodoh terhadap situasi harga di pasar.
4) Adanya tradisi yang kuat, sehingga memengaruhi tingkah laku konsumen.
Perilaku konsumen juga sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan, yang mengatakan bahwa
apabila harga naik maka permintaan turun. Sebaliknya, apabila harga turun, permintaan
naik, dengan catatan keadaan yang lain ceteris paribus.
Pada dasarnya ada dua model atau pendekatan dalam teori yang mau menjelaskan perilaku konsumen,
yaitu yang dikenal dengan nama marginal utility dan kurva indiferensi. Dua-duanya mencoba
menjelaskan hukum permintaan, dengan cara menelusuri apa yang ada di balik kurve permintaan itu
(yang tidak dan belum dijelaskan dengan income-effect dan substitution effect).
1) Utilitas cardinal atau kegunaan kardinal
Apabila menggunakan teori nilai guna kardinal atau utilitas kardinal dapat dijelaskan bahwa
kepuasan absolut / mutlak yang diperoleh konsumen dari mengkonsumsi suatu produk. Maka,
manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara
kuantitatif, bisa dengan angka, uang atau menggunakan satuan lainnya.
Dalam teori nilai guna (utilitas) kardinal, dapat dibedakan di antara dua pengertian, yaitu
sebagai berikut.
a) Nilai Guna Total atau Total Utility
Nilai guna total atau total utility artinya jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari
mengonsumsi sejumlah barang tertentu.
b) Nilai Guna Marginal (Marginal Utility)
Nilai guna marjinal atau marginal utility artinya pertambahan (atau pengurangan)
kepuasan sebagai akibat perubahan penggunaan satu unit barang tertentu. Atau dengan
kata lain marginal utility adalah tambahan kepuasan karena bertambahnya mengonsumsi
satu unit barang. Marginal utility dapat dihitung dengan rumus.
∆ TU AtauMU = TU’
MU =
∆ X
Syarat untuk memaksimumkan nilai guna (utility) atau kepuasan maksimum konsumen
dapat dirumuskan berikut.
MU barang x MU barang y
= =
Px Py

Adapun untuk memaksimumkan nilai guna (utility) atas anggaran pendapatan yang
dimiliki konsumen untuk memaksimumkan konsumsi barang X dan barang Y dapat
dirumuskan :

Budget Income = Px.X + Py.Y

Contoh :
Pak Wiji mempunyai uang Rp90.000,00 yang ingin dibelanjakan untuk barang X seharga
Rp5.000,00 dan barang Y seharga Rp10.000,00 per unit. Apabila kepuasan total yang
diperoleh dari mengkonsumsi kedua barang tersebut ditunjukkan dengan persamaan TU =
2x2 + y2, untuk memperoleh kepuasan total (total utility) maksimum, berapa kombinasi
barang yang dikonsumsi Pak Wiji?
Jawab :
Diketahui
- Budget Income (uang yang dimiliki) Rp90.000,00
- Px = Rp 5.000,- dan Py = Rp10.000,00
- TU = 2x2 + y2
Penyelesaian :
Jika TU = 2x2 + y2, maka TU’x = 4x dan TU’y = 2y
Kepuasan maksimum :
MU barang x MU barang y
=
Px Py
4x 2y
=
5000 10000
10000y = 40000x
y = 4x
Budget Income = Px.X + Py.Y
90000 = 5000X + 10000 (4X)
45000X = 90000
X = 2 dan Y = 8
Jadi, kombinasi barang yang dikonsumsi untuk barang X = 2 unit dan barang Y = 8 unit.

2. Utilitas Ordinal atau kegunaan Ordinal


Adalah kepuasan yang diperoleh seorang kosumen dari pengunaan sebuah produk yang diukur
dengan suatu sekala relative, dan manfaat atau kenikmatan yang diperoleh masyarakat dari
mengkonsumsikan barang-barang tidak dikuantifikasi.
Teori Utilitas Ordinal dikemukakan oleh JR. Hicks dan RJ Allen (1934)

Ciri-ciri kegunaan ordinal


1. Konsumen mepunyai pendapat tertentu yang berbeda-beda
2. Konsumen maksimum dari barang-barang yang dikonsumsi selalu diusahakan konsumen
3. Kepuasan konsumen atas sauutu barang hanya dapat dibandingkan
4. Kepuasan konsumen tidak dapat diukur hanya cukup untuk diketahui
5. Pola preferensi konsumen akan barang-barang konsumsi dinyatakan dalam peta/kurfe
indeferensi
6. Kurve indefensi yang semakin jauh dari titik nol menunjukkan tingkat kepuasan yang
semakin tinggi,
Menurut pendekatan Utilitas Ordinal ini tingkat kepuasan seseorang dari mengkonsumsi barang
atau jasa tidak dapat dihitung dengan uang atau angka satuan lainnya tetapi dapat dikatakan lebih
tinggi atau lebih rendah, maka untuk menganalisis nilai guna diperlukan beberapa analisis, yaitu :

Pendekatan Kurva Indiferensi (Indifference Curve)


Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumen antara dua macam
barang, yang memberikan tingkat kepuasan sama bagi konsumen. Kurva indiferen
memiliki beberapa ciri atau sifat antara lain:
a) mempunyai kemiringan (slope) negatif, artinya miring dari kiri atas ke kanan bawah;
b) apabila kedudukannya lebih tinggi menunjukkan tingkat kepuasan yang semakin
tinggi;
c) tidak pernah saling berpotongan dengan kurva indiferen yang lain,
d) cembung ke titik asal (titik 0).
Grafiknya :
Gambar 3.5 Kurva Indiferensi

Keterangan:
OX : jumlah konsumsi barang X
OY : jumlah konsumsi barang Y
AB : garis pendapatan (budget line) atau garis anggaran
IC 1 : kurva yang belum menunjukkan kepuasan optimum, karena masih ada
sisa
anggaran (seperti gambar yang diarsir)
IC 2/ : tingkat kepuasan konsumen Kepuasan optimum konsumen dicapai bila
M seluruh
anggaran yang dimiliki dapat dipakai untuk membeli barang atau
keseimbangan konsumen
IC 3 : kurva yang semakin menunjukkan kepuasan optimum, tetapi anggaran
tidak cukup

Soal – soal

1. Konsumen memiliki peran utama dan penting dalam kegiatan perekonomian, sehingga ada
pepatah yang mengatakan konsumen adalah raja, jelaskan maksudnya
2. Ekonomi selalu berhubungan dengan barang dan jasa yang selalu memiliki nilai, sebutkan
dengan penjelasan singkat nilai pakai dan nilai tukar?
3. Didalam teori nilai terdapat nilai subjektif, jelaskan pendapat Herman Hendrich Gossen tentang
teori nilai sunyektif?
4. Kurve Indiferen memiliki beberapa ciri atau sifat, seebutkan!
5. Sebutkan teori nilai obyektif?

Anda mungkin juga menyukai