Anda di halaman 1dari 4

Concept For Review

Demand and Consumer Behavior


1. Konsep Utility
Di dalam teori ekonomi, kepuasan yang diperoleh seseorang dari mengonsumsi
barang-barang dinamakan nilai guna atau utiliti. Kalau kepuasan itu semakin tinggi
maka makin tinggilah nilai gunanya atau utilitinya.
Dalam membahas mengenai nilai guna perlu dibedakan di antara dua pengertian:
nilai guna total dan nilai guna marjinal. Nilai guna total yaitu jumlah seluruh
kepuasan yang diperoleh dari mengonsumsikan sejumlah barang tertentu. Sedangkan
nilai guna marjinal berarti pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat
dari pertambahan (atau pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu.

2. Utilitarianism
Utilitarianisme adalah paham dalam filsafat moral yang menekankan manfaat atau
kegunaan dalam menilai suatu tindakan sebagai prinsip moral yang paling dasar, untuk
menentukan bahwa suatu perilaku baik jika bisa memberikan manfaat kepada sebagian
besar konsumen atau masyarakat. Atau dengan kata lain, suatu paham etis yang
berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan.

3. Law of Diminishing Marginal Utility


Hukum ini menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh
seseorang dari konsumsi suatu barang akan menjadi semaikin sedikit (nialinya akan
menjadi negatif) apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya terhadap
barang tersebut.

4. Demand Shifts from Income and other sources


Pergeseran kurva permintaan terjadi akibat factor-faktor selain harga barang itu sendiri,
yang meliputi harga-harga barang lain, distribusi pendapatan, cita rasa masyarakat,
jumlah penduduk, dan ekspektasi tentang masa depan.

5. Ordinal Utility
Dalam pendekatan nilai guna ordinal, manfaat atau kenikmatan yang diperoleh
masyarakat dari mengonsumsi barang-barang tidak dikuantifikasi. Tingkah laku seorang
konsumen untuk memilih barang-barang yang akan memaksimumkan kepuasannya
ditunjukkan dengan bantuan analisis kurva kepuasan sama (Indifference Curve).

6. Equimarginal Principle
Konsep ini berkaitan dengan syarat pemaksimuman nilai guna, di mana setiap
rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan berbagai jenis barang akan
memberikan nilai guna marjinal yang sama besarnya. Berdasarkan syarat tersebut, dapat
dinyatakan secara rumus aljabar sebagai berikut: MUx / Px = MUy / Py = MUz / Pz.
Dalam persamaan tersebut, MU adalah nilai guna marjinal dan Px, Py, dan Pz berturut-
turut adalah harga barang A, barang B, dam barang C.

7. Market Demand vs Individual Demand


Permintaan terhadap suatu barang dapat dilihat dari dua sudut, yaitu permintaan
yang dilakukan oleh seseorang dan permintaan yang dilakukan oleh semua orang dalam
pasar. Oleh karena itu, dalam analisis perlu dibedakan antara kurva permintaan individu
dan kurva permintaan pasar. Kurva permintaan individu menggambarkan kuantitas suatu
barang yang ingin diperoleh seorang pembeli pada berbagai tingkat harga. Untuk
memperoleh kurva permintaan pasar, kurva permintaan berbagai individu dalam pasar
harus dijumlahkan.

8. Income Elasticity
Koefisien yang menunjukkan sampai di mana besarnya perubahan permintaan terhadap
sesuatu barang sebagai akibat daripada perubahan pendapatan pembeli dinamakan
elastisitas pendapatan.
Untuk kebanyakan barang kenaikan pendapatan akan menyebabkan kenaikan
permintaan. Di sini terdapat barang yang terdapat hubungan searah di antara perubahan
pendapatan dan perubahan permintaan, dengan demikian elastisitas pendapatannya
adalah positif (barang normal). Beberapa jenis barang mengalami pengurangan dalam
jumlah barang yang dibeli apabila pendapatan bertambah (elastisitasnya negatif). Barang
yang elatisitasnya demikian adalah barang inferior.

9. Subtitutes, Complement, Independent Goods


Sebagaimana yang telah diketahui, peningkatan harga suatu barang menyebabkan
jumlah permintaannya akan berkurang. Peningkatan harga suatu barang itu juga dapat
dilihat implikasinya terhadap permintaan barang lain. Pulpen dan pensil adalah salah satu
contoh barang subtitusi dimana kenaikan harga pulpen akan menyebabkan kenaikan
permintaan terhadap pensil. Adapun contoh dari barang komplementer yaitu mobil dan
bensin dikarenakan ketika harga bensin meningkat, maka permintaan mobil akan
berkurang. Selain kedua jenis barang itu, terdapat barang independen, yaitu suatu
barang ketika harganya meningkat, tidak mempengaruhi jumlah permintaan barang
lainnya.

10. Substitution Effect and Income Effect


Pada efek pendapatan, kalau pendapatan tidak mengalami perubahan maka
kenaikan harga menyebabkan kemampuan pendapatan yang diterima untuk membeli
barang-barang menjadi bertambah kecil dari sebelumnya (pendapatan riil menjadi
semakin sedikit). Dengan kata lain, konsumen mengurangi jumlah berbagai barang yang
dibelinya. Begitupula sebaliknya yang terjadi ketika penurunan harga suatu barang yang
menyebabkan pendapatan rii bertambah dan ini akan mendorong konsumen menambah
jumlah barang yang dibelinya.
Sementara itu di efek penggantian, perubahan harga suatu barang mengubah
nilai guna marjinal per rupiah dari barang yang mengalami perubahan harga tersebut.
Misalnya, harga barang A meningkat, maka saat ini MU barang A/PA menjadi lebih kecil
dari semula. Kalau harga barang B tidak mengalami perubahan, maka MU barang B/PB
yang sekarang adalah sama dengan sebelumnya. Berarti sesudah harga barang A naik,
keadaan yang berikut berlaku: MU barang A/PA < MU barang B/PB. Dalam keadaan
seperti diatas, nilai guna akan menjadi bertambah banyak (maka kepuasan konsumen
akan menjadi bertambah tinggi) sekiranya konsumen itu membeli lebih banyak barang B
dan mengurangi pembelian barang A.
Penurunan harga menyebabkan barang itu mewujudkan nilai guna marjinal per
rupiah yang lebih tinggi daripada nilai guna marjinal per rupiah dari barang-barang
lainnya yang tak berubah harganya. Maka, untuk memaksimumkan nilai gunanya,
permintaan terhadap barang tersebut akan semakin meningkat.

11. Merit Goods and Demerit Goods


Merit goods, yaitu barang yang konsumsinya dianggap bermanfaat secara intrinsik,
sedangkan demerit goods yaitu barang yang konsumsinya dianggap membahayakan.
Konsumen masih mengkonsumsi barang ini karena ketidaktahuan mereka tentang efek
negatifnya

12. Paradox of Value


Suatu keadaan di mana beberapa jenis barang yang sangat berguna dalam
kehidupan sehari-hari harganya sangat rendah, sedangkan barang yang kurang berguna
harganya sangat tinggi.
Untuk menjelaskan penyebab diatas, dapat menggunakan teori nilai guna. Penulis
mengambil contoh air dan berlian. Oleh karena air sangat mudah diperoleh maka orang
akan mengonsumsi air sehingga pada tingkat di mana nilai guna marjinal air sangat
murah. Nilai guna marjinal air begitu rendahnya sehingga orang mau menggunakan lebih
banyak air apabila harganya sangat rendah sekali. Begitu pula sebaliknya yang terjadi
pada berlian. Dengan demikian, nilai guna marjinal-lah yang menentukan apakah suatu
barang itu mempunyai harga yang tinggi atau rendah.

13. Consumer Surplus


Kepuasan seorang konsumen dari mengonsumsi sautu barang biasanya lebih tinggi dari
pengorbanan (pembayaran) yang dibuat untuk memperoleh barang tersebut. Perbedaan di
antara keduanya dinamakan surplus konsumen. Adapun penerapan dari konsep ini dapat
dijelaskan melalui grafik berikut.

Harga setiap jeruk di pasar adalah Rp 700. Surplus konsumen untuk setiap unit
jeruk yang dibeli ditunjukkan oleh garis tegak di antara garis harga dengan kurva
permintaan. Sebagai contoh, garis MN adalah surplus konsumen yang diperoleh dari
memakan jeruk yang ketiga. Pembeli bersedia membayar jeruk ini sebanyak Rp 1300,
tetapi harga pasar adalah Rp 700. Dengan demikian nilai MN--yaitu surplus konsumen,
adalah = Rp 1300 - Rp 700 = Rp 600. Jumlah surplus konsumen diperoleh dengan
menjumlahkan nilai garis-garis tegak yang seperti itu dari unit pertama hingga kelima.

Anda mungkin juga menyukai