A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan teori konsumen dalam dunia bisnis
dengan pendekatan Nilai Guna (Utility)
B. URAIAN MATERI
1. PENGERTIAN TEORI NILAI GUNA / UTILITY
Dalam teori ekonomi kepuasan / kenikmatan yang didapatkan oleh seseorang melalui
konsumsi barang-barang disebut dengan nilai guna / utility. Apabila kepuasan itu semakin tinggi,
maka semakin tinggilah nilai gunanya / utilitinya. Dalam membahas mengenai nilai guna perlu
dibedakan di antara dua pengertian, yaitu nilai guna total & nilai guna marginal. Nilai guna total
adalah nilai dari seluruh kepuasan yang didapatkan akibat dari mengkonsumsi sejumlah barang
tertentu. Sementara nilai guna marjinal yaitu penambahan / pengurangan kepuasan sebagai akibat
pertambahan / pengurangan penggunaan 1 unit barang tertentu.
Kajian awal dari teori nilai guna atau yang dikenal sebagai Hukum Gossen (Law of
Diminishing Marginal Utility), yaitu bahwa semakin banyak sesuatu barang dikonsumsikan,
maka tambahan kepuasan (marginal utility) yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang
dikonsumsikan akan menurun atau hukum nilai guna marjinal yang semakin menurun,
menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan
suatu barang akan menjadi semakin sedikit jika orang tersebut terus menerus menambah
konsumsinya ke atas barang tersebut. Pada akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negative,
yaitu apabila konsumsi ke atas barang tersebut ditambah satu unit lagi, maka nilai guna total
akan menjadi semakin sedikit. Apakah makna dari hipotesis tersebut? Pada hakikatnya hipotesis
tersebut menjelaskan bahwa pertambahan yang terus menerus menambah kepuasan yang
dinikmati orang yang mengkonsumsikannya. Pada permulaannya setiap tambahan konsumsi
akan mempertinggi tingkat kepuasan orang tersebut. Contohnya, apabila seseorang yang berbuka
puasa / baru selesai berolahraga memperoleh segelas air, maka ia memperoleh sejumlah
kepuasan daripadanya, & jumlah kepuasan itu akan menjadi bertambah tinggi apabila ia dapat
meminum segelas air lagi.
Nilai hukum penggunaan batas dapat dipahami dengan lebih jelas jika dijelaskan dalam
contoh berikut :
Tabel 8.1 Nilai Guna Total & Nilai Guna Marjinal dalam Angka
Pada contoh di atas juga diketahui bahwa hipotesis di atas adalah bahwa nilai konsumsi
tambahan akan berkurang jika konsumsi terus meningkat.
2. PENGGUNAAN MAKSIMUM
Salah satu contoh penting dalam teori ekonomi adalah bahwa setiap orang akan berusaha
untuk memaksimalkan kepuasan yang dapat dinikmati. Dengan kata lain, setiap orang akan
berusaha memaksimalkan nilai penggunaan barang yang dikonsumsinya. Jika yang menurutnya
hanya 1 item, tidak sulit untuk menentukan di level berapa nilai perolehan dan kenikmatan item
itu akan mencapai level maksimalnya. Level tercapai saat nilai total yang digunakan mencapai
maksimum. Namun apabila barang yang digunakan berbeda jenisnya maka akan semakin sulit
untuk menentukan jenis konsumsi barang tersebut yang akan menciptakan nilai pakai yang
maksimal.
Gambar 8.1 Grafik Nilai Guna Total dan Marjinal
1. Seseorang harus memaksimalkan nilai pakai quantity yang digunakan jika rasio marjinal
penggunaan quantity tersebut sama dengan rasio harga barang tersebut. Keadaan seperti itu
terwujud dalam contoh diatas. Perbandinganharga makanan dan pakaian adalah : 5000 :
50000 atau 1 : 10, dan ini adalah sama dengan perbandingan nilai guna marjinal makanan &
pakaian, yaitu : 5 : 50 atau 1 : 10.
2. Seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya
apabila nilai guna marjinal untuk setiap rupiah yang dikeluarkan yaitu sama untuk setiap
barang yang dikonsumsikan. Dalam contoh di atas nilai guna marjinal per rupiah dari
tambahan makanan adalah : nilai guna marjinal / harga = 5 / 5000 = 1 / 1000. Dan nilai guna
marjinal per rupiah dari tambahan pakaian adalah : nilai guna marjinal / harga = 50 / 50000
= 1 / 1000.
Kedua hipotesis tersebut mengandung pengertian yang sama. Syarat pemaksimuman nilai
guna seperti yang dinyatakan dalam (1) dan (2) biasanya dinyatakan secara rumus aljabar, yaitu
sebagai berikut :
= =
Dalam persamaan di atas MU adalah nilai guna marjinal dan PA, PB dan PC berturut-turut
adalah harga barang A, barang B dan barang C.
5. Faktor Yang Penyebab Teori Nilai Guna Mengalami Perubahan
Ada dua faktor yang menyebabkan permintaan suatu produk berubah ketika harga produk
berubah, antara lain :
Efek Penggantian
Ketidakseimbangan harga suatu barang dapat mengubah nilai guna marjinal per
rupiah dalam barang yang mengalami perubahan harga tersebut. Jika harga terjadi
peningkatan, nilai guna marjinal per rupiah yang diwujudkan oleh barang tersebut menjadi
semakin rendah. Misalnya harga barang A bertambah tinggi, maka sebagai akibatnya
sekarang MU barang A/PA menjadi lebih kecil dari semula. Apabila harga barang-barang
lainnya tidak mengalami perubahan lagi maka perbandingan di antara nilai guna marjinal
barang-barang itu dengan harganya atau nilai guna marjinal per rupiah dan barang-barang itu
tidak mengalami perubahan. Dengan demikian, untuk barang B misalnya, MU barang B/PB
yang sekarang adalah sama dengan sebelumnya. Ini artinya sesudah harga barang A naik,
keadaan yang berikut berlaku :
<
Dalam keadaan seperti di atas, nilai guna akan menjadi bertambah banyak (maka
kepuasan konsumen akan menjadi bertambah tinggi) sekiranya konsumen itu membeli lebih
banyak barang B dan mengurangi pembelian barang A. Keadaan di atas menunjukkan
bahwa kalau harga naik, permintaan terhadap barang yang mengalami kenaikan harga
tersebut akan menjadi semakin sedikit.
Dengan cara yang sama sekarang tidaklah susah untuk menunjukkan bahwa
penurunan harga menyebabkan permintaan ke atas barang yang mengalami penurunan harga
itu akan menjadi bertambah banyak. Penurunan harga menyebabkan barang itu mewujudkan
nilai guna marjinal per rupiah yang lebih tinggi daripada nilai guna marjinal per rupiah dari
barang-barang lainnya yang tak berubah harganya. Maka, karena membeli barang tersebut
akan memaksimumkan nilai guna, permintaan ke atas barang tersebut menjadi bertambah
banyak apabila harganya bertambah rendah.
Efek Pendapatan
Apabila perolehan tidak mengalami perubahan maka kenaikan harga mengakibatkan
perolehan riil akan cenderung semakin sedikit. Dengan kata lain kemampuan pendapatan
yang diterima untuk membeli barang menjadi kurang dari sebelumnya. Kemudian, kenaikan
harga memaksa konsumen untuk mengurangi jumlah berbagai barang yang mereka beli,
termasuk yang harganya naik. Penurunan harga suatu barang menyebabkan peningkatan
pendapatan riil, yang akan mendorong konsumen untuk meningkatkan jumlah barang yang
mereka beli. Perubahan harga dari harga ke pendapatan ini, yang disebut efek pendapatan,
semakin memperburuk efek substitusi, menciptakan penyempitan kurva permintaan dari kiri
atas ke atas. di pojok kanan bawah. Berikut ini penjelasan tentang bagaimana teori utilitas
dapat digunakan untuk menyusun kurva permintaan.
Saat saldo ini tercapai, Pm (harga makanan) adalah Rp 10.000,00. Dalam contoh ini kita
akan memperhatikan perubahan jumlah permintaan pangan, jadi Anda tidak perlu mengetahui
jumlah pakaian yang dibeli dan harga pakaian. Misalkan harga sandang tidak berubah, tapi harga
pangan sudah turun dari Rp. 10.000,00 sampai dengan Rp 5.000,00
Dimana P1m adalah harga makanan baru yaitu Rp 5000,00. Situasi di atas memaksa
konsumen untuk meningkatkan konsumsi makanannya, misalnya dari 10 unit menjadi 15 unit.
Dengan jumlah dan harga pangan baru ini, keseimbangan konsumen akan pulih. Asumsikan
harga makanan naik menjadi Rp15.000,00 dan harga sandang tidak berubah:
MUm / 15000 < MUm / 10000
Ketidakseimbangan ini memaksa pengguna untuk mengurangi jumlah makanan yang mereka
beli. Misalkan konsumen mencapai keseimbangan lagi dengan membeli 5 jenis makanan. Dari
contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa permintaan konsumen terhadap pangan adalah sebagai
berikut:
i. Untuk harga Rp. 15.000; 5 unit akan dibeli
ii. 10 unit akan dibeli dengan harga Rp10.000,00
iii. 15 unit akan dibeli dengan harga Rp 5.000,00
15 A
10 B
5 C
0 5 10 15 Kuantitas
Paradoks Nilai
Misalnya, harga berlian memang tinggi, tetapi manfaatnya bagi masyarakat rendah. Padahal,
harga air memang murah, tapi manfaatnya besar. Paradoks ini dapat dijelaskan dengan
menggunakan teori nilai dalam penggunaan.
Merupakan kesenangan yang berlebihan bagi konsumen untuk mengkonsumsi sesuatu
dibandingkan dengan pembayaran yang diperlukan untuk mendapatkan produk tersebut.
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Jelaskan apa itu :
a. Nilai guna total dan nilai guna marginal?
b. Apa saja ciri-ciri dari masing-masing nilai tersebut?
c. Berdasarkan ciri-ciri tersebut buatlah kurvanya?!
2. Apakah yang dimaksud dengan paradox nilai? Apakah peranan teori nilai guna di
dalam menerangkan paradoks nilai?
3. Anita membeli buah mangga dan durian, nilai guna total dari memakan masing-
masing buah tersebut adalah seperti yang ditunjukkan dalam table di bawah ini :
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi, Penerbit FE UI,
2008
T. Gilarso SJ, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, Penerbit Kanisius – Yogyakarta, 2003
Richard G. Lipsey, Peter O. Steiner, Douglas D. Purvis and Paul N. Courant, Alih Bahasa
Jaka Wasana dan Kirbrandoko, Pengantar Mikro Ekonomi, Penerbit Binarupa
Aksara – Jakarta Barat, 1991