Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PERMINTAAN

D
D
I
S
U
S
U
N
OLEH

Ria septiani

01120301105

Retna Pancadila

01120301162

BAB 5
ANALISIS PERMINTAAN

A. Pilihan Konsumen : Pendekatan Iso-Mashlahah


Dalam

hal

ini

sebenarnya

terdapat

dua

pendekatan

untuk

mengetahui perilaku konsumen, yaitu pendekatan maslahah marjinal dan


pendekatan

iso-maslahah.

Pendekatan

pertama

didasarkan

pada

pandangan bahwa manfaat maupun berkah atas suatu kegiatan konsumsi


bisa dirasakan dan diukur oleh konsumen. Sementara pendekatan kedua
didasarkan pada pandangan bahwa maslahah, terutama berkah, hanya bisa
dirasakan namun tidak bisa diukur seberapa besarnya. Sebagai misal
ketika konsumen mengeluarkan belanja Rp 5000 untuk membeli sebungkus
rokok, ia akan merasakan berkah yang lebih rendah daripada uang
tersebut dibelanjakan untuk membeli satu kaleng susu

1. Karakteristik Iso-Mashlahah
Kurva iso maslahah (IM) menunjukkan kombinasi dua barang/jasa
yang memberikan maslahah

yang sama. Setiap konsumen memiliki

alternatif kombinasi berbagai barang/jasa yang diperkirakan memberikan

maslahah yang sama, misal, menurut Zaid membeli dua belas surat kabar
dan satu majalah yang memberikan maslahah

yang sama jika membeli

dua majalah dan enam surat kabar.


Kombinasi inilah yang disebut dengan iso- maslahah, yaitu setiap
titik kombinasi barang yang ada pada suatu kurva maslahah
tingkat maslahah yang sama.

mempunyai

A
Y1

B
C

Y2
Y3

IM

X1

X2

X3

Gambar 5.1. Kurva Iso-Maslahah


a. Bentuk Kurva Iso-Mashlahah
Kurva iso-maslahah berbentuk cembung dan mempunyai slope negatif.
Menunjukkan adanya mekanisme substitusi antara kedua barang
dengan substitusi dekat tidak sempurna. Inilah yang lazim terjadi
pada hubungan berbagai barang.
b. Posisi Kurva dan Tingkat Mashlahah
Ketika konsumen melakukan kegiatan yang halal dan thayyib, maka
dengan semakin tingginya frekuensi kegiatan akan semakin tinggi pula

maslahah yang ia peroleh. Hal ini bisa ditunjukkan oleh semakin


tingginya kurva iso-maslahah. Kurva iso-maslahah yang lebih tinggi
menunjukkan tingkat maslahah yang lebih tinggi pula
c. Tingkat Substitusi Semakin Menurun
Slope dari kurva maslahah pada masing-masing titik yang ada
menunjukkan tingkat kemampuan untuk melakukan substitusi

2. Bentuk Kurva Iso-Mashlahah

Kandungan berkah dalam masing-masing barang sangat menentukan


pilihan konsumen. Konsumen yang rasional akan memiliki kecenderungan
pilihan pada penggunaan barang-barang dengan kandungan berkah yang
tinggi dibanding dengan barang yang kandungan berkahnya rendah,
sepanjang ada kemampuan finansial yang mendukungnya.
a. Kurva Iso-Mashlahah dengan Kandungan Berkah yang setingkat
Ada kalanya seorang konsumen dihadapkan pada pilihan konsumsi
antara dua barang yang memiliki berkah yang setingkat. Setiap
barang/jasa yang halal dan memberikan kemanfaatan yang sama
diharapkan akan memberikan keberkahan yang sama pula. Hal ini bisa
dilihat pada barang-barang halal yang memiliki hubungan substitusi
sempurna atau dekat, seperti komputer berbeda merek. Sebagaimana
kita ketahui, persaingan dalam produk komputer saat ini sangat ketat
sehingga antara merek yang satu dengan lainnya sesungguhnya secara
kualitas atau kemanfaatan tidak berbeda jauh (bahkan sama).
b. Kurva Iso-Mashlahah dengan kandungan Berkah yang Tidak Setingkat
Dalam dunia nyata,
sebenarnya sangat sulit konsumen untuk
menemukan barang-barang yang memiliki kandungan berkah yang
benar-benar setingkat. Jadi, kebanyakan barang memiliki kandungan
berkah yang tidak setingkat, betapapun kecil perbedaannya. Dalam hal
ini, jika konsumen ingin meningkatkan maslahah

yang ia peroleh maka

ia harus melakukan perubahan jumlah barang yang dibelanjakan dalam


komposisi yang berbeda. Sebagai misal, jika kandungan berkah barang
Y lebih tinggi daripada barang X, maka kurva iso- maslahah dilukiskan
akan cenderung landai.

3. Kemampuan Sustitusi Antarbarang

Pada

seksi

kandungan maslahah

sebelum

ini

didiskusikan

bagaimana

perbedaan

pada masing-masing barang melatar belakangi

pilihan konsumen.
Sudah kita ketahui bahwasanya kandungan berkah yang ada pada
masing-masing barang bisa berbeda sehingga kecenderungan pilihan
konsumen muslim akan jatuh pada barang tersebut.
Kemampuan untuk saling menggantikan antara barang yang satu
dengan barang lainnya bisa dilihat dari nilai absolut dari slope kurva iso-

maslahah

di atas. Secara aljabar kurva iso- maslahah

bisa

diekspresikan sebagai berikut ini:

M = m(X,Y, BX, BY)


Tingkat kemampuan barang X menggantikan fungsi barang Y bisa
dirumuskan sebagai perbandingan antara perubahan Y dan perubahan X
untuk mendapatkan maslahah yang sama,
Kemampuan substitusi Y terhadap X adalah = Y/X Y/ X
Dengan melakukan dirivasi parsial dan mengkaitkan dengan konsep

maslahah pada bab IV maka akan diperoleh (penurunan formula terdapat


pada lampiran):

Y/X = MMX/MMY
di mana MMx dan MMY adalah maslahah marjinal untuk barang X dan
barang Y.

a. Kemampuan Substitusi yang Menurun (Decreasing)

Jika marginal berkah (MB) bersifat increasing dengan tingkat


pertumbuhan yang lebih rendah dari tingkat penurunan marginal
manfaat duniawi (MF), maka maslahah

marjinal akan mengalami

decreasing.

IM
X

b. Kemampuan substitusi yang konstan


Jika marginal berkah (MB) bersifat increasing dengan tingkat
pertumbuhan yang sama dengan tingkat penurunan marginal manfaat
duniawi (MF), maka maslahah marjinal akan konstan.

IM
X

c. Kemampuan Substitusi yang meningkat (Increasing)


Jika marginal berkah (MB) bersifat increasing dengan tingkat
pertumbuhan yang lebih tinggi dari tingkat penurunan marginal
manfaat fisik (MF), maka maslahah marjinal akan increasing

IM
X

4. Batasan Individu dan Etika dalam Konsumsi


Konsumen akan menghadapi berbagai kendala atau batasan yang
harus diperhatikan dalam menentukan pilihan konsumsi. Berbagai batasan
ini antara lain barangnya harus halal, dikonsumsi tidak dalam jumlah
berlebih-lebihan (israf), memperhatikan kebutuhan orang lain dan
menyesuaikan dengan kemampuan anggaran. Karena kehalalan merupakan
batasan minimal dalam konsumsi maka diasumsikan seluruh barang yang
dikonsumsi adalah halal, sehingga terdapat tiga kendala utama yang harus
dipenuhi.
a. Kendala Anggaran (Budget)
Kendala

penting

yang

dihadapi

oleh

konsumen

muslim

dalam

menentukan pilihan mereka dalam mengkonsumsi barang adalah


kendala anggaran.
1) Penurunan Kurva Anggaran (Allocated Budget)

Jika seluruh pendapatan konsumen adalah I, maka pendapatan yang


siap dikonsumsikan (IC) merupakan suatu bagian dari pendapatan
total. Sementara terdapat alokasi lain dari pendapatan, yaitu untuk
menabung atau investasi (IS) dan amal sholeh (IA) sehingga
I= IC + IS + IA
AB IC

2) Efek Perubahan Pendapatan pada Kurva Anggaran


Pendapatan mempunyai dampak langsung pada kemampuan untuk
mengkonsumsi barang. Jika pendapatan naik, maka besarnya
anggaran yang dialokasikan untuk tujuan konsumsi pun akan juga
mengikuti naik.
AB` = PX X + PY Y
di mana: AB` > AB.
3) Efek Perubahan Harga pada Kurva Alokasi Anggaran
Selain pendapatan, harga juga mempunyai pengaruh langsung pada
kurva budget. Di sini ada beberapa kemungkinan akibat yang
terjadi menurut penyebabnya.
(a) Penurunan harga pada salah satu barang
Dalam kasus ini asumsikan bahwa harga barang yang turun
adalah barang X. Harga barang X turun dari PX menjadi P`X.
Maka slope dari kurva budget berubah menjadi:
dY/dX = -(P`X/PY)

(b) Penurunan harga pada kedua barang

Kemungkinan lain dari perubahan yang terjadi adalah adanya


perubahan harga pada kedua barang. Perubahan ini bisa terjadi
dalam beberapa skema.
AB = (1-)PX X + (1-)PY Y

4) Efek Perubahan Harga dan Pendapatan secara Simultan pada Kurva


Anggaran
Untuk mengetahui efek adanya kenaikan pendapatan dan harga
semua barang diasumsikan terlebih dahulu bahwa tingkat kenaikan
pada harga dan pendapatan adalah sama.
AB(1-) = (1-)PX X + (1-)PY Y
b. Kendala Israf
Dalam Islam meskipun seseorang mempunyai uang yang banyak maka
tidak serta merta mereka diperbolehkan untuk menggunakan uangnya
untuk membeli apa saja yang mereka inginkan dan dalam jumlah
berapapun yang mereka inginkan.
Secara umum kriteria israf ini akan berbeda sesuai dengan kekayaan
yang dimiliki oleh konsumen. Semakin kaya seorang konsumen maka
batasan israf akan semakin meningkat,

c. Mempertimbangkan Kebutuhan orang lain


Di samping Islam mengajarkan umatnya untuk tidak berlebih-lebihan
dalam konsumsi, Islam juga menuntun agar kita peduli kepada orang
lain, terutama sanak kerabat, tetangga, fakir miskin, anak yatim
ataupun konsumen lainnya.

5. Keseimbangan Konsumen
Setelah mendiskusikan elemen-elemen pembentuk dari skema
pilihan konsumen maka sekarang ini saatnya untuk menggabungkan kedua
argumen tersebut untuk menentukan pilihan konsumen.
Jika dianalisis secara matematis, fungsi permintaan terhadap
barang X dapat dituliskan sebagai berikut (Perhitungannya lihat
lampiran):
DX

I
( bY )

1 PX

( b X )

B. Efek Berkah pada Pilihan Optimal


Kandungan berkah sangat mempengaruhi preferensi konsumen. Di
sini akan kita lihat suatu situasi perubahan kandungan berkah setelah
konsumen mencapai maslahah optimalnya.

C. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan dari Perubahan


Harga
Adanya kenaikan harga suatu barang akan mendorong penurunan
jumlah barang yang diminta jika kandungan berkah pada barang tersebut
tidaklah berubah, sebagaima dijelaskan pada persamaan 5.12. Pada
dasarnya perubahan dapat diuraikan menjadi beberapa hal, yaitu:
1. Efek Pendapatan
Efek pendapatan adalah perubahan jumlah barang yang diminta
sebagai akibat adanya perubahan pendapatan riil konsumen.
2. Efek Substitusi
Efek substitusi adalah perubahan jumlah barang X yang diminta
sebagai akibat adanya perubahan permintaan terhadap barang lain.

Secara umum, adanya kenaikan harga suatu barang akan memiliki


beberapa kemungkinan efek substitusi, yaitu:
a. Kenaikan harga barang tanpa adanya perubahan kandungan
mashlahah
b. Kenaikan harga barang disertai dengan penurunan kandungan
mashlahah
c. Kenaikan harga barang disertai dengan kenaikan kandungan

mashlahah

D. Analisis Elastisitas Permintaan


Analisis elastisitas permintaan telah menduduki posisi yang sangat
penting dalam bangunan teori ekonomi. Bahkan analisis elastisitas
permintaan telah banyak memberikan tuntunan kepada para manajer
perusahaan dalam menentukan strategi pemasaran, pemilihan teknik
promosi maupun penentuan harga (pricing).

1. Elastisitas Harga Permintaan

Elastisitas harga permintaan adalah perubahan jumlah (kuantitas) dari


barang yang diminta sebagai akibat dari adanya perubahan harga, yang
diukur dalam persentase
a. Pengukuran Elastisitas
Untuk menyederhanakan perhitungan, elastisitas dapat diukur pada
kondisi permintaan tertentu (elastisitas titik) maupun secara ratarata antar dua keadaan atau lebih (elastisitas busur)
1) Elastisitas Busur
Elastisitas busur (arc elasticity) menghitung besarnya nilai
elastisitas pada busur (lengkungan) atau rentang tertentu.
2) Elastisitas Titik
Secara fundamental tidak ada perbedaan antara konsep
elastisitas

titik

(point

elasticity)

dengan

elastisitas

busur/rentang. Perbedaan hanya terjadi pada pendekatan


terhadap unit yang digunakan sebagai basis penghitungan.
b. Makna Angka Elastisitas
Makna yang lebih umum dari angka elastisitas, ambil di sini nilai -2,
adalah bahwasanya jumlah barang yang diminta akan naik sebesar 2
persen manakala terjadi penurunan harga sebanyak 1 persen
c. Elastisitas Permintaan Konsumen Islami
Elastisitas permintaan konsumen Islami di sini diartikan adalah
sebagai nilai elastisitas yang dipunyai oleh konsumen yang
memperdulikan maslahah.
2. Elastisitas Pendapatan Permintaan
Elastisitas pendapatan permintaan (income elasticity of demand)
merupakan varian lain dalam kelompok elastisitas permintaan. Secara
teknis elastisitas ini didefinisikan sebagai perubahan jumlah barang yang
diminta,

dalam

prosentase,

sebagai

respon

terhadap

perubahan

pendapatan konsumen, dalam persentase.

Q I
EI
Q I
3. Elastisitas Berkah Permintaan
Secara

teknis,

elastisitas

tersebut

didefinisikan

sebagai

perubahan, dalam persentase, yang terjadi dalam kuantitas dibandingkan


dengan perubahan berkah, dalam persen.

E X , BX

dX B X
dB X X

Anda mungkin juga menyukai