Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemahaman akan perilaku konsumen adalah tugas penting bagi pemasar.
Para pemasar mencoba memahami perilaku konsumen agar mereka dapat
menawarkan kepuasan yang lebih besar kepada konsumen. Tapi bagaimanapun
juga ketidakpuasan konsumen pada tingkat tertentu masih akan ada. Beberapa
pemasar masih belum menerapkan konsep pemasaran sehingga mereka tidak
berorientasi pada konsumen dan tidak memandang kepuasan konsumen sebagai
tujuan utama. Lebih jauh lagi karena alat menganalisis perilaku konsumen
tidak tidak pasti, para pemasar kemungkinan tidak mampu menetapkan secara
akurat apa yang sebenarnya yang dapat memuaskan para pembeli. Sekalipun
para pemasar mengetahui faktor yang meningkatkan kepuasan konsumen
tergolong aset paling berharga bagi semua bisnis. Tanpa dukungan mereka,
suatu bisnis tidak akan eksis. Sebaliknya jika bisnis kita sukses memberikan
pelayanan terbaik, konsumen tidak hanya membantu bisnis kita tumbuh. Lebih
dari itu mereka biasanya akan membuat rekomendasi untuk teman dan
relasinya. Setidaknya perlu memahami 10 ayat-ayat agar dapat menajamkan
fokus dalam melayani konsumen.
Jadilah pendengar yang baik. Luangkan waktu untuk menelaah
kebutuhan konsumen dengan bertanya dan fokus terhadap apa yang telah
mereka katakan. Perhatikan kata-katanya, intonasi suaranya, gerak badannya,
dan yang terpenting bagaimana perasaan mereka. Jauhkan diri dari asumsi-
asumsi dan berpikir intutif tentang keinginan konsumen.

B. Perumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian perilaku konsumen?
2. Teori nilai subjektif dan objektif

1
3. Pembagian nilai subjektif dan objektif
4. Teori kardinal
5. Teori ordinal

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Mengetahui dan mendeskripsikan pengertian perilaku konsumen
2. Mengetahui Teori nilai subjektif dan objektif
3. Mengetahui Pembagian nilai subjektif dan objektif
4. Mengetahui dan menjelaskan Teori kardinal
5. Mengetahui dan menjelaskan Teori ordinal

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Konsumen


Konsumen memiliki keragaman yang menarik untuk dipelajari karena ia
meliputi seluruh individu dari berbagai usia, latar belakang budaya,
pendidikan, dan keadaan sosial ekonomi lainnya. Oleh karena itu, sangatlah
penting untuk mempelajari bagaimana konsumen berperilaku dan faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi perilaku tersebut.
Kotler dan Keller (2008) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai
berikut: “Perilaku konsumen adalah studi bagaimana individu, kelompok dan
organisasi memilih, membeli, menggunakan dan menempatkan barang, jasa,
ide atau pengalaman untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.”
Dharmmesta dan Handoko (2000) mendefinisikan perilaku konsumen
sebagai berikut: “Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai kegiatan-
kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk di dalamnya proses
pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan- kegiatan
tertentu.”
Schiffman dan Kanuk (2008) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai
berikut: “Perilaku konsumen menggambarkan cara individu mengambil
keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu,
uang, usaha) guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan
konsumsi”.1

B. Asumsi Perilaku Konsumen


Dalam prilaku konsumen itu sendiri datang dalam beberapa faktor
misalnya dari lingkungan, perbedaan pengaruh individu, ataupun dari proses

1
Ujang Sumarwan,2004,Perilaku Konsumen, Ghalia Indonesia, Hal 45

3
psikologis itu sendiri yang nantinya akan berpengaruh terhadap perekonomian
itu sendiri
Sebaiknya para pemasar memberikan pelayanan terbaik kepada para
konsumen dan memahami perilaku konsumen dengan menerapkan konsep
pemasaran agar konsumen mendapatkan kepuasan yang maksimal serta
memandang kepuasan konsumen sebagai hal utama dalam menjalankan suatu
usaha. Karena konsumen adalah aset utama para pemasar, jika mereka puas
maka usaha yang di jalankan para pemasar juga akan sukses.
Tujuan yang ingin dicapai oleh konsumen adalah kepuasan maksimum.
Untuk dapat membahasnya kita harus mengetahui beberapa pengertian dan
asumsi dasar (utama.)
1. Barang (Commodities)
Barang adalah benda dan jasa yang dikonsumsi untuk memperoleh
manfaat atau kegunaan. Bila seseorang mengonsumsi lebih dari satu
barang dan jasa, seluruhnya digabungkan dalam bundel barang
(commodities bundle). Barang yang dikonsumsi mempunyai sifat makin
banyak dikonsumsi makin besar manfaat yang diperoleh.2 Contohnya
pakaian, makin banyak dimiliki makin memberi manfaat. Sesuatu yang
bila konsumsinya ditambah justru mengurangi kenikmatan hidup, tidak
dimasukkan dalam analisis. Misalnya, penyakit, makin banyak makin
menyusahkan.
2. Utilitas Nilai Guna (utility)
Utilitas (utility) adalah manfaat yang diperoleh karena mengonsumsi
barang. Utilitas merupakan ukuran manfaat suatu barang dibanding dengan
alternatif penggunaannya. Utilitas digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan oleh konsumen. Utilitas total (total utility/TU) adalah manfaat
total yang diperoleh dari seluruh barang yang dikonsumsi. Utilitas marjinal
(marginal utility /MU) adalah tambahan manfaat yang diperoleh karena
menambah konsumsi sebanyak satu unit barang.

2
Samuelson dan Nordhaus, Ilmu Makro Ekonmi, (Jakarta: PT. Media Global Edukasi, 2004), 63

4
3. Hukum Pertambahan Manfaat yang Makin Menurun (The Law
of Diminishing Marginal utility)
Pada awalnya penambahan konsumsi suatu barang akan memberi
tambahan utilitas yang besar, tetapi makin lama pertambahan itu bukan
saja makin menurun, bahkan menjadi negatif. Gejala itu disebut sebagai
Hukum Pertambahan Manfaat yang Makin Menurun (The Law of
Diminshing Marginal Utility, untuk selanjutnya disingkat LDMU). Dalam
analisis perilaku konsumen, gejala LDMU dilihat dari makin menurunnya
nilai utilitas marjinal. Karena dasar analisisnya adalah perubahan utilitas
marjinal, analisis ini dikenal sebagai analisis marjinal (marginal analysis).
4. Konsistensi Preferensi (Transitivity)
Konsep preferensi berkaitan dengan kemampuan konsumen menyusun
prioritas pilihan agar dapat mengambil keputusan. Minimal ada dua sikap
yang berkaitan dengan preferensi konsumen, yaitu lebih suka (prefer) dan
atau sama-sama disukai (indifference). Misalnya ada dua barang X dan Y,
maka konsumen mengatakan X lebih disukai dari pada Y (X > Y) atau X
sama-sama disukai seperti Y (X = Y). Tanpa sikap ini perilaku konsumen
sulit dianalisis.
Syarat lain agar perilakunya dapat dianalisis, konsumen harus
memiliki konsistensi preferensi. Bila barang X lebih disukai dari Y ( X >
Y) dan barang Y lebih disukai dari Z (Y > Z), maka barang X lebih disukai
dari Z (X > Z). = ~:1Sep ini disebut transitivitas (transitivity).
5. Pengetahuan Sempurna (Perfect Knowledge)
Konsumen diasumsikan memiliki informasi atau pengetahuan yang
sempurna berkaitan dengan keputusan konsumsinya. Mereka tahu persis
kualitas barang, kapasitas produksi, teknologi yang digunakan dan harga
barang di pasar. Mereka mampu memprediksi jumlah penerimaan untuk
suatu periode konsumsi.

5
C. Teori Nilai Subjektif dan Objektif
1. Teori Objektif
Teori nilai objektif tertuju pada bagaimana terjadinya nilai terhadap
suatu barang/jasa. Beberapa ahli ekonomi melakukan penelitian tentang
bagaimana terjadinya nilai terhadap barang/jasa melahirkan teori nilai
objektif sebagai berikut:
a. Teori nilai biaya produksi dari Adam Smith
Menurut Adam Smith nilai suatu barang/jasa ditentukan oleh biaya
yang dikeluarkan produsen untuk memproduksi barang/jasa tersebut.
Semakin tinggi biaya produksi semakin tinggi pula nilai dari barang
tersebut. Jika biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen untuk
memproduksi suatu barang adalah Rp450.000,00 maka nilai dari
barang tersebut sebesar Rp450.000,00 pula.
b. Teori nilai biaya produksi tenaga kerja dari David Ricardo
Menurut teori ini, nilai suatu barang ditentukan oleh biaya tenaga
kerja yang digunakan untuk memproduksi barang tersebut. Tenaga
kerja yang dimaksud meliputi tenaga kerja manusia, mesin, dan
peralatan lain yang digunakan.
c. Teori nilai lebih dari Karl Marx
Menurut Karl Marx, barang dinilai berdasarkan pada biaya rata-rata
tenaga kerja di masyarakat. Karl Marx juga berpendapat bahwa upah
yang diberikan kepada buruh tidak sesuai dengan harga barang yang
dijual sehingga terjadi pemerasan terhadap buruh. Laba yang diterima
pengusaha didapat dari selisih nilai jual dengan biaya produksi yang
rendah karena pemerasan terhadap buruh disebut nilai lebih. Oleh
karena itu, teori ini disebut teori nilai lebih.
d. Teori nilai reproduksi dari Carey
Menurut teori ini, nilai suatu barang ditentukan oleh biaya pembuatan
kembali (biaya reproduksi) barang tersebut. Oleh karena itu, nilai
barang ditentukan oleh harga-harga bahan pada saat barang tersebut
akan dibuat kembali.

6
e. Teori nilai pasar dari Hummed and Locke
Menurut teori ini, nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah
permintaan dan penawaran yang ada di pasar atau nilai suatu barang
ditentukan oleh harga pasar.
2. Teori Subjektif
Teori nilai subjektif ini memiliki arti bahwa nilai suatu barang
ditentukan oleh utilitas dari barang tersebut. Setiap orang akan mempunyai
utilitas yang berbeda untuk suatu barang yang sama. Menurut Menger, nilai
ditentukan oleh faktor subjektif dibandingkan faktor objektif. Nilai berasal
dari kepuasan manusia. Karena kebutuhan manusia lebih banyak daripada
barang dan jasa yang tersedia maka untuk memuaskan kebutuhannya
manusia akan memilih secara rasional di antara barang/jasa alternatif yang
tersedia.
Dalam teori ini dikemukakan tentang prinsip-prinsip pengkatagorian
barang/jasa menurut tingkat intensitasnya. Katagori I adalah barang-barang
untuk mempertahankan hidup, katagori II barang/jasa untuk kesehatan, dan
katagori III adalah barang/jasa untuk memberikan kesejahteraan individu.
Semakin penting barang/jasa tersebut bagi seorang individu maka nilai
barang/jasa tersebut semakin tinggi.

D. Pembagian Nilai Subjektif dan Objektif


Nilai barang atau jasa di bedakan menjadi nilai pakai dan nilai tukar.
Nilai pakai menunjukkan kemampuan suatu barang barang untuk dipakai atau
digunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup yang beragam.
Nilai pakai barang bisa dibedakan sebagai berikut :
1. Nilai pakai subjektif : yaitu nilai suatu barang yang diberikan seseorang
karena bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Misalnya, mesin traktor
bernilai tinggi pada petani, tetapi bernilai rendah pada nelayan.
2. Nilai pakai objektif : yaitu nilai suatu barang karena mampu memenuhi
kebutuhan hidup setiap orang. Mislnya, jasa konsultan keuangan yang
bernilai sama, yaitu memeberikan jasa konsultan keuangan.

7
Nilai tukar menunjukkan kemampuan suatu barang untuk bisa ditukarkan
dengan barang lain atau sejumlah uang tertentu. Nilai tukar barang dapat
dibedakan seabagai berikut :
1. Nilai tukar subjektif : yaitu nilai tukar suatu barang dilihat dari sudut
pandang pemiliknya atau orang yang menukarkannya.
2. Nilai tukar objektif : yaitu nilai tukar barang yang bisa ditukarkan dengan
barang lain.

E. Teori Kardinal
Teori Kardinal menyatakan bahwa kegunaan dapat dihitung secara
nominal, sebagaimana kita menghitung berat dengan gram atau kilogram,
panjang dengan centimeter atau meter. Sedangkan satuan ukuran kegunaan
(utility) adalah util. Keputusan untuk mengkonsumsi suatu barang berdasarkan
perbandingan antara manfaat yang diperoleh dengan biaya yang harus
dikeluarkan. Nilai kegunaan yang diperoleh dari konsumsi disebut utilitas total
(TU). Tambahan kegunaan dari penambahan suatu unit barang yang
dikonsumsi disebut utilitas marjinal (MU). Total uang yang harus dikeluarkan
untuk konsumsi adalah jumlah unit barang dikalikan harga per unit.
Teori pendekatan konsumen kardinal adalah daya guna dapat diukur
dengan satuan uang atau utilitas, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna
tergantung kepada subyek yang menilai.3 Pendekatan ini juga mengandung
anggapan bahwa semakin berguna suatu barang bagi seseorang, maka akan
semakin diminati. Teori pendekatan kardinal memberikan penilaian bersifat
subyektif akan pemuasan kebutuhan dari suatu barang, artinya tinggi
rendahnya suatu barang tergantung sudut pandang subyek yang memberikan
penilaian tersebut, yang biasanya berbeda penilaian dengan orang lain.
Pendekatan ini merupakan gabungan dari beberapa pendapat para ahli
ekonomi aliran subyektif dari Austria seperti: Karl Menger, Hendrik Gossen,
Yeavon, dan Leon Walras. Menurut pendekatan ini daya guna dapat diukur

3
Sukirno, Sadono. 2010. Mikro ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta:
Rajawali Pers, hal. 78

8
dengan satuan uang atau util, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna
bergantung kepada subyek yang menilai.
Dalam pendekatan ini akan banyak didasari oleh suatu hukum dari tokoh
terkenal, Gossen, yaitu hukum Gossen.
1. Hukum Gossen I menyatakan bahwa jika kebutuhan seseorang dipenuhi
terus-menerus maka kepuasanya akan semakin menurun.
2. Hukum Gossen II menyatakan bahwa orang akan memenuhi berbagai
kebutuhannya sampai mencapai intensitas yang sama. Intensitas yang sama
itu ditunjukkan oleh rasio antara marginal utility dengan harga dari barang
yang satu dengan rasio marginal utility dengan harga barang yang lain.
Hipotesis utama teori nilai guna atau lebih dikenal sebagai hukum nilai
guna marginal yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna
yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan satu barang akan
menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus-menerus menambah
konsumsinya pada barang tersebut.
Dalam pendekatan ini, konsumen dianggap mengonsumsi kombinasi
barang untuk mendapatkan kepuasan yang maksimal dan tambahan kepuasan
yang diperoleh dari tambahan konsumsi suatu barang secara terus menerus
akan semakin berkurang.
Asumsi dasar:
1. Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.
2. Semakin banyak barang dikonsumsi maka semakin besar kepuasan.
3. Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan
kepuasan setiap satu satuan. Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari
setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil. (Mula-mula kepuasan akan
naik sampai dengan titik tertentu atau saturation point tambahan kepuasan
akan semakin turun). Hukum ini menyebabkan terjadinya Downward
sloping MU curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal
dengan hukum Gossen.
Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa
dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya.

9
Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau
membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen rendah
maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah. Pendekatan

F. Teori Ordinal
Terbagi atas 7 bagian yaitu :
1. Kurva Indiferensi ( Indiference Curve )
Menurut Teori Ordinal, kegunaan tidak dapat dihitung tetapi hanya
dapat dibandingkan, sebagaimana kita menilai kecantikan atau kepandaian
seseorang. Untuk menjelaskan pendapatnya, Teori Ordinal menggunakan
kurva indiferensi (indiferensi curve). Kurva indiferensi adalah kurva yang
menunjukkan berbagai kombinasi konsumsi dua macam barang yang
memberikan tingkat kepuasan yang sama bagi seorang konsumen. Suatu
kurva indiferensi atau sekumpulan kurva indiferensi (yang disebut peta
indiferensi atau indifference map), dihadapi oleh hanya seorang konsumen.
Asumsi –asumsi Kurva Indiferensi :
a. Semakin jauh kurva indiferensi dari titik origin, semakin tinggi tingkat
kepuasannya.
b. Kurva indiferensi menurun dari kiri ke kanan bawah ( downward
sloping ), dan cembung ke titik origin ( convex to origin) atau adanya
kelangkaan.
c. Kurva indiferensi tidak saling berpotongan agar asumsi transitivitas
terpenuhi.
2. Kurva Garis Anggaran ( Budget Line Curve )
Garis Anggaran (budget line) adalah kurva yang menunjukkan kombinasi
konsumsi dua macam barang yang membutuhkan biaya (anggaran) yang
sama besar. Misalnya garis anggaran dinotasikan sebagai BL, sedangkan
harga sebagai P ( Px untuk X dan Py untuk Y ) dan jumlah barang yang
dikonsumsi adalah Q ( Qx untuk X dan Qy untuk Y ), maka: BL = Px.Qx +
Py.Qy

10
3. Perubahan Harga Barang dan Pendapatan
Perubahan harga dan pendapatan akan mempengaruhi daya beli, diukur dari
besar luas bidang segi tiga yang dibatasi kurva garis anggaran. Bila luas
bidang segi tiga makin luas,maka daya beli meningkat,begitu juga
sebaliknya.
4. Keseimbangan Konsumen
Kondisi keseimbangan adalah kondisi di mana konsumen telah
mengalokasikan seluruh pendapatannya untuk konsumsi. Uang yang ada
(jumlahnya tertentu) dipakai untuk mencapai tingkat kepuasan tertinggi
(maksimalisasi kegunaan), atau tingkat kepuasan tertentu dapat dicapai
dengan anggaran paling minim (minimalisasi biaya). Secara grafis kondisi
keseimbangan tercapai pada saat kurva garis anggaran (menggambarkan
tingkat kemampuan) bersinggungan dengan kurva indiferensi
(menggambarkan tingkat kepuasan).
5. Reaksi Terhadap Perubahan Harga Barang
Keseimbangan yang dicapai dapat berubah karena pendapatan nyata
berubah. Jika pendapatan nyata meningkat, konsumen dapat menaikkan
tingkat kepuasannya,begitu juga sebaliknya. Salah satu faktor yang dapat
mengubah pendapatan nyata adalah perubahan harga barang.
6. Reaksi Terhadap Perubahan Pendapatan Nominal
Salah satu faktor lain yang dapat mengubah keseimbangan konsumen
adalah perubahan pendapatan nominal. Karena rasio harga tidak berubah
maka kurva garis anggaran bergeser sejajar dengan kurva garis anggaran
sebelumnya
7. Efek Subtitusi (Substitution Effect) dan Efek Pendapatan (Income
Effect)
Ketika kita mengatakan bahwa jika harga barang turun maka permintaan
terhadapnya bertambah atau sebaliknya, yang terlihat sebenarnya adalah
total interaksi antara kekuatan pengaruh perubahan pendapatan dan
perubahan harga, terhadap keseimbangan konsumen.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang/organisasi
dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk
atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya.
Asumsi-asumsi perilaku konsumen:
1. Barang (Commodities)
2. Utilitas Nilai Guna (utility)
3. Hukum Pertambahan Manfaat yang Makin Menurun (The Law
of Diminishing Marginal utility)
4. Konsistensi Preferensi (Transitivity)
5. Pengetahuan Sempurna (Perfect Knowledge)
Teori nilai objektif tertuju pada bagaimana terjadinya nilai terhadap
suatu barang/jasa. Teori nilai subjektif ini memiliki arti bahwa nilai suatu
barang ditentukan oleh utilitas dari barang tersebut. Setiap orang akan
mempunyai utilitas yang berbeda untuk suatu barang yang sama

B. Saran
Sebaiknya para pemasar memberikan pelayanan terbaik kepada para
konsumen dan memahami perilaku konsumen dengan menerapkan konsep
pemasaran agar konsumen mendapatkan kepuasaan yang maksimal serta
memandang kepuasan konsumen sebagai hal utama dalam menjalankan suatu
usaha. Karena konsumen adalah aset utama para pemasar, jika mereka puas
maka usaha yang di jalankan para pemasar juga akan sukses.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ujang Sumarwan,2004,Perilaku Konsumen, Ghalia Indonesia


Sukirno, Sadono. 2010. Mikro ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta:
Rajawali Pers.
Samuelson dan Nordhaus, Ilmu Makro Ekonmi, (Jakarta: PT. Media Global
Edukasi, 2004),

13
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasai marilah kita panjatkan atas kehadirat Allah swt.
Yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Teori Perilaku Konsumen ini sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Selanjutnya salam serta shawat semoga tetap tercurah Nabi Besar
Muhammad SAW, karena berkat perjuangan dan pengorbanan beliaulah sehingga
umat islam bisa mencapai alam yang terang benderang seperti yang sudah kita
rasakan saat ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Ibu Ainiah,
ME yang telah memberikan arahan, bimbingan dan ilmu yang bermanfaat kepada
kami sehingga kami mampu mengerjakan makalah ini, serta ucapan terima kasih
juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang juga ikut berpartisipasi didalamnya
dalam hal pembuatan makalah ini

Takengon, Januari 2019

Penulis

i
14
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan Makalah........................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A. Perilaku Konsumen ................................................................... 3
B. Asumsi Perilaku Konsumen...................................................... 4
C. Teori Nilai Subjektif dan Objektif ............................................ 5
D. Pembagian Nilai Subjektif dan Objektif ................................... 6
E. Teori Kardinal ........................................................................... 8
F. Teori Ordinal............................................................................. 10
BAB III PENUTUP ......................................................................................
A. Kesimpulan .............................................................................. 8
B. Saran ........................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA

15 ii
TEORI PERILAKU KONSUMEN

Disusun Oleh :

Kelompok 4

SRI DARMAYANTI
LAILY HUDAHAQI
NOVA JUNIARA

Semester I Unit B
Prodi Perbankan Syariah Jurusan Syariah
Dosen Pengampu : Ainiah, ME

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI


GAJAH PUTIH TAKENGON, ACEH TENGAH – ACEH
TAHUN 2019

16
17

Anda mungkin juga menyukai